Anda di halaman 1dari 1

PEMBAHASAN

Dalam praktik jual beli emas, Pegadaian Syariah memperoleh emas batangan yang
dipesan oleh nasabah atas nama Pegadaian Syariah secara tunai dari PT. Antam. Secara
bersamaan, Pegadaian Syariah menjual emas ini kepada nasabah dengan harga pokok dari PT.
Antam ditambah dengan margin dan biaya lain seperti biaya administrasi dan ongkos kirim.
Pembayaran biaya-biaya tersebut dilakukan setelah akad ditandatangani. Jika pembayaran
dilakukan dalam bentuk tangguh atau cicilan, nasabah diharuskan memberikan uang muka
sebagai tanda keseriusan pemesanan emas. Emas batangan ini secara otomatis dijadikan jaminan
untuk melunasi sisa hutang nasabah kepada Pegadaian Syariah. Setelah semua hutang lunas,
emas beserta dokumennya diserahkan kepada nasabah. Prinsip akad murabahah yang diterapkan
pada produk MULIA didasarkan pada pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan,
Pegadaian membeli barang setelah menerima pesanan dari nasabah. Dalam transaksi jual beli,
jika seseorang ingin membeli barang dengan spesifikasi tertentu yang saat itu belum tersedia,
penjual akan mencari dan membeli barang sesuai spesifikasi tersebut sebelum menjualnya
kepada pemesan. Transaksi murabahah melalui pesanan ini sesuai dengan Fiqih Islam dan diakui
oleh beberapa ulama.
Dalam murabahah berdasarkan pesanan, penjual dapat meminta pembayaran uang muka
saat ijab qabul. Uang muka ini menunjukkan komitmen pembeli. Pegadaian Syariah
menggunakan emas batangan sebagai jaminan sebagai langkah pencegahan terhadap risiko
wanprestasi dari nasabah. Hal ini karena objek akad adalah emas yang memiliki nilai ekonomis
yang tinggi. Pegadaian Syariah dalam transaksi jual beli emas secara kredit berperan sebagai
pihak pemesan barang. Pemesan tidak terikat untuk membeli barang yang dipesan karena pada
awal transaksi, pilihan tetap ada pada pemesan. Penawaran untuk tetap membeli atau menolak
dilakukan karena pada awalnya penjual belum memiliki barang yang dijual. Namun, janji untuk
membeli barang tersebut mengikat pemesan.
Ketika pembeli menerima pesanan barang atau aset, kontrak jual beli yang sah harus
dibuat. Ini melibatkan janji hukum antara pembeli dan pemesan. Dalam akad murabahah,
pembayaran dapat dilakukan tunai atau cicilan, dan perbedaan harga barang untuk pembayaran
yang berbeda diperbolehkan. Murabahah dicirikan dengan penyerahan barang pada awal akad
dan pembayaran kemudian, baik dalam bentuk angsuran maupun pembayaran sekaligus. Dalam
konteks produk MULIA, Pegadaian Syariah membeli emas secara tunai dari supplier. Sementara
dalam murabahah mta'ajjal, transaksi jual beli emas batangan secara angsuran terjadi antara
Pegadaian Syariah dan nasabah.
Dalam kerangka ajaran Islam dan prosedur yang disepakati, jual beli emas semacam ini
tidak dilarang. Mekanisme transaksi jual beli emas secara kredit dalam produk MULIA tidak
bertentangan dengan prinsip Syariah. Prinsip ekonomi Islam mewajibkan kewajiban untuk
memenuhi kebutuhan dunia dengan etika transaksi yang mengedepankan transparansi, kejujuran,
keadilan, dan menghindari kerugian salah satu pihak.

Anda mungkin juga menyukai