Anda di halaman 1dari 7

Volume 1, Nomor 1, Oktober 2018

TEKNIK AUTO STRETCHING PADA GANGGUAN FUNGSI LEHER AKIBAT


MYOFASCIAL PAIN

Yudiansyah1, Ika Guslanda Bustam2


1,2
Program Studi DIII Fisioterapi, STIKes Muhammadiyah Palembang,
Email: 1yudiansyah@stikesmp.ac.id, 2ika.guslanda@stikesmp.ac.id

ABSTRAK
Penggunaan handphone paling banyak pada usia anak-anak hingga remaja. Mereka memiliki
prevalensi tinggi untuk terkena nyeri leher. Nyeri leher dan sering disebut juga myofacial pain
sindrom merupakan gejala yang paling banyak timbul dan dirasakan oleh para pengguna handphone
dalam waktu yang lama. Keluhan yang akan dirasakan adalah nyeri yang menjalar disepanjang
tangan. Untuk itu dibutuhkan suatu metode yang mudah dan cepat untuk mengatasi hal tersebut yaitu
auto stretching. Metode : Pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan mengukur skala nyeri pre dan
post dengan VAS. Hasil : Dari uji Independent Samples Test yang dilakukan diperoleh nilai (t) 2.223
dengan nilai signifikansi (0.040 < 0.05) artinya bahwa ada perbedaan antara nilai VAS pada siswa/I
SMAN 1 Pemulutan Barat. Kesimpulan: Auto stretching terbukti signifikan dapat mengurangi nyeri
yang diakibatkan oleh myofacial pain sindrom.
Kata kunci: Nyeri, Stretching, Myofacial Pain Sindrom, Nyeri Leher

ABSTRACT
Background: The most common user of mobile phone is children to teenager. They have a high
prevalence of neck pain. Neck pain is also called with myofacial pain syndrome. It is the most
common symptoms by user of mobile phone for a long time. They will be felt referred pain along the
neck to shoulder then to hand. Therefore, we need an easy and fast method to recovery the symptoms,
namely auto stretching. Results: From the Independent Samples Test conducted a value (t) 2,223 with
a significan value (0.040 <0.05) means that there is a difference between the pre and post VAS value
of students / I of SMAN 1 Pemulutan Barat. Conclusion: Auto stretching has been shown
significantly reduce referred pain caused by myofacial pain syndrome.
Keywords: Pain, Stretching, Myofacial Pain Syndrome, Neck Pain

PENDAHULUAN
Sindroma miofasial merupakan suatu kumpulan gejala yang ditandai dengan adanya
myofascial trigger point akibat dari kerusakan fasia pada jaringan otot sehingga
menimbulkan nyeri pada struktur jaringan miofasial (Fernandez dkk, 2005). Sindroma
miofasial dapat juga didefinisikan sebagai sindroma yang muncul akibat teraktivasinya
trigger point atau tender point dalam serabut otot (Sibby, 2009). Salah satu yang
mengakibatkan terjadinya nyeri leher adalah sindroma miofasial pada muskulus trapezius
descenden, dimana merupakan bagian dari musculoskeletal disorders (MSDs) yang banyak
dialami pekerja (Daniel, 2013).
Sindrom nyeri myofascial sangat umum di umum populasi dan insiden pada wanita
dapat setinggi 54% dan 45% pada pria. Penelitian yang dilakukan oleh Palmer, dkk di
Inggris, Skotlandia, dan Wales pada 12.907 responden berumur 16-64 tahun menunjukkan

62
Volume 1, Nomor 1, Oktober 2018

bahwa orang yang bekerja dengan lengan atas dan bahu lebih dari satu jam per hari
mempunyai hubungan bermakna dengan timbulnya nyeri leher {Prevalens Rasio (PR) = 1,3-
1,7 pada wanita dan 1,2-1,4 pada pria}, misalnya profesi mereka yang bekerja dengan
mengetik, mengangkat, menggunakan alat-alat vibrasi atau sebagai pengemudi profesional
(Bhalara, 2012).
Adanya permasalahan dalam pergerakan normal di regio servikal akan menyebabkan
adanya perubahan biomekanikal dan berlanjut pada imbalance work of muscle yang
mengarah kepada nyeri dan pada kasus lanjut akan menimbulkan disabilitas pada leher
(Fernandes, 2005).
Berbagai keluhan yang timbul pada kondisi tersebut dapat ditangani dengan
penerapan teknik auto stretching. Auto stretching merupakan teknik stretching pada otot
dengan arah tarikan yang benar yang dilakukan secara mandiri dengan tujuan mengurangi
nyeri dan keluhan yang terjadi (Bhalara, 2012).
Teknik auto stretching merupakan aspek penting dari program latihan di rumah (home
program) dan merupakan penatalaksanaan terapi jangka panjang pada beberapa gangguan
muskuloskeletal (Daniel, 2013). Pemberian edukasi terhadap pasien tentang cara yang aman
melakukan prosedur auto stretching di rumah sangat penting untuk pencegahan injuri kembali
atau mencegah terjadinya disfungsi di masa akan datang (Sugijanto, 2008).
Dengan diadakannya pengabdian pada masyarakat ini diharapkan dapat memberikan
informasi kepada seluruh siswa dan siswi SMAN 1 Pemulutan Barat mengenai bahaya
terlalu lama penggunaan handphone serta pencegahan untuk mengatasi nyeri yang
ditimbulkan. Selain hal tersebut juga dengan dilakukannya pengabdian masyarakat ini dapat
memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada siswa SMAN 1 Pemulutan Barat
mengenai gangguan fungsi leher dan memberikan pengetahuan dan pemahaman serta
penerapan teknik auto stretching pada leher.

MASALAH
Pada era teknologi yang canggih saat ini, tidak bisa dipungkiri dalam kehidupan sehari-hari
pada anak kecil, remaja hingga dewasa telah terbiasa menggunakan handphone untuk
berkomunikasi, media sosial maupun untuk rekreasi dalam bentuk permainan (game).
Penggunaan handphone yang berlebihan mempunyai dampak yang negative. Dampak
negative yang ditimbulkan tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap mata karena sinar
radiasi, namun juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan nyeri pada daerah leher serta
63
Volume 1, Nomor 1, Oktober 2018

pundak dalam bidang fisioterapi di kenal dengan sebutan myofascial pain (Bhalara, 2012).
Dari bahaya-bahaya yang mengintai akibat terlalu lama menggunakan handphone maka
dilakukanlah pengabdian masysrakat ini pada siswa/I SMAN Pemulutan Barat.

METODE PELAKSANAAN
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah penyuluhan mengenai myofascial pain
dan demonstrasi/praktik teknik auto stretching leher terhadap siswa/I SMAN 1 Pemulutan
Barat. Pengabdian masyarakat ini telah dilaksanakan pada Februari 2018. Hal pertama yang
dilakukan adalah melakukan pemeriksaan terhadap seluruh peserta yang hadir (siswa/I
SMAN 1 Pemulutan Barat) untuk mengidentifikasi siapa yang terkena myofascial pain.
Kemudian penulis menyampaikan materi pengabmas mengenai auto stretching. Setelah
semua siswa dan siswi SMAN 1 Pemulutan Barat mendapatkan materisur tentang gerakan
Auto stretching. Lalu penulis mempraktikan didepan kelas dan diikuti oleh semua siswa/I
dan siswa yang hadir. Sebelumnya dilakukan pre dan post nilai skala nyeri dengan
menggunakan Visual Analogue Scale (VAS). Metode auto stretching yang dilakukan
seperti tabel dibawah ini:
Tabel 1
Gambar Prosedur
Tarik leher hingga mendekati bahu
kanan, lalu tahan hingga 10 detik.
Lakukan hal yang sama pada sisi yang
berlawanan.

Penguluran otot-otot leher

64
Volume 1, Nomor 1, Oktober 2018

Tarik dagu kearah dada, kemudian


tahan hingga 10 detik.

Penguluran otot-otot leher


Letakkan telapak tangan tepat di
depan dahi. Kemudian tekan kearah
belakang. Respon kepala akan
melawan tekanan yang diberikan
tersebut. Tahan gerakan ini hingga 10
detik dan ulangi sebanyak 3x

Penguatan Secara Isometric


Letakkan tangan kanan dibelakang
tubuh, tangan kiri pada sisi yang
berlawanan, kemudian tarik kearah
bahu. Berikan sedikit tahanan diakhir
gerakkan. Tahan dengan lembut
hingga 10 detik. Lakukan hal yang
sama pada sisi yang berlawanan.

Penguluran otot Trapezius


Putar leher untuk melihat bahu,
rasakan secara perlahan hingga terjadi
penguluran pada otot-otot daerah
leher. Tahan gerakan tersebut hingga
10 detik.

Rotasi Leher

65
Volume 1, Nomor 1, Oktober 2018

Letakkan telapak tangan pada telinga


pada sisi yang sama, kemudian
dororng. Respon kepala adalah untuk
tetap mempertahankan posisi kepala
agar tetap tegak. Tahan gerakan
tersebut hingga 10 detik. Lakukan
pengulan sebanyak 3x. lakukan hal
yang sama pada sisi yang berlawanan.

Penguatan Isometrik
Dengan posisi berbaring, tekan /
dorong dagu ke arah dada. Tahan
posisi tersebut hingga 7 detik. Ulangi
hingga 3x pengulangan.

Penguatan otot leher


Tarik tangan kiri dengan
menggunakan tangan kanan hingga
menjauhi sumbu tubuh sambil
memfleksikan leherkearah yang sama.
Tahan posisi tersebuh hingga 10 detik,
dan ulangi pada yang berbeda.

Kombinasi Stretching

PEMBAHASAN
Pengabdian masyarakat dengan judul Teknik Auto Stretching pada Gangguan
Fungsi Leher Akibat Myofascial Pain di SMAN 1 Pemulutan Barat diikuti oleh 22 siswa/I.
Pada awal pengabdian kepada masyarakat ini dimulai penulis melakukan pemeriksaan
terhadap seluruh siswa/I SMAN 1 Pemulutan Barat untuk mengidentifikasi siswa/I yang
terkena myofacia sindrom lalu di ukur nilai nyeri nya dengan menggunakan VAS. Pada
akhir pertemuan diadakan pemeriksaan ulang melalui tingkat nyeri yang dirasakan oleh
siswa/I yang teridentifikasi memiliki myofasial pain syndrome. Hal ini dilakukan untuk

66
Volume 1, Nomor 1, Oktober 2018

mengetahui tingkat keberhasilan dari auto stretching yang telah dilakukan. Hasil
pemeriksaan dengan VAS pre dan post dapat dilihat pada table dibawah ini :
Tabel 2. Scala Nyeri dengan Visual Analoque Scale (VAS)
VAS
No
Pre Post
1 8.6 6.2
2 8.2 7.3
3 8.2 6.4
4 7.8 5.5
5 7.7 5.3
6 7.4 6.2
7 6.9 5.1
8 6.5 4.8
9 8.6 3.2
10 8.2 4.1
11 8.5 7.5
12 8.4 7.4
13 8.1 7.7
14 7.9 6.3
15 7.7 6.6
16 7.4 6.1
17 7.3 6.3
18 6.4 5.4
19 6.3 5.7
20 5.8 4.3
21 5.6 5.4
22 5.4 5.2

Hasil uji perbedaan nilai VAS pre dan post adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil Uji Perbedaan Nilai VAS Pre Penyuluhan
Nilai VAS N Mean SD (t) Sig.(2-tailed)
Pre 22 56.50 4.504
2.223 0.040
Post 22 42.63 4.004

Dari uji Independent Samples Test yang dilakukan pada post test kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol diperoleh nilai (t) 2.223 dengan nilai signifikansi (0.040 < 0.05) artinya
bahwa ada perbedaan antara nilai VAS pada siswa/I SMAN 1 Pemulutan Barat.

67
Volume 1, Nomor 1, Oktober 2018

KESIMPULAN
Dari pemeriksaan yang dilakukan pada seluruh peserta pengabdian kepada masyarakat
dengan peserta merupakan siswa/I SMAN 1 Pemulutan Barat. Dari pemeriksaan yang
dilakukan terdapat 22 siswa/I yang positif mengalami Myofascial Pain sindrom dan
mengeluhkan nyeri pada leher mereka. Hal ini, sangat berbahaya jika tidak ditangani
dengan segera karena akan menimbulkan gejala-gejala yang lebih berat laiinya seperti
perubahan postur tubuh, penurunan fungsi dan kekuatan otot serta menurunnya daya
konsentrasi anak untuk belajar.

UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada STIKes
Muhammadiyah Palembang yang telah memberikan support berupa biaya, Kepala
Sekolah SMAN 1 Pemulutan Barat atas izin dan fasilitas yang telah diberikan kepada
penulis dan kepada seluruh peserta.

DAFTAR PUSTAKA
Lestari Sri, (2012). Perbedaan Pengaruh Antara Auto Stretching Dengan Massage Dan Traksi
Cervical Terhadap Nyeri Leher Karena Myostatic Upper Trapezius. Skripsi DIV
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sugijanto, Bimantoro Ardih, (2008). Perbedaan Pengaruh Pemberian Ultrasound Dan
Manual Longitudinal Muscle Stretching Dengan Ultrasound Dan Auto Stretching
Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Kondisi Sindroma Miofasial Otot Upper
Trapezius. Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008.
Bhalara,A.dan Shah,S. (2012). Myofascial Release. Internasional Journal of Health Sciences
& Research Vol.2; Issue: 2.May 2012.
Daniel. (2013). Penerapan Myofascial Release Technique Sama Baik dengan Ischemic
Compression Technique Dalam Menurunkan Nyeri Pada Sindrome Myofascial Otot
Upper Trapezius.Dikutip oleh Anggraeni.Denpasar : Fakultas Kedokteran Udayana.
Fernandez,D.Fernandez, J. and Mianglolara,JC. (2005). Muskuloskeletal Disorders in
Mechanical Neck Pain: Myofascial Trigger Points Versus Cervical Joint
Dysfunctions: A clinical Study. Journal of Musculoskeletal Pain.
Sibby. (2009). A Bief Over view and Update of Myofascial Paint Syndrome and Myofascial
Trigger Points. Jurnal of Exercise Science and Physiotherapy
Profil SMAN 1 Pemulutan Barat. Diakses tanggal 3 November 2017 di
http://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id/sekolah/82C796BFC11A1A47E7A9#profil.

68

Anda mungkin juga menyukai