TUGAS INDIVIDU DDMP Yuli Dwi Purnamawati
TUGAS INDIVIDU DDMP Yuli Dwi Purnamawati
Identitas Jurnal: International Journal of Project Management, 2017, Vol. 35(2), pp. 169–179,
Scopus
Latar Belakang
Paper ini membahas tentang aplikasi dari karakterisitik perencanaan strategis dari
penelitian-penelitian sebelumnya, terhadap Project Management (PM). Dengan semakin
banyaknya proyek-proyek di dunia Information System (IT) dan Manufacturing dalam dunia
usaha namun hanya sedikit yang mencapai kesuksesan. Penelitian tentang suksesnya PM dan
kegagalan yang berkelanjutan menjadi area yang menarik untuk diteliti lebih lanjut (Allen et. al,
2014). Meskipun penemuan-penemuan dari beberapa studi telah berkontribusi untuk PM,
penelian-penelitian tersebut terlalu sempit dan terbatas secara strukturisasi.
Dourin dan Jugdev (2014, p. 64) menyatakan dengan menggunakan teori-teori yang
sudah ada akan membantu perkembangan kredibilitas penemuan-penemuan terbaru, tapi dengan
evolusi teori dari PM akan menghalangi para peneliti dari konsep yang sudah dikembangkan
secara optimal. Teori terbaru tentang teori manajemen strategis secara spesifik menggunakan
strategic planning characteristics (SPCs). Pendekatan rasional yang dikombinasikan dengan
adaptive SPCs menghasilkan “rational adaptive” untuk menegembangkan teknik-teknik PM.
Hasilnya adalah SPCs dapat secara efektif membantu dalam mengeneralisasi kerangka kerja PM,
sehingga berpotensi untuk dapat digunakan dalam mengetahui hubungan antara aturan PM
dengan tujuan suksesnya sebuah proyek.
Tujuan Penelitian
Studi lireatur menunjukkan pada penelitian PM sebelumnya lebih focus pada “critical
success factor” (CSFs), metoda-metoda PM, dan teknik-teknik PM. Menurut Judgev et. al (2013,
p. 537) teknik-teknik PM dimaksudkan untuk membantu praktisi dalam melakukan pekerjaan
mereka dan mengeksekusi proses-prosesnya. Basner dan Hobbs (2006) meneliti 70 teori dan
teknik-teknik yang sudah dikenal pada umumnya dari literatur project management. Penemuan-
penemuan tentang teknik-teknik PM tersebut secara konsisten berpotensi terhadap area penelitian
lebih lanjut. Sehingga tujuan penelian ini untuk mengetahui apakah pendekatan rasional pada
teknik-teknik PM dapat diaplikasikan agar dapat dilakukan perancanaan strategis agar
tercapainya kesuksesan sebuah proyek. Sedangkan
Hipotesis
1. Pendekatan studi project management (PM) yang digunakan pada organisasi akan
merefleksikan beberapa tingkatan pendekatan rational adaptive.
2. Dengan menggunakan pendekatan rational adaptive pada project management akan
mempunyai hubungan erat dengan lebih suksesnya pencapaian sebuah proyek.
3. Denagn menggunakan rational adaptive pada project management akan mempunyai
hubungan erat dengan penggunaan berbagai macam teknik-teknik PM
Metodologi
Skor faktor ditentukan untuk masing-masing konstruksi SPC dan digunakan sebagai
bobot untuk menghitung "indeks adaptif rasional." Sampel kemudian dibagi menjadi tiga
kelompok berdasarkan indeks ini. Tanggapan dengan indeks di bawah 9,70 dianggap “adaptasi
rasional rendah”, antara 9,70 dan 10,80 dianggap “sedang”, dan di atas 10,80 dianggap “adaptasi
rasional tinggi”. Setelah kelompok "adaptasi rasional" telah dibentuk, MANOVA digunakan
untuk menentukan apakah ada perbedaan yang signifikan antara organisasi dalam kelompok PM
adaptif rasional rendah dan tinggi untuk semua dimensi keberhasilan sebagai satu set. Meskipun
memenuhi tujuan biaya dan memenuhi spesifikasi teknis tidak berbeda secara signifikan,
perbedaannya relatif besar dan sesuai dengan arah yang diharapkan. Hasil ini memberikan
dukungan untuk hipotesis kedua.
Untuk mendapatkan lebih banyak wawasan, korelasi antara setiap PM praktek dan setiap
SPC juga diperiksa. Mengingat jumlah hubungan yang diperiksa, koreksi Bonferroni digunakan
untuk mengontrol kesalahan Tipe I di seluruh eksperimen. Meskipun tidak setiap hubungan
signifikan, dua puluh dari tiga puluh enam korelasi signifikan pada tingkat p 0,05 dan tiga
tambahan signifikan pada tingkat p 0,10. Hasil ini memberikan dukungan untuk hipotesis ketiga
bahwa organisasi dengan pendekatan PM adaptif yang lebih rasional juga menggunakan
alat/teknik PM pada tingkat yang lebih tinggi.
Diskusi Hubungan Antara Masalah dengan Teori, Masalah Dengan Metodologi
Kurangnya perbedaan yang signifikan antara kelompok adaptif rasional rendah dan tinggi
dalam memenuhi spesifikasi teknis mungkin disebabkan oleh faktor eksternal seperti kemajuan
teknologi, yang dapat lebih berpengaruh dalam memenuhi spesifikasi teknis daripada pendekatan
PM. Masing-masing hubungan ini menimbulkan pertanyaan menarik untuk penelitian masa
depan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang hasil ini.
Catatan Kritis
Penelitian ini sudah menguraikan State of the Art secara keilmuan dari pendahuluan, serta
memiliki novelty dan diskusi yang cukup menarik. Dampak dari penelitian sudah cukup banyak,
terbukti dari catatatn indeks Scopus dimana penelitian ini sudah disitasi sebanyak 40 kali. Model
tulisan yang dipakai adalah Introduction, Methodology, Result (Analysis), dan Discussion.
Dengan diperkenalkannya SPCs dalam konteks PM, ada banyak ruang untuk penelitian di masa
depan. Alat/teknik lain apa yang akan meningkatkan pemahaman tentang pendekatan adaptif
rasional? Area lain untuk diperiksa adalah hubungan antara penelitian ini dengan pendekatan
adaptif dan penggunaan perangkat lunak proye. Khususnya, apakah pendekatan adaptif rasional
tertanam dalam perangkat lunak PM saat ini atau mungkinkah di masa depan? Aspek formalitas
sudah ditemukan dalam perangkat lunak proyek, tetapi bisakah intensitas dibangun ke dalam
perangkat lunak PM?
Judul: Realizing creativity in management education: Putting student energy into action
Penulis: Roz Sunleya, Lisa Harding, Josh Jones
Identitas Jurnal: The International Journal of Management Education, 2019, Vol. 17(2), pp. 172–
181, Scopus
Latar Belakang
Penelitian ini akan mendiskusikan tentang bagaimana desain kreatif dalam pendidikan
manajemen sarjana dapat mendorong keterlibatan siswa dalam belajar. Kebanyakan
pembelajaran di abad ke-21 banyak terdapat ketidakpastian dan berubah-ubah. Mahasiswa pada
umumnya tidak memiliki disiplin diri dan arahan yang diperlukan untuk keterlibatan
berkelanjutan dalam pembelajaran. Penulis berpendapat bahwa keterlibatan siswa dimulai
dengan 'keinginan untuk belajar' (Barnet, 2007) dan 'motivasi dan agensi' ini (Zepke & Leach,
2010) mendorong individu untuk mencari peluang yang lebih luas untuk memperkaya wawasan
mereka.
Peneliti berpendapat bahwa kreativitas secara inklusif yang dipaparkan sebagai 'ide
orisinal yang memiliki nilai' (Robinson, 2011, hlm. 151), dapat sangat meningkatkan 'motivasi
dan agensi' mahasiswa (Robinson, 2011) sekaligus menangani dimensi keterikatan mahasiswa
dengan ilmu pengetahuan yang sering diabaikan. Berdasarkan data kepuasan mahasiswa secara
luas, diperlukan keberanian akademis untuk melawan tekanan konsumerisme dan bertahan dalam
pengajaran dan pembelajaran berdasarkan wawasan profesional daripada menanggapi penggerak
pasar (Claxton, 2000; Hargreaves & Fullan, 2013; Nixon, Scullion, & Hearn , 2016; Padro &
Kek, 2013; Porophat 2014).
Sistem di pendidikan tinggi harus memberi siswa kesempatan kreatif untuk melangkah
melintasi ambang kognitif, sosial dan afektif ke dalam pengetahuan dan pemahaman baru
tentang dunia dan diri mereka sendiri. Ini memerlukan dukungan institusional untuk
kebijaksanaan profesional yang mendukung inovasi kreatif dan keterlibatan dalam pendidikan
tinggi, dan mengakui implikasi konsekuensial untuk praktik dan penelitian.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji nilai dan relevansi konten dan pendekatan kreatif
sebagai cara untuk merangsang upaya dan komitmen, dan mendorong mahasiswa untuk
mengerahkan lebih banyak energi ke dalam tindakan keilmuan. Praktik kreatif bukannya tanpa
kerumitan dan tantangan baik bagi mahasiswa maupun staf akademik sehingga penelitian ini
bertujuan untuk menguraikan masalah tersebut.
Metodologi
Metodologi yang dipakai pada penelitian dengan cara kualitatif dari beberapa tantangan,
dan mempertimbangkan beberapa perspektif pendukung yang memengaruhi desain yang
disengaja dari struktur studi akademik selama 12 minggu (McIver et al., 2016; Ritter, Small,
Mortimer, & Doll, 2018). Penelitian ini menyertakan narasi pribadi dari siswa tahun terakhir
yang mengalami pendekatan ini, di samping komentar dan umpan balik siswa yang lebih luas.
Yang terakhir dikumpulkan melalui survei yang didistribusikan pada awal semester di mana
siswa diminta untuk mengomentari harapan, kekhawatiran, dan perasaan mereka sehubungan
dengan kursus. Komentar reflektif anonim dikumpulkan di akhir kursus, dan izin diperoleh untuk
menggunakan komentar mereka.
Fokus penelitian ini adalah tantangan praktik kreatif dalam kuliah manajemen bisnis
umum daripada dalam program kuliah yang lebih khusus. Palmer dan Zajonc (2010) berpendapat
untuk pendekatan integratif dalam pendidikan tinggi yang menjembatani kesenjangan tersebut
dan memungkinkan mahasiswa untuk membuat hubungan antara elemen kognitif, emosional dan
praktis dari pembelajaran mereka. Hardy dan Everett (2013) mengambil gagasan ini dalam
tinjauan mereka tentang masa depan pendidikan bisnis karena mereka berpendapat perlunya
'penyatuan pendidikan' dan mendorong penyelidikan kritis bersama pengembangan diri dan
partisipasi demokratis. Namun, dalam konteks 'konsumerisme pendidikan' saat ini (Dean &
Gibbs, 2015), tantangan bagi para pendidik adalah apakah merancang kurikulum dan materi
pembelajaran untuk memudahkan siswa mencapai nilai bagus seperti yang mereka inginkan atau
dengan sengaja mengabaikan tekanan dari survei kepuasan mahasiswa, dan memberikan apa
yang siswa butuhkan untuk masa depan (Inge, 2018; Poropat, 2014). Tuntutan untuk lulusan
'siap kerja' telah menyebabkan rekonseptualisasi pendidikan sebagai persiapan untuk partisipasi
ekonomi dalam ekonomi global (Brigstock, 2009).
Hasil Penelitian
Hasil penelitian dalam bentuk desain pembelajaran yang ditawarkan untuk dasar-dasar
program studi akademik. Mahasiswa melakukan empat kegiatan, dengan tujuan yang ditetapkan
untuk mengembangkan 'pengetahuan magang' McIver (Elsden-Clifton, 2008) dengan demikian
mendorong perolehan keterampilan penting yang kemudian dapat mereka terapkan dalam
spesialisasi mata pelajaran mereka. Secara profesional dikumpulkan hasilnya selama beberapa
tahun, dan diplubikasikan dalam penelitian ini. Berdasarkan literatur, diputuskan untuk fokus
pada bidang-bidang berikut:
i. Tugas kelompok kreatif yang dibingkai dengan hati-hati, namun kelihatan tidak
terstruktur untuk membantu pembelajaran pribadi dan interpersonal siswa melalui
'pengalaman istimewa' yang imajinatif (McIver et al., 2016, hlm. 65). Setiap kelompok
ditinjau oleh rekan sejawat dalam hal kreativitas, komunikasi dan kerja tim; tetapi latihan
ini juga melibatkan konsep-konsep seperti pikiran terbuka, ketidaknyamanan belajar,
imajinasi dan otonomi. Sebagai bagian dari portofolio sumatif mereka, siswa diminta
untuk merefleksikan partisipasi mereka dalam tugas ini, dengan fokus terutama pada apa
yang mereka pelajari tentang diri mereka sendiri dan orang lain; dan bagaimana mereka
memandang pengalaman ini dapat mendukung pengembangan pribadi dan profesional
mereka. Beberapa mengalami perasaan tidak nyaman dan 'ketidakamanan emosional' saat
diminta untuk terlibat dalam apa yang tampaknya menjadi aktivitas abstrak, dan tidak
berhubungan langsung dengan prasangka mereka tentang dunia kerja. Pada awalnya
tugas ini dapat menyebabkan resistensi. Namun Barnet (2007) berpendapat bahwa
ketidaknyamanan adalah bagian dari pengalaman sarjana, dan 'pendidikan tinggi,
memang, dapat dirasakan sebagai inisiasi untuk melanjutkan kegagalan.
ii. Peer to peer coaching: untuk memfasilitasi manajemen diri dan pembelajaran
kolaboratif. Refleksi pada coaching ini membentuk elemen portofolio sumatif, sehingga
mahasiswa diminta untuk mencatat pembelajaran sosial dan emosional mereka dari
tujuan yang diarahkan sendiri. Mereka juga didorong untuk mempertimbangkan
kontribusi mereka terhadap pembelajaran orang lain sebagai pendahulu untuk kontribusi
mereka yang lebih luas di tempat kerja dan di luarnya.
iii. Tugas keterlibatan masyarakat: mendorong kemampuan beradaptasi dan belajar di luar
kelas. Tujuan dari tugas ini ada dua: untuk mengilustrasikan hubungan antara bisnis dan
masyarakat luas, dan untuk memberi siswa kesempatan praktis untuk melatih berbagai
soft skill. Bergantung pada aktivitas yang mereka pilih, mereka mempelajari pentingnya
kerja tim, kebutuhan akan fleksibilitas, bagaimana membangun hubungan lintas generasi,
dan beberapa secara sadar memilih untuk menantang diri mereka sendiri dengan bekerja
di luar zona nyaman mereka untuk menguji diri mereka sendiri dalam 'keamanan' yang
relatif. ' dari kursus akademik. Bagi kebanyakan mahasiswa, tugas ini memberikan
pengalaman berharga dalam aksi sosial yang lebih luas, dan memberi mahasiswa ruang
untuk mempelajari hal-hal baru tentang diri mereka sendiri. Namun, menumbuhkan
pengetahuan diri juga dapat didorong melalui latihan kognitif dan afektif seperti
mengharuskan siswa membaca buku di luar kurikulum untuk menumbuhkan kesadaran
diri dan empati yang lebih besar.
iv. Persyaratan membaca yang lebih luas: untuk menantang asumsi tentang membaca dan
membangun kepercayaan membaca akademis. Banyak mahasiswa mengalami pergeseran
identitas mereka sebagai pembaca, sementara harus melalui ketidaknyamanan dan
tantangan yang sebenarnya dari tugas itu sendiri. Hal ini dapat menyebabkan sesuatu tak
terduga dan perubahan perilaku. Belajar bacaan yang lebih luas mengindikasikan bahwa
semua 'pengetahuan-dalam-praktik' penting (McIver et al., 2016) yang mendasari desain
program kuliah ini. Terlepas dari bukti bahwa keengganan mahasiswa pada awalnya,
dapat dibentuk kembali menjadi pembelajaran transformasional.
Dalam penelitian ini hubungan antara masalah dengan metodologi diuji secara kualitatif
dimana teori Palmer dan Zajonc (2010) tentang pendekatan integratif dalam pendidikan tinggi
yang menjembatani kesenjangan antara kuliah umum dengan program khusus terbukti
memungkinkan mahasiswa untuk membuat hubungan antara elemen kognitif, emosional dan
praktis. Namun banyak tantangan dimana pertumbuhan retorika tentang pentingnya kreativitas
dalam kurikulum pendidikan, perkembangan 'kreativitas' tidak selalu langsung, juga tidak selalu
mudah diukur atau terlihat.
Secara teori studi ini mengakui pendekatan kreatif harus didukung oleh dukungan dan
keberanian mahasiswa yang tepat. Salah satu cara di mana ini dapat dibuktikan adalah melalui
scaffolding pembelajaran yang membebaskan mahasiswa sehingga dapat didukung melalui
dinamika emosional dan kognitif dari pembelajaran mereka (Boler, 1999; Lewis & Dehler,
2000). Pada saat mereka berlatih dan menerapkan pengetahuan dan pengalaman baru,
keterampilan mereka akan berguna sebagai bagian dari 'pengetahuan magang' (McIver et al.,
2016).
Catatan Kritis
Pada jurnal ini State of the Art secara keilmuan tidak diuraikan secara terperinci dan lebih
fokus pada retorika masalah. Selain itu tidak ada ruang novelty dan diskusi pada makalah karena
penulis terlalu banyak menampilkan referensi yang membatasi cara berfikir. Dampak dari
penelitian ini tidak terlalu berarti, terbukti dari catatatn indeks Scopus dimana penelitian ini baru
disitasi sebanyak 6 kali. Model tulisan yang dipakai adalah Introduction, Theoretical
background, Intentional design, Result (Analysis), dan Conclusion.