Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS TINGKAT PENCAHAYAAN PADA GERBONG KERETA

LRT JABODETABEK DENGAN MENGGUNAKAN DIALUX EVO

Laporan Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Instalasi Listrik Penerangan dan Teknik Iluminasi

Dosen Pengampu: Massus Subekti, S.Pd., M.T.

DISUSUN OLEH:
1. Muhamad Ilham Kemal (1501620013)
2. Rika Safitri (1501620018)
3. Muhammad Ixsan Setiawan (1501620037)
4. Chika Wynita Ardanie (1501620060)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
laporan yang berjudul “Analisis Tingkat Pencahayaan Pada Gerbong Kereta
LRT Jabodetabek dengan Menggunakan Dialux Evo“ dengan tepat waktu.
Laporan ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Instalasi Listrik
Penerangan dan Teknik Iluminasi di Prodi Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas
Teknik, Universitas Negeri Jakarta. Selain itu, penulis juga berharap makalah
ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang penyusunan proposal
ilmiah.
Penulis sampaikan terima kasih kepada Bapak Massus Subekti, S.Pd.,
M.T. selaku dosen pengampu mata kuliah yang telah ikut serta membantu dan
mendukung penulis dalam mengerjakan makalah ini. Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada teman-teman mahasiswa yang sudah ikut memberi
kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan
makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang mendasar dalam
penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik
konstruktif yang dapat membangun makalah penulis selanjutnya dari pembaca.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Aamiin.
Jakarta, 23 Juni 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................2

1.4 Metode Penulisan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

2.1 Spesifikasi Kereta LRT Jabodetabek...........................................................................3

2.2 Iluminasi Pencahayaan Alami..........................................................................................4

2.3 Iluminasi Pencahayaan Buatan........................................................................................8

BAB III PENUTUP..................................................................................................................12

3.1 Kesimpulan................................................................................................................12

3.2 Saran..........................................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pada saat sekarang ini, kereta api merupakan suatu alat transportasi yang
cukup banyak digunakan. Terutama warga DKI Jakarta, kereta modern jenis Light
Rail Transit ini digunakan sebagai moda transportasi antar Jabodetabok. Lintas Raya
Terpadu (LRT) atau kereta api ringan (bahasa Inggris: Light Rail Transit, light rail)
adalah salah satu sistem Kereta Api Penumpang yang beroperasi di kawasan
perkotaan yang konstruksinya ringan dan bisa berjalan bersama lalu lintas lain atau
dalam lintasan khusus, disebut juga trem. Di dalam LRT dilengkapi dengan beberapa
instalasi, salah satunya yaitu instalasi penerangan. Dengan luas ruangan dalam
gerbong LRT membuat penumpangnya merasa seperti di dalam sebuah ruangan yang
tidak jauh berbeda. Seperti pada ruangan yang ada pada gedung-gedung umumnya.
Hal inilah yang membuat kami ingin membahas tentang bagaimana kualitas
dari penerangan yang dibuat dalam gerbong kereta api, sehingga para penumpang
yang ada di dalamnya bisa merasa nyaman. Terutama kereta api jenis LRT ini.
Dengan perencanaan penerangan yang baik para penumpang akan merasa nyaman
selama dalam perjalanan. Dan yang harus diperhatikan dalam perencanaan
penerangan tidak hanya aman tapi juga penerangan seharusnya tidak mengganggu
pandangan dari penggunanya.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah
berikut ini:
1. Bagaimana spesifikasi dari kereta LRT Jabodetabek itu sendiri?
2. Bagaimana hasil simulasi iluminasi pencahayaan alami pada masing-masing
gerbong LRT Jabodetabek dengan menggunakan Dialux Evo?
3. Bagaimana hasil simulasi iluminasi pencahayaan buatan (lampu) pada masing-
masing gerbong LRT Jabodetabek dengan menggunakan Dialux Evo?
4. Bagaimana skenario agar pencahayaan yang di dapat dalam gerbong LRT
Jabodetabek menjadi seimbang?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan laporan ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui spesifikasi dari kereta LRT Jabodetabek itu sendiri
2. Untuk mengetahui hasil simulasi iluminasi pencahayaan alami pada masing-
masing gerbong LRT Jabodetabek dengan menggunakan Dialux Evo
3. Untuk mengetahui hasil simulasi iluminasi pencahayaan buatan (lampu) pada
masing-masing gerbong LRT Jabodetabek dengan menggunakan Dialux Evo
4. Untuk mengetahui skenario agar pencahayaan yang di dapat dalam gerbong LRT
Jabodetabek menjadi seimbang

1.4 Metode Penulisan


Penulisan laporan ini menggunakan metode pengumpulan data melalui
simulasi menggunakan aplikasi software DIAlux Evo. Pada penelitian ini, penulis
mengambil 2 sampel gerbong kereta LRT Jabodetabek, yaitu gerbong depan (MC1/
MC2) dan gerbong bagian tengah kereta (T1).

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Spesifikasi Kereta LRT Jabodetabek
Kelompok kami melakukan penelitian iluminasi pencahayaan terhadap
rancangan sketsa kereta T1, MC1/ MC2 LRT Jabodetabek. Menurut Wikipedia,
rangkaian kereta ini diproduksi oleh PT. INKA pada tahun 2019-2021, dengan
Panjang gerbong 17.100 mm, lebar 2.650 mm dan tingginya 2.991 mm (atap), 3.685
mm (AC). Disini kami menggunakan metode pengumpulan data melalui simulasi
menggunakan aplikasi software DIAlux Evo. Pada penelitian ini kami mengambil 2
sampel gerbong kereta LRT Jabodetabek, yaitu gerbong depan (MC1/ MC2) dan
gerbong bagian tengah kereta (T1).

Gambar Fisik Kereta LRT Jabodebatek

Gambar Gerbong Depan (MC 1/MC2)

3
Gambar Gerbong Tengah (T1)

2.2 Iluminasi Pencahayaan Alami


Pada simulasi software DIAlux Evo terdapat dua jenis pencahayaan atau
iluminasi, yaitu pencahayaan alami dan pencahyaan buatan. Pencahayaan alami
adalah pencahayaan yang berasal dari sinar matahari langsung, sedangkan
Pencahyaan buatan adalah pencahayaan yang berasal dari lampu, berikut ini adalah
hasil data yang kami dapatkan terkait pencahayaan alami dan pencahyaan buatan
pada software DIAlux Evo.
Dalam percobaan simulasi dengan cahaya alami, kelompok kami mengatur
posisi matahari pada tanggal 15 Maret 2023, karena posisi matahari pada tanggal
tersebut sedang berada di puncak khatulistiwa, sehingga cahaya yang dihasilkan
nampak terang dan memudahkan kami dalam mengkalkulasi perhitungannya.

4
 Gerbong Depan (MC1/MC2)

Gambar Sketsa Gerbong Depan (MC1/MC2) Cahaya Alami

Berikut ini adalah gambar hasil simulasi iluminasi pencahayaan alami pada gerbong
depan:

Gambar Room 1 (Ruang Penumpang T1)

5
Gambar Room 2 (Ruang Kendali MC1/MC2)

Berikut ini adalah Tabel Kalkulasi perhitungan pencahayaan alami di gerbong depan:
NO PENCAHAYAAN (LUX)
RUANGAN
. Min Max Rata-rata
Ruang Penumpang (T1)
1. 18.7 lx 1224 lx 259 lx
Room 1-
Ruang Kendali (MC1/MC2)
2. 49.6 lx 742 lx 202 lx
Room 2-

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pencahayaan pada Ruangan


Penumpang (Room 1 T1) rata-rata nilai pencahayaannya adalah 259 lx, maksimal
pencahayaannya 1224 lx dan minimal pencahayaannya 18.7 lx. Sementara pada
Ruangan Penumpang (Room 2 MC1/MC2) rata-rata pencahayaannya adalah 202 lx,
maksimal pencahayaannya 742 lx dan minimal pencahayaannya 49.6 lx.

6
 Gerbong Tengah (T1)

Gambar Sketsa Gerbong Tengah (T1) Cahaya Alami


Berikut ini adalah gambar hasil simulasi iluminasi pencahayaan alami pada gerbong
tengah:

Gambar Room 1 (Ruang Penumpang T1)

NO PENCAHAYAAN (LUX)
RUANGAN
. Min Max Rata-rata
Ruang Penumpang (T1)
1. 41.1 lx 843 lx 195 lx
Room 1-

7
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pencahayaan pada Ruangan
Penumpang (Room 1 T1) rata-rata nilai pencahayaannya adalah 195 lx, maksimal
pencahayaannya 843 lx dan minimal pencahayaannya 41.1 lx. Pada Gebong
Tengah hanya terdapat 1 ruangan saja jadi tidak ada pembanding dengan ruangan
lainnya.

2.3 Iluminasi Pencahayaan Buatan


Dalam percobaan simulasi dengan cahaya buatan (lampu), kelompok kami
menggunakan lampu Strip (Collingwood), karena lampus strip merupakan lampu
yang termasuk kedalam standar mainlamp dari interior kereta.
 Gerbong Depan (MC1/MC2)

Gambar Sketsa Gerbong Depan (MC1/MC2) Cahaya Buatan

Pada gerbong depan jumlah lampu strip yang digunakan sebanyak 6


buah di Room 2 dan 18 buah lampu di Room 1 Jadi ada 24 lampu. Berikut ini
adalah gambar hasil simulasi iluminasi pencahayaan buatan (lampu) pada
gerbong depan:

8
Gambar Room 1 (Ruang Penumpang T1)

Gambar Room 2 (Ruang Kendali MC1/MC2)

Berikut ini adalah Tabel Kalkulasi perhitungan pencahayaan buatan (lampu) di


gerbong depan:
NO PENCAHAYAAN (LUX)
RUANGAN
. Min Max Rata-rata
Ruang Penumpang (T1)
1. 179 lx 361 lx 310 lx
Room 1-
Ruang Kendali (MC1/MC2)
2. 213 lx 351 lx 301 lx
Room 2-

9
Dari tabel diatas dapat diketahui ruangan yang memiliki cahaya lampu
yang paling terang adalah Ruangan Penumpang (Room 1 T1) dengan nilai
rata-rata pencahayaannya adalah 310 lx, sedangkan untuk Ruangan Kendali
(Room 2 Mc1/MC2) hanya mempunyai rata-rata pencahayaan 301 lx.
Perbedaan nilai pencahayaan dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor seperti
jenis lampu yang digunakan, luas ruangan dan banyaknya jumlah lampu yang
digunakan.
Pada kedua ruangan nilai rata-rata pencahayaan yang didapat berada
diatas 300lx, artinya nilai rata-rata pencahayaan sudah memenuhi standar
pecahayaan pada kereta LRT. Karena nilai standar pencahayaan untuk lampu
Strip pada kereta sebesar 300 lx.

 Gerbong Tengah (T1)

Gambar Sketsa Gerbong Tengah (T1) Cahaya Buatan

Pada gerbong tengah jumlah lampu strip yang digunakan sebanyak 28


buah lampu. Berikut ini adalah gambar hasil simulasi iluminasi pencahayaan
buatan (lampu) pada gerbong tengah:

10
Gambar Room 1 (T1) Cahaya Buatan

Berikut ini adalah Tabel Kalkulasi perhitungan pencahayaan buatan (lampu) di


Gerbong Tengah:
NO PENCAHAYAAN (LUX)
RUANGAN
. Min Max Rata-rata
Ruang Penumpang (T1)
1. 115 lx 318 lx 262 lx
Room 1-

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pencahayaan pada Ruangan


Penumpang (Room 1 T1) rata-rata nilai pencahayaannya adalah 262 lx,
maksimal pencahayaannya 318 lx dan minimal pencahayaannya 115 lx.
Perbedaan nilai pencahayaan dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor seperti
jenis lampu yang digunakan, luas ruangan dan banyaknya jumlah lampu yang
digunakan. Pada Gebong Tengah hanya terdapat 1 ruangan saja jadi tidak ada
pembanding dengan ruangan lainnya. Pada ruangan ini nilai rata-rata
pencahayaan yang didapat berada dibawah 300lx, artinya nilai rata-rata
pencahayaan kurang memenuhi standar pecahayaan pada kereta LRT. Karena
nilai standar pencahayaan untuk lampu Strip pada kereta sebesar 300 lx.

11
2.4 Skenario Agar Pencahayaan Menjadi Seimbang
Pada pencahayaan buatan (lampu) terdapat perbedaan nilai
pencahayaan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk juga
banyaknya jumlah lampu yang digunakan. Lampu adalah salah satu cara
termudah dan terbaik untuk memasukkan lebih banyak cahaya ke area
tertentu. Oleh karena itu, skenario yang akan penulis buat yaitu dengan cara
menambah atau mengurangi jumlah lampu yang digunakan agar pencahayaan
dalam gerbong kereta LRT Jabodetabek menjadi seimbang.

12
Pada gerbong depan Room 1, penulis mengurangi jumlah lampu strip
yang digunakan, yang semula berjumlah 36 lampu dikurangi menjadi 32
lampu. Sehingga pencahayaan lampu menjadi lebih seimbang dengan minimal
pencahayaannya sebesar 154 lux, maksimal pencahayaan sebesar 324 lux, dan
rata rata pencahayaannya sebesar 278 lux. Sedangkan pada Room 2 lampu
strip yang digunakan semula 6 lampu menjadi 4 lampu. sehingga mendapat

Pada gerbong tengah, penulis menambahkan jumlah lampu strip yang

digunakan, yang pada mulanya berjumlah 18 lampu ditambahkan menjadi 28


lampu. Setelah di tambahkan lampu, pencahayaan di ruangan menjadi lebih
seimbang, dengan minimal luxnya sebesar 151 lux, dan max nya 298 lux, serta
rata rata luxnya sebesar 256 lux.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan iluminasi pencahayaan terhadap rancangan sketsa
kereta T1, MC1/MC2 LRT Jabodetabek yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang
dapat diambil sebagai berikut :
1. Pencahayaan alami (sinar matahari langsung) dan pencahayaan buatan (lampu)
merupakan dua jenis pencahayaan yang dianalisis dalam penelitian ini.
2. Pada pencahayaan alami, rata-rata pencahayaan di Ruangan Penumpang (Room 1
T1) adalah 259 lx, dengan nilai maksimal 1224 lx dan nilai minimal 18.7 lx.
Sedangkan pada Ruangan Kendali (Room 2 MC1/MC2), rata-rata pencahayaan
adalah 202 lx, dengan nilai maksimal 742 lx dan nilai minimal 49.6 lx.
3. Pada pencahayaan alami di Gerbong Tengah (T1), rata-rata pencahayaan di
Ruangan Penumpang (Room 1 T1) adalah 195 lx, dengan nilai maksimal 843 lx
dan nilai minimal 41.1 lx. Karena hanya terdapat satu ruangan di gerbong tengah,
tidak ada pembanding dengan ruangan lainnya.
4. Pada pencahayaan buatan menggunakan lampu strip, rata-rata pencahayaan di
Ruangan Penumpang (Room 1 T1) pada gerbong depan adalah 310 lx, dengan
nilai minimal 179 lx dan nilai maksimal 361 lx. Pada Ruangan Kendali (Room 2
MC1/MC2) di gerbong depan, rata-rata pencahayaan adalah 301 lx, dengan nilai
minimal 213 lx dan nilai maksimal 351 lx.
5. Pada pencahayaan buatan di Gerbong Tengah (T1), rata-rata pencahayaan di
Ruangan Penumpang (Room 1 T1) adalah 262 lx, dengan nilai minimal 115 lx
dan nilai maksimal 318 lx.
6. Nilai rata-rata pencahayaan pada pencahayaan buatan di kedua gerbong (depan
dan tengah) berada di atas 300 lx, yang memenuhi standar pencahayaan untuk
lampu strip pada kereta LRT.
7. Perbedaan nilai pencahayaan dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor seperti
jenis lampu yang digunakan, luas ruangan dan banyaknya jumlah lampu yang
digunakan.

12
3.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, beberapa saran yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut:
1. Pada Gerbong Tengah (T1), perlu dilakukan peningkatan pencahayaan buatan
untuk mencapai standar pencahayaan minimal 300 lx. Hal ini dapat dilakukan
dengan menambah jumlah lampu strip atau menggunakan jenis lampu yang
lebih terang.
2. Dalam penelitian selanjutnya, dapat dilakukan perbandingan pencahayaan
antara gerbong depan dan gerbong tengah dengan menggunakan lebih banyak
sampel gerbong. Hal ini akan memberikan gambaran yang lebih komprehensif
mengenai kondisi pencahayaan di berbagai bagian kereta.
3. Selain pencahayaan, penelitian lebih lanjut juga dapat melibatkan faktor-faktor
lain yang berpengaruh terhadap kenyamanan penumpang, seperti

13

Anda mungkin juga menyukai