Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Multidisiplin Madani (MUDIMA)

Vol.2, No.3, 2022: 1151-1164

Profile of Assertive Behavior in Class IX Students and Its


Implications for Personal Social Guidance and Counseling at SMP
Negeri 5 Serang City in 2019/2020

Endah Annastasya1*, Rahmawati2, Raudah Zaimah Dalimunthe3


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

ABSTRACT: Communication is a way of interacting between individuals and


very important in social life. Assertive behavior is communication behavior
between individuals that involves aspects of honesty and openness of mind and
feelings. Adolescence is a period of transition between childhood and adulthood
which includes biological, cognitive, social and emotional changes. This study
aims to determine the profile of assertive behavior and its implications for the
personal social guidance and counseling program at SMP Negeri 5 Serang City.
This research method is descriptive quantitative research with one variable,
namely student assertive behavior. The research subjects were students who
were sitting in class IX of SMP Negeri 5 Serang City. The population of this study
amounted to 191 students with a sample of 131 students who were selected using
the Nonprobality Sampling method which was determined using the Purpossive
Sampling method. The results of this study are students have assertive behavior
in the high category as many as 86 students (65.6%), the medium category as
many as 45 students (34.4%), and the low category as many as 0 students.

Keywords: assertive behavior

Corresponding Author: xxdnb07@gmail.com

ISSN-E: 2808-5639 1151


( https://journal.yp3a.org/index.php/mudima/index
Annastasya, rahmawati dan dalimunthe

Profil Perilaku Asertif pada Siswa Kelas IX dan Implikasinya bagi


Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial di SMP Negeri 5 Kota
Serang Tahun 2019/2020

Endah Annastasya1*, Rahmawati2, Raudah Zaimah Dalimunthe3


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

ABSTRAK: Komunikasi merupakan cara berinteraksi antar individu dan sangat


penting dalam kehidupan sosial. Perilaku asertif adalah perilaku berkomunikasi
antar individu yang melibatkan aspek kejujuran dan keterbukaan pikiran dan
perasaan. Sedangkan remaja adalah masa peralihan antara masa anak menuju
masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, perubahan kognitif, sosial dan
emosionalnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil perilaku asertif
dan implikasinya bagi program bimbingan dan konseling pribadi sosial di SMP
Negeri 5 Kota Serang. Metode penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
deskriptif dengan satu variabel yaitu perilaku asertif siswa. Subjek penelitian
adalah siswa yang sedang duduk di kelas IX SMP Negeri 5 Kota Serang. Populasi
penelitian ini berjumlah 191 siswa dengan sampel sejumlah 131 siswa yang
dipilih menggunakan metode Nonprobality Sampling yang ditentukan
menggunakan metode Sampling Purpossive. Hasil penelitian ini adalah siswa
memiliki perilaku asertif dengan kategori tinggi sebanyak 86 siswa (65,6%),
kategori sedang sebanyak 45 siswa (34,4%), dan kategori rendah sebanyak 0
siswa.

Kata kunci: perilaku asertif

Submitted: 6 March; Revised: 16 March; Accepted: 26 March

Corresponding Author: xxdnb07@gmail.com

1152
Jurnal Multidisiplin Madani (MUDIMA)
Vol.2, No.3, 2022: 1151-1164
PENDAHULUAN
Komunikasi merupakan cara berinteraksi antar personal dalam
kehidupan sosial. Dalam berkomunikasi, agar setiap pesan dapat diterima
maksud dan maknanya, maka diperlukan keterampilan tertentu. Sebagai remaja
yang sedang tumbuh mengembangkan potensi dirinya, siswa juga akan
berupaya memperbaiki cara berekspresi dan menyampaikan keinginannya.
Selain itu, siswa juga akan melatih dan meningkatkan cara dalam berkomunikasi
sehingga siswa dapat menemukan dan mencapai keterampilan berkomunikasi
sesuai dengan usahanya.
Kemampuan dan keterampilan untuk berkomunikasi pada siswa
merupakan bagian dari perilaku asertif. Menurut Gunarsa dalam (Karlina Dewi,
2017 : 9) perilaku asertif adalah perilaku antar individu yang menyertakan aspek
keterbukaan pikiran, perasaan dan kejujuran dalam berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya. Sementara Maria Daniela Pipas and Muhammad Jaradat
(2010 : 649) menyatakan bahwa asertif atau ketegasan adalah kemampuan untuk
menyampaikan kepada lingkungan sekitar apa yang anda rasakan ketika perlu.
Lebih lanjut, Pipas dan Jaradat (2010 : 650) juga mengungkapkan bahwa asertif
(ketegasan) perasaan dan ekspresi yang disampaikan dilakukan dengan cara
komunikasi yang baik dan tanpa bersikap agresif secara verbal atau
mengganggu serta menghargai perasaan orang lain.

TINJAUAN PUSTAKA

Sulistyawati dalam (Herlina, 2019:2) menyatakan pendapatnya bahwa


perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
seseorang pada struktur dan fungsi tubuh menjadi lebih kompleks dengan pola
yang teratur yang dapat diramalkan sebagai hasil dari pematangan. Sementara
menurut Maparre dalam (Mohamad Ali, 2012:9) tahapan perkembangan remaja
berlangsung sejak umur 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria dan umur 12 tahun
sampai 21 tahun bagi wanita. Rentang usia remaja awal dengan rentan usia
antara 12 hingga 13 tahun dan remaja akhir usia 17 hingga 18 sampai 21 hingga
22 tahun. Sedangkan Rumini dan Sundari (2013:34) mengungkapkan usia peserta
didik di SMP berkisar antara 13 sampai dengan 15 tahun dan termasuk pada
kelompok masa remaja awal.

Dari pengertian, maka peneliti menyimpulkan perkembangan adalah proses


berkembangnya sel, organ atau sistem organ dalam tubuh yang berkembang
beserta fungsinya yang diikuti oleh perubahan emosi, kecerdasan dan perilaku
sebagai hasil interaksi dengan lingkungan sosial sekitarnya. Perkembangan usia
remaja adalah proses perubahan yang terjadi secara psikologis, biologis, dan
fisiologis pada masa remaja awal yaitu usia 12-15 dan masa remaja madya yaitu
usia 16-18 tahun dan masa remaja akhir yaitu 19-22 tahun.

Rumini dan Sundari (2013:34) mengemukakan sejumlah karakteristik


yang menonjol dan menjadi ciri yang tampak pada anak usia SMP, antara lain:

a. Terjadinya perubahan yang tidak seimbang dan proporsional antara proporsi


tinggi dan berat badan.

1153
Annastasya, rahmawati dan dalimunthe

b. Timbulnya ciri-ciri seks sekunder.


c. Kecenderungan adanya perbedaan sikap dengan perasaan. Seperti keinginan
menyendiri dengan keinginan bergaul.
d. Senang membandingkan dan memberikan penilaian terhadap kaidah-kaidah,
nilai-nilai etika atau norma yang berlaku dengan kenyataan yang terjadi dalam
kehidupan orang dewasa.
e. Mulai menumbuhkan rasa skeptis, melakukan pencarian jati diri, eksistensi
diri dan sifat keadilan Tuhan.
f. Reaksi dan ekspresi emosi masih tidak stabil.
Dalam masa perkembangannya, tantangan bagi remaja adalah bagaimana
cara mereka agar mampu mengatasi permasalahan pada diri mereka. Secara
teoritis terdapat remaja yang berhasil melawati masa ini. Namun, tidak sedikit
juga remaja kesulitan ataupun justru mengalami penurunan pada kondisi psikis,
fisiologis, dan sosial dikarenakan pergolakan emosi yang tidak stabil.
Munculnya beberapa permasalahan pada beberapa remaja biasanya erat
hubungannya dengan karakteristik khusus yang ada pada diri remaja.

Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang sangat berperan penting


dalam mengembangkan kemampuan sosialisasi siswa dengan lingkungan
sosialnya. Sehingga, dimasa datang siswa dapat menjadi orang yang memiliki
kemampuan untuk menjalankan hidup dan kehidupannya sebagai manusia
dewasa baik selaku individu maupun sebagai anggota masyarakat (Andriati dan
Hidayati, 2019:54).

Menurut Norton dan Warnist dalam (Ratna, 2013: 112) mengemukakan


bahwa terdapat empat karakteristik orang asertif, yaitu:

a. Terbuka. Artinya dapat terus terang dan mengungkapkan perasaan kepada


orang lain, menerima dan memberikan pujian dan bersikap jujur terhadap
dirinya dan orang lain.
b. Tidak cemas. Artinya dalam menjalani kehidupan dan berkomunikasi selalu
bersemangat dan mereka siap menghadapi situasi yang penuh dengan tekanan
tanpa rasa takut.
c. Berprinsip kuat. Artinya tegas dalam mengambil keputusan, mereka harus
tegas dan jelas dalam menyatakan perasaan, mempunyai pandangan yang
positif dalam berkomunikasi antar pribadi walaupun dengan teman siswa selalu
membantah apabila tidak setuju, namun tetap menunjukkan sikap yang
sederajat dengan teman tersebut serta bertanggung jawab atas tindakannya.
d. Tidak mudah dipengaruhi atau tidak mudah dibujuk dan dipengaruhi
walaupun dibujuk adalah teman atau atasan mampu menolak apa yang tidak
sesuai dengan diri, mampu menegakkan hak-hak sendiri tanpa melanggar hak-
hak orang lain.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku asertif juga dijelaskan Rathus dan


Nevid dalam (Ratna, 2013 : 37) yaitu sebagai berikut:

a. Jenis kelamin

1154
Jurnal Multidisiplin Madani (MUDIMA)
Vol.2, No.3, 2022: 1151-1164

Wanita akan pada umumnya lebih tertutup dan lebih sulit mengungkapkan
perasaan dan pikirannya dibandingkan laki-laki.
b. Harga Diri (Self Esteem)

Keyakinan seseorang dapat mempengaruhi kemampuan untuk melakukan


penyesuaian diri dengan lingkungan. Remaja yang memiliki keyakinan diri yang
tinggi tidak memiliki kekhawatiran sosial pada tingkat tertentu sehingga akan
mampu menemukan cara terbaik untuk mengungkapkan pendapat dan
perasaannya.
c. Kebudayaan
Sebagai sebuah sistem yang tidak tertulis namun telah berjalan cukup lama akan
menjadi pengaruh yang besar bagi remaja dalam berperilaku asertif.
d. Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin luas pula
wawasan berfikirnya, sehingga memiliki kemampuan untuk mengembangkan
diri dengan terbuka. Tingkat pendidikan juga dapat mempengaruhi remaja
dalam mempertimbangkan mana yang baik dan buruk, lalu dapat
menyampaikannya secara terbuka.
e. Tipe Kepribadian
Dalam situasi dan kondisi yang sama, belum tentu setiap individu memberikan
respon yang sama. Setiap orang memiliki tipe kepribadian yang berbeda dan
mempengaruhi perilaku asertif remaja.
f. Situasi Tertentu di Lingkungan sekitarnya
Dalam berperilaku seseorang akan melihat kondisi dan situasi dalam arti luas,
misalnya status yang dimiliki keluarga atau orang tua siswa yang berdampak
pada perbedaan kepemilikan yang ditunjukkan oleh siswa yang dapat
mengganggu cara berelasi siswa dengan temannya.
Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, terdapat pula faktor
lain yang memengaruhi perilaku asertif seseorang atau siswa. Teman sebaya
yang hampir setiap hari berada disekeliling siswa dalam menjalankan aktifitas
sehari-hari memiliki pengaruh yang cukup besar pada perilaku asertif siswa.
Siswa dalam satu kelompok dan komunitas tertentu selalu menciptakan nilai
yang ditonjolkan sebagai upaya eksistensi diri dan kelompok sehingga setiap
anggota kelompok akan saling mengadopsi perilaku satu sama lain baik verbal
maupun non verbal.

Rathus dan Nevid dalam (Ratna, 2013:35) mengemukakan sepuluh aspek dari
perilaku asertif, yaitu:

1) Bicara asertif
2) Kemampuan mengungkapkan perasaan
3) Menyapa atau memberi salam kepada orang lain
4) Ketidaksepakatan
5) Menanyakan alasan
6) Berbicara mengenai diri sendiri
7) Menghargai pujian dari orang lain.
8) Menolak untuk menerima begitu saja pendapat orang yang suka berdebat

1155
Annastasya, rahmawati dan dalimunthe

9) Menatap lawan bicara


10) Respon melawan rasa takut.
Berdasarkan ciri-ciri dan aspek aspek perilaku asertif tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa ciri-ciri perilaku asertif adalah dapat mengekspresikan
pikiran dan perasaan dengan baik, dapat menolak hal-hal yang tidak sesuai
dengan dirinya, dapat mempertahankan hak-hak pribadi tanpa melanggar hak
orang lain, mempunyai pandangan positif terhadap diri sendiri dan orang lain
serta bertanggung jawab. Dari kesimpulan tersebut apabila diringkas, maka
indikator perilaku asertif terdiri atas sikap terbuka, tidak cemas, berprinsip kuat
dan tidak mudah dipengaruhi.

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada tanggal 21 Agustus


2019 kepada siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Kota Serang melalui instrument
inventori tugas perkembangan (ITP). Sikap asertif akan memberikan dorongan
kepada siswa untuk bersikap jujur dalam berhubungan dengan teman ataupun
orang lain. Siswa juga harus mampu untuk mengatakan tidak apabila siswa
merasakan bahwa hubungan pertemanan atau persahabatan yang dibangun
sudah tidak sehat. Siswa perlu meningkatkan perilaku asertif dalam
berisosialisasi dan berinteraksi dengan teman-temannya di kehidupan sehari-
hari. Karena, pengaruh teman dalam pergaulan atau kelompok akan menjadi
lebih dominan daripada norma yang berlaku. Untuk itu, sikap asertif penting
untuk dibangun dalam diri siswa agar siswa dapat menghindarkan diri dari
pengaruh buruk lingkungannya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:


1. Mengetahui profil sikap asertif siswa di SMPN 5 Kota Serang.
2. Mengetahui profil perilaku asertif serta implikasinya bagi program bimbingan
dan konseling pribadi sosial di SMPN 5 Kota Serang.

METODOLOGI
Menurut Sugiyono (2013: 2) metode penelitian merupakan cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sugiyono (2013:
8) menjelaskan kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data
bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang
telah ditetapkan. Sugiyono (2013:35) menyatakan penelitian deskriptif adalah
metode penelitian deskriptif dilakukan untuk mengetahui keberadaan variabel
mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri
atau variabel bebas) tanpa membuat perbandingan variabel dan mencari
hubungan dengan variabel lain. Metode yang digunakan dalam penelitian
adalah metode penelitian kuantitatif - deskriptif.
Penelitian ini bertempat di SMPN 5 Kota Serang yang beralamat di Jln. Wr.
Jaud No. 57 Kasemen, Kecamatan Kasemen Kota Serang-Banten. Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus-Januari tahun ajaran 2019/2020.
Subjek penelitian adalah siswa yang sedang duduk di kelas IX SMP Negeri 5
Kota Serang. Populasi penelitian ini berjumlah 191 siswa dengan sampel

1156
Jurnal Multidisiplin Madani (MUDIMA)
Vol.2, No.3, 2022: 1151-1164

sejumlah 131 siswa yang dipilih menggunakan metode Nonprobality Sampling


yang ditentukan menggunakan metode Sampling Purpossive.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuisioner (angket). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2013:142). Pada
penelitian untuk mengukur perilaku asertif siswa digunakan metode
pengukuran skala sikap dari Guttman. Skala guttman merupakan skala
kumulatif. Hanya mengukur satu dimensi saja dari satu variabel yang multi
dimensi (Yusuf, 2013: 227). Skala Guttman yang digunkan dalam intrumen
penelitian ini adalah :

Tabel 1. Opsi Pilihan Jawaban Angket


No Keterangan Pernyataan Pernyataan
Positif Negatif
1 Ya 1 0
2 Tidak 0 1
Sumber : Yusuf (2013)

Jumlah butir pertanyaan / pernyataan dalam penelitian ini adalah 43 item


dengan indikator dan sub-indikator variabel perilaku asertif siswa sebagai
berikut:.

1157
Annastasya, rahmawati dan dalimunthe

Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian


Indikator Sub Indikator
1. Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara
terbuka
Bersikap Terbuka 2. Meminta bantuan dengan baik dan sopan
3. Mampu menerima dan memberikan pujian
4. Bersikap jujur terhadap dirinya dan oranglain
1. Percaya dalam bertindak
2. Berani menghadapi situasi yang penuh tekanan
Tidak cemas
3. Mengekspresikan perasaan positif
4. Semangat dalam beraktivitas
1. Tegas dalam mengambil keputusan
2. Tegas dan jelas dalam menyatakan perasaan
Berprinsip kuat
3. Mampu berkomunikasi dengan baik dan positif
4. Bertanggung jawab atas tindakannya
1. Mampu menolak apa yang tidak sesuai dengan
dirinya
Tidak mudah
2. Mampu menegakkan hak-hak individu tanpa
dipengaruhi
melanggar hak-hak orang lain
3. Tidak mudah dibujuk dan dipengaruhi orang lain
Sumber : Norton dan Warnist dalam (Ratna, 2013: 112)

Menurut Sugiyono (2013: 363) ada tiga jenis validitas yang sering
digunakan dalam penyusunan instrumen, yaitu validitas isi, validitas konstruk,
dan validitas ramalan. Uji Validitas dalam penelitian, penulis menggunakan dua
jenis validitas, yaitu validitas isi dan validitas konstruk.

Setelah intrumen penelitian di validasi, maka tahap selanjutnya adalah uji


reliabilitas pada instrumen penelitian. Arikunto (Karlina, 2016:67) memaparkan
bahwa reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik. Adapun rumus Alpha adalah sebagai berikut:

Keterangan:
r11 :Reliabilitas instrumen
K : Banyaknya butir pertanyaan
∑σb2 : Jumlah varians butir
σt2 : Varians total

1158
Jurnal Multidisiplin Madani (MUDIMA)
Vol.2, No.3, 2022: 1151-1164

Setelah dianalisis atau dihitung, rhitung kemudian dikonsultasikan dengan


rtabel dengan taraf signifikansi 5%, jika rhitung > rtabel maka instrumen
dikatakan reliabel.

HASIL PENELITIAN
1. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Data Responden berdasarkan jenis kelamin peneliti sajikan sebagai berikut:

JENIS KELAMIN
Laki-
Laki
36%

Perempua
n…

Gambar 1. Grafik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

2. Hasil analisis deskriptif frekuensi karakteristik respoden berdasarkan jenis


kelamin responden, yang memiliki jenis kelamin laki-laki sebanyak 47 orang
(36%) dan yang memiliki jenis kelamin perempuan sebanyak 84 orang (64%).
Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
Data Responden berdasarkan Usia, peneliti sajikan dalam grafik sebagai berikut:
Usia Responden

14% 4%

33%

49%

12 Tahun 13 Tahun 14 Tahun 15 Tahun

Gambar 2. Grafik Responden Berdasarkan Usia

Hasil analisis deskriptif frekuensi karakteristik respoden berdasarkan usia


responden, yang memiliki usia 12 tahun sebanyak 5 orang (4%), usia 13 tahun
sebanyak 33 orang (36%), usia 14 tahun sebanyak 49 orang (36%), dan usia 15
tahun sebanyak 14 orang (36%). Data responden berdasarkan karakteristik usia
responden dapat kita lihat juga seperti dalam gambar dibawah ini.

3. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data


berdistribusi normal atau tidak. Prinsip dari uji kolmogorov-smirnov adalah

1159
Annastasya, rahmawati dan dalimunthe

menghitung selisih absolut antara distribusi frekuensi kumulatif sampel (𝐹0(𝑥))


dengan distribusi normal baku [𝑆𝑛(𝑥)]. Dalam uji kolmogorov-smirnov. Pada
penelitian ini peneliti menggunakan bantuan software SPSS 21 agar lebih mudah
melakukan uji normalitas.

Tabel 3. Uji Normalitas


Sulruh_Indikator
N 131
Mean 31,38
Normal Std. 7,037
Parameters a,b Deviati
on
Absolu ,110
te
Most Extreme Positiv ,063
Differences e
Negati -,110
ve
Kolmogorov-Smirnov 1,259
Z
Asymp. Sig. (2-tailed) ,084
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Karena nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sama dengan 0,084 > 0,05 maka data
terdistribusi normal dan layak untuk digunakan dalam penelitian ini.

4. Gambaran Perilaku Asertif pada Siswa Berdasarkan Indikator


Terdapat sepuluh indikator perilaku asertif pada siswa menurut Rathus dan
Nevid dalam (Ratna, 2013:35) yaitu sikap terbuka, tidak cemas, berprinsip kuat
dan tidak mudah dipengaruhi. Hasil analisis data deskriptif setiap indikator
pada penelitian ini sebagai berikut :

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Setiap Indikator

1160
Jurnal Multidisiplin Madani (MUDIMA)
Vol.2, No.3, 2022: 1151-1164

Sikap Tidak
Kategori Terbuka Cemas
Jml (%) Jml (%)
Tinggi 69 52,7 85 64,9
Sedang 57 43,5 41 31,3
Rendah 5 3,8 5 3,8
Total 131 100 131 100

Berprinsip Tidak Mudah


Kategori Kuat Dipengaruhi
Jml (%) Jml (%)
Tinggi 0 0 76 58
Sedang 103 78,6 54 41,2
Rendah 28 21,4 1 0,8
Total 131 100 131 100
Sumber : Peneliti (2020)

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa dari 131 siswa (responden) pada
indikator sikap terbuka dari yang termasuk kedalam kategori tinggi sebanyak 69
siswa atau 52,7%, kategori sedang sebanyak 57 siswa atau 43,5%, dan kategori
rendah sebanyak 5 3,8% siswa. Pada indikator tidak cemas yang termasuk
kedalam kategori tinggi sebanyak 85 siswa atau 4,9%, kategori sedang sebanyak
41 siswa atau 31,3%, dan kategori rendah sebanyak 5 siswa atau 3,8%. Pada
indikator berprinsip kuat yang termasuk kedalam kategori tinggi sebanyak 0
siswa atau 0%, kategori sedang sebanyak 103 siswa atau 78,6 %, dan kategori
rendah sebanyak 28 siswa atau 21,4%. Pada indikator tidak mudah dipengaruhi
yang termasuk kedalam kategori tinggi sebanyak 76 siswa atau 58%, kategori
sedang sebanyak 54 siswa atau 41,2 %, dan kategori rendah sebanyak 1 siswa
atau 0,8%.
Data tersebut menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang bersikap terbuka
dan tidak cemas dalam kategori tinggi dan sedang yang merupakan salah satu
indikator yang baik bagi perilaku asertif siswa. Namun, masih banyak siswa
yang tidak berprinsip kuat dan memerlukan bantuan atau layanan bimbingan
dan konseling sosial – pribadi agar siswa bisa memiliki sikap memegang teguh
prinsip dengan kuat. Selain itu, data tersebut menunjukkan bahwa masih banyak
siswa yang tidak Mudah di Pengaruhi sehingga memiliki indikator perilaku
asertif siswa yang baik.

PEMBAHASAN
Gambaran Perilaku Asertif pada Siswa kelas IX di SMP Negeri 5 Kota
Serang, sebanyak 86 siswa (65,6%) memiliki kategori Tinggi, 45 siswa (34,4%)
memiliki kategori Sedang, dan 0 siswa memiliki kategori Rendah.
Maria Daniela Pipas and Muhammad Jaradat (2010 : 649) menyatakan bahwa
asertif atau ketegasan adalah kemampuan untuk menyampaikan kepada

1161
Annastasya, rahmawati dan dalimunthe

lingkungan sekitar apa yang anda rasakan ketika perlu. Lebih lanjut, Pipas dan
Jaradat (2010 : 650) juga mengungkapkan bahwa asertif (ketegasan) perasaan dan
ekspresi yang disampaikan dilakukan dengan cara komunikasi yang baik dan
tanpa bersikap agresif secara verbal atau mengganggu serta menghargai perasaan
orang lain.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi perilaku asertif pada anak usia remaja.
Rathus dan Nevid dalam (Ratna, 2013:37) menerangkan bahwa faktor seseorang
menjadi asertif atau tidak asertif, yaitu: Jenis kelamin, Self Esteem (Harga Diri). ,
Kebudayaan, Tingkat Pendidikan, Tipe Kepribadian., Situasi Tertentu
Lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan pernyataan Sugiyo dalam (Karlina 2016: 15) tersebut
setidaknya terdapat empat poin yang dapat berhubungan langsung dengan
tingginya perilaku asertif pada siswa, yaitu Self Esteem (Harga Diri), Kebudayaan,
Tingkat Pendidikan, dan Situasi Tertentu Lingkungan sekitarnya.
Kota Serang sebagai ibu kota Provinsi Banten dan telah menjadi satu kota besar di
wilayah Provinsi Banten sejak lama. Sehingga, sangat wajar bila perkembangan
kota telah membentuk karakter warga/keluarga, membentuk kebudayaan dan
menciptakan situasi lingkungan yang ideal untuk anak terutama dalam
pendidikan anak.
Dampak positif adanya perilaku asertif pada siswa salah satunya adalah
adanya tanggung jawab dalam berkomunikasi dengan lingkungannya baik
dengan orang tua, guru ataupun teman. Dalam penelitiannya, Alam Permadi
(2017:7) menemukan bahwa siswa yang memiliki perilaku asertif lebih memiliki
tanggung jawab dalam proses belajar siswa. Selain itu, Novalia dan Tri Dayaksini
(2013:172) menemukan hubungan negatif antara perilaku asertif siswa dengan
kecenderungan korban bullying. Artinya, semakin tinggi perilaku asertif siswa,
maka semakin rendah kemungkinan menjadi korban bullying pada siswa.
Marlise (2017:530) mengatakan remaja dengan asertifitas tinggi mampu membela
dirinya sendiri maupun orang lain ketika diperlakukan tidak adil, mampu
memberikan tanggapan terhadap masalah yang dihadapi yang dapat
mempengaruhi hidupnya, serta mampu menyatakan keinginannya secara tegas
terhadap orang lain. Hal ini sesuai dengan hasil penelitiannya yang menemukan
bahwa perilaku asertif yang rendah dapat menjadi faktor pendukung terjadinya
kenakalan remaja. Itu berarti, semakin tinggi perilaku asertis siswa, maka akan
semakin kecil kemungkinan terjadinya kenakalan remaja pada siswa.
Untuk meningkatkan perilaku asertif siswa yang berkategori rendah di
SMP Negeri 5 Kota Kramatwatu, bisa dilakukan dengan cara membuat Program
Bimbingan dan Konseling. Bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan
mencakup empat bidang layanan, yaitu bidang layanan yang memfasilitasi
perkembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir. Sugiyo (2011:21) program
bimbingan dan konseling diartikan seperangkat kegiatan bimbingan dan
konseling yang dirancang secara terencana, terorganisasi, terkoordinasi selama
periode tertentu dan dilakukan secara kait mengkait untuk mencapai tujuan.
Program bimbingan dan konseling dirasakan sangat penting untuk dirancang
sebagai sarana pencapaian tujuan dalam mengembangkan interaksi sosial siswa
sehingga pengembangannya dapat terarah dan terencana. Peneliti mengajukan

1162
Jurnal Multidisiplin Madani (MUDIMA)
Vol.2, No.3, 2022: 1151-1164

rekomendasi kepada bimbingan pribadi-sosial. Program bimbingan dan


konseling di SMP adalah penjabaran dari kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
seorang konselor atau guru BK yang dibuat berdasarkan need assessment dari
siswa dan dilakukan dalam periode waktu tertentu.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Hasil penelitian diperoleh bahwa siswa kelas IX memiliki perilaku asertif
yang tinggi dengan presentase sebesar 65,6%. pada indikator penelitian sikap
terbuka, tidak cemas, dan tidak mudah dipengaruhi, termasuk kedalam kategori
tinggi dan merupakan salah satu indikator yang baik bagi perilaku asertif siswa.
Memberikan beberapa kesimpulan dan implementasi dari hasil penelitian. Pada
indikator berprinsip kuat siswa hanya berada sedang dan rendah pada
memerlukan bantuan atau layanan bimbingan dan konseling sosial-pribadi agar
siswa bisa memiliki sikap memegang teguh prinsip dengan kuat.

PENELITIAN LANJUTAN
Membutuhkan kajian mendalam mengenai perilaku asertif dan program
bisehingga jika kita mendapatkan siswa yang memiliki perilaku asertif yang
rendah dapat membantu siswa secara optimal.

UCAPAN TERIMA KASIH


Bagian ini memberi Anda kesempatan untuk menyampaikan terima kasih
kepada rekan-rekan Anda yang memberikan saran untuk makalah Anda. Anda
juga dapat menyampaikan penghargaan Anda atas bantuan keuangan yang
Anda terima, dalam menyelesaikan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Andriati, Novianti dan Hidayati, Wahyu Novi. (2019). Program Bimbingan Pribadi
dalam Meningkatkan Interaksi Sosial Siswa SMP Koperasi Pontianak. Sosial
Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial. Pontianak : IKIP PGRI Pontianak.
Butar, Butar Marlise. (2017). Hubungan Perilaku Asertif dengan Kenakalan Remaja
Pada Siswa SMP Negeri 6 Kota Tebing Tinggi. School Education Journal PGSD
UNIMED Medan: Universitas Negeri Medan.
Herlina, Sara. (2019). Hubungan Lingkungan Pengasuhan dan Pekerjaan Ibu Tehadap
Perkembangan Pekerjaan Ibu Terhadap Perkembangan Bayi 6-12 Bulan. Jurnal
Kesmas Asclepius. Lubuk Linggau: Yayasan Asady Rahmah.
Karlina, Dewi. (2016). Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok dengan Teknik
Sosiodrama Terhadap Perilaku Asertif Siswa Kelas IX SMP Negeri 25 Semarang
Tahun Ajaran 2015/2016. Semarang : Universitas Negeri Semarang.
Novalia, dan Dayaksini, Tri D. 2013. Perilaku Asertif dan Kecenderungan menjadi
Korban BullyinG. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Permadi, Alam. (2018). Hubungan Perilaku Asertif Dengan Tanggung Jawab Belajar
Siswa SMP Negeri 1 Semen Tahun Pelajaran 2017/2018. Kediri: Universitas
Nusantara PGRI Kediri.

1163
Annastasya, rahmawati dan dalimunthe

Pipas, Maria Daniela dan Jaradat, Muhammad. (2010). Assertive Communication


Skills. Annales Universitatis Apulensis Series Oeconomica. Volume 2, issue 12,
17. Alba Iualia: 1 December 1918 University.
Ratna, Lilis. (2014). Teknik-Teknik Konseling. Yogyakarta: Deepublish.
Rumini, Sri dan Sundari, Siti. (2013). Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sugiyo. (2011). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Semarang: UNNES Press.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

1164

Anda mungkin juga menyukai