Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH ANGKA KEHAMILAN USIA REMAJA

TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DAN PENTINGNYA


SEX EDUCATION

Meiliana Setefany Ayu Susanti


melianastefanny123@gmail.com
Universitas Brawijaya,Indonesia

ABSTRAK : Penulisan makalah ini bertujuan untuk membahas pengaruh


angka kehamilan usia remaja terhadap tingkat kemiskinan dan pentingnya
sex education. Peningkatan jumlah kehamilan di usia remaja pada saat ini
semakin memprihatinkan. Pasalnya, jumlah kelahiran disebabkan oleh
kehamilan di usia remaja yang akibatnya tingkat kemiskinan semakin
meningkat serta pendidikan anak nantinya akan terganggu karena
kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kehidupan setelah menikah.
Untuk menyelesaikan masalah kemiskinan dan minimnya pendidikan anak
dibuatlah suatu program pengawasan terhadap remaja atas pentingnya sex
education. Namun, pengawasan itu masih belum maksimal bagi remaja di
Indonesia.

Kata kunci : kemiskinan, pendidikan, sex education

PENDAHULUAN
Salah satu sasaran pembangunan nasional yang tercantum dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 - 2014 adalah
pembangunan penduduk usia remaja. Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bappenas
tahun 2000 - 2025 menunjukkan bahwa struktur penduduk Indonesia didominasi
oleh penduduk usia muda. Keseluruhan dari sebanyak 66,8 juta jiwa penduduk
perempuan usia reproduksi (15 - 49 tahun), terdapat sekitar 10,7 juta remaja
perempuan usia 15 - 19 tahun (Raharja, 2014).
Peningkatan jumlah penduduk usia remaja akan menimbulkan persoalan
fertilitas yang cukup berarti manakala perilaku seksual remaja tidak menjadi
perhatian. Fertilitas remaja merupakan isu penting dari segi kesehatan dan sosial
karena berhubungan dengan tingkat morbiditas serta mortalitas ibu dan anak. Ibu
yang berusia remaja, terutama di bawah usia 18 tahun, lebih berpeluang untuk
mengalami masalah pada bayinya atau bahkan mengalami kematian yang
berkaitan dengan persalinan dibandingkan dengan wanita yang lebih tua. Selain
itu, melahirkan pada usia muda mengurangi kesempatan mereka untuk
melanjutkan pendidikan atau mendapat pekerjaan yang berakibat pada banyaknya
pengangguran sehingga menambah angka kemiskinan (Raharja, 2014).
Salah satu akar permasalahan kemiskinan di Indonesia yakni tingginya
angka pengangguran usia remaja yang disebabkan oleh minimnya pendidikan
sehingga kurang mampunya kualitas sumber daya manusia yang memasuki
lapangan pekerjaan. Pemerintah sendiri selalu mencanangkan upaya
penanggulangan kemiskinan dari tahun ketahun, namun tingkat kemiskinan di
Indonesia tidak juga mengalami penurunan yang signifikan (Hudaya, 2012).
Kemiskinan yang terjadi akibat minimnya pendidikan di usia remaja juga
tak lepas dari ketidaktahuan mengenai sex education sejak dini yang
mengakibatkan bertambahnya angka kehamilan di usia remaja. Sex education
yakni upaya serta usaha yang diberikan kepada anak dengan mencangkup aspek
pengajaran, penyadaran, dan penerangan tentang masalah-masalah seksual agar
terbebas dari intimidasi/kekerasan seksual.Praktisnya, pendidikan seks adalah
suatu upaya menyampaikan informasi mengenai seksualitas secara jelas dan benar
untuk anak ( Daniel, 2015 ).
Ketidaktahuan remaja akan adanya pendidikan seks kemudian membuat
munculnya gagasan untuk memberikan informasi mengenai masalah-masalah
seksual pada kalangan tertentu. Adanya gejala akhir-akhir ini dengan makin
banyaknya forum dialog, diskusi, atau ceramah yang berkaitan dengan topik seks
dengan sasaran utamanya adalah remaja. Banyak yang berfikiran bahwa konsep
pendidikan seks yang diutarakan selama ini datangnya dari budaya barat
(Faturochman, 1990) .
Terlepas dari mana datangnya konsep pendidikan seks alasan yang
dijadikan dasar untuk menyelenggarakan pendidikan seksual adaIah banyaknya
kasus kehamilan dan melahirkan di usia muda yang berdampak pada tingkat
kemiskinan dikemudian hari. Oleh karena itu, penulis menyusun artikel yang
berjudul pengaruh angka kehamilan usia remaja terhadap tingkat kemiskinan dan
pentingnya sex education.

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui pengaruh angka


kehamilan usia remaja terhadap tingkat kemiskinan dan pentingnya sex education
serta dapat mengurangi dan meminimalisir angka kehamilan di usia remaja setelah
mengetahui mengenai pentingnya sex education.

PEMBAHASAN

1. Angka Kehamilan Usia remaja

Kehamilan merupakan suatu keadaan dimana seorang wanita yang didalam


rahimnya terdapat embrio atau fetus. Kehamilan dimulai pada saat masa konsepsi
hingga lahirnya janin, dan lamanya kehamilan dimulai dari ovulasi hingga partus
yang diperkirakan sekitar 40 minggu dan tidak melebihi 43 minggu (Kuswanti,
2014).
Kondisi kesehatan calon ibu pada masa awal kehamilan akan mempengaruhi
tingkat keberhasilan kehamilan serta kondisi status kesehatan calon bayi yang
masih didalam rahim maupun yang sudah lahir, sehingga disarankan agar calon
ibu dapat menjaga perilaku hidup sehat dan menghindari faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kondisi calon ibu pada masa kehamilan (Kementrian Kesehatan,
2015).
Angka kelahiran saat ini di dominasi oleh remaja usia 15-18 tahun yang terus
meningkat. Meningkatnya angka kehamilan remaja di Indonesia tentu menjadi
sebuah pertanyaan besar bagi pemerintah. Peningkatan kehamilan remaja yang
mencapai lebih dari 500 kehamilan setiap tahunnya. Setelah ditelusuri secara
komprehensif, ternyata ada sejumlah faktor yang membuat angka kehamilan
remaja terus meningkat.
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2017, penyebabnya
adalah penurunan penggunaan kontrasepsi modern pada segmen usia muda (15-29
tahun) secara segnifikan sekira 4 persen dari total populasi Indonesia. Selain itu,
rendahnya pengetahuan anak muda terhadap kesehatan reproduksi (KESPRO),
dan kurangnya akses terhadap informasi yang akurat dan terpercaya tentang
kontrasesi, juga disinyalir menjadi dua penyebab utama hal tersebut ( Dimas,
2018 )
Maka dapat disimpulkan bahwa usia remaja saat ini sangat rentan akan
kehamilan yang didasari pada ketidaktahuan mengenai dampak setelah
melahirkan serta rendahnya pengetahuan mengenai pendidikan seks usia dini.
2. Pengaruh Angka Kehamilan terhadap Kemiskinan
Pengertian Kemiskinan adalah keadaan saat ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan
kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan
dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan
merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan
komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan
yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan,
Kemiskinan merupakan salah satu masalah mendasar yang menjadi pusat
perhatian pemerintah di negara manapun. Di hampir semua negara
berkembang, standar hidup dari sebagaian besar penduduknya cenderung
sangat rendah, jika dibandingkan dengan standar hidup orang-orang di negara
kaya, atau dengan golongan elit di negara mereka sendiri. Standar hidup yang
rendah tersebut terwujud salah satunya dalam bentuk tingkat pendapatan yang
sangat rendah atau kemiskinan (Todaro, 2004).
Adanya standart hidup yang rendah menyababkan kemiskinan menjadi
suatu masalah yang sangat sulit di hadapi oleh para pembuat kebijakan.
Keluarga-keluarga miskin mempunyai kemungkinan lebih besar menjadi
tunawisma, masalah kesehatan, kehamilan remaja, pengangguran, dan
pendidikan rendah dibandingkan dengan keseluruhan populasi. Anggota
keluarga miskin mempunyai kemungkinan lebih besar untuk melakukan
kejahatan dan menjadi korban kejahatan (Dama et al., 2016).
Kehamilan di usia remaja akan menambah tingkat pertumbuhan
penduduk. Pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan kualitas SDM
akan menyebabkan pengangguran serta meningkatkan tingkat kemiskinan yang
ada. Lebih lagi penggangguran yang tercipta dikarenakan meningkatnya
jumlah kehamilan di usia remaja.
Menurut teori Malthus, pertumbuhan penduduk sesuai dengan deret ukur
sedangkan untuk bahan pangan sesuai dengan deret hitung. Berdasarkan hal ini
maka terjadi ketimpangan antara besarnya jumlah penduduk dengan minimnya
bahan pangan yang tersedia.Hal ini merupakan salah satu indikator penyebab
terjadinya kemiskinan.
3. Pentingnya Sex Education Bagi Para Remaja
Sex education adalah pengetahuan bagi anak untuk mengenali fungsi
tubuhnya, memahami etika dan norma sosial serta konsekuensi dari setiap
perbuatannya. Tanpa edukasi seks, rasa penasaran pada anak dapat berakibat ia
mengambil keputusan yang tidak bijaksana saat mengeksplorasi seksualitasnya.
Usia remaja adalah masa pubertas di mana remaja mengalami banyak
sekali perubahan baik secara fisik maupun psikis akibat bergejolaknya hormon.
Agar anak tidak terjerumus dalam perilaku seksual yang berbahaya, perlu
adanya bimbingan agar memahami fungsi seks dan bagaimana mengatasi
perubahan yang mereka alami selama masa pubertas berlangsung. Ajak anak
berdiskusi dengan pikiran terbuka sehingga remaja merasa nyaman
mengutarakan pemikiran dan pertanyaan yang ia miliki kepada orangtua.
Meskipun seks sering dianggap hal yang tabu, nyatanya di Indonesia,
perilaku seks remaja masa kini cukup memprihatinkan. Terlebih dengan
kemajuan teknologi, remaja bisa mengakses berbagai konten berbau seksual
dari internet dan sumber-sumber lainnya. Akibatnya, kasus pornografi,
pelecehan seksual hingga perilaku seks bebas di kalangan remaja kerap
menghiasi berita nasional.
Survey dari Komite Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Kementrian
Kesehatan (Kemenkes) yang dilakukan pada bulan Oktober 2013 menyatakan
bahwa sekitar 62,7% remaja di Indonesia telah melakukan hubungan seks di
luar nikah. Yang lebih miris, 20% dari 94.270 perempuan yang mengalami
hamil di luar nikah masih berusia remaja, dan 21% di antaranya pernah
melakukan aborsi.
Tidak hanya resiko kehamilan di luar nikah, survey tersebut juga
mengungkap fakta kasus infeksi HIV yang dipantau dalam rentang 3 bulan
terjadi sebanyak 10.203 kasus, dan 30% penderitanya berusia remaja.
Fenomena ini terjadi akibat kemudahan akses bagi para remaja untuk
mendapatkan konten pornografi tanpa dibekali sex education pada anak sejak
dini. Di sinilah peran orangtua dalam mendidik anak.
SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan
1) Kehamilan merupakan suatu keadaan dimana seorang wanita yang didalam
rahimnya terdapat embrio atau fetus. Angka kelahiran saat ini di dominasi
oleh remaja usia 15-18 tahun yang terus meningkat. Meningkatnya angka
kehamilan remaja di Indonesia tentu menjadi sebuah pertanyaan besar bagi
pemerintah. Usia remaja saat ini sangat rentan akan kehamilan yang didasari
pada ketidaktahuan mengenai dampak setelah melahirkan serta rendahnya
pengetahuan mengenai pendidikan seks usia dini.
2) Standart hidup yang rendah menyababkan kemiskinan menjadi suatu
masalah yang sangat sulit di hadapi oleh para pembuat kebijakan. Keluarga-
keluarga miskin mempunyai kemungkinan lebih besar menjadi tunawisma,
masalah kesehatan, kehamilan remaja, pengangguran, dan pendidikan
rendah dibandingkan dengan keseluruhan populasi. Anggota keluarga
miskin mempunyai kemungkinan lebih besar untuk melakukan kejahatan
dan menjadi korban kejahatan
3) Sex education yakni upaya serta usaha yang diberikan kepada anak dengan
mencangkup aspek pengajaran, penyadaran, dan penerangan tentang
masalah-masalah seksual agar terbebas dari intimidasi/kekerasan
seksual.Praktisnya, pendidikan seks adalah suatu upaya menyampaikan
informasi mengenai seksualitas secara jelas dan benar untuk anak. Meskipun
seks sering dianggap hal yang tabu, nyatanya di Indonesia, perilaku seks
remaja masa kini cukup memprihatinkan.
2. Saran
1) Bagi remaja, sebaiknya lebih mengetahui mengenai sex education agar
tidak terjerumus kedalam pergaulan yang tidak sehat sehingga
menyebabkan kehamilan yang nantinya akan berdampak besar setelah
melahirkan.
2) Bagi orang tua, sebaiknya mengenalkan sex education kepada anak sejak
usia dini, agar meminimalisir tingkah perilaku anak yang diluar
pengawasan orang tua.
3) Bagi pemerintah, sebaiknya membuat program untuk pengawasan dan
pembelajaran anak usia remaja agar tidak terjadi kehamilan yang nantinya
akan menambah jumlah pertumbuhan dengan akibat banyaknya
pengangguran yang menciptakan kemiskinan karena rendanya pendidikan.

DAFTAR RUJUKAN

Dama, H. Y., Lapian, A. L. C., Sumual, J. I., Pembangunan, J. E., Ekonomi, F.,
Sam, U., & Manado, R. (2016). Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto
(Pdrb) Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Kota Manado (Tahun 2005-2014).
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 16(3), 549–561.
Faturochman. (1990). Pendidikan Seks, Perlukah? Kedaulatan Rakyat, (April).
Hudaya, D. (2012). Faktor Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Penduduk Miskin
di Indonesia. Institut Pertanian Bogor, 10(1), 33–46. Retrieved from
file:///E:/New folder/penelitian ekonometrika/referensi/faktor yang
mempengaruhi tingkat kemiskinan di indonesia.pdf
Kementrian Kesehatan. (2015). jurnal Angka Kematian Ibu. Rubrik Kesehatan,
(021), 12.
Raharja, M. B. (2014). Fertilitas Remaja di Indonesia. Kesmas: National Public
Health Journal, 9(1), 6. https://doi.org/10.21109/kesmas.v9i1.449
Todaro,2004. Analisis Pengaruh Sektor Pertanian dan Sektor Industri Pengolaha
terhadap
Kemiskinan di Jawa Tengah. Universitas Padjajaran
https://www.kompasiana.com/atonimeto/54f672d2a3331157178b4b71/sex-
education-untuk-anak
https://lifestyle.okezone.com/read/2018/09/25/196/1955466/angka-kehamilan-
remaja-di-indonesia-meningkat-500-kehamilan-setiap-tahun-ini-penyebabnya

Anda mungkin juga menyukai