Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KULIAH LAPANGAN

PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM


HERBARIUM TUMBUHAN DAN INSECTA SERANGGA
DI UNIVERSITAS SRIWIJAYA KABUPATEN OGAN ILIR
SUMATERA SELATAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK : 1
1. ADISYAH RAHMAT (08031182227009)
2. ANGGIE RAHMADINI (08031282227035)
3. ALWI TEDI SAPUTRA (08031382227089)
4. HERA ELVITA SITUMORANG (08031282227055)
5. HERLINA FANSIKA (08031182227003)
6. HUZAIFAH (08031282227019)
7. MELADIA SARI (08031382227083)
8. M.KAFIE (08031382227117)
9. RANOV DI MARTINO (08031282227063)
10. RONAULI BASARIA MANALU (08031382227119)
11. SHAFA KHALISHAH TANJUNG (08031182227043)
12. WIDIASARI (08031182227003)

NAMA ASISTEN : RINA YULIANA


LABORATORIUM BIOSISTEMATIKA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan seluas sekitar 9 juta km 2 yang
terletak diantara dua samudra dan dua benua dengan jumlah pulau sekitar
17.500 buah yang panjang garis pantainya sekitar 95.181 km. Kondisi
geografis tersebut menyebabkan negara Indonesia menjadi suatu negara
megabiodiversitas walaupun luasnya hanya sekitar 1,3% dari luas bumi. Dalam
dunia tumbuhan, flora di wilayah Indonesia termasuk bagian dari flora dari
Malesiana yang diperkirakan memiliki sekitar 25% dari spesies tumbuhan
berbunga yang ada di dunia yang menempati urutan negara terbesar ketujuh
dengan jumlah spesies mencapai 20.000 spesies, 40%-nya merupakan
tumbuhan endemik atau asli Indonesia. Negara Indonesia termasuk negara
dengan tingkat keterancaman dan kepunahan spesies tumbuhan tertinggi di
dunia. Saat ini tercatat sekitar 240 spesies tanaman dinyatakan langka,
diantaranya banyak yang merupakan spesies tanaman budidaya (Kusmana dan
Agus, 2015).
Herbarium adalah istilah untuk pengawetan spesimen tanaman dengan cara
mengeringkan dan menekannya untuk tujuan pengumpulan dan ilmiah. Herbarium
tersebut merupakan bukti otentik tumbuhan jelajah dunia selain berfungsi sebagai
acuan identifikasi untuk mengidentifikasi suatu jenis pohon. Herbarium dibuat
dari spesimen yang telah dewasa, tidak terserang hama, penyakit atau kerusakan
fisik lain. Tumbuhan berhabitus pohon dan semak disertakan ujung batang, daun,
bunga dan buah, sedang tumbuhan berbentuk herba disertakan seluruh habitus.
Herbarium kering digunakan untuk spesimen yang mudah dikeringkan, misalnya
daun, batang, bunga dan akar, sedangkan herbarium basah digunakan untuk
spesimen yang berair dan lembek, misalnya buah (Setyawan et al., 2004).
Dalam dunia Fauna juga, Indonesia dikenal dengan memiliki Fauna yang
beragam. Hingga saat ini tercatat Indonesia menempati Peringkat nomor dua
setelah Brazil dengan kategori keanekaragaman hayati daratan Indonesia.
Keanekaragaman yang tinggi didukung dengan keanekaragaman fauna dan flora

1 Universitas Sriwijaya
yang tinggi. Indonesia memiliki 115 spesies mamalia, 1.500 spesies burung,
sebanyak 600 spesies reptil dan terdapat juga sebanyak 270 spesies amphibi
(Wulandari et al., 2018).
Serangga adalah bagian dari keanekaragaman hayati yang diperlukan untuk
kepunahan atau penurunan keanekaragaman spesies. Serangga memiliki nilai
penting antara lain: nilai ekologi, endemisme, konservasi, pendidikan, budaya,
estetika, dan ekonomi. Serangga merupakan bio-indikator kesehatan hutan.
Penggunaan serangga sebagai bio-indikator akhir-akhir ini dirasakan semakin
penting dengan tujuan utama untuk menggambarkan adanya keterkaitan dengan
kondisifaktor biotik dan abiotik lingkungan. Sejumlah kelompok serangga seperti
kumbang (terutama kumbang pupuk), semut (Subekti. 2013).
Pulau Sumatera dikenal sebagai salah satu pulau yang berada di Indonesia,
memiliki keanekaragaman hayati terbanyak serta beberapa di antaranya masuk ke
dalam kategori endemik atau hanya dapat ditemukan di Sumatera saja setelah
Kalimantan dan Papua. Keanekaragaman tersebut bisa dilihat dari ragam fauna
dan flora yang berbeda – beda pada setiap provinsi di Sumatera. Salah satu
provinsi yang mempunyai flora dan fauna yang khas yaitu Provinsi Sumatera
Selatan. Oleh karena itu, pengetahuan jenis fauna dan flora yang berada Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Kabupaten
Organ Ilir, Sumatera Selatan diperlukan pada kegiatan Kuliah Lapangan kali ini.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat dikaji
dalam kegiatan kuliah lapangan ini adalah untuk mengetahui apa saja jenis
tumbuhan dan hewan yang terdapat di Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Kabupaten Organ Ilir, Sumatera
Selatan.

Tujuan Kuliah Lapangan


Kuliah lapangan bertujuan untuk mengetahui dan mengenal jenis tumbuhan
dan hewan terutama insecta di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sriwijaya, Kabupaten Organ Ilir.

2 Universitas Sriwijaya
Manfaat Kuliah Lapangan
Manfaat dari kuliah lapangan ini adalah untuk mengetahui cara-cara
mendapatkan sampel herbarium dan insectarium dengan teknik tertentu serta
mempraktikkan ilmu pengetahuan dalam mengidentifikasi tumbuhan dan insecta
yang didapatkan.

3 Universitas Sriwijaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Herbarium
Herbarium disebut sebagai istilah yang pertama kali digunakan oleh
Turnefor (1700) untuk tumbuhan obat yang dikeringkan sebagai koleksi. Luca
Ghini (1490-1550) seorang Professor Botani di Universitas Bologna, Italia adalah
orang pertama yang mengeringkan tumbuhan di bawah tekanan dan
melekatkannya di atas kertas serta mencatatnya sebagai koleksi ilmiah
(Ramadhanil, 2003). Herbarium dibuat dari spesimen yang telah dewasa, tidak
terserang hama, penyakit atau kerusakan fisik lain. Tumbuhan berhabitus pohon
dan semak disertakan ujung batang, daun, bunga dan buah, sedang tumbuhan
berbentuk herba disertakan seluruh habitus (Husain et al, 2019).
Herbarium termasuk suatu koleksi spesimen tumbuhan yang diawetkan dan
data terkait yang digunakan untuk penelitian ilmiah.Istilah ini dapat juga merujuk
pada bangunan atau ruangan di mana spesimen-spesimen tersebut disimpan, atau
pada lembaga ilmiah yang tidak hanya menyimpan namun menggunakannya
untuk penelitian (Waqfin, 2020). Spesimen tersebut bisa berupa tumbuhan utuh
atau bagian tumbuhan; biasanya tumbuhan ini dalam bentuk kering yang
dilekatkan pada selembar kertas, namun tergantung pada bahannya, dapat juga
disimpan dalam kotak atau disimpan dalam alkohol atau bahan pengawet lainnya.
Spesimen-spesimen dalam sebuah herbarium sering digunakan sebagai bahan
referensi dalam menjelaskan takson tumbuhan, beberapa spesimen mungkin
merupakan tipe. Herbarium dapat dimanfaatkan sebagai bahan rujukan untuk
mentakrifkan takson tumbuhan, ia mempunyai holotype untuk tumbuhan tersebut.
Herbarium juga dapat digunakan sebagai bahan penelitian untuk para ahli bunga
atau ahli taksonomi. Herbarium dipakai untuk mendukung studi ilmiah lainnya
seperti survey ekologi, studi fitokimia, penghitungan kromosom, melakukan
analisa perbandingan biologi dan berperan dalam mengungkap kajian evolusi
(Susilo, 2019).

4 Universitas Sriwijaya
Jenis jenis Herbarium
Herbarium Kering
Herbarium kering termasuk material tumbuhan yang telah diawetkan
dengan cara dikeringkan atau disebut juga spesimen herbarium kering. Spesimen
tersebut bermanfaat sebagai bahan penunjang pembelajaran dan penelitian,
misalnya sebagai sumber informasi pada materi biologi yang membahas flora dan
ekologi tumbuhan (Martha et al, 2018). Herbarium akan menjadi kegiatan yang
sangat menyenangkan bagi anak-anak karena menggunakan bagian tanaman untuk
diawetkan merupakan suatu hal yang unik sehingga anak tertarik dan antusias
untuk melakukannya. Proses herbarium ini membutuhkan daun-daunan sehingga
sangat mudah untuk dilakukan dan sangat menyenangkan bagi anak (Ranti dan
Hazizah, 2019.) Herbarium kering termasuk koleksi spesimen tumbuhan yang
telah dipres dan dikeringkan, kemudian ditempelken di kertas dan diberi label.
Label berisi tentang identitas penting berupa klasifikasi dan penamaan spesimen
(Fariroh dan Rusdiana, 2020).
Herbarium Basah
Herbarium/awetan basah disebut sebagai spesimen tumbuhan yang telah
diawetkan dan disimpan dalam suatu larutan. Komponen utama yang digunakan
dalam pembuatan larutan pengawet itu antara lain adalah alkohol dan formalin.
Alkohol memiliki kekurangan yaitu dapat menyebabkan hilangnya warna asli
tumbuhan dan juga harga alkohol relatif mahal. Sedangkan formalin lebih murah
harganya dibandingkan alkohol. Selain itu, formalin tidak terlalu besar daya
larutnya terhadap warna-warna yang terdapat pada tumbuhan. Menurut Seels &
Glaslow, Awetan basah merupakan salah satu media realia dalam bentuk
specimen (Salsabila dan Amatda, 2022).

Manfaat Herbarium
Herbarium dapat dimanfaatkan sebagai bahan rujukan untuk mentakrifkan
takson tumbuhan, ia mempunyai holotype untuk tumbuhan tersebut. Herbarium
juga dapat digunakan sebagai bahan penelitian untuk para ahli bunga atau ahli
taksonomi. Herbarium dipakai untuk mendukung studi ilmiah lainnya seperti
survey ekologi, studi fitokimia, penghitungan kromosom, melakukan analisa

5 Universitas Sriwijaya
perbandingan biologi dan berperan dalam mengungkap kajian evolusi. Dibidang
saint dan penelitihan, Para ahli taksonomi dan bunga sering menggunakan
spesimen dalam herbaria sebagai bahan referensi dalam menjabarkan takson
tumbuhan. Data tersebut sangat penting untuk mendukung teori mereka.
Selain itu, herbarium digunakan untuk mendukung studi ilmiah lainnya
seperti halnya survei ekologi, penghitungan kromosom, studi fitokimia, berperan
dalam mengungkap kajian evolusi, serta melakukan analisa perbandingan biologi.
Dibalik fungsi dan kegunaannya yang sangat besar itu, herbaria membutuhkan
perawatan khusus agar terhindar dari kerusakan (Setyawan et al., 2016).

Pengertian Tumbuhan
Tumbuhan dianggap sebagai salah satu komponen yang diperlukan oleh
manusia. Ilmu yang mempelajari mengenai tumbuhan juga sudah mengalami
kemajuan pesat, begitupun sistem pengenalan dan identifikasi tanaman yang
berguna dalam memberi berbagai informasi (Rahmadewi,2018).
Tumbuhan adalah bagian dari makhluk hidup yang kita miliki di alam semesta.
Selain itu tumbuhan adalah mahkluk hidup yang memiliki daun, batang, dan akar
sehingga mampu menghasilkan makanan sendiri dengan menggunakan klorofil
untuk menjalani proses fotosintesis. Bahan makanan yang dihasilkannya tidak
hanya dimanfaatkan untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk manusia dan hewan.
Bukan makanan saja yang dihasilkannya, tetapi tumbuhan juga dapat
menghasilkan Oksigen (O2) dan mengubah Karbondioksida (CO 2) yang dihasilkan
oleh manusia dan hewan menjadi Oksigen (O2) yang dapat digunakan oleh
mahkluk hidup lain (Ferdinand, 2019).

Insecta
Insekta atau juga disebut serangga merupakan kelompok utama dari hewan
beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang). Serangga merupakan
kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan jumlah spesies hampir 80
persen dari jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000 spesies golongan serangga,
sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia. Sebanyak 1.413.000 spesies telah
berhasil diidentifikasi dan dikenal, lebih dari 7.000 spesies baru ditemukan hampir

6 Universitas Sriwijaya
setiap tahun. Hal tersebut yang membuat serangga berhasil dalam
mempertahankan keberlangsungan hidupnya pada habitat yang bervariasi,
kapasitas reproduksi yang tinggi, kemampuan memakan jenis makanan yang
berbeda, dan kemampuan menyelamatkan diri dari musuhnya (Ara dan Nasamsir,
2016).
Peranan insekta dalam kehidupan antara lain yaitu sebagai pemakan zat
organik yang telah membusuk sehingga insekta dapat membantu memisahkan zat-
zat yang berbahaya bagi lingkungan, sebagai makanan bagi hewan-hewan lain
(seperti jenis ikan, unggas, dan mamalia), dan dalam bidang kedokteran larva
lalat hijau sebagai obat bagi jaringan yang membusuk (Dwi et al., 2017).
Kupu-kupu termasuk serangga yang paling indah karena memiliki sayap
yang besar warna-warni. Kupu-kupu sering terlihat berterbangan di sekitar bunga-
bunga. Tubuh serangga termasuk kupu-kupu terbagi atas tiga bagian kepala,
bagian tengah yang disebut toraks dan bagian belakang disebut abdomen. Mata
dan antena kupu-kupu terletak di bagian kepala serangga juga memiliki tiga
pasang kaki dan dua pasang sayap yang berada di atas toraks. Kupu-kupu muda
tidak mirip sama sekali dengan kupu-kupu dewasa, kupu-kupu menetas dari telur
sebagai ullat yang mirip cacing. Ulat tumbuh dan kemudian berubah menjadi pupa
selamat selama tahap ini tubuh ulat berubah menjadi kupu-kupu dewasa
perubahan bentuk ini disebut dengan metamorfosis (Morgan, 2017).

7 Universitas Sriwijaya
BAB III
METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat


Kuliah lapangan ini dilaksanakan 2 hari yaitu pada hari Jum’at tanggal 25
November 2022 pukul 13.00 sampai dengan selesai dan Senin tanggal 28
November 2022 pada pukul 11.00 sampai dengan selesai. Bertempat di sekitaran
Falkultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Kabupaten Ogan Ilir,
Indralaya Utara, Sumatera Selatan.

Alat dan Bahan


Herbarium
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini berupa benang, botol
kispray atau botol semprot,gunting, gunting rumput, jarum,kardus rokok, karton
putih, label, plastik kemplang,slotip bening, tali kasur dan tali rafia. Sedangkan
bahan yang digunakan untuk praktikum ini berupa alkohol.

Insecta
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini berupa botol plastik 1,5
L, doubletape, gunting, golok, insecting net, jarum pentul, karton padi, karton
putih, kertas minyak, lem kayu, plastik mika, sterofoam, toples selai, toples sosis,
dan tusuk sate. Sedangkan bahan yang digunakan berupa alkohol 70% dan kapur
barus

Cara Kerja
Herbarium
Disiapkan alat dan bahan yang digunakan, cari tanaman yang memiliki ciri
seperti berikut liana (batang merambat atau memanjat), perdu, pakis atau pakuan,
cyperacea(rumput-rumputan) dan pohon yang bisa ditemukan di sekitar
lingkungan. Ambillah tumbuhan yang baik yang sekiranya berdaun lebat dan
masih segar serta diusahakan memiliki bunga . lalu, diberi tanda menggunakan
label, setelah itu masukkan ke dalam plastik kemplang yang berukuran besar atau

8 Universitas Sriwijaya
kotak rokok. Apabila ada bunga, maka dipisahkan dari batang dan disimpan ke
dalam amplop cokelat serta diusahakan agar bunga tidak hancur. Setelah sampel
tumbuhan diambil, maka berlanjut ke proses peng-oven-an dan pembungkusan.
Pada proses peng-oven-an, hal yang pertama dilakukan yaitu pilih tanaman
yang mau digunakan lalu cuci tanaman tersebut serta dikeringkan terlebih
dahulu,setelah kering baru didokumentasikan. Setelah itu, pindahkan tumbuhan ke
permukaan koran, letakkan secara hati-hati dan jangan sampai ada yang terlipat,
serta daun diletakkan secara berseling. Siapkan juga alkohol 70% yang sudah
dicairkan dan masukan ke dalam botol kispray, lalu semprot sempel dengan
alkohol disemua sisinya.
Setelah itu, tutup sampel menggunakan koran bagian sebelahnya, dirapikan
dan sedikit ditekan-tekan. Lakukan lakukan hal tersebut sampai sempel terakhir,
kemudian tumpuklah semua sempel dan tutup menggunakan kardus yang tadi,
lalu diikat kuat menggunakan tali raffia hingga tidak ada celah. Kemudian sempel
dikeringkan di dalam oven selama 2 hari dengan suhu 75˚C. Setelah itu, dijahit ke
kertas karton yang telah disesuaikan ukurannya.Pada tahap selanjutnya dilakukan
proses identifikasi dan pembungkusan dengan plastik kemplang.

Insecta
Dalam proses insecta terdapat 2 proses penangkapan yaitu menggunakan
alat insecting net dan trap.proses insecting net.Pertama,disiapkan insecting net,
lalu cari serangga yang tengah hinggap di rerumputan ataupun pada bunga.
Dengan perlahan, dekati serangga tersebut sambil diarahkan insecting netnya.
Lalu tangkap, setelah serangga berada di dalam insecting net, putar pegangan
insecting net. Setelah itu, ambil dengan hati-hati serangga yang sudah
terperangkap tadi dan dipindahkan ke dalam toples sosis serta diberi kapur barus
yang sudah ditumbuk.
Pada proses trap, siapkan alat dan bahan yang digunakan seperti tusuk
sate, plastik mika, gunting, botol plastik dan alkohol tak lupa juga golok atau
cangkul untuk menggali tanah. Pertama, galilah lubang ditempat yang sekiranya
sering dilewati serangga atau strategis lalu, potong botol seukuran atau setinggi
lubang dan isi botol dengan alkohol sampai batas botol. Kemudian, letakan botol

9 Universitas Sriwijaya
yang sudah terisi alkohol kedalam lubang setelah itu, ratakan tanah disekeliling
botol hingga padat dan setinggi botol. Sedangkan untuk bagian atas gunakan tusuk
sate dan plastik mika sebagai atap dan penutup dengan cara tusuk plastik
dibeberapa sisi dengan tusuk sate lalu, tancapkan tusuk sate ke tanah. Pada saat
ditancapkan dirasa kurang kokoh maka tambahkan tusuk sate di sisinya tapi tidak
boleh menutup jalan masuk serangga.Tinggalkan trap selama 1 hingga 2 hari
hingga terdapat serangga yang terperangkap.
Pada proses pembungkusan, siapkan bahan dan alat yang ingin digunakan
seperti sterofom dan jarum. Sterofom dipotong sebesar 5 cm atau potong kecil
sebesar serangga. Lalu, taruhlah serangga diatas sterofom dan tusuk bagian kepala
dan kaki serangga dengan jarum pentul untuk di oven selama 2 atau 3 hari hingga
mengering setelah mengering diidentifikasi jenis serangganya.

10 Universitas Sriwijaya
BAB IV
HASIL DAN DESKRIPSI

Herbarium
Heliciopsis lobata

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophytes
Kelas : Angiospermae
Ordo : Protoales
Famili : Protoaceae
Genus : Heliciopsis
Spesies : Heliciopsis lobata

Deskripsi :
Helciopsis lobata termasuk ke dalam famili protoceae yang biasa disebut
tumbuhan pulutan yang dapat hidup di iklim panas. Pulutan (Heliciopsis lobata)
tumbuh liar diatas tanah kering dan batang pohon yang besar. Heliciopsis
termasuk genus dari sekitar tiga belas spesies pohon, yang bagian dari keluarga
tanaman berbunga Proteaceae. Helciopsis lobata tumbuh secara alami di Burma,
Indo-China. Cina, Sumatera, Jawa (Indonesia) dan Filipina (Koike et al., 2016).

Pteris vinatta

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Filicopsida
Ordo : Polipodiales
Famili : Pteridaceae
Genus : Pteris
Spesies : Pteris vinatta

11 Universitas Sriwijaya
Deskripsi :
Pteris vittata termasuk paku tanah yaitu paku-pakuan yang hidup di tanah,
tembok, dan tebing terjal. Jenis paku ini menyukai kelembapan. Rimpangnya
menjalar pada pemukaan batuan dan akar-akarnya masuk ke celah-celah batu.
Pteris vittata termasuk paku jenis herba, memiliki daun majemuk menyirip, tepi
daunya rata. Bentuk daunya memanjang, berukuran ±3,5 cm, daun Pteris sp.
tergolong anisofil yaitu daunya terdiri dari dua ukuran yaitu yang satu lebih besar
dari yang lainnya. Daun muda menggulung dan akan membuka jika telah dewasa.
Batang Pteris vittata berbentuk bulat beralur secara longitudinal, beruas-ruas
panjang dan kaku, permukaan pada batangnya halus. Permukaan bawah daun
Pteris vittata terdapat sori (bentuk tunggal dari sorus), setiap sorus berisi
kelompok sporangia yaitu penghasil spora (Moertolo, 2018).

Nephrolepis exaltata
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Lomariopsidaceae
Genus : Nephrolepis
Spesies : Nephrolepis exaltata
Deskripsi :
Paku pedang termasuk sekelompok tumbuhan paku dengan lebih kurang 40
jenis yang mudah diketahui karena entalnya memanjang mempunyai bentuk
pedang. Terna epifit atau setengah epifit, mudah dijumpai tumbuh di tepi-tepi
sungai, tebing, atau pada batang palem serta pohon lain. Rimpangnya tipis, mirip
akar. Dari rimpangnya tumbuh ental yang memanjang, bisa mencapai 1,5m
panjang, dengan anak-anak daun tersusun menyirip tunggal, mirip pedang atau
mata tombak. Secara morfologi, paku pedang memiliki 'ental' atau daun yang
tumbuh dengan proses yang khas tumbuhan paku. Daunnya memanjang berbentuk
seperti perangm tepi daunnya sedikit bergerigi dan memiliki batang yang menjalar
diatas atau dibawa permukaan tanah (Megumi, 2015).

12 Universitas Sriwijaya
Dypsis lutescens

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Dypsis
Spesies : Dypsis lutescens

Deskripsi :
Palem kuning (Dypsis lutescens) tanaman hias populer yang biasa dijumpai
di pekarangan. Tumbuhan anggota suku pinang-pinangan (Arecaceae) ini berasal
dari Madagaskar. Seperti palem lainnya, daun tersusun majemuk, menyirip.
Warna helai daun hijau terang, cenderung kekuningan (sehingga disebut palem
kuning). Daun ini memiliki pelepah daun yang cukup panjang dan menutupi
batang yang beruas-ruas. Jumlah anak daun sekitar 80 hingga 100 lembar. Seperti
palem lainnya daun tersusun majemuk, menyirip. Warna helai daun hijau terang
cenderung kekuningan. Tanaman palem kuning yang biasanya hidup di lahan luas
ini termasuk tanaman yang cukup mudah ditanam (Fierman et al., 2017).

Cyperus esculentus

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida
Ordo : Cyperales

Famili : Cyperaceae

Genus : Cyperus

Spesies : Cyperus esculentus

13 Universitas Sriwijaya
Deskripsi :
Tanaman ini termasuk kedalam tanaman liar yang sulit dibasmi karena
menghasilkan umbi yang membuat tanaman ini sangat cepat beregenerasi.
Rimpang rumput teki awalnya berwarna putih dan berdaging kemudian menjadi
berserat, dan berubah menjadi warna coklat tua seiring bertambahnya usia
tanaman. Daun berwarna hijau tua berkilau yang muncul dekat pangkal tanaman
dengan ukuran 5-12 mm dan memiliki panjang kira-kira sampai 50 cm dan
memiliki garis melintang yang menonjol pada bagian tengah daun. Batang
tanaman atau tangkai tegak lurus dengan tinggi mencapai 10-50 cm, dengan
permukaan batang yang halus dan pada ujung batang terdapat percabangan tempat
munculnya bunga yang biasanya terdiri dari 3-9 cabang degan panjang yang tidak
sama. Bunga berbentuk bulir mempunyai 8 - 25 bunga yang berkumpul berbentuk
payung, berwarna kuning atau cokelat kuning (Gleason,2008).

Davallia fejeensis

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Filicenae

Ordo : Davalliales

Famili : Polypodiceae

Genus : Davallia
Spesies : Davallia fejeensis

Deskripsi :
Davallia fejeensis termasuk salah satu genus dari 40 jenis pakis. Davallia
sebagai tumbuhan epifit. bila dilihat secara langsung, maka tumbuhan ini
mempunyai ciri-ciri antara lain rimpangnya kuat,dan ketika masih muda tertutupi
oleh sisik, serta daunnya berbentuk segitiga dan kaku, tepinya bergerigi, dan
permukaanya mengkilat sehingga mudah dilihat. Daunnya berwarna hijau muda
sampai hijau tua. Daun menyirip ganda dua atau lebih dengan urat-urat yang
bebas. Rimpang merayap dengan ruaas-ruas yang panjang, bersisik rapat. Sisik

14 Universitas Sriwijaya
berwarna pirang. Pada davallia ini mempunyai batang yang berupa rimpang dan
berwarna coklat kehitaman. Tumbuhan ini termasuk epifit dan merupakan paku
tanah yang isospor. Ketika masih muda rimpangnya ini tertutupi oleh sisik-sisik
yang padat sehingga warnanya coklat terang. Selain batang dan daun, yang dapat
dilihat secara nyata yaitu, tumbuhan ini mempunytai entalpi. Entalpi berbentuk
panjang dan berjumbai serta menyirip. Pada tangkai entalpi ini berwarna coklat
gelap dan mengkilap (Tjitrosoepomo, 2018).

Colocasia esculenta
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Arales

Famili : Araceae

Genus : Colocasia

Spesies : Colocasia esculenta


Deskripsi :
Colocasia esculenta varietas esculenta dan Colocasia esculenta varietas
antiquoru. Talas memiliki varietas yang dapat dibedakan dari segi morfologinya.
Bentuk umbi, daun, warna umbi, umur panen komposisi kimianya. Batang talas
berbentuk bulat (menyilinder) berwarna coklat agak kehitaman dilengkapi dengan
kuncup ketiak yang terdapat diatas lampung daun tempat munculnya umbi baru,
tunas (stolon) dan terkadang diseliputi oleh bulu-bulu yang halus. Arah tumbuh
batang tegak, sehingga berdasarkan arah tumbuhnya cabang maka talas memiliki
model arsitektur"Chamberlain". Tinggi tanaman ini antara 0.5 1,5 m dan memiliki
daun berjumlah 2 sampai dengan 5 helai. Daun talas termasuk daun lengkap dan
daun tunggal. Tangkai daun berwarna hijau, lembut, panjang 2060 cm, padat
berisi, tetapi memiliki banyak rongga udara yang memungkinkan tanaman
beradaptasi terhadap kondisi tergenang dan bergaris-garis tua. Sifat umum talasan
terdapatnya cairan getah menggigit yang ditemukan di seluruh jaringan (Alfian
dan Rahayu, 2019).

15 Universitas Sriwijaya
Trichosanthes kirilowi

Klasifikasi

Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Cucurbitales

Famili : Cucurbitaceae

Genus : Trichosanthes

Spesies : Trichosanthes
kirilowi

Deskripsi :
Trichosanthes kirilowii termasuk salah satu tanaman berbunga yang masuk
dalam kelompok keluarga Cucurbitaceae dan masuk ke dalam genus
Trichosanthes. Trichosanthes kirilowii sangat unik dan tidak hanya buahnya saja
melainkan hampir seluruh bagiannya digunakan dalam bahan untuk pengobatan
herbal Tiongkok. Oleh karena itu semakin majunya teknologi dan setiap orang
mengetahui tumbuhan tersebut maka penyebarannyapun sampai seluruh dunia
(Radenias, 2016).

4.1.9 Hibiscus rosa-sinensis

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Malvales

Famili : Malvaceae

Genus : Hibiscus

Spesies : Hibiscus rosa-


sinensis

16 Universitas Sriwijaya
Deskripsi :

Hibiscus rosa-sinensis sejenis tanaman semak yang berbentuk pohon


berserabut. Tingginya bisa mencapai 10 meter pada daerah subtropik (biasanya 1-
2,5 meter). Daunnya agak lebar, tipis, bagian pangkalnya agak meruncing,
sedangkan tepi daunnya bergerigi kasar. Selain itu daunnya berwarna hijau
bersinar dan bentuknya oval lebar. Bunga kembang sepatu tumbuh sendirian,
letaknya pada ketiak daun, dan warnanya bervariasi merah muda sampai merah.
Memiliki mahkota daun dengan tangkai benang sari yang banyak dan berwarna
merah, 4-6 putiknya terletak di ujung benang sari. Kelopaknya membentuk garis
sama panjang dengan mahkota 4.

Daun kembang sepatu termasuk daun tidak lengkap karena hanya terdiri
dari tangkai dan helaian daun saja. Bangun daunnya termasuk bangun bulat telur.
Daun kembang sepatu termasuk daun tidak lengkap karena hanya terdiri dari
tangkai dan helaian daun saja. Bangun daunnya termasuk bangun bulat telur.
Ujung daun meruncing karena titik pertemuan kedua tepi daunnya jauh lebih
tinggi dari dugaan, hingga ujung daun. Pangkal daun membulat (rotundus),
susunan tulang daun (Venation) daun bertulang menyirip karena ibu tulang yang
berjalan dari pangkal ke ujung dan merupakan terusan tangkai daun (Ali, 2021).

4.1.10. Melastoma malabathricum

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Myrtales

Famili : Cucurbitaceae

Genus : Melastoma

Spesies : Melastoma
malabathricum

17 Universitas Sriwijaya
Deskripsi :

Tumbuhan senduduk termasuk tumbuhan perdu yang tersebar di hutan


indonesia yang tumbuh di lereng gunung, depan rumah, pinggir jalan tinggi 0,5-4
m. Cabang yang muda bersisik. Daun bertangkai, berhadapan, memanjang atau
bulat telur memanjang dengan ujung runcing, bertulang daun 3,2-20 kali 1-8 cm,
kedua belah sisi berbulu. Bunga bersama-sama 5-18, pada ujung dan diketiak
daun yang tertinggi, berbilang 5. Tabung kelopak berbentuk lonceng, bersisik,
taju dengan sejumlah gigi kecil. Daun pelindung bersisik, langsing, 5 kali 2 mm,
tidak menutupi kuncup.

Daun mahkota bulat telur terbalik, panjang 2-3 cm, ungu merah. Bakal buah
beruang 5, dihubungkan oleh bingkai terhadap tabung kelopak. Buah buni
berbentuk periuk, membuka melintang secara tidak teratur, dimana terlepas
bingkai biji yang merah tua. Biji berbentuk kerang. Tanaman senduduk
mempunyai potensi dan khasiat untuk tumbuhan obat dengan senyawa yang
terkandungan didalm tanaman senduduk adalah flavonoid, saponin, tanin,
steroid/triterpeniod yang terdapat di semua bagian dan berfungsi untuk mencegah
serta menyembuhkan berbagai macam penyakit. Senduduk juga berkhasiat
sebagai pereda demam (antipiretik), penghilang nyeri (Nafsiah et al., 2017).

18 Universitas Sriwijaya
Insecta
Orthetrum sabina
Klasifikasi

Kingdom : Animalia
Filum : Arthpoda
Kelas : Insecta
Ordo : Odonata
Famili : Libellulidae
Genus : Orthetrum
Spesies : Orthetrum sabina

Deskripsi :
Capung merupakan salah satu serangga predator baik dalam bentuk nimfa
maupun imago. Serangga ini dalam bentuk nimfa dapat memangsa larva nyamuk
seperti nyamuk Anopheles, sedangkan dalam bentuk imago dapat memangsa
berbagai jenis serangga hama seperti Leptocorisa acuta (walang sangit). Capung
juga dapat dijadikan sebagai indikator air bersih karena capung dewasa tidak akan
meletakkan telur-telurnya di air tercemar. Air yang tercemar memiliki tegangan
permukaan yang kecil sehingga mengakibatkan telur capung tenggelam. Peran
capung sebagai predator dan bioindikator dapat terwujud jika kondisi lingkungan
sesuai dengan tempat hidupnya. Spesies Capung(Ordo: Odonata) dapat ditemukan
di Taman Nasional Gunung Palung Kalimantan Barat. (Weni et al., 2018).

19 Universitas Sriwijaya
Dysdercus cingulatus
Klasifikasi
Kingdo : Animalia
Filum : Arthpoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Famili :Pyrrhocoridae
Genus : Dysdercus
Spesies : Dysdercus cingulatus

Deskripsi:
Hama buah muda tumbuhan masoy di hutan sekunder Ambaidiru dua fase,
yaitu fase pradewasa (nimfa) dan fase dewasa (imago). Ciri morfologi utama pada
fase imago dan nimfa adalah keseluruhan tubuh berwarna hitam dan orange
kecoklatan, memiliki tiga pasang tungkai yang sama panjang, dan hanya berbeda
pada ukuran tungkai setiap ruas.Tungkai pada bagian femur sedikit lebih besar
dibandingkan bagian tarsus dan tibia.Ciri utama lainnya pada nimfa yaitu 2 spot
hitam di abdomen pada pandangan dorsal dan 2 tanduk kecil pada prothoraks dan
mesothoraks. Jenis hama teridentifikasi berdasarkan ciri morfologi adalah
Dysdercus sp., ordo Hemiptera, famili Pyrrochoridae yang dikenal dengan nama
umum “bapak pucung”. Jenis ini diketahui termasuk dalam kelompok hama
pengisap buah karena memiliki tipe mulut pencucuk pengisap. Tipe mulut
pencucuk terdiri atasrostum (moncong) dan stylet (pengisap). Pada ordo
Hemiptera, rostum tersebut terletak pada bagian anterior kepala (bagian ujung).
Rostum tersebut berbentuk memanjang, dan beruas-ruas sebagai membungkus
stylet. Pada alat pengisap ini terbentuk dua saluran yaitu saluran makanan dan
saluran ludah (Harto, 2015).

20 Universitas Sriwijaya
Siphanta acuta
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthpoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Famili : Fulgoridea
Genus : Siphanta
Spesies : Siphanta acuta

Deskripsi :
Wereng hijau merupakan salah satu hama utama yang sering menyebabkan
kerusakan pada tanaman padi, karena hama tersebut dapat menularkan (vektor)
penyakit tungro. Kerusakan yang diakibatkan oleh wereng hijau dapat terjadi
secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung karena kemampuan wereng
hijau menghisap cairan sel tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman terhambat
dan secara tidak langsung dapat menjadi vektor penyakit tungro. Di Indonesia
terdapat empat spesies wereng hijau, yaitu Nephotettix virescens, N. nigropictus,
N. malayanus, dan N. parvus. Di antara empat spesies tersebut, N. virescens
merupakan vektor yang paling efisien dalam menularkan kompleks virus
penyebab penyakit tungro. Selain wereng hijau, hama yang menjadi kendala
dalam produksi tanaman padi ialah wereng punggung putih. Hama ini mampu
membentuk populasi besar dalam waktu singkat dan merusak tanaman pada fase
pertumbuhan (pracaya, 2017).

21 Universitas Sriwijaya
Valanga nigricornis
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthpoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Famili : Acrididae
Genus : Valanga
Spesies : Valanga
nigricornis

Deskripsi:
Belalang kayu merupakan salah satu dari berbagai jenis Serangga. Spesies
ini termasuk dalam herbivora berwarna coklat yang termasuk ordo Orthoptera.
Valanga nigricornis merupakan serangga herbivora yang berhabitat di pohon
Turi, ketela, dan jati . Belalang merupakan salah satu makanan alternatif yang
dapat Dikonsumsi karena ketersediaannya banyak dan sebagian besar belalang
dapat dikonsumsi Delapan puluh jenis belalang dapat dikonsumsi secara aman.
Belalang biasa ditangkap pada Pagi hari ketika suhu udara sejuk. Beberapa negara
di bagian afrika barat sering menjualnya Di pasar tradisional sebagai makanan
ringan. Belalang dapat dijadikan salah satu sumber Makanan alternatif karena
ketersediaannya yang banyak, bisa dijadikan pangan primer Dilihat dari
pandangan ekologi. Belalang dapat dijual dan disimpan setelah dikeringkan
terlebih dahulu. Belalang diketahui memiliki kandungan nutrisi yang tinggi
belalang mengandung Protein sebanyak 654.2 g/kg, lemak 83.0 g/kg, dan kitin
87.3 g/kg pada berat kering. Kandungan asam amino belalang terutama jenis asam
amino lisin, metionin dan sistein. Apabila dibandingkan dengan jenis serangga
lainnya belalang memiliki kandungan asam Amino yang lengkap karena
dibeberapa jenis serangga memiliki defisiensi asam amino Metionin, sistein, dan
lisin (Asthami et al., 2016).

22 Universitas Sriwijaya
Conocephalus maculates
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthpoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Famili : Tettigoniidae
Genus : Conocephalus
Spesies : Conocephalus
maculates

Deskripsi :
Jumlah spesies belalang yang paling banyak ditemukan selama penelitian
ialah Conocephalus maculatus, Teleogryllus sp., Mecopoda elongata,
Teleogryllus emma, Mecopoda sp. dan Phaneroptera brevis, sedangkan jumlah
spesies belalang yang paling sedikit ditemukan adalah Nisitrus vittratus,
Euconocephalus sp., Onomarchus uninotatus dan Gryllotalpa nympichus.
Conocephalus maculates banyak ditemukan karena spesies ini merupakan salah
satu spesies yang mampu hidup dengan berbagai macam bentuk vegetasi yang
berbeda. Spesies yang paling sedikit didapat adalah Gryllotalpa nympichus karena
hanya pada malam hari akan lebih banyak dijumpai ketika hari hujandan spesies
ini cenderung langka (Wiguna, 2018).

23 Universitas Sriwijaya
Atractomorpha crenulata
Klasifikasi

Kingdom : Animalia
Filum : Arthpoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Famili : Pyrgomorphidae
Genus : Atractomorphidae

Spesies : Atractomorpha
crenulata

Deskripsi :
Serangga ini berasal dari genus Atractomorpha yang memiliki ciri-ciri yaitu
ukuran tubuh 50-58 mm, memiliki sepasang antena yang pendek, bentuk tubuh
kecil memanjang, dan berwarna hijau. bahwa hewan ini berasal dari famili
Pyrgomorphoidae yang mempunyai karakteristiknya yaitu tubuh berwarna hijau,
bentuk tubuh memanjang, bentuk kepala kerucut, memiliki sepasang antena dan
dua pasang sayap. Serangga ini ditemukan pada organ daun tumbuhan Manihot
utilissima Pohl. dan pada saat pengamatan serangga ini sedang memakan
tumbuhan tersebut. serangga Atractomorpha crenulata berperan sebagai hama
pemakan daun tumbuhan (Hadi et al.,2012).

24 Universitas Sriwijaya
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil Kuliah Lapangan yang telah dilakukan, didapatkan


kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada kuliah lapangan kali ini didapatkan beberapa spesies tumbuhan antara
lain, Heliciopsis lobata, Pteris vinatta, Nephrolepis exaltata, Dypsis
lutescens, Cyperus esculentus, Davallia fejeensis, Colocasia esculenta,
Trichosanthes kirilowi, Hibiscus rosa-sinensis, dan Melastoma
malabathricum.
2. Herbarium yang digunakan pada Kuliah lapangan ini adalah Herbarium
berjenis kering, dimana tanaman yang didapat dikeringkan.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi koleksi herbarium adalah lama
pembuatan herbarium, tempat penyimpanan dan faktor lingngkungan seperti
suhu.
4. Pada kuliah lapangan kali ini didapatkan beberapa spesies insecta antara
lain, : Orthetrum sabina, Dysdercus cingulatus, Siphanta acuta, Valanga
nigricornis, Conocephalus maculates dan Atractomorpha crenulata.
5. Dalam proses insecta yang dilakukan pada kuliah lapangan ini terdapat 2
proses penangkapan yaitu menggunakan alat insecting net dan trap.
6. Pemakain kapur barus pada praktikum insectarium bertujuan agar membius
serangga hingga mati sehingga serangga dapat diawetkan.
7. Terdapat 2 cara pengawetan serangga, awetan basah dan awetan kering.
Awetan yang digunakan pada Kuliah Lapangan ini dengan awetan kering
yakni menggunakan kapur barus.
8. Pada proses pemanasan herbarium dengan oven, menggunakan suhu panas
yang terlalu tinggi sehingg mengakibatkan beberapa tumbuhan yang hancur
dan mempengaruhi jumlah tumbuhan yang diperoleh.

25 Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Alfian dan Rahayu, S. 2019. Penghijauan Daun Kupu-Kupu sebagai Penyerap


Emisi Pb dan Debu Kendaraan Bermotor di Jalan Cokroaminoto, Melati,
dan Cut Nyak Dien di Kota Denpasar. Jurnal Ecotrophic. 2(1): 1-11.

Ali, K. 2021. Bunga Kembang Sepatu Dikreasikan Untuk Kesehatan. Jurnal


Nasional Multidisiplin. 1(1): 129-134.

Asthami, N. Teti E., Jaya. M. M. 2016. Mie Instan Belalang Kayu (Melanoplus
cinereus). Jurnal Pangan dan Agroindustri. 4(1) : 238-244.

Bayu, P. K. (2018). Keanekaragaman Capung (Odonata) Di Tepi Sungai Kali


Desa Kali Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara. Junal MIPA, 9(2) : 59 - 62.

Fariroh, I., & Rosdiana, R. Y. (2020). Peningkatan Kompetensi Siswa SMK


Teknologi Pertanian Tugusari Melalui Herbarium Kering dan Perpustakaan
Mini. Abditani : Jurnal Pengabdian Masyarakat, 5(2) : 96 - 100.

Fierman, E., Zakaria, U. 2017. Isolasi Senyawa Aktif Antioksidan Dari Fraksi Etil
Asetat Tumbuhan Paku. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.

Lydia Rosmaretta Gayatri. 2021. Keanekaragaman Hama Tanaman Padi dari Ordo
Orthoptera pada Ekosistem Sawah di Desa Mantingan Kabupaten Ngawi.
Jurnal Pendidikan MIPA. 11(2) :151-157.

Gleason, P. 2018. Eksplorasi Rumput Teki Di Kawasan Cagar Alam Mandor


Kabupaten Landak. Jurnal Protobiont. 3(2): 155 – 165.

Hadi, M., dan Aminah. (2012). Keragamaan Serangga dan Perannya di Ekosistem.
. Jurnal Sains dan Matematika. 2(2):54-57.

Hafida, S. H. n., Ariandi, A. P., Ismiyatin, L. 2020. Pengenalan Etnobotani


Melalui Pembuatan Herbarium Kering di Lingkungan Sekolah MI
Muhammadiyah Plumbon, Wonogiri. Buletin KKN Pendidikan, 2(2) :
79 - 83.

Srihartati Harto. 2015. Perilaku Hama Penghisap Buah Muda Dysdercus sp. Dan
Dampaknya Terhadap Kerusakan Buah Masoy (Cryptocarya massoai
Kostern). Jurnal Kehutanan Papuasia. 1 (2):108-113

Hidayah, A., & Marlina, M. 2020. Aplikasi Insecta Crochet pada Knee Length
Dress. Jurnal Teknologi Busana dan Boga. 10(1) : 44 - 53.

26 Universitas Sriwijaya
Husain, F., Wicaksono, H., Luthfi, A., Wijaya, A. 2019. Berbagi Pengetahuan
Tentang Herbarium Kolaborasi Dosen, Guru, dan Siswa Di MA AL - Asror
Patemon Gunungpati. Jurnal Puruhita. 1(1) : 76 - 84.

Koike, Z., Raden, M,R., dan Tharin,A. 2016. Aktivitas Antioksidan dan
Hepatoprotektif Fenil Glikosida yang Diisolasi Dari Heliciopsis Lobata.
Jurnal Biodiversitas. 2(1): 2-9.

Kotimah, S. K., Prayitno, B. 2021. Keanekaragaman Insekta Noktural di Kebun


Karet desa anjir Mambulau Kecamatan Kapuas Timur Kabupaten Kapuas.
Jurnal Pendidikan Hayati. 7(3) : 142 - 149.

Kusmana, C., Agus H. 2015. Keanekaragaman Hayati Flora di Indonesia. Jurnal


Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. 5(2) : 187-198

Kusmaini. 2017. Pemanfaatan Alat Peraga Tumbuhan Untuk Meningkatkan


Keaktifan dan Hasil Belajar Tentang Hubungan Antara Struktur Bagian
Tumbuhan dengan Fungsinya Bagi PEeserta Didik Kelas IV SD Negeri 1
Menduran Sesemster 1 Tahun Pelajaran 2016/2017. Jurnal Ilmiah Mitra
Swara Ganesha. 4(2) : 109 - 120.

Martha, I. G., Idrus, A. A., Ilhamidi, M. L., Zulkifli, L. 2018. Pelatihan Teknik
Pembuatan Herbarium Kering dan Identifikasi Tumbuhan Berbasis
Lingkungan Sekolah Di SMAN 4 Mataram. Jurnal Pendidikan dan
Pengabdian Masyarakat. 1(1) : 82 - 87.

Megumi, K, A. 2015. Morfologi tumbuhan. Yogyakarta: universitas Gajah Mada.

Moertolo, U. 2018. Inventarisasi Tumbuhan Paku Sebagai Media Pembelajaran


Materi Klasifikasi Tumbuhan. Jurnal Pendidikan Sains dan Matematika.
5(2) : 117-124.

Nafsiah, U., Ardhia, W,S., dan Sagita. 2017. Posisi Ekstrak Daun Senduduk
Sebagai Bahan Tambahan Pangan Pada Sosis Daging Sapi. Jurnal Aplikasi
Teknologi Pangan. 7(3) : 111-115.

Pracaya, 2017. Hama dan Penyakit Tanaman Edisi Revisi. Penebar Swadaya :
Salatiga.

Radenias, A. 2016. Tumbuhan Trichosanthes di Gunung Raung Banyuwangi Jawa


Timur Indonesia. Jurnal Ilmu Dasar. 16(1) : 7-12.

Ranti, E. S., Hazizah, N. 2019. Pengaruh Kegiatan Herbarium Terhadap


Perkembangan Kreativitas Anak di PAUD Kasih Ibu I Luar Parit. Jurnal
PG-PAUD Trunojoyo. 6(1) : 43 - 48.

27 Universitas Sriwijaya
Salsabila, E. S., Atmada, F. 2022. Pengenmabangan Media Pembelajaran
Herbarium IPA Di MSUD. Jurnal Pendidikan dan Khatulistiwa. 11(11) :
2695 - 2703.

Setyawan, A. D, Indrowuryatno, Wiryanto, Winanrno, K., Susilowati, A. 2005.


Tumbuhan Mangrove di Pesisir Jawa Tengah. Universitas Sebelas Maret :
Surakarta

Subekti, N. 2013. Keanekaragaman Jenis Serangga di Hutan Tinjomoyokota


Semarang, Jawa Tengah. Jurnal Biologi FMIPA. 1(1) : 19-27

Susilo, M. J. 2019. Analisis Kualitas Media Pembelajaran Insektarium dan


Herbarium untuk Mata Pelajaran Biologi Sekolah Menengah. Jurnal
BIOEDUKATIKA. 3(1) : 10 - 15.

Tjitrosoepomo, 2018. Studi Morfologi Tumbuhan Paku Tertutup Di Perkebunan


Kelapa Sawit Kabupaten Pasaman Barat. Jurnal Biologi. 6(4) : 80-87

Walujo, E. B. 2017. Sumbangan Ilmu Etnobotani dalam Memfasilitasi Hubungan


Manusia dengan Tumbuhan dan Lingkungannya. Jurnal Biologi Indonesia.
7(2) : 375 - 391.

Waqfin, M. S. I. 2020. Potensi Herbarium untuk Meningkatkan Kreatifitas dan


Peluang Bisnis Melalui Digital Marketing. Jurnal Pengabdian Masyarakat
Bidang Ekonomi. 1 (1) : 36 - 42.

Weni, J., Junardi1, K. 2018. Spesies Capung (Ordo: Odonata) di Taman Nasional
Gunung Palung Kalimantan Barat. Jurnal protobiont.7(2) : 37-42

Wiguna, R. 2018. Jenis – Jenis Belalang ( Orthoptera: Ensifera ) pada Kawasan


Objek Wisata air Panas Sauman Desa Rambah Tengah Hulu Kab. Rokan
Hulu. Jurnal Sains dan Teknologi. 10 (1) : 24-28

Wulandari, A. D., Indrawati, T., Maghfirah, F. F., Sari, E. K. A. P., dan Shifa
Fauziyah, R. 2018. Diversity of Soil Macro Insect in Alas Purwo National
Park, Banyuwangi, East Java, Indonesia. Journal of Tropical Biodiversity
and Biotechnology. 3(2): 62-66.

28 Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN

Heliciopsis lobata Pteris vinatta

Nephrolepis exaltata Dypsis lutescens

Trichosanthes kirilowi Cyperus esculentus

29 Universitas Sriwijaya
Davallia fejeensis Colocasia esculenta

Hibiscus rosa-sinensis Melastoma malabathricum

Orthetrum sabina Dysdercus cingulatus

30 Universitas Sriwijaya
Siphanta acuta Valanga nigricomis

Conocephalus maculates Atractomorpha crenulata

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022)

31 Universitas Sriwijaya
(Pembuatan Herbarium)

(Pembuatan Insecta)

32 Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai