Askep TB Paru Seruni
Askep TB Paru Seruni
Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan Mata Kuliah Kerja Praktek
Pada Program Stase Keterampilan Dasar Dalam Keperawatan
Dosen Pengampu :
Helza
Disusun oleh :
162210012
A. Konsep Penyakit
1. Definisi TB Paru
Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman Mycrobacterium Tuberculosis. Sebagian besar kuman tuberculosis
menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya (Depkes, 2010).
Tuberkulosis paru- paru adalah infeksi pada paru- paru dan kadang pada struktur-
struktur disekitarnya, yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis
(Saputra, 2010).
Tuberculosis paru adalah penykit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman Tuberkulosis (Mycobacterium Tuberculosis) yang sebagian besar kuman
Tuberkulosis menyerang paru-paru namun dapat juga menyerang organ tubuh
lainnya. Kuman tersebut berbentuk batang yang mempunyai sifat khusus yaitu
tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu, disebut juga sebagai Basil
Tahan Asam (BTA) dan cepat mati jika terpapar sinar matahari langsung namun
dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab (Muttaqin,
2012).
Tuberculosis (TBC) adalah infeksius kronik yang biasanya mengenai paru-
paru yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Bakteri ini ditularkan
oleh droplet nucleus, droplet yang ditularkan melalui udara dihasilkan ketika
orang terinfeksi batuk, bersin, berbicara atau bernyanyi (Priscilla, 2012).
2. Etiologi
Mycobacterium Tuberkulosis merupakan kuman berbentuk batang yang
berukuran dengan panjang 1-4 mm dan dengan tebal 0,3-0,6 mm. sebagian besar
komponen M. tuberculosis adalah berupa lemak atau lipid sehingga kuman
mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan dengan zat kimia dan factor fisik.
Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yaitu menyukai daerah yang banyak
oksigen. Oleh karena itu, M. tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru-
paru yang dimana terdapat kandungan oksigen yang tinggi. Daerah tersebut
menjadi daerah yang kondusif untuk penyakit Tuberkulosis (Somantri, 2008).
Kuman ini tahan pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan
bertahun-tahun dalam lemari es).
2
Hal ini terjadi karena kuman pada saat itu berada dalam sifat dormant. Dari
sifat dormant ini kuman dapat bangkit dari tidurnya dan menjadikan tuberculosis
aktif kembali. Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi pada saluran
pernapasan. Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui
saluran nafas (droplet infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer
(ghon) selanjutnya menyerang kelenjar getah bening setempat dan terbentuklah
primer kompleks (ranke), keduanya ini dinamakan tuberculosis primer, yang
dalam perjalanannya sebagian besar akan mengalami penyembuhan.
Tuberculosis paru primer, peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai
kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium. Tuberculosis yang kebanyakan
didapatkan pada usia 1-3 tahun. Sedangkan yang disebut tuberculosis post primer
(reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh karena terjadi penularan ulang
yang mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik Terhadap basil tersebut
(Abdul, 2013).
3. Manifestasi Klinis
Pada stadium awal penyakit TB paru tidak menunjukkan tanda dan gejala
yang spesifik. Namun seiring dengan perjalanan penyakit akan menambah
jaringan parunya mengalami kerusakan, sehingga dapat meingkatkan produksi
sputum yang ditunjukkan dengan seringnya klien batuk sebagai bentuk
kompensasi pengeluaran dahak.
Selain itu, klien dapat merasa letih, lemah, berkeringat pada malam hari dan
mengalami penurunan berat badan yang berarti. Secara rinci tanda dan gejala TB
paru ini dapat dibagi atas dua golongan yaitu gejala sistemik (demam dan malaise)
dan gejala respiratorik (batuk, batuk darah, sesak nafas, dan nyeri dada).
Menurut Wong, tanda dan gejala tuberkulosis adalah:
a. Demam
b. Malaise
c. Anoreksia
d. Penurunan berat badan
e. Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama berminggu– minggu
sampai berbulan – bulan)
f. Peningkatan frekuensi pernapasan
g. Ekspansi buruk pada tempat yang sakit
3
h. Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi
i. Demam persisten
j. Manifestasi gejala yang umum: pucat, anemia, kelemahan, dan penurunan
berat badan
4. Anatomi dan Fisiologi
4
Trakea merupakan cincin tulang rawan yang tidak lengkap (16-20cincin),
panjang 9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot
polos dan lapisan mukosa. trakea dipisahkan oleh karina menjadi dua bronkus
yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Bronkus merupakan lanjutan dari trakea
yang membentuk bronkus utama kanan dan kiri, bronkus kanan lebih pendek dan
lebih besar daripada bronkus kiri cabang bronkus yang lebih kecil disebut
bronkiolus yang pada ujung–ujung nya terdapat gelembung paru atau gelembung
alveoli.
Paru- paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung–gelembung. Paru-paru terbagi menjadi dua yaitu paru-paru kanan tiga
lobus dan paru-paru kiri dua lobus. Paru-paru terletak pada rongga dada yang
diantaranya menghadap ke tengah rongga dada/ kavum mediastinum. Paru-paru
mendapatkan darah dari arteri bronkialis yang kaya akan darah dibandingkan
dengan darah arteri pulmonalis yang berasal dari atrium kiri.besar daya muat
udara oleh paru-paru ialah 4500 ml sampai 5000 ml udara. Hanya sebagian kecil
udara ini, kira-kira 1/10 nya atau 500 ml adalah udara pasang surut. sedangkan
kapasitas paru-paru adalah volume udara yang dapat di capai masuk dan keluar
paru-paru yang dalam keadaan normal kedua paru-paru dapat menampung
sebanyak kurang lebih 5 liter.
5
Pernafasan ( respirasi ) adalah peristiwa menghirup udara dari luar
yang mengandung oksigen ke dalam tubuh ( inspirasi) serta mengeluarkan
udara yang mengandung karbondioksida sisa oksidasi keluar tubuh (ekspirasi )
yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-
paru .proses pernafasan tersebut terdiri dari 3 bagian yaitu:
a. Ventilasi pulmoner.
Ventilasi merupakan proses inspirasi dan ekspirasi yang merupakan
proses aktif dan pasif yang mana otot-otot interkosta interna berkontraksi
dan mendorong dinding dada sedikit ke arah luar, akibatnya diafragma
turun dan otot diafragma berkontraksi. Pada ekspirasi diafragma dan otot-
otot interkosta eksterna relaksasi dengan demikian rongga dada menjadi
kecil kembali, maka udara terdorong keluar.
b. Difusi Gas
Difusi Gas adalah bergeraknya gas CO2 dan CO3 atau partikel lain
dari area yang bertekanan tinggi kearah yang bertekanann rendah. Difusi
gas melalui membran pernafasan yang dipengaruhi oleh factor ketebalan
membran, luas permukaan membran, komposisi membran, koefisien difusi
O¬2 dan CO2 serta perbedaan tekanan gas O2 dan CO2. Dalam Difusi gas
ini pernfasan yang berperan penting yaitu alveoli dan darah.
c. Transportasi Gas
Transportasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari
jaringan ke paru dengan bantuan darah ( aliran darah ). Masuknya O2
kedalam sel darah yang bergabung dengan hemoglobin yang kemudian
membentuk oksihemoglobin sebanyak 97% dan sisa 3 % yang
ditransportasikan ke dalam cairan plasma dalam sel.
5. Patofisiologi
a. Tuberkolosis Primer
Tuberkulosis primer ialah penyakit TB yang timbul dalam lima tahun
pertama setelah terjadi infeksi basil TB untuk pertama kalinya atau disebut
infeksi primer. Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan
atau dibersinkan keluar menjadi droplet dalam udara. Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1- 2 jam. Dalam suasana lembab dan gelap
6
kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini
dapat terhisap oleh orang sehat ia akan menempel pada jalan napas atau paru-
paru. Bila menetap di jarigan paru, akan tumbuh dan berkembang biak dalam
sitoplasma makrofag. Kuman yang bersarang di jaringan paru-paru akan
membentuk sarang tuberkulosa pneumonia kecil dan disebut sarang primer
atau afek primer dan dapat terjadi di semua bagian jaringan paru.
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening
menuju hilus (limfangitis lokal) dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah
bening hilus (limfangitis regional) yang menyebabkan terjadinya kompleks
primer.
Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi :
1) Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat.
2) Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (kerusakan jaringan paru).
3) Berkomplikasi dan menyebar secara :
a) Per kontinuitatum, yakni menyebar ke sekitarnya.
b) Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di
sebelahnya. Dapat juga kuman tertelan bersama sputum dan ludah
sehingga menyebar ke usus.
c) Secara linfogen, ke organ tubuh lainnya.
d) Secara hematogen, ke organ tubuh lainnya
b. Tuberkulosis Post-Primer (Sekunder)
Adalah kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul
bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis
dewasa (tuberkulosis post-primer). Hal ini dipengaruhi penurunan daya tahan
tubuh atau status gizi yang buruk. Tuberkulosis pasca primer ditandai dengan
adanya kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.
Tuberkulosis post-primer ini dimulai dengan sarang dini di regio atas paru-
paru. Sarang dini ini awalnya juga berbentuk sarang pneumonia kecil.
Tergantung dari jenis kuman, virulensinya dan imunitas penderita, sarang dini
ini dapat menjadi :
1) Diresorbsi kembali tanpa menimbulkan cacat
2) Sarang mula-mula meluas, tapi segera menyembuh dengan sembuhan
jaringan fibrosis
7
3) Sarang dini yang meluas dimana granuloma berkembang menghancurkan
jaringan sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami nekrosis dan menjadi
lembek membentuk jaringan keju
4) Bila tidak mendapat pengobatan yang tepat penyakit ini dapat berkembang
biak dan merusak jaringan paru lain atau menyebar ke organ tubuh lain
8
6. Pathway
9
7. Kemungkinan data focus
a. Anamnesa
1) Identitas klien : selain nama klien, asal kota dan daerah, jumlah
keluarga.
2) Keluhan : penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
3) Riwayat penyakit sekarang : tanda dan gejala klinis TB serta terdapat
benjolan/bisul pada tempat- tempat kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla
dan sub mandibula.
4) Riwayat penyakit dahulu
5) Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan.
6) Riwayat keluarga : biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang
sama.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Aspek psikososial : merasa dikucilkan dan tidak dapat berkomunikasi
dengan bebas, menarik diri. Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.
Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu
waktu yang lama dan biaya yang banyak.Tidak bersemangat dan putus
harapan.
2) Lingkungan : lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman yang
padat, ventilasi rumah yang kurang sehingga pertukaran udara kurang,
daerah di dalam rumah lembab, tidak cukup sinar matahari, jumlah anggota
keluarga yang banyak.
3) Pola fungsi kesehatan.
4) Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan. : kurang menerapkan
PHBS yang baik, rumah kumuh, jumlah anggota keluarga banyak,
lingkungan dalam rumah lembab, jendela jarang dibuka sehingga sinar
matahari tidak dapat masuk, ventilasi minim menybabkan pertukaran udara
kurang, sejak kecil anggita keluarga tidak dibiasakan imunisasi.
5) Pola nutrisi – metabolic : anoreksia, mual, tidak enak diperut, BB turun,
turgor kulit jelek, kulit kering dan kehilangan lemak sub kutan, sulit dan
sakit menelan.
6) Pola eliminasi : perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada
kuadran kanan atas dan hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas
dan splenomegali.
10
7) Pola aktifitas – Latihan : pola aktivitas pada pasien TB Paru mengalami
penurunan karena sesak nafas, mudah lelah, tachicardia, jika melakukan
aktifitas berat timbul sesak nafas (nafas pendek).
8) Pola tidur dan istirahat : sulit tidur, frekwensi tidur berkurang dari
biasanya, sering berkeringat pada malam hari.
9) Pola kognitif – perceptual : kadang terdapat nyeri tekan pada nodul
limfa, nyeri tulang umum, sedangkan dalam hal daya panca indera
(perciuman, perabaan, rasa, penglihatan dan pendengaran) jarang
ditemukan adanya gangguan.
10) Pola persepsi diri : pasien tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah,
selain itu Ketakutan dan kecemasan akan muncul pada penderita TB paru
dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang pernyakitnya yang akhirnya
membuat kondisi penderita menjadi perasaan tak berbedanya dan tak ada
harapan
11) Pola peran – hubungan : penderita dengan TB paru akan
mengalami gangguan dalam hal hubungan dan peran yang dikarenakan
adanya isolasi untuk menghindari penularan terhadap anggota keluarga
yang lain.
12) Pola reproduksi dan seksual : pada penderita TB paru pada pola
reproduksi dan seksual akan berubah karena kelemahan dan nyeri dada.
13) Pola penanggulangan stress : dengan adanya proses pengobatan yang
lama maka akan mengakibatkan stress pada penderita yang bisa
mengkibatkan penolakan terhadap pengobatan.
14) Pola tata nilai dan kepercayaan : karena sesak napas, nyeri dada dan
batuk menyebabkan terganggunya aktifitas ibadah klien.
15) Pemeriksaan fisik
a) Sistem integument : pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab,
tugor kulit menurun
b) Sistem pernapasan : pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan
fisik dijumpai
- Inspeksi : adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan
napas yang tertinggal, suara napas melemah.
- Palpasi : Fremitus suara meningkat.
- Perkusi : Suara ketok redup.
11
- Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar
dan yang nyaring.
c) Sistem pengindraan : pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada
kelainan
d) Sistem kordiovaskuler : adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2
syang mengeras.
e) Sistem gastrointestinal : adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat
badan turun.
f) Sistem musculoskeletal : adanya keterbatasan aktivitas akibat
kelemahan, kurang tidur dan keadaan sehari – hari yang kurang
meyenangkan.
g) Sistem neurologis : kesadaran penderita yaitu komposments dengan
GCS : E4V5M6
h) Sistem genetalia : biasanya klien tidak mengalami kelainan pada
genitalia
c. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kultur sputum : mikobakterium tuberculosis positif pada tahap akhir
penyakit.
2) Tes tuberculin : Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi
dalam 48-72 jam).
3) Foto thorax : infiltrasi lesi awal pada area paru atas. Pada tahap ini tampak
gambaran bercak-bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas.
Dapat kavitasi bayangan, berupa cincin. Pada klasifikasi tampak bayangan
bercak- bercak padat dengan densitas tinggi.
4) Bronchografi : untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru
karena TB paru.
5) Darah : peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
6) Spirometry : penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun.
d. Komplikasi TB Paru
Komplikasi yang mungkin timbul pada klien TB Paru dapat berupa
malnutrisi, empiema, efusi pleura, hepatitis, ketulian dan gangguan
gastrointestinal (sebagai efek samping obat-obatan). Komplikasi dari TB paru
adalah :
1) Pleuritis tuberkulosa
12
2) Efusi pleura (cairan yang keluar ke dalam rongga pleura)
3) Tuberkulosa milier
4) Meningitis tuberkulosa
8. Penatalaksanaan Medis
a. Farmakologi
1) Tujuan Pengobatan Tuberkulosis
Tujuan pengobatan pada penderita Tuberkulosis paru selain untuk
menyembuhkan atau mengobati penderita juga dapat mencegah kematian,
mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta memutuskan
mata rantai penularan.
Panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam bentuk
paket yaitu dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan
menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu
paket obat untuk satu pasien dalam satu masa pengobatan.
Kombinasi Dosis Tetap (KDT) mempunyai beberapa keuntungan
dalam pengobatan TB yaitu (Departemen Kesehatan, 2011):
a) Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin
efektifitas obat dan mengurangi efek samping.
b) Mencegah penggunaan obat tunggal sehingga menurunkan resiko
terjadinya resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan
resep.
c) Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat
menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien.
2) Obat-obat anti Tuberkulois
(1) Obat-obat primer
Obat-obatan ini paling efektif dan paling rendah toksisitasnya, tetapi
dapat menimbulkan resistensi dengan cepat bila digunakan sebagai obat
tunggal. Oleh karena itu, terapi ini selalu dilakukan dengan kombinasi
dari 2-4 macam obat untuk kuman tuberculosis yang sensitif. Berikut
obat anti tuberculosis yang termasuk obat-obat primer adalah (Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI), 2017) :
- Isoniazid
Isoniazid (INH) merupakan devirat asam isonikotinat yang
berkhasiat untuk obat tuberculosis yang paling kuat terhadap
13
Mycobacterium tuberculosis (dalam fase istirahat) dan bersifat
bakterisid terhadap basil yang tumbuh pesat. Efek samping dari
isoniazid adalah mual, muntah, demam, hiperglikemia, dan neuritis
optic.
- Rifampisin
Rifampisin adalah sebuah golongan obat antibiotic yang banyak
dipakai untuk menanggulangi infeksi Mycobacterium tuberculosis.
Rifampisin menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat
sistesis protein terutama pada tahap transkripsi. Efek samping dari
rifampisin adalah gangguang saluran cerna, terjadi gangguan sindrim
influenza, gangguan respirasi, warna kemerahan pada urine, dan udem.
- Pirazinamid
Pirazinamid adalah obat antibiotic yang digunakan untuk
mengobati infeksi bakteri Tuberkulosis dan bekerja dengan
menghentikan pertumbuhan bakteri. Indikasi dari pirazinamid adalah
tuberkulsis dalam kombinasi dengan obat lain. Efek samping dari
pirazinamid adalah anoreksia, icterus, anemia, mual, muntah, dan gagal
hati.
- Etambutol
Etambutol adalah obat antibiotic yang dapat mencegah
pertumbuhan bakteri tuberculosis di dalam tubuh. Indikasi dari
etabutanol adalah tuberculosis dalam kombinasi dengan obat lain. Efek
samping penurunan tajam penglihatan pada kedua mata, penurunan
terhadap kontras sensitivitas warna serta gangguan lapang pandang.
- Streptomisin
Streptomisin adalah antibiotic yang dihasilkan oleh jamur tanah
disebut Streptomyces griseus yang dapat digunakan untuk mengatasi
sejumlah infeksi seperti tuberculosis untuk menghambat pertumbuhan
mikroba. Saat ini streptomisin semakin jarang digunakan kecuali untuk
kasus resistensi. Efek samping dari streptomisin adalah gangguang
fungsi ginjal, gangguan pendengaran, dan kemerahan pada kulit.
(2) Obat-obat sekunder
Obat-obatan sekunder diberikan untuk tuberculosis yang
disebabkan oleh kuman yang resisten atau bila obat primer menimbulkan
14
efek samping yang tidak dapat ditoleransi. Berikut yang termasuk obat
sekunder adalah kaproemisin, sikliserin, macrolide generasi baru
(asotromisin dan klaritromisin), quinolone dan protionamid.
Pengobatan tuberculosis diberikan dalam 2 tahap, yaitu :
- Tahap intensif (2-3 bulan)
Pada tahap intensif (awal) penderita mendapatkan obat setiap hari
dan diawasi langsung unutuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap
semua OAT, terutama rifampisin. Bila pengobatan tahap intensif
tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita yang menularkan
penyakit menjadi tidak menularkan penyakit dalam kurun waktu 2
minggu. Sebagian besar penderita Tuberkulosis BTA positif menjadi
BTA negative (konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pengawasan
ketat dalam tahap intensif sangat penting untuk mencegah terjadinya
kekebalan obat.
- Tahap lanjutan (4-7 bulan)
Pada tahap lanjutan penderita mendapatkan jenis obat lebih sedikit
namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan ini penting
untuk membunuh kuman persisten (dormant) sehingga dapat mencegah
terjadinya kekambuhan. Panduan obat yang digunakan terdiri dari obat
utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai
dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisipn, INH, Pirasinamid,
Streptomisin dan Etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan adalah
Kanamisin, Kuinolon, Makrolode, dan Amoksisilin + Asan Klavulanat,
derivate Rifampisin/INH.
3) Terapi Komplementer
Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau
sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis (Budhi Purwanto,
2013). Modalitas penyembuhan adalah metode penyembuhan yang
digunakan bersama dengan pengibatan berbasis obat dan tindakan
pembedahan sebagai upaya pemenuhan pelayanan holistic. Titik akupresur
ini dilakukan peijatan setiap titiknya minimal 3 menit. Berikut yaitu titik
akupresur untuk mengurangi batuk berdahak pada penderita penyakit
tuberculosis sebagai berikut :
15
a) Titik refleksi paru-paru ditemukan pada telapak kaki 3 jari di bawah
jari kaki, di sela-sela antara jari tengah dan jari manis
b) Titik refleksi paru-paru ditemukan pada telapak kaki 2 jari di bawah
jari-jari kaki, di sela-sela antara ibu jari dan jari telunjuk
c) Titik refleksi tenggorokkan pada punggung kaki di antara sela-sela ibu
jari dan jari telujuk
d) Titik refleksi tenggorokan ditemukan pada telapak tangan di sela-sela
jari telunjuk dan jari tengah
e) Titik refleksi untuk meredakan batuk yang berada di telapak tangan
bagian 2 jari dibawah ibu jari
f) Titik refleksi untuk meredakan batuk pada dibawah tulang tengkorak
kepala, tulang tengah punggung leher kiri dan kanan, dan di sebelah
tulang belikat atas sebelah kanan dan kiri.
9. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan penyapihan ventilator berhubungan dengan hambatan upaya napas
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret
c. Hypervolemia berhubungan dengan edema penumpukan cairan
16
INTERVENSI KEPERAWATAN
17
- Auskultasi suara
inspirasi membaik
- Warna kulit membaik
Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas (I.01011)
tidak efektif keperawatan diharapkan Observasi
berhubungan dengan bersihan jalan napas klien - Monitor pola napas
penumpukan secret dapat meningkat dengan - Monitor bunyi napas tambahan
kriteria hasil : - Monitor sputum
Bersihan Jalan Nafas Terapeutik
(L.08066) - Pertahankan kepatenan jalan
- Batuk efektif meningkat napas dengan headtilt dan chin
- Produksi sputum tilt
menurun - Posisikan semi fowler atau
- Mengi menurun fowler
- Wheezing menurun - Berikan minum hangat
- Dispnea menurun - Lakukan fisioterapi dada
- Ortophnea menurun - Lakukan penghisapan lendir
- Sulit bicara menurun kurang dari 15 detik
- Sianosis menurun - Lakukan hiperoksigenasi
- Gelisah menurun sebelum penghisapan endotrakeal
- Frekuensi napas - Keluarkan sumbatan benda padat
membaik dengan forsep McGill
- Pola napas membaik - Berikan oksigen
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak
terkontraindikasi
- Ajarkan Teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektron,
mukolitik
18
Hypervolemia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipervolemia (I.03114)
berhubungan dengan keperawatan diharapkan Observasi
edema penumpukan keseimbangan cairan pasien - Periksa tanda dan gejala
cairan (D.0022) dapat meningkat dengan hipervolemia
kriteria hasil : - Identifikasi penyebab
Keseimbangan Cairan hipervolemia
(L.03020) - Monitor status hemodinamik
- Asupan cairan - Monitor intake dan output cairan
meningkat - Monitor tanda hemokonsentrasi
- Haluaran urin - Monitor tanda peningkatan
meningkat tekanan onkotik plasma
- Kelembaban - Monitor kecepatan infus secara
membrane mukosa ketat
meningkat - Monitor efek samping diuretik
- Asupan makanan Terapeutik
meningkat - Timbang berat badan setiap hari
- Edema menurun pada waktu yang sama
- Dehidrasi menurun - Batasi asupan cairan dan garam
- Asites menurun - Tinggikan kepala tempat tidur
- Konfusi menurun Edukasi
- Tekanan darah - Anjurkan melapor jika haluaran
membaik urin < 0,5 mL/kg/jam dalam
- Denyut nadi radial waktu 6 jam
membaik - Anjurkan melapor jika BB
- Tekanan arteri rata-rata bertambah >1 Kg dalam sehari
membaik - Ajarkan cara mengukur dan
- Membran mukosa mencatat asupan dan haluaran
membaik urin
- Mata cekung membaik - Ajarkan cara membatasi cairan
- Turgor kulit membaik Kolaborasi
- Berat badan membaik - Kolaborasi pemberian diuretik
19
- Kolaborasi penggantian
kehilangan kalium akibat diuretik
DAFTAR PUSTAKA
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI.
Caesar, Liyandita. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan TB Paru Di Ruang
Seruni Rsud Abdul Wahab Sjahranie Samarind. Samarinda : Politeknik Kesehatan
Kalimantan Timur.
Fadila Sari, Gina. 2021. Kasus TBC di Ruang IGD Rumah Sakit Tk. III Ciremai. Cirebon :
STIKes Kuningan
20
ASUHAN KEPERAWATAN
RSUD CIBINONG
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. IDENTITAS
A. Identitas Klien
No.RM :
Usia : 39 tahun
Agama : Islam
Suku : Sunda
Usia : 30 tahun
21
III. Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat kesehatan sekarang :
Saat masuk rumah sakit :
Pasien dibawa oleh keluarga nya ke RSUD Cibinong saat masuk IGD pasien
mengeluh Meriang, demam, badan gemetar, badan terasa lemas, sesak, Batuk
berdahak tindakan awal yang diberikan pasien yaitu TTV TD : 124/79 mmHg, S :
37,9̊C, N : 154 x/menit, RR : 26 x/menit, SPO2: 92 % dan diberi oksigen nasal
kanul 5 L/menit.
Saat melakukan pengkajian :
Pasien mengeluh sesak, batuk, badan mudah terasa lemas setelah beraktivitas,
tidak nafsu makan, Pasien mengatakan sering BAK sebanyak 3x, dan pasien
mengatakan sering merasakan ingin BAB tetapi sulit dikeluarkan TTV TD:
109/73 mmHg, N: 145 x/menit, RR : 25 x/menit, S : 37,8̊C, SPO2 : 94% dan
pasien terpasang alat bantu pernapasan Nasal Kanul sebanyak 5 L/menit.
b. Riwayat kesehatan dahulu :
Pasien mengatakan mempunyai TB paru sejak tahun 2012
c. Riwayat kesehatan keluarga :
Pasien mengatakan dari keluarga dari ibu mempunyai riwayat TB Paru
22
Keterangan :
: Pasien
: Perempuan
: Laki – Laki
IV.Alergi
Pasien mengatakan tidak ada alergi makanan maupun obat
V. Profil Life System
A. Activities of daily living
23
Jumlah (cc) 1000 cc 1000 cc
Cara minum dibantu/sendiri Sendiri Dibantu
Masalah - -
2. Eliminasi
BAB 1x 3x
Frekuensi
Warna Kuning kecoklatan Kuning
Konsistensi Lembek Keras
Obstipasi Tidak ada keluhan Ada keluhan
Penggunaan pencahar Tidak ada Tidak ada
Diare Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Stoma Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Cara Pengeluaran Sendiri Dibantu
Masalah
BAK
3x 4x
Frekuensi
Jumlah 700 ml 800 ml
Warna Kuning Kuning
Bau, darah, lendir Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Kesulitan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Inkontenensia Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Hematuria Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Penggunaan Kateter Tidak
Tidak menggunakan
menggunakan
kateter
kateter
Cara pengeluaran Sendiri Dibantu
Masalah
3. Istirahat dan tidur
21.00 20.00
Waktu tidur malam
Waktu tidur siang 14.00 13.00
Lamanya 8 jam 4 jam
Kebiasaan pengantar tidur Tidak ada Tidak ada
Ada tidaknya masalah tidur Tidak ada keluhan Tidur tidak
24
nyenyak terkadang
terbangun jika
ingin batuk
Kebiasaan yang dilakukan saat Mengobrol dengan
Menonton TV
istirahat keluarga
Masalah - -
4. Personal hygiene
Mandi 3x 2x
Frekuensi
Penggunaan sabun/tidak Iya Tidak
Cara melakukan sendiri/dibantu Sendiri Dibantu
Masalah - -
Oral hygiene
3x 3x
Frekuensi
Penggunaan sikat gigi/tidak Iya Tidak
Penggunaan pasta gigi/tidak Iya Tidak
Cara melakukan Sendiri Dibantu
5. Aktivitas/latihan
Lari pagi Tidak
Olahraga
Kegiatan diwaktu luang Iya Tidak
Cara melakukan (sendiri/dibantu) Sendiri Dibantu
Masalah - -
B. Kebiasaan
Merokok : Pasien mengatakan sering merokok
Kopi : Pasien suka minum kopi
VI. Profil PsikoSosial
Pasien mengatakan selama sakit selalu ditemani oleh istrinya, istrinya sangat
mendukung untuk mencapai kesembuhannya dan mengharapkan bisa beraktivitas
seperti sedia kala.
VII. Pola Nilai/Kepercayaan
A. Kegiatan keagamaan yang dijalani
25
Pasien mengatakan selama sakit pasien tidak pernah menjalani kewajiban sholat 5
waktu
B. Nilai/kepercayaan yang bertentangan dengan kesehatan
Selalu berdo’a dan menjaga selalu badan kita dari penyakit terutama pola makan
dll.
C. Lain-lain
VIII. Keadaan Umum
GCS Tingkat Kesadaran
Eye (E) : 4 Verbal (V) : 5 Motorik (M) : 6
IX.Vital Sign
Suhu : 37,8̊C
Tek.darah (TD) : 109/73 mmHg
Frek.Nadi : 145 x/menit
Frek.Nafas (RR) :
X. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
2. Mata
3. Telinga
4. Mulut
5. Hidung
7. Kardiovaskular
8. Paru-paru
saat inspirasi
Inspeksi : Simetris
9. Abdomen
Perkusi : Tympani
10. Gastrointestinal
27
Inspeksi : Tidak terkaji
11. Muskuloskeletal
12. Neurologi
a. Olfaktorius :
b. Optikus :
c. Okulomotorius :
d. Troklearis :
e. Trigeminus :
f. Abdusen :
g. Fasialis :
h. Vestibuloklearis :
i. Glosofaringeus :
j. Vagus :
k. Aksesoris :
l. Hipoglosus :
XI.Pemeriksaan Laboratorium dan Dianostik
Tgl : 06-06-2023
28
Segmen 93 50-70 %
Limfosit 5 20-40 %
Monosit 1 2-8 %
KIMIA KLINIK
Glukosa Sewaktu
Glukosa Sewaktu 71 70-2000 mg/dL
Ureum 35 20-40 mg/dL
Creatinin 1.0 0.5-1.5 mg/dL
SGOT
SGOT 102 <37 µ/L
SGPT
SGPT 82 <42 µ/L
ELEKTROLIT
Natrium
Natrium 130 135-155 mEq/L
Kalium
Kalium 4.8 3.6-5.5 mEq/L
Chlorida
Chlorida 90 95-108 mEq/L
29
ANALISA DATA
MASALAH
DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
DS : Mycobacterium Bersihan jalan nafas tidak
Pasien mengatakan batuk Tuberculosis aktif efektif ( D.0149)
berlebih disertai dengan
dahak dan pasien mengeluh menjadi kuman patogen
sesak
DO : Infeksi paru-paru (TB
- Pasien terlihat batuk tidak Paru)
efektif, terlihat sputum
berlebih, pasien terlihat
lelah
- Pasien mampu Menghasilkan secret
mengeluarkan dahak
- Suara nafas : ronchi Tidak mampu batuk
- Frekuensi nafas berubah efektif
TTV :
Penumpakan secret
TD: 109/73 mmHg
berlebih
N: 145 x/menit
Penurunan Curah Jantung
RR : 25 x/menit
S : 37,8̊C
SPO2 : 94% ( terpasang alat
bantu pernapasan Nasal Kanul
5L)
30
- Pasien sering BAK Mual Muntah (anorexia)
sebanyak 3x
Gangguan Pemenuhan
DO : Nutrisi Kurang dari
- Pasien tampak lemas
Kebutuhan Tubuh
- Mukosa bibir tampak
kering dan pucat
- BB pasien menurun dan Defisit Nutrisi
pasien tampak kurus
TTV :
TD: 109/73 mmHg
N: 145 x/menit
RR : 25 x/menit
S : 37,8̊C
SPO2 : 94% ( terpasang alat
bantu pernapasan Nasal Kanul
dengan jumlah 5 L/menit )
DO : Kelelahan
- Pasien tampak terbaring
lemah
- Pasien terpasang alat Intoleransi Aktivitas
bantu pernapasan Nasal
Kanul dengan jumlah 5
L/menit
- Kekuatan Otot
4 5
4 5
- TTV
31
TD: 109/73 mmHg
N: 145 x/menit
RR : 25 x/menit
S : 37,8̊C
SPO2 : 94%
32
3.4 INTERVENSI
33
kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
34
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu.
35
meningkatkan asupan makanan.
36
CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN (IMPLEMENTASI)
NAMA PASIEN : Tn.A NAMA MAHASISWA : Weka Diah P
NO.REKAM MEDIK : 11328614 NIM : 162210012
RUANG RAWAT : Seruni
37
RR : 25 x/menit
S : 37,8̊C
SPO2 : 94% ( terpasang alat bantu
pernapasan Nasal Kanul dengan
jumlah 5 L/menit )
S:-
O:
- Memposisikan Semi-fowler atau - Pasien tampak posisi semi
Fowler fowler
- Perawat mengatur kenyamanan
posisi pasien
S:-
O : Perawat melakukan teknik
Fisioterapi Dada dan batuk efektif
- Melakukan fisioterapi dada, jika perlu S : Pasien mengatakan sesak
O : TTV :
TD: 109/73 mmHg
N: 145 x/menit
RR : 25 x/menit
- Memberikan oksigen, jika perlu
S : 37,8̊C
38
SPO2 : 94% ( terpasang alat bantu
pernapasan Nasal Kanul dengan
jumlah 5 L/menit )
S:
09/05/202 Gangguan 10.00 - Monitor frekuensi, irama, dan - S : Klien mengatakan masih
3 Pertukaran Gas upaya nafas sedikit pusing dan gatal pada
- Monitor pola nafas kaki
- Monitor adanya sumbatan jalan O : Klien tampak pucat , bibir
10.15 nafas kering, terdapat sumbatan
- Monitor nilai AGD berupa sputum berlebih pada
- Mengatur interval pemantauan jalan napas bunyi nafas ronchi di
39
10.30 respirasi sesuai kondisi pasien paru kanan dan kiri, warna kulit
- Dokumentasi hasil pemantauan pucat, Hasil AGD : alkalosis
10.35 edukasi respiratorik,
10.50 - Menjelaskan tujuan prosedur TTV :
- Menginformasikan hasil
TD : 158/100 mmHg
pemantauan
RR :18 x/menit (terpasang NRM)
N : 100 X/ M
PH :7,47 (+)
Paco2 : 31(-)
paO2: 64(-)
Hco3 : 23
Tanggal pemeriksaan AGD : 10-5-
2023
S : Klien mengatakan masi sedikit
sesak namun tidak separah
sebelumnya
40
11.30 tubuh, nyeri dan perdarahan - O : tidak ada tanda tanda infeksi
-Momitor tanda dan gejala infeksi pada luka post oprasi
41
selama 2 detik, kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir mencucu TTV :
(dibulatkan) selama 8 detik
Tekanan darah : 140/90
- Menganjurkan mengulangi tarik napas
Nadi : 69 x/menit
09.58 dalam hingga 3 kali
Suhu oC : 36,6 ̊C
- Menganjurkan batuk dengan kuat
RR : 20 x/menit
langsung setelah tarik napas dalam
09.59
yang ke-3 S : Klien merasakan lemas.
O : Memonitori Tanda-tanda
Vital.
10/05/202 Gangguan 10.00 - Monitor frekuensi, irama, dan - S : Klien mengatakan masih
3 Pertukaran Gas upaya nafas sedikit pusing dan gatal pada
- Monitor pola nafas kaki
- Monitor adanya sumbatan jalan O : Klien tampak pucat , bibir
10.15 nafas kering, terdapat sumbatan
- Monitor nilai AGD berupa sputum berlebih pada
- Mengatur interval pemantauan jalan napas bunyi nafas ronchi di
10.30 respirasi sesuai kondisi pasien paru kanan dan kiri, warna kulit
- Dokumentasi hasil pemantauan pucat, Hasil AGD : alkalosis
edukasi
42
10.35 - Menjelaskan tujuan prosedur respiratorik,
10.50 - Menginformasikan hasil TTV :
pemantauan
TD : 158/100 mmHg
RR :18 x/menit (terpasang NRM)
N : 100 X/ M
PH :7,47 (+)
Paco2 : 31(-)
paO2: 64(-)
Hco3 : 23
Tanggal pemeriksaan AGD : 10-5-
2023
- S : Klien mengatakan masi
sedikit sesak namun tidak
separah sebelumnya
11.30 tubuh, nyeri dan perdarahan - O : tidak ada tanda tanda infeksi
-Momitor tanda dan gejala infeksi pada luka post oprasi
43
sistematik dan lokal -S : Keluarga klien mengatakan
11.50 - Mencuci tangan sebelum dan sesudah paham dan mengerti atas
setiap melakukan kegiatan perawatan informasi yang diberikan
44
(dibulatkan) selama 8 detik TTV :
- Menganjurkan mengulangi tarik napas Tekanan darah : 140/90
09.58 dalam hingga 3 kali Nadi : 69 x/menit
Menganjurkan batuk dengan kuat Suhu oC : 36,6 ̊C
09.59 langsung setelah tarik napas dalam
RR : 20 x/menit
yang ke-3
2.1 S : Klien merasakan lemas.
O : Memonitori Tanda-tanda
Vital.
11/05/23 Gangguan 10.00 - Monitor frekuensi, irama, dan - S : Klien mengatakan masih
Pertukaran Gas upaya nafas sedikit pusing dan gatal pada
- Monitor pola nafas kaki
- Monitor adanya sumbatan jalan O : Klien tampak pucat , bibir
10.15 nafas kering, terdapat sumbatan
- Monitor nilai AGD berupa sputum berlebih pada
- Mengatur interval pemantauan jalan napas bunyi nafas ronchi di
10.30 respirasi sesuai kondisi pasien paru kanan dan kiri, warna kulit
- Dokumentasi hasil pemantauan pucat, Hasil AGD : alkalosis
10.35 edukasi respiratorik,
- Menjelaskan tujuan prosedur
45
10.50 - Menginformasikan hasil TTV :
pemantauan TD : 158/100 mmHg
RR :18 x/menit (terpasang NRM)
N : 100 X/ M
PH :7,47 (+)
Paco2 : 31(-)
paO2: 64(-)
Hco3 : 23
Tanggal pemeriksaan AGD : 10-5-
2023
- S : Klien mengatakan masi
sedikit sesak namun tidak
separah sebelumnya
11.30 tubuh, nyeri dan perdarahan - O : tidak ada tanda tanda infeksi
-Momitor tanda dan gejala infeksi pada luka post oprasi
sistematik dan lokal -S : Keluarga klien mengatakan
11.50
46
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah paham dan mengerti atas
12.00 setiap melakukan kegiatan perawatan informasi yang diberikan
47
EVALUASI
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif 09-05-2023 S : Pasien mengatakan batuk berlebih dan sulit
mengeluarkan dahak.
48
sudah terpasang Nrm 10 lpm,
P : Intervensi dilanjutkan
49
O : pasien terpasang infus dan selang WSD ,
pasien positif Tbc
P : Intervensi dilanjutkan
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif 10/05/23 S : Pasien mengatakan masih batuk berdahak
namun frekuensi berkurang
O : pasien terlihat batuk tidak efektif, terlihat
mengeluarkan sputum
A: Masalah Belum Teratasi
P : Intervensi dilanjutkan.
50
TTV :
TD : 146/90 mmHg
RR :20 x/menit (terpasang NRM)
N : 90 X/ M
PH :7,47 (+)
Paco2 : 31(-)
paO2: 64(-)
Hco3 : 23
A : Masalah Belum Teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Resiko Infeksi 10/05/23 S:
P : Intervensi dilanjutkan
51
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif 11/05/23 S : Pasien mengatakan masih batuk berdahak
O : pasien masih terlihat lemas saat batuk
berdahak, frekuensi dahak berkurang
A: Masalah Belum Teratasi
P : Intervensi dilanjutkan.
P: Intervensi dilanjutkan
52
11/5/23 S: Pasien mengatakan luka post oprasi masi
dalam keadaan baik tidak menimbulkan rasa
gatal atau panas
P : intervensi dilanjutkan
53
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru. Pneumonia
disebabkan oleh satu atau lebih agens berikut : virus, bakteri (mikoplasma), fungi,
parasit, atau aspirasi zat asing (Betz & Sowden, 2009).
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah akut
(ISNBA) dengan batuk dan disertai dengan sesak nafas disebabkan aden infeksius
seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing,berupa radang
paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi (Nurarif & Kusuma, 2013).
Saran
Diharapkan penulisan Askep ini bisa memberikan masukan untuk tambahan ilmu bagi
mahasiswa ilmu keperawatan yaitu tentang Laporan Pendahuluan dan Askep Kasus pada
Pneumonia dan menjadikan ilmu yang bermanfaat ini untuk pengaplikasikannya dan praktik
bila menghadapi kasus Pneumonia tersebut.
54
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS MASALAH)
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan
2. Gangguan pertukaran gas b.d kapasitas O2 menurun
3. Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif
55