Kelompok 10B - LRT Jabo - 1501600110
Kelompok 10B - LRT Jabo - 1501600110
DISUSUN OLEH:
1. Muhamad Ilham Kemal (1501620013)
2. Rika Safitri (1501620018)
3. Muhammad Ixsan Setiawan (1501620037)
4. Chika Wynita Ardanie (1501620060)
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
laporan yang berjudul “Analisis Tingkat Pencahayaan Pada Gerbong Kereta
LRT Jabodetabek dengan Menggunakan Dialux Evo“ dengan tepat waktu.
Laporan ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Instalasi Listrik
Penerangan dan Teknik Iluminasi di Prodi Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas
Teknik, Universitas Negeri Jakarta. Selain itu, penulis juga berharap makalah
ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang penyusunan proposal
ilmiah.
Penulis sampaikan terima kasih kepada Bapak Massus Subekti, S.Pd.,
M.T. selaku dosen pengampu mata kuliah yang telah ikut serta membantu dan
mendukung penulis dalam mengerjakan makalah ini. Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada teman-teman mahasiswa yang sudah ikut memberi
kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan
makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang mendasar dalam
penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik
konstruktif yang dapat membangun makalah penulis selanjutnya dari pembaca.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Aamiin.
Jakarta, 23 Juni 2023
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
3.1 Kesimpulan................................................................................................................12
3.2 Saran..........................................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat sekarang ini, kereta api merupakan suatu alat transportasi yang
cukup banyak digunakan. Terutama warga DKI Jakarta, kereta modern jenis Light
Rail Transit ini digunakan sebagai moda transportasi antar Jabodetabok. Lintas Raya
Terpadu (LRT) atau kereta api ringan (bahasa Inggris: Light Rail Transit, light rail)
adalah salah satu sistem Kereta Api Penumpang yang beroperasi di kawasan
perkotaan yang konstruksinya ringan dan bisa berjalan bersama lalu lintas lain atau
dalam lintasan khusus, disebut juga trem. Di dalam LRT dilengkapi dengan beberapa
instalasi, salah satunya yaitu instalasi penerangan. Dengan luas ruangan dalam
gerbong LRT membuat penumpangnya merasa seperti di dalam sebuah ruangan yang
tidak jauh berbeda. Seperti pada ruangan yang ada pada gedung-gedung umumnya.
Hal inilah yang membuat kami ingin membahas tentang bagaimana kualitas
dari penerangan yang dibuat dalam gerbong kereta api, sehingga para penumpang
yang ada di dalamnya bisa merasa nyaman. Terutama kereta api jenis LRT ini.
Dengan perencanaan penerangan yang baik para penumpang akan merasa nyaman
selama dalam perjalanan. Dan yang harus diperhatikan dalam perencanaan
penerangan tidak hanya aman tapi juga penerangan seharusnya tidak mengganggu
pandangan dari penggunanya.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah
berikut ini:
1. Bagaimana spesifikasi dari kereta LRT Jabodetabek itu sendiri?
2. Bagaimana hasil simulasi iluminasi pencahayaan alami pada masing-masing
gerbong LRT Jabodetabek dengan menggunakan Dialux Evo?
3. Bagaimana hasil simulasi iluminasi pencahayaan buatan (lampu) pada masing-
masing gerbong LRT Jabodetabek dengan menggunakan Dialux Evo?
4. Bagaimana skenario agar pencahayaan yang di dapat dalam gerbong LRT
Jabodetabek menjadi seimbang?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Spesifikasi Kereta LRT Jabodetabek
Kelompok kami melakukan penelitian iluminasi pencahayaan terhadap
rancangan sketsa kereta T1, MC1/ MC2 LRT Jabodetabek. Menurut Wikipedia,
rangkaian kereta ini diproduksi oleh PT. INKA pada tahun 2019-2021, dengan
Panjang gerbong 17.100 mm, lebar 2.650 mm dan tingginya 2.991 mm (atap), 3.685
mm (AC). Disini kami menggunakan metode pengumpulan data melalui simulasi
menggunakan aplikasi software DIAlux Evo. Pada penelitian ini kami mengambil 2
sampel gerbong kereta LRT Jabodetabek, yaitu gerbong depan (MC1/ MC2) dan
gerbong bagian tengah kereta (T1).
3
Gambar Gerbong Tengah (T1)
4
Gerbong Depan (MC1/MC2)
Berikut ini adalah gambar hasil simulasi iluminasi pencahayaan alami pada gerbong
depan:
5
Gambar Room 2 (Ruang Kendali MC1/MC2)
Berikut ini adalah Tabel Kalkulasi perhitungan pencahayaan alami di gerbong depan:
NO PENCAHAYAAN (LUX)
RUANGAN
. Min Max Rata-rata
Ruang Penumpang (T1)
1. 18.7 lx 1224 lx 259 lx
Room 1-
Ruang Kendali (MC1/MC2)
2. 49.6 lx 742 lx 202 lx
Room 2-
6
Gerbong Tengah (T1)
NO PENCAHAYAAN (LUX)
RUANGAN
. Min Max Rata-rata
Ruang Penumpang (T1)
1. 41.1 lx 843 lx 195 lx
Room 1-
7
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pencahayaan pada Ruangan
Penumpang (Room 1 T1) rata-rata nilai pencahayaannya adalah 195 lx, maksimal
pencahayaannya 843 lx dan minimal pencahayaannya 41.1 lx. Pada Gebong
Tengah hanya terdapat 1 ruangan saja jadi tidak ada pembanding dengan ruangan
lainnya.
8
Gambar Room 1 (Ruang Penumpang T1)
9
Dari tabel diatas dapat diketahui ruangan yang memiliki cahaya lampu
yang paling terang adalah Ruangan Penumpang (Room 1 T1) dengan nilai
rata-rata pencahayaannya adalah 310 lx, sedangkan untuk Ruangan Kendali
(Room 2 Mc1/MC2) hanya mempunyai rata-rata pencahayaan 301 lx.
Perbedaan nilai pencahayaan dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor seperti
jenis lampu yang digunakan, luas ruangan dan banyaknya jumlah lampu yang
digunakan.
Pada kedua ruangan nilai rata-rata pencahayaan yang didapat berada
diatas 300lx, artinya nilai rata-rata pencahayaan sudah memenuhi standar
pecahayaan pada kereta LRT. Karena nilai standar pencahayaan untuk lampu
Strip pada kereta sebesar 300 lx.
10
Gambar Room 1 (T1) Cahaya Buatan
11
2.4 Skenario Agar Pencahayaan Menjadi Seimbang
Pada pencahayaan buatan (lampu) terdapat perbedaan nilai
pencahayaan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk juga
banyaknya jumlah lampu yang digunakan. Lampu adalah salah satu cara
termudah dan terbaik untuk memasukkan lebih banyak cahaya ke area
tertentu. Oleh karena itu, skenario yang akan penulis buat yaitu dengan cara
menambah atau mengurangi jumlah lampu yang digunakan agar pencahayaan
dalam gerbong kereta LRT Jabodetabek menjadi seimbang.
12
Pada gerbong depan Room 1, penulis mengurangi jumlah lampu strip
yang digunakan, yang semula berjumlah 36 lampu dikurangi menjadi 32
lampu. Sehingga pencahayaan lampu menjadi lebih seimbang dengan minimal
pencahayaannya sebesar 154 lux, maksimal pencahayaan sebesar 324 lux, dan
rata rata pencahayaannya sebesar 278 lux. Sedangkan pada Room 2 lampu
strip yang digunakan semula 6 lampu menjadi 4 lampu. sehingga mendapat
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan iluminasi pencahayaan terhadap rancangan sketsa
kereta T1, MC1/MC2 LRT Jabodetabek yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang
dapat diambil sebagai berikut :
1. Pencahayaan alami (sinar matahari langsung) dan pencahayaan buatan (lampu)
merupakan dua jenis pencahayaan yang dianalisis dalam penelitian ini.
2. Pada pencahayaan alami, rata-rata pencahayaan di Ruangan Penumpang (Room 1
T1) adalah 259 lx, dengan nilai maksimal 1224 lx dan nilai minimal 18.7 lx.
Sedangkan pada Ruangan Kendali (Room 2 MC1/MC2), rata-rata pencahayaan
adalah 202 lx, dengan nilai maksimal 742 lx dan nilai minimal 49.6 lx.
3. Pada pencahayaan alami di Gerbong Tengah (T1), rata-rata pencahayaan di
Ruangan Penumpang (Room 1 T1) adalah 195 lx, dengan nilai maksimal 843 lx
dan nilai minimal 41.1 lx. Karena hanya terdapat satu ruangan di gerbong tengah,
tidak ada pembanding dengan ruangan lainnya.
4. Pada pencahayaan buatan menggunakan lampu strip, rata-rata pencahayaan di
Ruangan Penumpang (Room 1 T1) pada gerbong depan adalah 310 lx, dengan
nilai minimal 179 lx dan nilai maksimal 361 lx. Pada Ruangan Kendali (Room 2
MC1/MC2) di gerbong depan, rata-rata pencahayaan adalah 301 lx, dengan nilai
minimal 213 lx dan nilai maksimal 351 lx.
5. Pada pencahayaan buatan di Gerbong Tengah (T1), rata-rata pencahayaan di
Ruangan Penumpang (Room 1 T1) adalah 262 lx, dengan nilai minimal 115 lx
dan nilai maksimal 318 lx.
6. Nilai rata-rata pencahayaan pada pencahayaan buatan di kedua gerbong (depan
dan tengah) berada di atas 300 lx, yang memenuhi standar pencahayaan untuk
lampu strip pada kereta LRT.
7. Perbedaan nilai pencahayaan dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor seperti
jenis lampu yang digunakan, luas ruangan dan banyaknya jumlah lampu yang
digunakan.
12
3.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, beberapa saran yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut:
1. Pada Gerbong Tengah (T1), perlu dilakukan peningkatan pencahayaan buatan
untuk mencapai standar pencahayaan minimal 300 lx. Hal ini dapat dilakukan
dengan menambah jumlah lampu strip atau menggunakan jenis lampu yang
lebih terang.
2. Dalam penelitian selanjutnya, dapat dilakukan perbandingan pencahayaan
antara gerbong depan dan gerbong tengah dengan menggunakan lebih banyak
sampel gerbong. Hal ini akan memberikan gambaran yang lebih komprehensif
mengenai kondisi pencahayaan di berbagai bagian kereta.
3. Selain pencahayaan, penelitian lebih lanjut juga dapat melibatkan faktor-faktor
lain yang berpengaruh terhadap kenyamanan penumpang, seperti
13