Profil Perilaku Asertif Pada Siswa Kelas Fb9020c4
Profil Perilaku Asertif Pada Siswa Kelas Fb9020c4
1152
Jurnal Multidisiplin Madani (MUDIMA)
Vol.2, No.3, 2022: 1151-1164
PENDAHULUAN
Komunikasi merupakan cara berinteraksi antar personal dalam
kehidupan sosial. Dalam berkomunikasi, agar setiap pesan dapat diterima
maksud dan maknanya, maka diperlukan keterampilan tertentu. Sebagai remaja
yang sedang tumbuh mengembangkan potensi dirinya, siswa juga akan
berupaya memperbaiki cara berekspresi dan menyampaikan keinginannya.
Selain itu, siswa juga akan melatih dan meningkatkan cara dalam berkomunikasi
sehingga siswa dapat menemukan dan mencapai keterampilan berkomunikasi
sesuai dengan usahanya.
Kemampuan dan keterampilan untuk berkomunikasi pada siswa
merupakan bagian dari perilaku asertif. Menurut Gunarsa dalam (Karlina Dewi,
2017 : 9) perilaku asertif adalah perilaku antar individu yang menyertakan aspek
keterbukaan pikiran, perasaan dan kejujuran dalam berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya. Sementara Maria Daniela Pipas and Muhammad Jaradat
(2010 : 649) menyatakan bahwa asertif atau ketegasan adalah kemampuan untuk
menyampaikan kepada lingkungan sekitar apa yang anda rasakan ketika perlu.
Lebih lanjut, Pipas dan Jaradat (2010 : 650) juga mengungkapkan bahwa asertif
(ketegasan) perasaan dan ekspresi yang disampaikan dilakukan dengan cara
komunikasi yang baik dan tanpa bersikap agresif secara verbal atau
mengganggu serta menghargai perasaan orang lain.
TINJAUAN PUSTAKA
1153
Annastasya, rahmawati dan dalimunthe
a. Jenis kelamin
1154
Jurnal Multidisiplin Madani (MUDIMA)
Vol.2, No.3, 2022: 1151-1164
Wanita akan pada umumnya lebih tertutup dan lebih sulit mengungkapkan
perasaan dan pikirannya dibandingkan laki-laki.
b. Harga Diri (Self Esteem)
Rathus dan Nevid dalam (Ratna, 2013:35) mengemukakan sepuluh aspek dari
perilaku asertif, yaitu:
1) Bicara asertif
2) Kemampuan mengungkapkan perasaan
3) Menyapa atau memberi salam kepada orang lain
4) Ketidaksepakatan
5) Menanyakan alasan
6) Berbicara mengenai diri sendiri
7) Menghargai pujian dari orang lain.
8) Menolak untuk menerima begitu saja pendapat orang yang suka berdebat
1155
Annastasya, rahmawati dan dalimunthe
METODOLOGI
Menurut Sugiyono (2013: 2) metode penelitian merupakan cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sugiyono (2013:
8) menjelaskan kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data
bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang
telah ditetapkan. Sugiyono (2013:35) menyatakan penelitian deskriptif adalah
metode penelitian deskriptif dilakukan untuk mengetahui keberadaan variabel
mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri
atau variabel bebas) tanpa membuat perbandingan variabel dan mencari
hubungan dengan variabel lain. Metode yang digunakan dalam penelitian
adalah metode penelitian kuantitatif - deskriptif.
Penelitian ini bertempat di SMPN 5 Kota Serang yang beralamat di Jln. Wr.
Jaud No. 57 Kasemen, Kecamatan Kasemen Kota Serang-Banten. Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus-Januari tahun ajaran 2019/2020.
Subjek penelitian adalah siswa yang sedang duduk di kelas IX SMP Negeri 5
Kota Serang. Populasi penelitian ini berjumlah 191 siswa dengan sampel
1156
Jurnal Multidisiplin Madani (MUDIMA)
Vol.2, No.3, 2022: 1151-1164
1157
Annastasya, rahmawati dan dalimunthe
Menurut Sugiyono (2013: 363) ada tiga jenis validitas yang sering
digunakan dalam penyusunan instrumen, yaitu validitas isi, validitas konstruk,
dan validitas ramalan. Uji Validitas dalam penelitian, penulis menggunakan dua
jenis validitas, yaitu validitas isi dan validitas konstruk.
Keterangan:
r11 :Reliabilitas instrumen
K : Banyaknya butir pertanyaan
∑σb2 : Jumlah varians butir
σt2 : Varians total
1158
Jurnal Multidisiplin Madani (MUDIMA)
Vol.2, No.3, 2022: 1151-1164
HASIL PENELITIAN
1. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Data Responden berdasarkan jenis kelamin peneliti sajikan sebagai berikut:
JENIS KELAMIN
Laki-
Laki
36%
Perempua
n…
14% 4%
33%
49%
1159
Annastasya, rahmawati dan dalimunthe
Karena nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sama dengan 0,084 > 0,05 maka data
terdistribusi normal dan layak untuk digunakan dalam penelitian ini.
1160
Jurnal Multidisiplin Madani (MUDIMA)
Vol.2, No.3, 2022: 1151-1164
Sikap Tidak
Kategori Terbuka Cemas
Jml (%) Jml (%)
Tinggi 69 52,7 85 64,9
Sedang 57 43,5 41 31,3
Rendah 5 3,8 5 3,8
Total 131 100 131 100
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa dari 131 siswa (responden) pada
indikator sikap terbuka dari yang termasuk kedalam kategori tinggi sebanyak 69
siswa atau 52,7%, kategori sedang sebanyak 57 siswa atau 43,5%, dan kategori
rendah sebanyak 5 3,8% siswa. Pada indikator tidak cemas yang termasuk
kedalam kategori tinggi sebanyak 85 siswa atau 4,9%, kategori sedang sebanyak
41 siswa atau 31,3%, dan kategori rendah sebanyak 5 siswa atau 3,8%. Pada
indikator berprinsip kuat yang termasuk kedalam kategori tinggi sebanyak 0
siswa atau 0%, kategori sedang sebanyak 103 siswa atau 78,6 %, dan kategori
rendah sebanyak 28 siswa atau 21,4%. Pada indikator tidak mudah dipengaruhi
yang termasuk kedalam kategori tinggi sebanyak 76 siswa atau 58%, kategori
sedang sebanyak 54 siswa atau 41,2 %, dan kategori rendah sebanyak 1 siswa
atau 0,8%.
Data tersebut menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang bersikap terbuka
dan tidak cemas dalam kategori tinggi dan sedang yang merupakan salah satu
indikator yang baik bagi perilaku asertif siswa. Namun, masih banyak siswa
yang tidak berprinsip kuat dan memerlukan bantuan atau layanan bimbingan
dan konseling sosial – pribadi agar siswa bisa memiliki sikap memegang teguh
prinsip dengan kuat. Selain itu, data tersebut menunjukkan bahwa masih banyak
siswa yang tidak Mudah di Pengaruhi sehingga memiliki indikator perilaku
asertif siswa yang baik.
PEMBAHASAN
Gambaran Perilaku Asertif pada Siswa kelas IX di SMP Negeri 5 Kota
Serang, sebanyak 86 siswa (65,6%) memiliki kategori Tinggi, 45 siswa (34,4%)
memiliki kategori Sedang, dan 0 siswa memiliki kategori Rendah.
Maria Daniela Pipas and Muhammad Jaradat (2010 : 649) menyatakan bahwa
asertif atau ketegasan adalah kemampuan untuk menyampaikan kepada
1161
Annastasya, rahmawati dan dalimunthe
lingkungan sekitar apa yang anda rasakan ketika perlu. Lebih lanjut, Pipas dan
Jaradat (2010 : 650) juga mengungkapkan bahwa asertif (ketegasan) perasaan dan
ekspresi yang disampaikan dilakukan dengan cara komunikasi yang baik dan
tanpa bersikap agresif secara verbal atau mengganggu serta menghargai perasaan
orang lain.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi perilaku asertif pada anak usia remaja.
Rathus dan Nevid dalam (Ratna, 2013:37) menerangkan bahwa faktor seseorang
menjadi asertif atau tidak asertif, yaitu: Jenis kelamin, Self Esteem (Harga Diri). ,
Kebudayaan, Tingkat Pendidikan, Tipe Kepribadian., Situasi Tertentu
Lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan pernyataan Sugiyo dalam (Karlina 2016: 15) tersebut
setidaknya terdapat empat poin yang dapat berhubungan langsung dengan
tingginya perilaku asertif pada siswa, yaitu Self Esteem (Harga Diri), Kebudayaan,
Tingkat Pendidikan, dan Situasi Tertentu Lingkungan sekitarnya.
Kota Serang sebagai ibu kota Provinsi Banten dan telah menjadi satu kota besar di
wilayah Provinsi Banten sejak lama. Sehingga, sangat wajar bila perkembangan
kota telah membentuk karakter warga/keluarga, membentuk kebudayaan dan
menciptakan situasi lingkungan yang ideal untuk anak terutama dalam
pendidikan anak.
Dampak positif adanya perilaku asertif pada siswa salah satunya adalah
adanya tanggung jawab dalam berkomunikasi dengan lingkungannya baik
dengan orang tua, guru ataupun teman. Dalam penelitiannya, Alam Permadi
(2017:7) menemukan bahwa siswa yang memiliki perilaku asertif lebih memiliki
tanggung jawab dalam proses belajar siswa. Selain itu, Novalia dan Tri Dayaksini
(2013:172) menemukan hubungan negatif antara perilaku asertif siswa dengan
kecenderungan korban bullying. Artinya, semakin tinggi perilaku asertif siswa,
maka semakin rendah kemungkinan menjadi korban bullying pada siswa.
Marlise (2017:530) mengatakan remaja dengan asertifitas tinggi mampu membela
dirinya sendiri maupun orang lain ketika diperlakukan tidak adil, mampu
memberikan tanggapan terhadap masalah yang dihadapi yang dapat
mempengaruhi hidupnya, serta mampu menyatakan keinginannya secara tegas
terhadap orang lain. Hal ini sesuai dengan hasil penelitiannya yang menemukan
bahwa perilaku asertif yang rendah dapat menjadi faktor pendukung terjadinya
kenakalan remaja. Itu berarti, semakin tinggi perilaku asertis siswa, maka akan
semakin kecil kemungkinan terjadinya kenakalan remaja pada siswa.
Untuk meningkatkan perilaku asertif siswa yang berkategori rendah di
SMP Negeri 5 Kota Kramatwatu, bisa dilakukan dengan cara membuat Program
Bimbingan dan Konseling. Bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan
mencakup empat bidang layanan, yaitu bidang layanan yang memfasilitasi
perkembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir. Sugiyo (2011:21) program
bimbingan dan konseling diartikan seperangkat kegiatan bimbingan dan
konseling yang dirancang secara terencana, terorganisasi, terkoordinasi selama
periode tertentu dan dilakukan secara kait mengkait untuk mencapai tujuan.
Program bimbingan dan konseling dirasakan sangat penting untuk dirancang
sebagai sarana pencapaian tujuan dalam mengembangkan interaksi sosial siswa
sehingga pengembangannya dapat terarah dan terencana. Peneliti mengajukan
1162
Jurnal Multidisiplin Madani (MUDIMA)
Vol.2, No.3, 2022: 1151-1164
PENELITIAN LANJUTAN
Membutuhkan kajian mendalam mengenai perilaku asertif dan program
bisehingga jika kita mendapatkan siswa yang memiliki perilaku asertif yang
rendah dapat membantu siswa secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Andriati, Novianti dan Hidayati, Wahyu Novi. (2019). Program Bimbingan Pribadi
dalam Meningkatkan Interaksi Sosial Siswa SMP Koperasi Pontianak. Sosial
Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial. Pontianak : IKIP PGRI Pontianak.
Butar, Butar Marlise. (2017). Hubungan Perilaku Asertif dengan Kenakalan Remaja
Pada Siswa SMP Negeri 6 Kota Tebing Tinggi. School Education Journal PGSD
UNIMED Medan: Universitas Negeri Medan.
Herlina, Sara. (2019). Hubungan Lingkungan Pengasuhan dan Pekerjaan Ibu Tehadap
Perkembangan Pekerjaan Ibu Terhadap Perkembangan Bayi 6-12 Bulan. Jurnal
Kesmas Asclepius. Lubuk Linggau: Yayasan Asady Rahmah.
Karlina, Dewi. (2016). Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok dengan Teknik
Sosiodrama Terhadap Perilaku Asertif Siswa Kelas IX SMP Negeri 25 Semarang
Tahun Ajaran 2015/2016. Semarang : Universitas Negeri Semarang.
Novalia, dan Dayaksini, Tri D. 2013. Perilaku Asertif dan Kecenderungan menjadi
Korban BullyinG. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Permadi, Alam. (2018). Hubungan Perilaku Asertif Dengan Tanggung Jawab Belajar
Siswa SMP Negeri 1 Semen Tahun Pelajaran 2017/2018. Kediri: Universitas
Nusantara PGRI Kediri.
1163
Annastasya, rahmawati dan dalimunthe
1164