Anda di halaman 1dari 2

PERALIHAN SIARAN TV ANALOG KE TV DIGITAL

Dewasa ini hiburan bukan lagi menjadi kebutuhan tersier bagi masyarakat, melainkan
menjadi kebutuhan pokok yang tidak bisa lepas dari aktivitas sehari-hari. Berbagai jenis
hiburan saat ini mudah untuk didapatkan salah satunya yang paling umum adalah acara
televisi. Tidak dapat dipungkiri bahwa hampir setiap rumah di Indonesia pasti memiliki
sekurang-kurangnya satu buah televisi. Bahkan dengan perkembangan teknologi yang kini
semakin canggih mayoritas masyarakat memilih menggunakan TV Digital karena kualitas
gambar dan audio yang dihasilkan berkualitas tinggi. Namun, di sisi lain pada faktanya
terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah pedalaman TV Digital merupakan teknologi
yang masih belum mampu dijangkau sehingga masih banyak masyarakat yang memilih
menggunakan TV Analog.
Faktor yang mendukung masyarakat untuk menggunakan TV Analog yaitu tidak
banyak membutuhkan peralatan khusus kecuali antena serta sinyalnya lebih mudah diproses.
Oleh karena itu, bagi masyarakat khususnya yang tinggal di pedalaman menggunakan TV
Analog cenderung mampu untuk memenuhi kebutuhan hiburan mereka karena sulitnya
mendapatkan sinyal di daerah pedalaman menjadikan TV Digital yang akan kehilangan
gambar dan audionya ketika sinyalnya lemah sehingga kurang cocok digunakan di daerah
pedalaman.
Akan tetapi penggunaan TV Analog ternyata menuai pro dan kontra mengingat setiap
negara di dunia saat ini terus berlomba mengembangkan teknologi. Keterbatasan TV Analog
dalam memancarkan sinyal menjadikan pengguna TV Analog yang berada di daerah
perbatasan seperti di Kalimantan dan Sumatera lebih sering menonton acara dari negara lain
seperti Singapura dan Malaysia. Hal tersebut dianggap memberikan celah masuknya paham
Radikalisme sehingga dapat membahayakan ideologi bangsa. Sehingga rencana penonaktifan
TV Analog dimuat oleh Pemerintah dan DPR dalam Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
dan disahkan dalam Sidang Paripurna pada hari Senin tanggal 05 Oktober 2022 menjadi
Undang-Undang Cipta Kerja dalam Pasal 60A ayat (2) yang berisikan tentang migrasi televisi
analog ke televisi digital dan harus diselesaikan paling lambat dua tahun sejak undang-
undang ini berlaku.
Keputusan penonaktifan TV analog secara resmi di Indonesia pada hari Rabu tanggal
02 November 2022 saat tengah malam menyebabkan seluruh siaran pada TV Analog sudah
tidak dapat dinikmati sehingga memaksa para pengguna TV Analog untuk menggunakan
STB (Set Top Box) agar dapat menikmati siaran TV Digital. Kondisi tersebut tentunya menuai
banyak konflik di masyarakat. Sebab sebagian masyarakat yang kondisi ekonominya belum
stabil dan hanya memiliki TV Analog sebagai media hiburan dirumah, keharusan penggunaan
STB (Set Top Box) menjadi kenyataan pahit yang harus diterima. Hal itu dikarenakan dengan
terbatasnya pendapatan menjadi kebutuhan pangan sebagai prioritas daripada harus membeli
STB (Set Top Box). Meskipun pemerintah memberikan subsidi Set Top Box (STB), namun
pada kenyataannya pemerataan subsidi belum terpenuhi sehingga subsidi dari pemerintah
tidak sampai kepada masyarakat.
Akibatnya timbul rasa kecewa dari masyarakat terhadap keputusan pemerintah
mengenai kebijakan tersebut. Hal itu disebabkan oleh keputusan pemerintah yang bertujuan
untuk membawa Indonesia lebih mampu lagi bersaing dalam bidang teknologi di kancah
Internasional, maka sewajibnya pemerintah memastikan bahwa distribusi bantuan Set Top
Box (STB) sudah merata sehingga tidak ada rakyat yang merasa bahwa keputusan pemerintah
hanya memikirkan masyarakat dengan ekonomi menengah ke atas. Selain itu, kondisi
peralihan penggunaan TV Analog ke TV Digital dimanfaatkan oleh beberapa pihak dengan
menaikkan harga Set Top Box (STB) sehingga kondisi ini jelas semakin memberatkan
masyarakat yang ingin membeli Set Top Box (STB) namun ekonominya masih belum stabil.
Peristiwa penonaktifan TV Analog di Indonesia merupakan hal sulit yang harus
dilewati oleh masyarakat. Karena saat ini selain harus memutar otak untuk mendapatkan
penghasilan, masyarakat juga dituntut harus membeli Set Top Box (STB) dengan harga yang
cukup merogoh kocek bagi beberapa masyarakat. Permasalahan ini tentunya bukan hanya
beban yang harus dipikul oleh masyarakat melainkan juga menjadi tugas bagi pemerintah
untuk berperan aktif sebagai wakil rakyat dalam menemukan solusi sehingga kesejahteraan
sosial dapat dirasakan oleh seluruh golongan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai