Anda di halaman 1dari 12

Yang udah aku masukin ukm

F1
1) Penyuluhan Pentingnya Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Masa Pandemi Covid-19 di
Posyandu Pekalongan, Dusun Temor Sabe, Kabupaten Sampang
2) Penyuluhan Pemahaman Covid-19 dan Adaptasi Kebiasaan Baru di Era Pandemi Covid-
19 di SMP Negeri 1 Deket Kecamatan Deket Kaupaten Lamongan
3) Penyuluhan Diit Hipertensi Saat Survey Keluarga Sehat di Dusun Glugu, Desa Dlanggu,
Kecamatan Deket, Kabupaten Lamongan.
4) Penyuluhan Tentang Rabies
5) Penyuluhan Mengenai Gizi Buruk
F2
1) Program Kesehatan lingkungan, Penilaian Rumah Sehat di Dusun Pliyang, Desa Tanggumong,
Kabupaten Sampang.
2) Pemeriksaan Penyehatan Lingkungan Rumah.
3) Pengawasan dan Pembinaan Kesehatan Lingkungan Sarana Air Bersih.
4) Pengawasan dan Pembinaan Kesehatan Lingkungan Tempat – Tempat Umum Lainnya.
5) Penyuluhan pemberantasan sarang nyamuk penyakit demam berdarah di desa Srirande.

F3
1) PENTINGNYA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF.
2) Konseling Metode Kontrasepsi dalam Program Keluarga Berencana (KB).
3) Pelayanan Imunisasi Dasar Pada Balita.
4) Konseling Post Natal Care Masa Nifas.
5) Pelaksanaan Upaya Kesehatan Sweeping Ibu Hamil Resiko Tinggi.

F4
1) Gizi Sehat Untuk Hiperkolestrolemia.
2) Pencegahan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) Melalui Penyuluhan
Mengenai Pentingnya Garam Beryodium
3) Konseling Gizi pada Ibu Hamil
4) Konseling Gizi Pada Pasien Hipertensi
5) Kegiatan Penyuluhan Mengenai Pentingnya Pemberian Asi Eksklusif pada Bayi di Puskesmas Deket

F5
1) Deteksi dini penyakit Kusta wilayah Puskesmas Kamoning, Sampang
2) Penyuluhan Penanganan Kasus DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Deket
3) Konseling TB Paru dan Pentingnya Pengawas Minum Obat (PMO)
4) Penyuluhan tentang penyakit Diabetes Mellitus
5) Penyuluhan Infeksi Menular Seksual
F6
1) Arthritis Gout
2) Dyspepsia
3) Hipertensi
4) Penyuluhan Mengenai Penyakit Skabies
5) PROLANIS di Puskesmas Deket
F7
Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku di masa pandemi COVID-19 pada
lansia yang berkunjung di Poli Lansia Puskesmas Deket Kabupaten Lamongan.

F1

Penyuluhan Mengenai Gizi Buruk

Latar belakang

Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu dari tiga anak di dunia
meninggal setiap tahun akibat buruknya kualitas gizi. Dari data Departemen Kesehatan menunjukkan
setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena masalah kekurangan gizi dan buruknya kualitas
makanan, didukung pula oleh kekurangan gizi selama masih didalam kandungan. Hal ini dapat berakibat
kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada saat anak beranjak dewasa.Dr.Bruce Cogill, seorang ahli gizi
dari badan PBB UNICEF mengatakan bahwa isu global tentang gizi buruk saat ini merupakan problem
yang harus diatasi (Litbang, 2008).
Gizi buruk pada balita tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi diawali dengan kenaikan berat badan balita
yang tidak cukup.Perubahan berat badan balita dari waktu ke waktu merupakan petunjuk awal
perubahan status gizi balita. Dalam periode 6 bulan, bayi yang berat badannya tidak naik 2 kali berisiko
mengalami gizi buruk 12.6 kali dibandingkan pada balita yang berat badannya naik terus. Bila frekuensi
berat badan tidak naik lebih sering, maka risiko akan semakin besar (Litbang, 2007).

Penyebab gizi buruk sangat kompleks, sementara pengelolaannya memerlukan kerjasama yang
komprehensif dari semua pihak.Bukan hanya dari dokter maupun tenaga medis saja, tetapi juga dari
pihak orang tua, keluarga, pemuka masyarakat, pemuka agama maupun pemerintah.Pemuka
masyarakat maupun pemuka agama sangat dibutuhkan dalam membantu pemberian edukasi pada
masyarakat, terutama dalam menanggulangi kebiasaan atau mitos yang salah pada pemberian makanan
pada anak. Demikian juga posyandu dan puskesmas sebagai ujung tombak dalam melakukan skrining
atau deteksi dini dan pelayanan pertama dalam pencegahan kasus gizi buruk (Nency, 2006)

Permasalahan

Status gizi pada anak saat ini kurang menjadi perhatian, padahal gizi merupakan elemen penting dalam
masa tumbuh kembang anak. Di samping dampak langsung terhadap kesakitan dan kematian, gizi juga
berdampak terhadap pertumbuhan, perkembangan intelektual dan produktivitas.

Kecerdasan seorang anak tidak hanya ditentukan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan berupa
stimulasi, melainkan juga faktor gizi atau nutrisi. Untuk memperoleh anak yang cerdas dan sehat
dibutuhkan asupan gizi atau nutrisi yang sehat dan seimbang dalam makanan sehari-hari. Dari
penelitian-penelitian sebelumnya, terdapat hubungan antara malnutrisi dengan tingkat inteligensi dan
prestasi akademik yang rendah. Untuk negara-negara berkembang dimana kejadian malnutrisi sering
dijumpai, hal ini akan berdampak serius terhadap keberhasilan pembangunan nasional.

Perencanaan dan pemilihan intervensi

Berdasarkan masalah di atas, maka diadakan penyuluhan tentang gizi buruk, pengenalan makanan yang
bersih dan bergizi untuk menunjang masa pertumbuhan, serta pemberian bubur kacang hijau bagi balita
yang hadir dalam kegiatan penyuluhan

Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan pengenalan tentang gizi buruk, pengenalan makanan yang bersih dan bergizi
untuk menunjang masa pertumbuhan ini dilaksanakan di Posyandu Desa Pungging Kamis tanggal 22
April 2021 dan dihadiri oleh warga sekitar dan kader-kader posyandu.

Kegiatan tersebut meliputi penyuluhan gizi buruk berupa definisi, penyebab, klasifikasi, gejala klinis,
pengobatan, komplikasi, dan pencegahan terjadinya gizi buruk. Selain itu, dilakukan pula pengenalan
tentang makanan dan minuman yang sebaiknya dikonsumsi oleh anak-anak pada masa pertumbuhan.
Kegiatan ini dirangkaikan pula dengan kegiatan bulanan posyandu yaitu pengukuran tumbuh kembang
balita dan pada akhir kegiatan dilakukan pemberian bubur kacang hijau kepada balita yang hadir.
Monitoring

Kegiatan berjalan kondusif, dimana para warga kelurahan Mappala menyimak materi dengan baik
selama kegiatan berlangsung Setelah kegiatan penyuluhan berlangsung pun, warga aktif bertanya.
Penyuluhan ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan mengenai pentingnya

pemberian gizi yang baik, benar, dan seimbang kepada anggota keluarganya agar terhindar dari gizi
buruk.

Namun, masih terdapat beberapa kendala dalam pelaksaan kegiatan ini, diantaranya kendala dalam
berbahasa, di mana terdapat beberapa peserta yang tidak fasih dalam berbahasa Indonesia. Selain itu,
masih banyaknya ibu-ibu yang tidak membawa anak-anak mereka untuk mengikuti kegiatan posyandu
secara rutin tiap bulannya dikarenakan alasan kerja atau dengan alasan apabila anak mereka ikut
posyandu dan mendapaat imunisasi, maka anak mereka akan menjadi sakit. Diharapkan kedepannya,
kader puskesmas yang tinggal disekitar warga dapat lebih aktif mengajak warga untuk menghadiri
kegiatan-kegiatan puskesmas demi peningkatan pengetahuan dan kualitas hidup serta kesehatan
masyarakat Indonesia.

F6

Judul :

Penyuluhan Mengenai Penyakit Skabies

Skabies merupakan salah satu infeksi parasit yang cukup banyak kejadiannya dan menjadi isu penting
terutama di daerah padat penduduk. Penyakit ini dapat menyerang segala usia dan berbagai kalangan
sosial. Beberapa penyebab tingginya angka kejadian skabies adalah penularan yang cepat, siklus hidup
Sarcoptes scabiei yang pendek, dan ketidakpatuhan pasien pada terapi.

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei
varian hominis dan telurnya. Sinonim atau nama lain skabies adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan
gatal agogo. Skabies terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan, di semua daerah, semua kelompok
usia, ras, dan kelas sosial. Skabies ditularkan melalui kontak fisik langsung. (skin-to-skin) ataupun tak
langsung (pakaian, tempat tidur yang dipakai bersama).

Skabies menjadi masalah utama pada daerah yang padat dengan masalah sosial, sanitasi yang buruk,
dan negara miskin. Angka kejadian skabies tinggi di Negara dengan iklim panas dan tropis. Skabies
endemik terutama di lingkungan padat penduduk dan miskin. Faktor yang menunjang perkembangan
penyakit ini, antara lain: higiene buruk, salah diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologi.
Penyakit ini dapat termasuk PHS (Penyakit akibat Hubungan Seksual).
Perrmaasalahan :

Skabies seringkali diabaikan karena tidak mengancam jiwa sehingga prioritas penanganannya rendah.
Akan tetapi, penyakit ini dapat menjadi kronis dan berat serta menimbulkan komplikasi yang berbahaya.
Lesi pada skabies menimbulkan rasa tidak nyaman karena sangat gatal sehingga penderita seringkali
menggaruk dan mengakibatkan infeksi sekunder terutama oleh bakteri Grup A Streptococcus dan
Staphylococcus aureus. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain keadaan
social ekonomi yang rendah, kebersihan yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas,
kesalahan diagnosis, dan perkembangan demografik seperti keadaan penduduk dan ekologi. Keadaan
tersebut

memudahkan transmisi dan infestasi Sarcoptes scabiei. Oleh karena itu, prevalensi skabies yang tinggi
umumnya ditemukan di lingkungan dengan kepadatan penghuni dan kontak interpersonal yang tinggi
seperti asrama, panti asuhan, dan penjara.

Prevalensi skabies di Indonesia menurut Depkes RI berdasarkan data dari puskesmas seluruh Indonesia
tahun 2008 adalah 5,6% - 12,95%. Insiden dan prevalensi skabies masih sangat tinggi di Indonesia.
Scabies di Indonesia menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering (Azizah 2011).

Ppi

Oleh karena permasalahan di atas, maka diadakan penyuluhan tentang penyakit skabies pada para
santri yang berniat untuk melkukan pemeriksaan swab antigen gratis sebagai persayaratan untuk
pembelajaran tatap muka di pondok pesantren masing-masing, sehingga dapat dilakukan pencegahan
penularan dan penatalaksaan sedini mungkin sehingga mereka dapat mengenal gejala dan tanda
penyakit skabies lebih dini.

Pelaksanaan

Kegiatan ini dilakukan di ruang tunggu Puskesmas Sumberpitu pada tanggal 21 April 2021 dalam
penyuluhan yang dirangkaikan dengan pemeriksaan swab antigen gratis sebagai persyaratan mengikuti
pembelajaran tatap muka di pondok pesantren masing-masing dan pengobatan rutin bulanan kepada
warga yang hadir.

Pada kegiatan ini, semua santri dan pendamping atau pengantar beserta orang-orang yang kebetulan
sedang berobat dan menunggu antrean di ruang tunggu diberikan materi tentang pengertian skabies,
penyebab penyakit skabies, gejala dan tanda manusia yang tertular penyakit skabies, cara penularan
penyakit scabies, dan pencegahan dan pengobatan penyakit skabies, kemudian dilanjutkan dengan sesi
tanya-jawab.

Pada edukasi disampaikan cara pencegahan dengan merendam semua pakaian dan seprei dengan
menggunakan air bersuhu tinggi atau hangat agar kutu penyebab scabies langsung mati dan jangan lupa
mandi 2x sehari dengan menggunakan sabun antis septik. Pasiken disarankan untuk menjemur kasur
tepat di bawah sinar matahari, serta membersihkan seluruh bagian rumah mulai dari lantai, karpet,
lemari, dan lain-lain dengan menggunakan cairan pembersih yang mengandung desinfektan
Monev :

Kegiatan berjalan dengan baik, seluruh pesert menyimak materi dengan baik selama kegiatan
berlangsung. Setelah kegiatan penyuluhan berlangsung pun, warga aktif bertanya. Penyuluhan ini
diharapkan dapat memperluas pengetahuan mengenai pentingnya untuk mengenali gejala-gejala
penyakit skabies sehingga dapat dilakukan pencegahan penyebaran penyakit tersebut, terutama di
wilayah kerja Puskesmas Sumberpitu di mana merupakan daerah pemukiman yang cukup padat
sehingga memudahkan transmisi penyakit skabies.

Namun, masih terdapat beberapa kendala dalam pelaksaan kegiatan ini, diantaranya kendala dalam
berbahasa, di mana terdapat beberapa peserta yang tidak fasih dalam berbahasa Indonesia. Selain itu,
masih banyaknya paradigma warga yang berasumsi bahwa infeksi kutu hanya terbatas terjadi pada
daerah berambut saja dan masih sulit untuk menerima informasi baru tentang penyakit skabies.
Diharapkan kedepannya, setelah diadakannya penyuluhan penyakit skabies ini, pandangan warga
terhadap infeksi parasit pada tubuh, terutama skabies dapat menjadi lebih terbuka.

F6

PROLANIS di Puskesmas

Lb :

PROLANIS (Program Pengelolaan Penyakit Kronis) merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan dan
pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegratif yang melibatkan peserta, Fasilitas
Kesehatan, dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan
yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan
kesehatan yang efektif dan efisien.

Sasaran dari Pronalis adalah seluruh peserta BPJS penyandang penyakit kronis (Diabetes Melitus tipe II
dan Hipertensi). Prolanis mendorong peserta penyandang penyakit kronis untuk mencapai kualitas
hidup yang optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke Faskes Tingkat Pertama
memliki hasil “baik” pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM tipe II dan Hipertensi sesuai
Panduan Klinis terkait sehingga mencegah timbulnya komplikasi penyakit.

Terdapat 347 juta orang di dunia mengidap DM tipe 2. Penyakit ini menjadi penyebab kematian utama
peringkat 7 pada tahun 2030. Indonesia masuk 10 negara terbesar penderita Diabetes Melitus di dunia.
Tepatnya, posisi Indonesia ada di nomor 7 (tujuh) dengan jumlah penderita sebanyak 8,5 juta orang. Di
posisi teratas, ada Cina (98,4 juta jiwa), India (65,1 juta jiwa), dan Amerika (24,4 juta jiwa).

Di wilayah kerja Puskesmas Sumberpitu, angka kejadian penyakit hipertensi dan DM tipe 2 masih tinggi.
Kegiatan Prolanis dilakukan di Pusekesmas Sumberpitu dengan jumlah peserta mengalami kenaikan
setiap bulan. Oleh karena itu, pentingnya kegiatan Prolanis ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Sumberpitu untuk megoptimalkan kualitas hidup penyandang penyakit kronis.
Permasalahan :

- Meningkatnya penderita Hipertensi

- Meningkatnya penderita DM Tipe 2

- Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit kronis

- Kurang optimalnya kualitas hidup penyandang penyakit kronis

Ppi :

Prolanis dilaksanakaan dengan mencakup 5 metode, yaitu :

1. Konsultasi Medis

Dilakukan dengan cara konsultasi medis antara peserta Prolanis dengan tim medis, jadwal konsultasi
disepakati bersama antara peserta dengan Faskes Pengelola.

2. Edukasi Kelompok Peserta Prolanis

Edukasi klub Resiko Tinggi (Klub Prolanis) adalah kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan
dalam upaya memulihkan penyakit dan mencegah timbulnya kembali penyakit serta meningkatkan
status kesehatan bagi peserta prolanis. Sasaran dari metodi ini yaitu, terbentuknya kelompok peserta
(Klub) Prolanis minimal 1 Faskes Pengelola 1 Klub. Pengelompokan diutamakan berdasarkan kondisi
kesehatan peserta dan kebutuhan edukasi.

3. Reminder melalui SMS Gateway

Reminder adalah kegiatan untuk memotivasi peserta untuk melakukan kunjungan rutin kepada Faskes
Pengelola melalui peringatan jadwal konsultasi ke Faskes Pengelola tersebut. Sasaran dari hal ini adalah
tersampaikannya reminder jadwal konsultasi peserta ke masing – masing Faskes Pengelola.

4. Home Visit

Home visit adalah kegiatan pelayanan kunjungan kerumah peserta.

5. Prolanis untuk pemberian informasi / edukasi kesehatan diri dan lingkungan bagi peserta Prolanis dan
keluarga.

Sasaran :

- Pemantauan status kesehatan (Skrinning kesehatan)

Mengontrol riwayar pemeriksaan kesehatan untuk mencegah agar tidak terjadi komplikasi atau penyakit
berlanjut.

Peserta Prolanis dengan kriteria :


- Peserta baru terdaftar.

- Peserta tidak hadir terapi di Dokter praktek perorangan / Klinik / Puskesmas selama 3 bulan berturut –
turut.

- Peserta dengan GDP/GDPP dibawah standar 3 bulan berturut – turut, - Peserta dengan tekanan darah
tidak terkontrol 3 bulan berturut – turut.

Pada kegiatan PROLANIS Puskesmas Sumberpitu dilakukan kegiatan :

1. Olahraga rutin peserta Prolanis.

2. Konsultasi Medis yang dilakukan peserta Prolanis dengan tim medis.

3. Edukasi Kelompok Peserta Prolanis untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan dalam upaya
memulihkan penyakit dan mencegah timbulnya kembali penyakit serta meningkatkan status kesehatan
bagi peserta prolanis. Di lakukan kegiatan penyuluhan dengan tema “Hiperuresemia”.

Pelaksannaan :

Pelaksanaan PROLANIS :

Hari/Tanggal : Rabu, 14 April 2021

Tempat : Puskesmas Sumberpitu

Waktu : 07.00 s/d selesai

Petugas :

- dr. Rizcha DPA

- dr. Riza

- Ibu Win

Monev :

Monitoring

Peserta hadir : anggota Prolanis ( 36 orang)

Jumlah petugas terdiri :

1 dokter umum

1 dokter internship

1 perawat pelaksana kegiatan


Jenis pelayanan yang dilakukan :

1. Olahraga rutin peserta Prolanis.

2. Konsultasi Medis yang dilakukan peserta Prolanis dengan tim medis.

3. Edukasi Kelompok Peserta Prolanis untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan dalam upaya
memulihkan penyakit dan mencegah timbulnya kembali penyakit serta meningkatkan status kesehatan
bagi peserta prolanis. Di lakukan kegiatan penyuluhan dengan tema “Hiperuresemia”.

Evaluasi :

1. Pelaksanaan kegiatan Prolanis di Puskesmas Rawat Inap Kedaton sudah cukup baik.

2. Pada kegiatan Prolanis di Puskesmas Sumberpitu ini terdiri dari 3 macam kegiatan, dimana pada
pelaksanaannya hanya dilakukan oleh 1 perawat dengan jumlah peserta Prolanis yang cukup banyak.
Serta, pada pelaksanaan konsultasi medis yang kurang baik dalam pengarahan interaksi antara peserta
Prolanis dengan dokter. Sehingga membingungkan peserta Prolanis dan petugas kesehatan.

3. Sebagai saran, sebaiknya menambah petugas perawat yang bertanggung jawab agar tidak kesulitan
dalam proses pelaksanaan prolanis. Serta, sebaiknya memberikan pengaturan antara pasien yang belum
diperiksa dan pasien yang kembali dari pemeriksaan laboratorium.

F6

Posyandu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Lb :

Dalam rangka menuju masyarakat yang adil dan makmur, maka pembangunan dilakukan di segala
bidang. Pembangunan di bidang kesehatan mempunyai arti yang penting dalam kehidupan nasional,
khususnya didalam memelihara dan meningkatkan kesehatan khusunya untuk ibu dan anak . Untuk
mencapai keberhasilan tersebut erat kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan sumber daya
manusia sebagai modal dasar pembangunan nasional. Hal ini merupakan suatu upaya yang besar
sehingga tidak dapat dilaksanakan hanya oleh pemerintah melainkan perlu peran serta masyarakat.
Untuk mempercepat angka penurunan tersebut diperlukan keaktifan peran serta masyarakat dalam
mengelola dan memanfaatkan posyandu karena posyandu adalah milik masyarakat, dilaksanakan oleh
masyarakat, dan ditujukan untuk kepentingan umum. Dimana kegiatan tersebut dilaksanakan oleh
kader-kader kesehatan yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari puskesmas mengenai
pelayanan kesehatan dasar.

Posyandu (pos pelayanan terpadu) balita adalah kegiatan yang dilakukan oleh, dari, dan untuk
masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khusunya kesehatan ibu
dan anak dalam suatu wilayah tertentu. Posyandu didirikan karena dapat memberikan pelayanan
kesehatan khususnya dalam upaya pencegahan penyakit dan PPPK sekaligus dengan pelayanan KB. Oleh
sebab itu, posyandu dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat dibimbing petugas
kesehatan, sehingga menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap upaya dalam bidang kesehatan
dan keluarga berencana.

Permasalahan :

- Tingginya angka kematian bayi, anak balita, dan angka kelahiran.

- Kurangnya pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR.

- Membantu percepatan penerimaan norma keluarga kecil sehat dan sejahtera.

- Kurangnya kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan


lain yang menunjang kemampuan hidup sehat.

- Minimnya pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam usaha
meningkatkan cakupan penduduk dan geografis.

- Kurangnya pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-
usaha kesehatan masyarakat.

Perencanaan :
PERENCANAAN

1. Posyandu dibentuk dari pos-pos yang telah ada seperti :

a. Pos penimbangan balita

b. Pos immunisasi

c. Pos keluarga berencana desa

d. Pos kesehatan

2. Pelaksanaan Posyandu

a. Pelaksana kegiatan posyandu adalah anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader kesehatan
setempat dibawah bimbingan Puskesmas.

b. Pengelola posyandu adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari keder PKK,
tokoh masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan yang ada di wilayah tersebut.

Pada hari buka posyandu dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem 5 meja yaitu:

Meja I : Pendaftaran

Meja II : Penimbangan

Meja III : Pengisian KMS

Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS


Meja V : Pelayanan kesehatan berupa:

 Imunisasi

 Pemberian vitamin A dosis tinggi.

 Pembagian pil KB atau kondom.

 Pengobatan ringan.

 Konsultasi KB.

Petugas pada meja I dan IV dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan meja V merupakan meja pelayanan
medis.

PEMILIHAN INTERVENSI

1. Kesehatan Ibu dan Anak

a. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan menyusui, serta bayi, anak balita dan anak
prasekolah.

b. Memberikan nasehat tentang makanan guna mancegah gizi buruk karena kekurangan protein dan
kalori, serta bila ada pemberian makanan tambahan vitamin dan mineral.

c. Pemberian nasehat tentang perkembangan anak dan cara stimilasiny.

d. Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program KIA.

2. Keluarga Berencana

a. Pelayanan keluarga berencana kepada pasangan usia subur dengan perhatian khusus kepada mereka
yang dalam keadaan bahaya karena melahirkan anak berkali-kali dan golongan ibu beresiko tinggi.

b. Cara-cara penggunaan pil, kondom dan sebagainya.

3. Immunisasi

Imunisasi tetanus toksoid 2 kali pada ibu hamil dan BCG, DPT 3x, polio 3x, dan campak 1x pada bayi.

4. Peningkatan gizi

a. Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat.

b. Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan kalori cukup kepada anak-anak
dibawah umur 5 tahun dan kepada ibu yang menyusui.

c. Memberikan kapsul vitamin A kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun

5. Penanggulangan Diare
Penyediaan oralit di posyandu (Dinas Kesehatan RI. 2006: 127). Melakukan rujukan pada penderita diare
yang menunjukan tanda bahaya di Puskesmas. (Departemen Kesehatan RI. 2006: 129). Memberikan
penyuluhan penggulangan diare oleh kader posyandu. (Departemen Kesehatan RI. 2006: 132)

Pelaksanaan :

Posyandu Balita dilaksanakan di 3 tempat tersebar, yang masing-masing adalah wilayah kerja Puskesmas
Sumberpitu. Kegatan akan dilaksanaan bersamaan oleh masing-masing tim yang berbeda.

Hari/Tanggal : Selasa, 13 April 2021

Waktu : 09.00 WIB s/d selesai

Tempat : Ponkesdes Kalipucang, Ponkesdes Pungging, Pustu Ngembal

Mpebevv :

KMS adalah kartu untuk mencatat dan memantau pekembangan balita dengan melihat garis
pertumbuhan berat badan anak dari bulan ke bulan pada KMS dapat diketahui status pertumbuhan
anaknya. Kriteria Berat Badan balita di KMS:

Berat badan naik : Berat badan bertambah mengikuti salah satu pita warna, berat badan bertamabah ke
pita warna

diatasnya.

Berat badan tidak naik : Berat badanya berkurang atau turun, berat badan tetap, berat badan
bertambah atau naik tapi pindah ke pita warna di bawahnya.

Berat badan dibawah garis merah : Merupakan awal tanda balita gizi buruk Pemberian makanan
tambahan atau PMT, PMT diberikan kepada semua balita yang menimbang ke posyandu. (Departemen
Kesehatan RI. 2006: 104)

Keberhasilan posyandu tergambar melalui cakupan SKDN.

S : Semua balita di wilayah kerja posyandu.

K : Semua balita yang memiliki KMS.

D : Balita yang ditimbang.

N : Balita yang Berat Badannya naik

Anda mungkin juga menyukai