Anda di halaman 1dari 8

Makalah Pendidikan Agama Kristen

“Keledai Berbicara Bileam”

Disusun Oleh :

Nama : Ronauli Basaria Manalu


Kelas : X IPA 2

SMA NEGERI 5 PALEMBANG


TAHUN AJARAN 2019/2020
Seekor Keledai Berbicara

PERNAHKAH kau dengar tentang seekor keledai yang dapat berbicara?


’Belum,’ mungkin begitu jawabanmu. ’Binatang tidak dapat berbicara.’ Tetapi Alkitab
menceritakan mengenai seekor keledai yang dapat berbicara. Marilah kita lihat
kejadiannya.

Orang-orang Israel sudah hampir siap untuk memasuki negeri Kanaan. Balak,
raja dari Moab, takut kepada orang-orang Israel. Maka ia memanggil seorang yang
pandai bernama Bileam untuk mengutuki orang-orang Israel. Balak berjanji untuk
memberikan banyak uang kepada Bileam, maka Bileam menaiki keledainya dan
berangkat menemui Balak.

Yehuwa tidak ingin agar Bileam mengutuki umat-Nya. Maka Ia mengirim


malaikat dengan sebuah pedang panjang untuk berdiri di jalan menghentikan
Bileam. Bileam tidak dapat melihat malaikat itu, tetapi keledainya dapat. Maka
keledai itu terus berusaha untuk mengelakkan malaikat itu, dan akhirnya keledai itu
meniarap saja di jalan. Bileam marah sekali, dan memukulnya dengan kayu.

Kemudian Yehuwa menyebabkan Bileam mendengar keledainya berbicara


kepadanya. ’Apakah yang kulakukan kepadamu sehingga engkau memukulku?’
tanya si keledai.

’Engkau telah mempermainkan aku,’ kata Bileam. ’Seandainya aku ada pedang, aku
akan membunuhmu!’

’Pernahkah aku berbuat demikian kepadamu?’ tanya si keledai.


’Tidak,’ jawab Bileam.

Kemudian Yehuwa menyebabkan Bileam dapat melihat malaikat dengan


pedang berdiri di jalan. Malaikat berkata, ’Apakah sebabnya engkau memukul
keledaimu? Aku datang untuk menghalangimu, karena engkau tidak akan pergi
untuk mengutuki Israel. Jika keledaimu tidak menyimpang dari padaku, aku telah
membunuhmu, tetapi aku tidak akan menyakiti keledaimu.’

Bileam berkata, ’Aku telah berdosa. Aku tidak tahu bahwa engkau berdiri di
jalan.’ Malaikat itu membiarkan Bileam pergi, dan Bileam meneruskan perjalanannya
menemui Balak. Ia terus mencoba untuk mengutuki Israel, tetapi, sebaliknya,
Yehuwa membuatnya memberkati Israel untuk tiga kali.

Bil 22:5 - BILEAM.
Nas : Bil 22:5
Bileam bukan orang Israel tetapi seorang tokoh peramal-imam yang terkenal di antara
bangsa-bangsa. Balak mengira bahwa orang ini sanggup mengutuk orang lain (ayat Bil
22:6) dengan mempengaruhi kehendak para dewa dan roh-roh melalui ilmu sihir, mantera-
mantera, dan aneka manipulasi rahasianya (ayat Bil 22:2-7; bd. Bil 24:1).

1. 1) Bileam mungkin pernah menjadi pengikut Allah yang benar (bd. ayat Bil 22:18),
tetapi kemudian meninggalkan imannya dan menjadi penenung (ayat Bil 22:7; bd. Bil
31:16; Ul 23:4-5; 2Pet 2:15; Yud 1:11).
2. 2) Seperti semua nabi palsu, ia tidak sungguh-sungguh memperhatikan kehormatan
Allah atau kekudusan umat Allah. Karena tidak dapat mengutuk umat Allah, Bileam
mengajak mereka berbuat dosa dan kebejatan (Bil 25:1-6; 31:16; Wahy 2:14).
Karena itu ia dibunuh (Bil 31:8;

Full Life: Bil 22:18 - TUHAN, ALLAHKU.


Nas : Bil 22:18
Acuan Bileam kepada "Tuhan, Allahku" mungkin menunjukkan bahwa penyembahannya
kepada banyak dewa juga meliputi Allah Israel. Alkitab melukiskan Bileam sebagai teladan
orang yang bermotivasikan uang dan bukan kebenaran (Ul 23:3-6; 2Pet 2:15-16; Yud 1:11).
Jerusalem: Bil 20:1--25:18
Bagian ini terutama memuat ceritera-ceritera. Pada pokoknya ceritera-ceritera itu berasal
dari kumpulan-kumpulan tradisi yang disebut. Yahwista dan Elohista. Kedua kumpulan itu
mengangkat bahannya dari berbagai tradisi lain yang nadanya agak berbeda satu sama lain.
Tradisi-tradisi itu disusun baik secara berurutan maupun dicampuradukkan. Tradisi-tradisi
tua ini sukar dipisahkan secara terperinci. Pikiran pokok yang menjiwai keseluruhan ialah:
Jemaat yang kudus terus maju dalam perjalanannya, kendati halangan dan rintangan yang
dihadapinya.
Jerusalem: Bil 22:1 - seberang sungai Yordan
Yaitu seberang dilihat dari tanah Palestina.
Jerusalem: Bil 22:2--24:25
Dalam ceritera-ceritera yang merangkakan nubuat-nubuat Bileam tergabunglah tradisi
Yahwista dan tradisi Elohista. Tradisi Elohistalah yang memegang peranan utama. Ceritera
panjang mengenai Bileam memperkenalkan seorang nabi yang lain dari pada yang lazim.
dia adalah seorang tukang tenung yang berasal dari daerah di tepi sungai Efrat. Ia mengaku
TUHAN sebagai Allahnya, Bil 22:18, dll, dan memberkati Israel, Bil 23:11-12,25-26; 24:10;
bdk Mik 6:5. Sebaliknya ada beberapa tradisi yang lebih muda usianya memandang Bileam
sebagai musuh Israel. Ia memberkati Israel, tetapi tidak dengan rela hati melainkan terpaksa
saja oleh Allah yang mahakuasa, Ula 23:5-6; Yos 24:9-10; bdk Neh 13:2. Bileamlah yang
membujuk orang Israel untuk menyembah Baal-Peor, Bil 31:8,16. Tradisi yang lebih muda
itu diikuti juga dalam Perjanjian Baru, Yud 11; 2Pe 2:15 dst; Wah 2:14.
Jerusalem: Bil 22:5 - teman-teman sebangsanya
naskah Ibrani juga dapat dimengerti sbb: bani Amav. Nama itu memang muncul pada
papan-papan tanah liat yang ditemukan di daerah Mesopotamia.
Ende: Bil 22:1 - diseberang sungai Jarden
yaitu dilihat dari pihak negeri Palestina, tempat tinggal pengarang. Israil sudah sampai
kepada akhir perjalanannya. Masih tinggal menyeberangi sungai Jarden dan merebut
Ke'naan.
Ende: Bil 22:2--24:5
Kisah yang panjang ini sebenarnya terdiri atas dua tradisi yang bercampur, yakni tradisi J
dan tradisi E. Kadang-kadang kedua tradisi itu masih dapat dipisahkan, tetapi kadang-
kadang sama sekali lebur mendjadi satu. Campuran tsb. Mengakibatkan cerita tidak selalu
melancar. Cerita ini bersifat hikayat rakyat, berisi kebenaran dan dongengan bercampur-
baur sedemikian rupa, sehingga sukar dapat dikatakan dimana sejarah berbic-ara, dimana
chajal angkat bicara.
Ende: Bil 22:5 - Sungai
ialah sungai Efrat di Mesopotamia. Dari situ Bile'am dipanggil. Djadi ia seorang tukang
tenung jang tersohor, sampai di Palestina. Kitab Sutji Perdjandjian Lama tidak pernah
menjebutnja "nabi", walaupun ia bernubuat tentang Israil atas ilham Jahwe.

Tafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)


Wycliffe: Bil 20:1--22:1
V. Dari Padang Gurun Zin Hingga Padang Rumput Moab (20:1-22:1)
Dapat disimpulkan dari 33:36 bahwa pada akhir masa pengembaraan, bangsa Israel berada
di Ezion-Geber, yaitu di pantai ujung utara Teluk Akabah. Dari sana mereka memasuki
padang gurun Zin di mana terdapat oasis yang dinamakan Kadesy, sebuah istilah yang
di 33:36 menunjuk ke suatu wilayah yang luas. Bangsa itu meminta untuk melewati Edom
melalui jalur perdagangan kuno, jalan raya raja, namun permohonan mereka itu tidak
dikabulkan. Pasal-pasal ini menunjukkan bahwa Edom, Moab, orang Amori dan orang
Kanaan menguasai banyak benteng yang sudah kokoh di Negeb dan Trans-Yordan. Ketika
berkemah di Gunung Hor, Israel berperang dan mengalahkan Arad orang Kanaan. Sesudah
itu (21:4) mereka melanjutkan perjalanan menuju ke selatan melalui Yam Suph (inilah
Teluk Akabah) untuk mengelak pertempuran dengan orang Edom. Akhirnya mereka
bergerak ke utara di Lembah Araba hingga mereka sampai di Wadi Zered. Mereka
kemudian melintas di antara Edom dan Moab di wilayah Lembah Zered, menghindari Moab
dengan bergerak di timur Moab dan teras ke utara menuju ke Arnon, lalu ke barat lagi ke
jalan raya raja. Wilayah yang berada di utara Sungai Arnon yang dinamakan "Padang
Rumput Moba," mereka rebut dengan menaklukkan Raja Amori, Sihon, yang merebutnya
dari orang Moab. Wilayah tambahan di bagian timur Yordan diperoleh mereka dengan
mengalahkan Og, raja Basyan. Sisa kitab ini (sesudah kisah Bileam) mengisahkan persiapan
generasi yang baru ini untuk penaklukan besar di bagian barat Yordan.

Wycliffe: Bil 22:1 - Berkemah di dataran Moab // Di daerah seberang Sungai Yordan dekat


Yerikho
1. Berkemah di dataran Moab. Mereka berkemah di tempat yang
dinamakan Shittim (25:1), dekat tempat di mana Sungai Yordan bermuara di Laut Asin. Di
daerah seberang Sungai Yordan dekat Yerikho. Lihat tafsiran atas 34:15.
Wycliffe: Bil 22:2--25:18
Bagian Kedua: Persekongkolan Asing Menentang Israel (22:2-25:18)
Pasal 22 sampai 25 merupakan pembagian sastra antara kedua paruhan logis dari Kitab
Bilangan. Dalam pasal 22 sampai 34 kita tidak menemukan satu pun formula yang lazim,
"Tuhan berfirman kepada Musa," yang ada di semua pasal lainnya. Bagian ini, sama seperti
Kitab Ayub, mungkin berasal dari luar Israel. Sekalipun dikatakan (Ul. 23:5) bahwa Musa
mengetahui akal bulus Bileam, mustahil untuk menentukan apakah bahan dari sumber asing
ini merupakan bagian dari catatan kudus di bawah pengawasan Musa atau bukan. Bilangan
22:4b yang mengatakan, Pada waktu itu Balak ... menjadi raja Moab, menunjuk pada
karya para juru tulis masa pasca Musa. Jadi, cerita itu mungkin disisipkan di sini, di mana
secara kronologis cerita itu cocok dan sekaligus menjadi engsel sastra untuk beralih dari
generasi tua ke generasi baru serta ke suatu sensus baru dan perundang-undangan baru
yang menunjuk kepada ditempatinya negeri itu.
Sebagian penafsir mencoba mengurangi menonjolnya Bileam dalam cerita ini (ICC, hlm.
316; diikuti oleh JB, vol. 2, hlm. 248-263) dan melihat di dalamnya hanya konsep-konsep
religius politis yang lebih besar dari budaya itu yang disajikan. Akan tetapi Bileam adalah
satu karakter yang begitu integral dan tertanam kuat dalam ingatan sehingga orang tidak
mungkin benar-benar mengerti cerita itu tanpa berusaha memahami karakter ini. Tentu saja
maksud cerita adalah untuk menunjukkan bagaimana Allah melindungi umat-Nya dari
rancangan-rancangan jahat kerajaan kafir serta nafsu tersembunyi dari seorang nabi yang
menyimpang. Namun berbagai perbuatan cerdik Bileam dan perkataannya yang penuh
kuasa menjadikan cerita itu sebuah adikarya yang dramatis.
Balak, raja Moab, dikuasai oleh ketakutan karena ditaklukkannya orang-orang Amori oleh
Israel. Ia menyuruh orang memanggil Bileam, seorang nabi terkenal dari Mesopotanmia
utara, dengan menjanjikan kepada Bileam kemasyhuran dan kekayaan bila Bileam mau
mengutuk Israel. Bileam dilarang Tuhan untuk pergi, karena itu ia menolak permintaan
Balak. Akan tetapi, ketika Raja Balak memberikan janji-janji yang lebih hebat, sang nabi
berharap agar Tuhan berubah pikiran. Karena itu Tuhan mengizinkan Bileam pergi ke Moab.
Di tengah perjalanan, Allah berusaha melalui seorang malaikat untuk menyampaikan
ketidaksenangan Tuhan terhadapnya. Namun hanya keledai Bileam yang bisa melihat
malaikat itu. Akhirnya keledai tersebut berbicara dan menegur Bileam atas kebutaan
rohaninya. Lalu mata sang nabi dibukakan untuk dapat melihat malaikat. Tuhan
mengizinkan Bileam meneruskan perjalanan ke Moab supaya dia bisa secara terbuka
menyatakan maksud Allah untuk menggenapi janji-Nya yang dahulu Ia berikan kepada
Israel. Balak memperlihatkan kepada Bileam perkemahan Israel dari tiga sudut pandang
yang berbeda secara berturut-turut. Setiap kali sang nabi mengucapkan berkat atas Israel.
Dengan perasaan benci Balak menyuruh Bileam untuk berhenti berbicara. Akan tetapi sang
nabi terus berbicara bahkan dengan lebih banyak lagi orakel, di mana ia meramalkan bukan
saja kesejahteraan dan kekuasaan Israel pada masa yang akan datang sebagai satu
bangsa, tetapi juga kehancuran Moab, Edom, Amalek, Keni dan Asyur.

Wycliffe: Bil 22:4 - Pada waktu itu Balak bin Zipor menjadi raja Moab
4. Pada waktu itu Balak bin Zipor menjadi raja Moab. Sebagai sebuah acuan yang dibuat
sesudah zaman Musa, kalimat ini mungkin ditambahkan, atau mencerminkan kenyataan
bahwa seluruh kisah ini disisipkan kemudian pada zaman sesudah Musa (lih. di atas).

Wycliffe: Bil 22:5 - Petor yang di tepi Sungai Efrat


5. Petor yang di tepi Sungai Efrat. ICC menyatakan bahwa penyunting tertentu telah
mengacaukan dua tempat yang berbeda dari himpunan beberapa cerita. Sungai ini ialah
Sungai Efrat; negerinya dinamakan Aram yang terletak di antara dua sungai (Aram-
Mesopotamia) dalam Ulangan 23:4. Wilayah tersebut merupakan tanah yang dimiliki oleh
leluhur bangsa Moab melalui Lot (Kej. 19:37) dan juga merupakan milik bangsa Israel
melalui Abraham. Haran, ayah Lot, meninggal di negeri kelahirannya, di Ur-Kasdim (Kej.
11:28). Sejumlah bukti menunjukkan bahwa Ur mungkin merupakan sebuah kota yang
terletak di bagian utara Mesopotamia dan bukan kota Sumeria kuno yang terletak di bagian
selatan (JNES, XVII, 1958, hlm. 28-31, 252). Menyembah Tuhan yang dilakukan oleh
keluarga Abraham berlanjut terus, namun keturunan Lot, yaitu orang Moab dan orang Amon,
menyembah dewa-dewa dari masyarakat di mana mereka tinggal. Bahwa di wilayah yang
dinamakan Aram Naharayim (Aram Mesopotamia; Kej. 24:10) terdapat seorang nabi Tuhan,
cocok dengan keseluruhan gambaran kisah Alkitab.

Wycliffe: Bil 22:6 - Sebab aku tahu: siapa yang kauberkati, dia beroleh berkat
6. Sebab aku tahu: siapa yang kauberkati, dia beroleh berkat. Bileam rupanya
merupakan seorang nabi yang populer, dan juga seorang nabi Tuhan (Yehovah). Oleh
karena itu Balak mengirimkan kepadanya "upah penenung" (ay. 7) dengan harapan bahwa
talenta yang dimiliki nabi tersebut dapat dipakai secara berhasil guna terhadap Israel.
Apakah Bileam ini seorang nabi sejati yang kemudian murtad ataukah dia seorang nabi
palsu yang kemudian dikuasai oleh Allah tidak bisa diketahui dengan pasti. Pembahasan
mengenai tokoh ini di tempat lain dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru tetap bersifat
merendahkannya (31:8, 16; Ul. 23:5, 6; Yos. 13:22; 24:9; Neh. 13:2; II Ptr. 2:13-15; Yud.
11; Why. 2:14). Sekalipun beberapa penulis telah mengemukakan alasan yang lemah
bahwa dalam Mikha 6:5 Allah berbicara secara positif tentang Bileam, sesungguhnya di
dalam ayat tersebut Allah hanya berbicara secara positif tentang berkat-Nya kepada Israel
melalui seorang nabi yang tersesat dan sama sekali tidak berbicara apa-apa tentang watak
Bileam. Di dalam Yosua 13:22 Bileam dinamakan juru tenung (haqqõsèm) dan praktik
tenung merupakan kegiatan yang dianggap keji oleh Tuhan (Ul. 18:10). Kita dapat
menyejajarkan nabi ini dengan Simon Magus (Kis. 8:13-24) seorang percaya yang bingung
yang berusaha memadukan ilmu tenung dengan kuasa Roh Kudus. Dalam 24:1 dikatakan
bahwa Bileam berusaha memanfaatkan ilmu nujum.

Wycliffe: Bil 22:7 - Membawa di tangannya upah penenung


7. Membawa di tangannya upah penenung. Kisah ini menunjukkan kontras yang sangat
mencolok di antara pengertian Orang kafir bahwa nabi tersebut mampu memanipulasi para
dewa dengan pemahaman Ibrani bahwa Allah merupakan Penentu yang berdaulat atas
segala sesuatu sehingga mampu memberkati setiap orang yang ingin diberkati oleh-Nya
dan mengutuk setiap orang yang ingin dikutuk-Nya (ay. 6).

Wycliffe: Bil 22:18 - Sekalipun Balak memberikan kepadaku emas dan perak seistana penuh,
aku tidak akan sanggup berbuat sesuatu ... yang melanggar titah Tuhan
18. Sekalipun Balak memberikan kepadaku emas dan perak seistana penuh, aku tidak
akan sanggup berbuat sesuatu ... yang melanggar titah Tuhan. Sekalipun kata-kata
yang diucapkan Bileam ini hebat, kata-kata tersebut bertentangan dengan hatinya. Allah
telah bertitah, namun Bileam berharap ada perubahan yang memungkinkan dia untuk pergi.
Dan Allah memang mengizinkan dia untuk berangkat, namun untuk menunjukkan secara
dramatis kedaulatan-Nya untuk memberkati Israel.

Wycliffe: Bil 22:2--25:18
Bagian Kedua: Persekongkolan Asing Menentang Israel (22:2-25:18)
Pasal 22 sampai 25 merupakan pembagian sastra antara kedua paruhan logis dari Kitab
Bilangan. Dalam pasal 22 sampai 34 kita tidak menemukan satu pun formula yang lazim,
"Tuhan berfirman kepada Musa," yang ada di semua pasal lainnya. Bagian ini, sama seperti
Kitab Ayub, mungkin berasal dari luar Israel. Sekalipun dikatakan (Ul. 23:5) bahwa Musa
mengetahui akal bulus Bileam, mustahil untuk menentukan apakah bahan dari sumber asing
ini merupakan bagian dari catatan kudus di bawah pengawasan Musa atau bukan. Bilangan
22:4b yang mengatakan, Pada waktu itu Balak ... menjadi raja Moab, menunjuk pada
karya para juru tulis masa pasca Musa. Jadi, cerita itu mungkin disisipkan di sini, di mana
secara kronologis cerita itu cocok dan sekaligus menjadi engsel sastra untuk beralih dari
generasi tua ke generasi baru serta ke suatu sensus baru dan perundang-undangan baru
yang menunjuk kepada ditempatinya negeri itu.
Sebagian penafsir mencoba mengurangi menonjolnya Bileam dalam cerita ini (ICC, hlm.
316; diikuti oleh JB, vol. 2, hlm. 248-263) dan melihat di dalamnya hanya konsep-konsep
religius politis yang lebih besar dari budaya itu yang disajikan. Akan tetapi Bileam adalah
satu karakter yang begitu integral dan tertanam kuat dalam ingatan sehingga orang tidak
mungkin benar-benar mengerti cerita itu tanpa berusaha memahami karakter ini. Tentu saja
maksud cerita adalah untuk menunjukkan bagaimana Allah melindungi umat-Nya dari
rancangan-rancangan jahat kerajaan kafir serta nafsu tersembunyi dari seorang nabi yang
menyimpang. Namun berbagai perbuatan cerdik Bileam dan perkataannya yang penuh
kuasa menjadikan cerita itu sebuah adikarya yang dramatis.
Balak, raja Moab, dikuasai oleh ketakutan karena ditaklukkannya orang-orang Amori oleh
Israel. Ia menyuruh orang memanggil Bileam, seorang nabi terkenal dari Mesopotanmia
utara, dengan menjanjikan kepada Bileam kemasyhuran dan kekayaan bila Bileam mau
mengutuk Israel. Bileam dilarang Tuhan untuk pergi, karena itu ia menolak permintaan
Balak. Akan tetapi, ketika Raja Balak memberikan janji-janji yang lebih hebat, sang nabi
berharap agar Tuhan berubah pikiran. Karena itu Tuhan mengizinkan Bileam pergi ke Moab.
Di tengah perjalanan, Allah berusaha melalui seorang malaikat untuk menyampaikan
ketidaksenangan Tuhan terhadapnya. Namun hanya keledai Bileam yang bisa melihat
malaikat itu. Akhirnya keledai tersebut berbicara dan menegur Bileam atas kebutaan
rohaninya. Lalu mata sang nabi dibukakan untuk dapat melihat malaikat. Tuhan
mengizinkan Bileam meneruskan perjalanan ke Moab supaya dia bisa secara terbuka
menyatakan maksud Allah untuk menggenapi janji-Nya yang dahulu Ia berikan kepada
Israel. Balak memperlihatkan kepada Bileam perkemahan Israel dari tiga sudut pandang
yang berbeda secara berturut-turut. Setiap kali sang nabi mengucapkan berkat atas Israel.
Dengan perasaan benci Balak menyuruh Bileam untuk berhenti berbicara. Akan tetapi sang
nabi terus berbicara bahkan dengan lebih banyak lagi orakel, di mana ia meramalkan bukan
saja kesejahteraan dan kekuasaan Israel pada masa yang akan datang sebagai satu
bangsa, tetapi juga kehancuran Moab, Edom, Amalek, Keni dan Asyur.
Wycliffe: Bil 22:22 - Tetapi bangkitlah murka Allah ketika ia pergi
22. Tetapi bangkitlah murka Allah ketika ia pergi. Pemakaian bentuk participle di dalam
bahasa Ibraninya menunjukkan bahwa ayat ini harus diterjemahkan sebagai berikut,
"Bangkitlah murka Allah pada saat dia dalam perjalanan." Sekalipun Allah memenuhi
keinginan Bileam untuk berangkat, murka-Nya bangkit karena hati nabi tersebut dikuasai
oleh cinta kepada "upah untuk perbuatan-perbuatan yang jahat" (II Ptr. 2:15).
Wycliffe: Bil 22:25 - Kaki Bileam terhimpit kepada tembok
25. Kaki Bileam terhimpit kepada tembok. Terhimpitnya kaki Bileam tercermin dari
kata shepî (23:3) yang, selama ini diduga, mungkin berasal dari sebuah akar kata dalam
bahasa Akadia, shèpu, yang artinya "dengan langkah terhalang."
Wycliffe: Bil 22:28 - Tuhan membuka mulut keledai itu
28. Tuhan membuka mulut keledai itu. Apakah keledai tersebut benar-benar
mengeluarkan suara yang dapat didengar ataukah peristiwa ini hanya terjadi di dalam
pikiran Bileam? Kebenarannya mungkin adalah campuran dari kedua kemungkinan itu.
Sekalipun penampakan malaikat dan suara keledai tersebut bukan angan-angan,
tampaknya semua itu hanya dapat diketahui oleh Bileam sendiri dan tidak dapat diketahui
oleh orang lain yang ada bersamanya sebagaimana terjadi beberapa kali di dalam
Perjanjian Baru (Kis. 9:7; 22:9; Yoh. 12:28, 29). Ketika menuju ke Damsyik terjadi sejumlah
peristiwa alamiah yang hanya dapat dimengerti oleh Paulus; demikian pula halnya dengan
pengalaman Bileam, akibat perpaduan dari berbagai pengaruh mental dan rohani, dia tidak
dapat melihat malaikat itu hingga Allah membuka matanya. Demikian pula orang yang ikut
bersama dia tidak bisa mengerti apa yang dikatakan oleh keledai itu sebab mereka tidak
memperoleh pengertian untuk mengerti.
Wycliffe: Bil 22:35 - Pergilah bersama-sama dengan orang-orang itu
35. Pergilah bersama-sama dengan orang-orang itu. Seperti dalam 22:10, Allah
menyuruh Bileam untuk pergi. Oleh karena itu, Allah bukan marah sebab nabi itu pergi,
melainkan sebab motivasi sang nabi untuk pergi. Manusia tidak bisa mengetahui motivasi
orang dengan mudah, namun Allah bisa. Kita memiliki penjelasan ilahi di bagian Alkitab
selanjutnya untuk menuntun kita, dan Bilangan 31:16 membuktikan bahwa Bileam adalah
orang yang jahat. Di samping itu, kisah ini tidak bisa dipahami lain terkecuali kalau kita
menggunakan pandangan meragukan yang menyatakan bahwa kisah ini merupakan hasil
tambal sulam berbagai cerita yang berbeda.
Wycliffe: Bil 22:38 - Akan mungkinkah aku dapat mengatakan apa-apa? Perkataan yang akan
ditaruh Allah ke dalam mulutku, itulah yang akan kukatakan
38. Akan mungkinkah aku dapat mengatakan apa-apa? Perkataan yang akan ditaruh
Allah ke dalam mulutku, itulah yang akan kukatakan. Bileam tidak menceritakan kepada
orang Moab bahwa Allah telah menyatakan kehendak-Nya akan memberkati Israel. Karena
itu paling baik mengatakan bahwa tanggapan Bileam ini bersifat mendua, mungkin sebab
Bileam berharap bahwa Allah akan mengubah pikiran-Nya. Karena itu kedatangan Bileam
dipahami oleh Balak sebagai kesediaannya untuk mengutuk Israel.
Wycliffe: Bil 22:41--24:25
B. Nubuat-nubuat Bileam (22:41-24:25).
Para ahli bahasa Semit melihat di dalam syair ini gambaran dari Zaman Musa. Bentuk
bahasa, pokok pembahasan, peristilahan teknis dan nama-nama diri semuanya cenderung
mendukung pandangan bahwa ini merupakan ucapan asli seorang penyair dari pertengahan
milenium kedua. Bileam menyebutkan setiap syair mashal, yang diterjemahkan
sebagai sanjak dalam 23:7, 18; 24:3, 15 (KJV menerjemahkannya sebagai
"perumpamaan"). Mashal tidak bisa dibatasi pada perumpamaan atau amsal saja; istilah ini
justru demikian luas sehingga mencakup seluruh sastra hikmat. Syair Ibrani memiliki ciri
khas utama berupa kesejajaran pikiran, kalimat, dan stanza dalam bentuk berlawanan,
bersandingan, atau progresif. Orakel Bileam menunjukkan semua ciri ini, dan di samping itu
tampak juga ciri kuno dan sering kali corak Aram yang menunjuk kepada asal-usul (dari
Aram) dan masa hidup tokoh yang berbicara. William F. Albright yang telah mempelajari
orakel ini secara definitif dan ilmiah, mengatakan, "Tidak ada petunjuk di dalam syair-syair
ini yang menunjuk ke abad kesepuluh atau sesudahnya sebagai awal gubahan tersebut"
(JBL, September, 1944, hlm. 227). Albright melihat bahwa nama Bileam adalah sebuah
nama khas dari milenium kedua sM (2000-1000) dan bahwa nama tersebut tetap bertahan
di beberapa tempat, dan semuanya dapat ditelusuri balik hingga abad ke-15. Kemudian
Albright menyatakan bahwa Bileam adalah benar-benar "seorang tukang nujum Siria Utara
yang berasal dari Lembah Efrat," dan bahwa Bileam ini, "selama suatu waktu berada di
kalangan istana Moab ... menjadi penganut Yahweisme," dan kemudian, "meninggalkan
Israel untuk bergabung dengan orang Midian di dalam pertempuran melawan penganut
Yahweisme (Bil. 31:8, 16)" (JBL, September 1944, hlm. 232, 233). Laporan yang memadai
tentang syair ini tentu mustahil. Karena itu saya memberikan sebuah terjemahan pribadi
yang mudah-mudahan dapat menjelaskan beberapa hal yang penting dan menggambarkan
struktur syairnya.

Anda mungkin juga menyukai