Anda di halaman 1dari 2

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Apakah diagnosis sudah tepat?


Pada kasus ini, pasien datang ke RS Muhammadiyah Palembang dengan
keluhan nyeri perut bawah disertai perdarahan. Berdasarkan anamnesis didapatkan
bahwa Os mengalami perdarahan terus menerus sejak melahirkan anak keduanya
di bidan 3 jam SMRS. Menurut bidan yang merujuknya, Os melahirkan bayi laki-
laki secara spontan namun plasenta belum lahir lengkap. Os terlihat pucat, pusing
(+), mual (-). Pada pemeriksaan fisik, status generalis dalam batas normal. Status
obstetrikus meliputi pemeriksaan luar didapatkan TFU 2 jari di bawah umbilicus
dan kontraksi uterus (+). Diagnosis pada kasus ini adalah P2A0 Post Partum
Spontan + Retensio Plasenta + Anemia. Penegakkan diagnosis sudah tepat, yang
didukung berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Saat diobservasi setelah dilakukan manual plasenta, plasenta lahir lengkap.
Perdarahan sedikit mulai berkurang. Hasil laboratorium post manual plasenta
menunjukkan hemoglobin sebesar 7,5gr/dl. Selama observasi, urin Os bercampur
dengan darah. Os kemudian dikonsulkan ke spesialis bedah urologi dan dilakukan
USG Abdomen dengan hasil “ruptur dinding posterior vesica urinaria”. Os
mengaku saat melahirkan bayinya, perut Os ditekan-tekan dengan cukup kuat.
Diagnosis akhir pada kasus ini adalah P2A0 Post Partum Spontan + Post Manual
Plasenta + Anemia ec Ruptur Dinding Posterior Vesica Urinaria. Penegakkan
diagnosis sudah tepat, yang didukung berdasarkan hasil observasi dan
pemeriksaan penunjang yang meliputi pemeriksaan laboratorium dan USG.

4.1. Apakah penatalaksanaan sudah tepat?


Pada kasus, penatalaksanaan awal yang dilakukan adalah transfusi darah
PRC 450cc, IVFD RL drip pitogin 2amp, dan pro manual plasenta. Menurut Smith
& Barbara17, tata laksana pada perdarahan post partum antara lain dengan
resusitasi cairan dan transfusi darah. Pada perdarahan post partum diberikan

34
resusitasi dengan cairan kristaloid dalam volume yang besar, baik normal salin
(NS/NaCl) atau cairan Ringer Laktat melalui akses intravena perifer. Transfusi
darah perlu diberikan bila perdarahan masih terus berlanjut dan diperkirakan akan
melebihi 2.000 mL, tujuan transfusi antara lain untuk menggantikan pembawa
oksigen yang hilang dan untuk mengembalikan volume sirkulasi. Pemberian IVFD
RL drip pitogin 2amp sudah tepat karena untuk menghentikan perdarahan karena
sifat dari pitogin yang digunakan agar kontraksi uterus tetap terjaga.
Untuk pemberian terapi setelah dilakukan tindakan, pasien diberikan terapi
injeksi dan diteruskan dengan terapi oral. Pemberian terapi pada pasien ini sudah
tepat karena sesuai dengan indikasi. Pasien ini dilakukan pemasangan IVFD RL
dan terapi oral yang diberikan yaitu cefadroxil 2x1 sebagai antibiotik, asam
mefenamat 3x1 untuk menghilangkan rasa nyeri.

35

Anda mungkin juga menyukai