Anda di halaman 1dari 18

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

KELOMPOK KERTAS 5

PENDEKATAN DALAM KONSELING

“Konseling Analisis Transaksional (KONSTRAN)”

Pengajar:

1. Dr. Nurfarhanah, S.Pd., M.Pd.,Kons.


2. Dr. Puji Gusri Handayani, M.Pd.,Kons.

Disusun oleh kelompok 5:

1.Dzillan Dzaliila (21006113)


2. Layla Hadi Khaswita (21006124)
3. Nahdiya Khaulah Winanti. D (21006134)
4. Samina Kotipura (21006156)

DEPARTEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahiim.
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat

kesehatan baik lahir maupun batin sehingga penulis dapat menyusun makalah ini

dengan judul “Analisis Transaksional Konseling” untuk menyelesaikan tugas kelompok 5

pada mata kuliah Pendekatan dalam Konseling. Dan tidak lupa Shalawat dan salam

semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai risalah untuk umat

manusia di seluruh dunia. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.

Nurfarhanah, S.Pd., M.Pd., Kons. Dan Bu Dr. Puji Gusri Handayani, M.Pd., Kons. Sebagai

dosen mata kuliah Pendekatan Konseling pada Jurusan Bimbingan dan


Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan, untuk

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini di

masa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat dalam menambah wawasan dan

pengetahuan bagi para pembaca dan khususnya bagi penulis.

Padang, Oktober 2023

Grup 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C.Tujuan
PEMBAHASAN BAB II
A. Struktur kepribadian
B.Motivasi Hidup
C.Jenis-Jenis Transaksi
D. Perkembangan Kepribadian Yang Sehat

E. Perkembangan Kepribadian Yang Abnormal

F.Tujuan Konseling
G.Proses Konseling
H.Teknik Konseling
I. Sumbangan Pendekatan Analisis Transaksional

PENUTUPAN BAB III

A.Kesimpulan
B.Saran
REFERENSI
BAB I
PERKENALAN
A.Latar Belakang
Pendekatan Analisis Transaksional (AT) ini dipelopori oleh seorang dokter

jiwa yang bernama Erick Berne dan dikembangkannya semenjak mulai pada

tahun 1950. Menurut Berne cara terapi yang biasa digunakan memerlukan

waktu yang terlalu lama, dan belum tentu berhasil. Oleh karena itu Berne

mencari cara yang lebih praktis untuk menyembuhkan orang yang memerlukan

terapi psikologis. Dengan demikian dikembangkannyalah sebuah terapi yang

kemudian dinamakan dengan Analisisi Transaksional (AT). Transaksional

maksudnya adalah hubungan komunikasi antara seseorang dengan orang lain.

Dengan demikian model Analisis Transaksional lebih banyak diterapkan

dalam suasana kelompok yaitu suasana dimana terdapat hubungan dengan

orang lain. dijelaskan, menyangkut komunikasi antara dua orang atau lebih yang

meliputi bagaimana bentuk, cara dan isi komunikasi mereka. Analisis

Transaksional termasuk ke dalam kelompok model psikoanalisis baru

(neoanalitik), karena Analisis Transaksional berpendapat bahwa dalam

kepribadian seseorang terdapat unsur-unsur yang saling berkaitan. Pendekatan

ini juga menekankan fungsi dan peran ego, seperti halnya yang terdapat pada

Psikoanalisis Klasik.

Analisis Transaksional meyakini bahwa pada diri setiap manusia itu terdapat

unsur-unsur kepribadian yang terstruktur, dan itu merupakan suatu kesatuan yang

disebut dengan “ego state” atau pernyataan ego. Ego-state sebagai corak perasaan

dan pengalaman yang berkaitan secara luas dan yang sesuai dengan corak yang

selaras dengan tingkah laku. Definisi ini menetapkan beberapa unsur secara jelas

bahwa setiap keadaan Ego ditentukan oleh perasaan dan pengalaman bersama-

sama secara selaras, dan ditentukan bahwa tingkah laku yang sesuai dengan

keadaan Ego tertentu selalu selaras juga, serta terdapat hubungan langsung antara

pengalaman perasaan dan tingkah laku yang serasi. Perasaan, pengalaman tingkah

laku pada ketiga Ego state merupakan gambaran dan ekspresi dari Ego state yang

sama.
Dengan demikian model Ego state dapat menentukan Ego state mana yang aktif

jika kita mengamati tingkah laku seseorang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Saja Struktur Kepribadian?
2. Apa Saja Motivasi Hidup?
3. Apa Saja Jenis-Jenis Transaksi?
4. Apa Saja Perkembangan Kepribadian Yang Sehat?

5. Apa Saja Perkembangan Kepribadian Yang Tidak Normal?

6. Apa Saja Tujuan Konseling?


7. Apa Saja Proses Konseling?
8. Apa Saja Teknik Konseling?
9. Apa Saja Sumbangan Pendekatan Analisis Transaksional?

C.Tujuan
1. Untuk Mempelajari Struktur Kepribadian

2. Untuk Mengetahui Motivasi Hidup


3. Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Transaksi
4. Untuk Mengenal Perkembangan Kepribadian Yang Sehat
5. Untuk Perkembangan Perkembangan Kepribadian Yang Abnormal

6. Untuk Mengetahui Tujuan Konseling


7. Untuk Mengetahui Proses Konseling

8. Untuk Mengetahui Teknik Konseling


9. Untuk Mengetahui Sumbangan Pendekatan Analisis Transaksional
BAB II
DISKUSI
A. Struktur kepribadian
Pendekatan analisis transaksional dipelopori oleh Erick Berne dan

dikembangkan semenjak tahun 1950. Maksud transaksionalnya adalah

hubungan komunikasi antara seseorang dengan orang lain. Adapun hal yang

dijelaskan yaitu meliputi bagaimana bentuk cara dan isi dari komunikasi mereka.

Dari hasil analisis dapat ditarik kesimpulan apakah transaksi yang terjadi

berlangsung secara tepat, benar dan wajar. Bentuk, cara dan isi komunikasi

dapat menggambarkan apakah seseorang tersebut sedang mengalami masalah

atau tidak. Analisis transaksional berpendapat bahwa dalam kepribadian

seseorang terdapat unsur-unsur yang saling berkaitan. Pendekatan ini juga

menekankan fungsi dan pendekatan ego.

Ketika Berne menghadapi klien, ia menemukan bahwa kliennya kadang-

kadang berpikir, berperasaan dan berperilaku seperti anak-anak, tapi di lain

kesempatan terlihat seperti orang tua atau orang dewasa. Teori Transaksional

menggambarkan bagaimana manusia terstruktur secara psikologis. Ia

menggunakan model yang mungkin paling terkenal, model keadaan ego untuk

melakukan hal ini. Model yang sama membantu menjelaskan bagaimana orang

berfungsi dan mengekspresikan kepribadiannya dalam perilakunya. Analisis

transaksional meyakini bahwa pada diri setiap manusia terdapat unsur-unsur

kepribadian yang terstruktur dan itu merupakan satu kesatuan yang disebut

dengan “ego state”.

Hansen, 1977(Taufik, Lisa, 2023:87-89) Berikut beberapa unsur yang terdapat

dalam ego state antara lain:

1. Keadaan ego anak

Yaitu bentuk tindakan seseorang yang didasarkan pada reaksi


emosional yang spontan, reaktif, humor, kreatif, serta inisiatif. Isi
pernyataan ego state anak ini seperti ciri-ciri pribadi anak-anak misalnya:
manja, riang, melucu dan sebagainya. Ego state child ini diwarnai oleh
perasaan yang mulai terbentuk pada usia 7 tahun pertama.
2. Keadaan ego orang tua

Yaitu kelakuan, pemikiran dan perasaan yang ditiru dari orang tua atau

pembina lainnya. Tidak terbatas ego state parent ini memiliki ciri-ciri pribadi yang

menampilkan ke orang tuaan yaitu memerintah, menasehati, membimbing,

mengarahkan. Ego state parent ini diwarnai oleh moral dan nilai-nilai. Jadi corak

ego state orang tua ini meningkatkan kembali perasaan, pemikiran,

pengamatan, dan tingkah laku orang-orang yang ditiru dari figur orang tua atas

dasar pengalaman masa kecilnya.

3. Keadaan ego orang dewasa

Yaitu bentuk tindakan seseorang yang berdasarkan dasar pikiran yang

logis, rasional, objektif, dan bertanggung jawab. Kelakuan, pemikiran dan

perasaan yang merupakan tanggapan langsung terhadap situasi saat itu tanpa

mempengaruhi orang tua atau perilaku masa kecil. Jadi corak ego state dewasa

berpegang pada akal sehat.

B.Motivasi Hidup
Hansen (Taufik, 2000:101) membagi kebutuhan psikologis manusia
menjadi tiga bagian analisis menurut transaksional yaitu:
1. Kebutuhan akan memperoleh rangsangan

Sentuhan yang diberika bisa bersifat fisikah (salaman,


tepukan,belaian), rohaniah (perhatian, senyuman, sapaan), positif (pujian,

sanjungan)maupun negatif (ejekan, cemoohan, hinaan). Sentuhan akan

memberikan warna tersendiri bagi individu, jika sentuhan itu bersifat sistematis

maka anak-anak akan menerima apa adanya. Misalnya anak yang biasa

mendengar kata-kata kasar dari orang tua, apabila dia tidak mendengar katakata

tersebut maka dia akan merasakan keanehan.

2. Kebutuhan untuk menstruktur waktu

Enam bentuk hubungan yang dipilih seseorang dalam mencari sentuhan; A.

Dengan aksen

Memutuskan hubungan atau hubungan menarik diri. Individu mencari

sentuhan dengan berbicara sendiri, berfantasi.


B. Upacara

Individu melaukan hubungan sosial untuk memperoleh sentuhan

dengan sedikit energi atau juga melihat sedikit risiko.

C. Waktu berlalu

Individu mencari sentuhan dengn melalukan waktu\membiarkan waktu

berlalu tanpa sesuatu yang jelas.

D. Aktivitas
Melakukan suatu kegiatan dimana dalam kegiatan itu diperoleh
sentuhan.
e. permainan

Individu yang berusaha memperoleh sentuhan dengan cara melakukan

permainan dengan orang lain.

F. Keintiman

Individu memperoleh sentuhan dengan melakukan hubungan intim baik

dengan individu lain ataupun dengan benda.

3. Kebutuhan untuk memperoleh posisi hidup

Analisis transaksional menurut A.Harris (Taufik,2009) membagi

empat posisi hidup yang sering dipilih oleh seseorang yaitu;

A. Saya oke kamu oke


Posisi ini merupakan posisi yang dipilih oleh seseorang apabila ia merasa

beres dan orang lain juga beres. Hubungannya yang terjadi bersifat

evolusioner yaitu berubah secara lambat.

B. Saya oke kamu tidak oke


Posisi ini dipilih oleh seseorang apabila ia merasa posisi beres dan posisi

orang lain tidak beres. Hubungan ini cendrung untuk mengubah pihak

kedua dan bersifat revolusioner yaitu perubahan secara cepat.

C. Saya tidak OK kamu OK


Orang yang berada dalam posisi ini adalah orang yang merasa
dirinya tidak beres dan orang lainlah yang beres. Sifat dasar ini
devolusioner yaitu berubah secara lambat. Biasanya orang yang
memilih posisi ini mempunyai sifat rendah diri.
D. Saya tidak OK kamu tidak OK
Orang yang berada pada posisi ini merasa dirinya tidak beres dan orang lain

pun dirasaka tidak beres. Hubungannya tidak jelas yaitu siapa yang

mengubah siapa yang bersifat obvolusioner.

C.Jenis-Jenis Transaksi
Dalam memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh sentuhan, individu

selalu menempati tipe-tipe transaksi tertentu. Eric Berne (Gerald Corey, 1988)

membagi jenis transaksi menjadi tiga yaitu transaksi sejajar, silang dan

terselubung. Berikut ini dijelaskan masing-masing dari ketiga jenis transaksi

yang dimaksud.

Gerald Corey (Taufik, 2017:108) membagi jenis transaksi menjadi tiga


bagian yaitu:
1. Transaksi sejajar
Transaksi ini terjadi apabila suatu pesan yang ditujukan dari Ego state ke

Ego state yang dituju, dipahami dan mendapatkan respon yang sesuai. Transaksi

ini dapat dilanjutkan tanpa ada masalah. Individu yang berkomunikasi dengan

menampilkan ego negara tertentu dan ditujukan pada penampilan ego negara

tertentu pula maka respon orang yang menjadi lawan berkomunikasi,

ditampilkan juga seperti apa yang diharapkan.

2. Transaksi silang
Penampilan ego menyatakan seseorang sehingga respon yang diberikan

tidak sesuai dengan yang diharapkan. penampilan ego menyatakan seorang dan

respon yang diharapkan tidak sejajar atau silang yaitu tidak sebagaimana yang

diharapkan. Maksudnya adalah transaksi yang terjadi apabila suatu pesan

disampaikan, namun salah terima atau respon yang diterima tidak disangka-

sangka. Penerima menjadi terkejut, dan mengakibatkan sakit hati, atau marah,

contoh: stimulus: “anak-anak sekarang banyak yang tidak beretika”, respon:

Mengapa kamu menyalahkan anak orang.


3. Transaksi terselubung

Penampilan ego menyatakan seseorang yang dalam komunikasi

yang memiliki tujuan terselubung dari maksud pembicaraannya. penampilan

ego state oleh orang yang berkomunikasi tersebut memiliki maksud yang

terselubung seperti kiasan atau sindiran dan sejenisnya. Jenis transaksi ini

lebih kompleks, karena menggunakan dua ES dan mengandung pesan yang

terselubung. Bentuk transaksi ini seperti sindiran, atau "ada maksud tertentu

yang terselubung". Transaksi ini lebih bersifat psikologis, tidak sebagaimana

adanya, dan biasanya akan menimbulkan masalah, seperti perasaan marah,

kecil hati, dendam dan bermusuhan, jika si penerima menyadari maksud

sebenarnya.

D. Perkembangan Kepribadian Yang Sehat

Menurut model Analisis Transaksional, manusia mempunyai potensi yang

positif untuk mengembangkan ego state yang baik. Kemampuan bertransaksi

jelas dimulai sejak individu bergaul dengan orang lain. Pada awalnya bayi itu

mempunyai posisi hidup evolusioner. Akibat pelatihan dari orang tua, anak

dapat menempati posisi hidup yang berbeda-beda. Agar kepribadian dapat

berkembang dengan baik, maka potensi yang positif tadi dapat dikembangkan

guna menyertai posisi hidup yang baik pula melalui suasana “unconditional

stroke” (sentuhan yang tidak bersyarat). Sentuhan yang pakai syarat yaitu yang

diiringi dengan sanksi seperti "awas kalau tidak tidur". Semakin banyak

mensyaratkan sentuhan yang diberikan kepada anak, semakin terbebani dia

dengan sesuatu.

Ciri-ciri kepribadian yang sehat menurut Hansen (Taufik, 2009;111) adalah:

1. Individu dapat menampilkan ego statenya secara luwes sesuai dengan tempat

ia berada

2. Individu berusaha menemukan naskah hidupnya secara bebas serta

memungkinkan pula ia memperoleh sentuhan secara bebas pula.

3. Memilih posisi hidup revolusioner, saya OK kamu Ok


4. Ego statenya bersifat fleksibel tidak kaku dan tidak pul cair.
E. Perkembangan Kepribadian Yang Abnormal
Bagaimana berkembangnya pribadi yang abnormal pada diri seseorang,

dapat dilihat dari ciri-ciri yang terdapat pada orang tersebut ketika dia

melakukan kegiatan transaksi. Ciri tersebut berkenaan dengan bagaimana dia

menampilkan keadaan ego yang ada pada dirinya itu dan bagaimana posisi

hidup yang dianutnya. Semuanya itu akan tampak dari tingkah laku-tingkah laku

yang ditampilkan selama dia melakukan transaksi.

Hansen dkk, (1977) merumuskan empat ciri-ciri dari perkembangan


kepribadian yang abnormal yaitu :
1. Kecenderungan untuk memilih posisi hidup devolusioner revolusioner atau

obvolusioner atau pada dirinya ada “not OK” misalnya memilih untuk tidak

berbuat yang sebetulnya perlu, memilih untuk tidak bertanya, berhias, dan

lain-lain.

2. Kecenderungan untuk mempergunakan ego state yang tunggal, atau hanya satu

saja yang tampil untuk situasi yang berbeda. Misalnya pada situasi dan kondisi

yang berbeda, ego state yang tampil cenderung satu saja apakah ego state

dewasa, orang tua atau selalu anak.

3. Ego state yang ditampilkannya seringkali terlalu “cair” sehingga pasang surut ada batas

antara ego state yang satu dengan yang lainnya atau g statenya bolong.

Ini semuanya berkembang menjadi hingga parenting

4. Ego statenya tercemar, misalnya ego state orang dewasa dicemari oleh ego state

anak, dan ego state orang tua. Bentuk nyatanya berwujud prasangka yaitu

menganggap sesuatu tidak sesuai dengan kenyataan. Bentuk nyata lainnya

adalah delusi, yaitu melihat sesuatu tidak sebagaimana mestinya. Prasangka dan

delusi dapat merusak persepsi dan akhirnya merusak penyesuaian diri. Usaha

untuk menyehatkan kepribadian sendiri adalah melalui cara menghilangkan

prasangka dan delusi tersebut.


F.Tujuan Konseling
Secara umum tujuan yang dicapai dalam konseling Analisisis.
Transaksional adalah membantu klien agar dapat memahami sifat dan jenis
transaksi mereka dengan orang lain sewaktu dia bertransaksi. Pemahaman
ini akan berguna bagi klien sehingga mereka bisa merespons orang lain
secara langsung, menyeluruh dan akrab (Geral Corey, 1988). Tujuan
konseling menurut model Analisis Transaksional ini dapat dirumuskan
sebagai berikut: 1. Agar klien berusaha dengan konselor menghilangkan
pencemaran ego statenya.
2. Setelah polusi terkikis habis, konselor berusaha mengembangkan

kemampuan individu untuk dapat menggunakan ego statenya secara tepat,

sesuai dengan situasi dan kondisi dimana dia berada. Ketika suatu situasi

menuntut ego state dewasa, dia dapat menampilkannya secara mampu.

Begitu juga hendaknya penampilan ego state-ego state yang lain.

3. Apabila hal ini sudah tercapai, maka selanjutnya dia harus dapat

mempergunakan ego state dewasa secara optimal, karena semakin dewasa

dia maka ego state dewasa lah yang mestinya banyak tampil. Untuk

pekerjaan yang menuntut keseriusan, ego state dewasa yang biasanya

mendominasi tampil agar dia dapat sukses memperoleh hasil pekerjaan

tersebut. Efek dari tujuan ini adalah pemikiran dan penalaran individu yang

bersangkutan

4. Membebaskan diri klien dari ketidakstabilan posisi hidup dan mengganti

dengan naskah kehidupan yang lebih produktif serta menempati posisi

hidup "Saya OK, kamu OK".

G.Proses Konseling
Proses Konseling Analisis Transaksional ini dilakukan tiap transaksi yang

dijelaskan. Klien yang tampaknya mengelakkan tanggung jawab diarahkan

untuk mau menerima tanggung jawab pada dirinya sendiri sehingga klien dapat

menyeimbangkan Egogramnya, mendefinisikan kembali skriptnya, serta

melakukan instrospeksi terhadap game yang dijalaninya.


Tahapan Proses Konseling Analisis Transaksional:

1. Bagian pendahuluan digunakan untuk menentukan kontrak dengan klien, baik

mengenai masalah maupun tanggung jawab kedua pihak.

2. Pada bagian kedua baru mengajarkan Klien tentang ego statenya dengan

diskusi bersama Klien.

3. Pembuatan kontrak yang dilakukan oleh klien sendiri, yang berisi tentang apa

yang akan dilakukan oleh klien, bagaimana klien akan melangkah menuju tujuan

yang telah ditetapkan, dan klien mengetahui kapan kontraknya akan habis.

Kontrak berbentuk pernyataan klien konselor untuk bekerja sama mencapai

tujuan dan masing-masing komitmen untuk saling bertanggung jawab.

Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam kontrak, yaitu:

A. Dalam kontrak, konselor dan klien harus melalui transaksi, serta ada

kesepakatan dalam menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapai.

B. Kontrak harus mempertimbangkan beberapa hal, yaitu pertimbangan

pertama yaitu konselor memberikan kepada layanan klien secara

profesional (baik berupa kesempatan maupun keanggotaan)

pertimbangan kedua yaitu, klien memberikan keseimbangan jasa kepada

konselor, dan menandatangani serta melaksanakan isi kontrak sesuai

dengan waktu atau jadwal yang telah ditetapkan.

C. Kontrak memiliki pengertian sebagai suatu bentuk kompetensi antara dua

pihak, yaitu, konselor yang harus memiliki kecakapan untuk membantu

klien dalam mengatasi masalahnya, dan klien harus cukup umur dan

matang untuk memasuki suatu kontrak.

D. Tujuan dari kontrak haruslah sesuai dengan kode etik konseling.

4. Setelah kontrak ini selesai, baru kemudian konselor bersama klien menggali

keadaan ego dan perbaikan sehingga terjadi dan tercapainya tujuan

konseling.
H.Teknik Konseling
Teknik konseling yang digunakan
adalah: 1. Izin
Memperbolehkan klien melakukan apa yang tidak boleh dilakukan oleh

orang tuanya

2. Perlindungan

Melindungi klien dari ketakutan karena klien disuruh melanggar


peraturan orang tua.
3. Potensi
Mendorong klien untuk menjauhkan diri klien dari suntikan yang diberikan

orang tua.

4. Operasi
A. Interogasi
Mengkonfrontasikan kesenjangan-kesenjangan yang terjadi pada diri klien

sehingga berkembangnya respon dewasa dalam dirinya.

B. Spesifikasi
Mengkhususkan hal-hal yang dibicarakan sehingga klien paham
tentang ego statenya.
C. Konfrontasi
Menunjukkan gambaran atau ketidak-beresan pada diri klien

D. Penjelasan
Transaksi dewasa-dewasa yang terjadi antara konselor dengan klien untuk

menjelaskan mengapa hal ini terjadi (konselor mengajar klien)

e. Ilustrasi
Memberikan contoh pengajaran kepada klien agar ego statenya
digunakan secara tepat.
F. Konfirmasi
Mendorong klien untuk bekerja lebih keras lagi.

G. Penafsiran
Membantu klien menyadari latar belakang dari tingkah lakunya

H. Kristalisasi
Menjelaskan kepada klien bahwasanya klien sudah boleh mengikuti

permainan untuk mendapatkan pukulan yang diperlukannya.

I. Sumbangan Pendekatan Analisis Transaksional

Konsep-konsep teori Analisis Transaksional sangat bermanfaat bagi konselor

dalam menemukan aspek-aspek yang berpengaruh dominan dalam diri klien

terutama pada hubungan sosialnya. Konselor dalam menganalisis masalah klien

dapat dengan cara melihat bagaimana kli tersebut bertransaksi selama ini

dengan orang lain daam lingkungannya Kesenjangan-kesenjangan dalam

bertransaksi dapat diperbaiki melak mengubah struktur ego state yang

digunakannya dalam bertransaksi. Konsep-konsep Analisis Transaksi lebih

banyak digunakan dalam kegiatan konseling kelompok.

Berikut ini dapat dikemukakan beberapa konsep AT yang menjadi

konstribusi dalam konseling, antara lain yaitu: Konsepnya tentang hakekat

manusia yang benar-benar dirasakan dan dibutuhkan oleh semua orang yaitu

kebutuhan untuk memperoleh sentuhan. Contoh-contoh ini banyak dapat dilihat

dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang lapar akan cenderung melakukan

tindakan- tindakan yang merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Konselor

dalam hal ini dapat mengkaji tentang bagaimana klien memperoleh sentuhan

selama dalam perjalanan hidupnya. Apabila dia kurang memperoleh sentuhan,

maka konselor membawa klien untuk selalu mendapatkan sentuhan secara

wajar dan benar, melalui cara transaksi yang dapat diterima oleh orang lain.

Perhatian terhadap hal inilah kiranya yang ditonjolkan oleh model Analisis

Transaksional. Berkenaan dengan konsep pemilikan posisi hidup merupakan

bagian yang menunjukkan bagaimana klien memiliki pandangan tentang dirinya

dan orang lain. Pemilihan posisi hidup tersebut akan banyak menentukan sikap

hidup klien. Bagi konselor ini membantu dalam menemukan posisi hidup yang

tidak seharusnya dianut klien, khususnya konselor dengan cara menggali masa

lalu sewaktu klien masih kecil. Konselor memerlukan waktu dalam upaya

mendalami bagaimana klien sampai memilih posisi hidup


tertentu. Penting bagi konselor terutama dalam menemukan arah perubahan

sehingga klien benar-benar menyadari bahwa posisi yang dipilihnya akan sangat

mempengaruhi hidupnya, sehingga bila dia memilih posisi “tidak baik”, maka tingkah

lakunya dalam bertransaksi akan diwarnai oleh keadaan “tidak baik” tersebut dan ini

sukar diterima dalam pergaulan dengan orang lain.


BAB III
PENUTUPAN

A.Kesimpulan
Maksud transaksionalnya adalah hubungan komunikasi antara seseorang

dengan orang lain. Adapun hal yang dijelaskan yaitu meliputi bagaimana bentuk

cara dan isi dari komunikasi mereka Teori Transaksional menggambarkan

bagaimana manusia terstruktur secara psikologis. Ia menggunakan model yang

mungkin paling terkenal, model keadaan ego untuk melakukan hal ini. Dalam

memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh sentuhan, individu selalu

menempati tipe-tipe transaksi tertentu. Menurut model Analisis Transaksional,

manusia mempunyai potensi yang positif untuk mengembangkan ego state

yang baik. Kemampuan bertransaksi jelas dimulai sejak individu bergaul dengan

orang lain. Pada awalnya bayi itu mempunyai posisi hidup evolusioner.

Akibat pelatihan dari orang tua, anak dapat menempati posisi hidup yang

berbeda-beda. Semuanya itu akan tampak dari tingkah laku-tingkah laku yang

ditampilkan selama dia melakukan transaksi. Secara umum tujuan yang dicapai

dalam konseling Analisisis. Transaksional adalah membantu klien agar dapat

memahami sifat dan jenis transaksi mereka dengan orang lain sewaktu dia

bertransaksi. Pemahaman ini akan berguna bagi klien sehingga mereka dapat

merespons orang lain secara langsung, menyeluruh dan familiar Proses Konseling

Analisis Transaksional ini dilakukan tiap transaksi yang dianalisis.

B.Saran
Pemateri menyadari bahwa dalam proses pembuatan dan penyampaian Makalah ini

banyak mengandung kesalahan dan kekeliruan dari kurangnya sumber buku, penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi pemateri untuk mengingatkan dan

memperbaiki segala kesalahan yang dilakukan dalam proses penyusunan. dan menyerahkan

makalah. Terakhir, tidak lupa Pembicara mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT dan

ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu proses penulisan makalah ini.
REFERENSI
Corey, Gerald. (1988).Teori Dan Praktek Konseling Dan Psikoterapi. Bandung:
Eresco.

inti. G., Corey, MS, & Callanan, P. (1988).Permasalahan Dan Etika Dalam Membantu
Profesi. Pembelajaran Wadsworth/Thomson

Hansen, JC Stevic RR., & Warner, RW. (1977).Konseling: Teori Dan Proses.

Taufik. (2009).Model-Model Konseling. Padang: Jurusan BK FIP UNP.

Taufik. (2017).Pendekatan Dalam Konseling. Padang: FIP UNP.

Taufik, Lisa. (2023).Pendekatan Dalam Konseling. Padang: Grup Media Tahta.

Anda mungkin juga menyukai