Kelompok Bhinneka Tunggal Ika
Kelompok Bhinneka Tunggal Ika
KELOMPOK : IV
KETUA : Dr. Ir. Suroyo, M.Si
SEKRETARIS : Dr. Somariah Fitriani, M.Pd
ANGGOTA :
1. Dr. Iskandar Madjid, S.E., MM
2. Dr. Muzahid Akbar Hayat, S.Si., M.Si
3. Dr. Samuel Soewita, SE., S.Th., S.H., MH
4. Abdillah, S.Ag
5. Ahmad Khoiril Anam, SE
6. Christopher Davito P. H., S.Si., M.T.
7. Zulfikar Putra, SH., M.Pd
8. Mar’an Saputra, S.H.I
9. Letkol Ckm dr. Arvianto, SpAn-Ti
10. Yuanita Fernandes Sinaga, S.E., M.M
11. Dedi Putrawan Surbakti, S.Pd
12. Dinna Eka Graha Lestari, S.Pd., M.Si
13. Rio Armanda Agustian
14. Nisrina Nurul Insani
15. Muhammad Sulton Aminudin, S.Kom., M.M
16. Letkol Lek Susilo Hermawan, S.T
17. Muhammad Tarmizi, S.Pd
18. Sri Suryani, S.Sos,M.M
19. Riadhul Marhamah, S.Pd.I.,M.Pd
20. Sugeng Jinarto, S.Hut.,M.P
21. Sulton Amna, S.T.,M.T
II. PEMBAHASAN
Kemajemukan yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan suatu
keniscayaan untuk dijaga dan dirawat dengan baik. Dalam melaksanakan
kehidupan berbangsa dan bernegara, Indonesia memiliki pondasi yang
kemudian dikenal dengan pilar-pilar kebangsaan atau empat konsensus dasar
berbangsa. Empat konsensus dasar tersebut merupakan hakekat nilai-nilai
kebangsaan yang bersumber dari Nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar
1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika.
Warisan nilai yang sejak lama dipraktekkan oleh orang-orang terdahulu di
negeri ini, menjadi alasan bahwa negara Indonesia adalah negara yang
mampu mengelola keberagaman itu dengan sangat baik. Semua nilai yang
terkandung dalam empat konsensus dasar harus terpatri dalam diri setiap
individu dan terimplementasi dengan baik.
Nilai-nilai kebangsaan yang bersumber dari Sesanti Bhinneka Tunggal Ika
yang di dalamnya terdapat tiga nilai, yaitu: nilai toleransi, berupa hubungan
yang baik, hierarkis, senioritas, status, keamanan, kesejahteraan keluarga,
sopan santun, rendah hati, rela berkorban dan pemurah; nilai keharmonisan,
adalah sikap menerima, sikap menghargai, sikap menghormati, sikap
mempercayai, sikap mengasihi, keadilan, keseimbangan, rasa peduli,
persamaan, hidup bersama antar orang dan antar kelompok (etnis, suku,
budaya, agama dan kepercayaan); nilai gotong-royong, adalah persamaan
derajat, persatuan, kerja sama, tata kehidupan, sederhana, demokrasi,
berpartisipasi, membantu, dan ketergantungan (Lemhannas,2023)
a. Nilai toleransi
Toleransi adalah isu sentral pada periode modern awal, khususnya
dalam filsafat, teologi, politik, dan hukum (Maurer & Gellera, 2020) yang
menjadi salah satu faktor penting dalam menjaga stabilitas sebuah bangsa
dan ketahanan nasional. Toleransi dapat dirumuskan sebagai suatu sikap
saling terbuka untuk mendengar pandangan yang berbeda. Toleransi
berfungsi dua arah, yakni mengemukakan dan menerima pandangan serta
tidak merusak pegangan agama, keyakinan, dan nilai budaya masing-masing.
Dalam sudut pandang Agama, menurut Hutton (2020) toleransi beragama
sebagai 'kebebasan hati nurani', terutama kebebasan untuk beribadah tanpa
takut akan penganiayaan. More (1660) dalam Hutton (2020) juga
menganggap kebebasan hati nurani, beribadah atau berkeyakinan sebagai
hak yang melekat pada semua manusia (“Kebebasan Beragama adalah hak
kodrati umat manusia”). Rumusan toleransi bukan hanya perbedaan agama
melainkan keyakinan dan nilai budaya dalam ruang lingkup yang telah
disepakati bersama. Pemahaman ini akan melahirkan konsep kedamaian
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan kata
lain toleransi merupakan menerima setiap perbedaan baik lahir, batin, dan
pikiran.
Nilai toleransi di NKRI harus diimplementasikan dengan baik, dengan
keberagaman serta perbedaan yang ada mampu dikelola dengan baik
walaupun tidak dapat dinafikan terdapat beberapa tindakan-tindakan intoleran
yang terjadi di beberapa daerah yang kerap terjadi di wilayah NKRI.
Implementasi nilai-nilai toleransi dapat diaplikasikan pada berbagai aspek
kehidupan di NKRI, baik bidang keagamaan, pendidikan, kemasyarakatan,
pemerintahan dan lain sebagainya. Implementasi nilai toleransi berdampak
positif pada kehidupan berbangsa dan bernegara, mempermudah
mewujudkan persatuan, hubungan yang harmonis antar warga negara. Meski
demikian tindakan intoleransi juga terjadi. Beberapa contoh tindakan
intoleransi adalah sebagai berikut: mengolok-olok agama lain, mengolok-olok
teman yang memiliki warna kulit berbeda, hanya ingin berteman dengan orang
yang seagama, tidak menghormati dan menghargai orang lain karena
perbedaan suku, mengganggu orang yang sedang berdoa.
Untuk menunjukkan sikap toleransi dan kerukunan masyarakat, dapat
diimplementasikan dan dikembangkan melalui beberapa metode pendekatan
antara lain sebagai berikut. Yang pertama adalah Dialog. Pendekatan dalam
bentuk dialog perlu dirancang dengan baik agar tidak menimbulkan
ketegangan di kalangan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat majemuk
jika dilihat berbagai macam suku, agama, ras dan antargolongan. Yang kedua
adalah Pendidikan. Upaya untuk mengembangan sikap toleransi dapat
dilaksanakan melalui kegiatan pendidikan baik formal maupun nonformal,
dengan memperhatikan mata pelajaran yang berorientasi pada
pengembangan akhlak, bela negara, dan moralitas. Contohnya di tingkat
perguruan tinggi, perlu adanya mata kuliah yang dimasukkan ke dalam
kurikulum seperti cross cultural understanding, dimana mata kuliah ini bisa
membantu mahasiswa dalam memahami konsep keaneka ragaman budaya
dan agama dan mereka dilatih untuk mempraktekkannya di kelas. Bentuk
latihan-latihan pengamalan sikap, watak, kepribadian, jujur, terbuka,
pengendalian diri, dan percaya diri untuk membangun kehidupan yang toleran
dalam kebersamaan dapat dipelajari di mata pelajaran secara umum baik dari
tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Yang ketiga dalam bentuk Seni
Budaya. Masyarakat Indonesia sejak dahulu dikenal kaya dengan potensi
lokal terutama bidang seni ini menjadi modal kekayaan bangsa dalam
mempersatukan bangsa Indonesia yang telah diwariskan secara turun
temurun yang dapat dipakai sebagai alat pemersatu bangsa dan
memperkenalkan Indonesia, baik dalam forum lokal, nasional, maupun
internasional. Kekayaan seni budaya sebagai kearifan lokal juga menunjukkan
identitas setiap daerah sebagai bagian kekayaan seni budaya bangsa
Indonesia dan secara nyata dapat diterima baik oleh seluruh lapisan
masyarakat Indonesia. Pertunjukkan dalam bentuk seni bisa menjadi ajang
promosi budaya dan kampanye toleransi yang menjadi salah satu bagian dari
implementasi toleransi budaya yang perlu dilestarikan agar semua lapisan
masyarakat mengetahui dan melaksanakannya.
b. Keharmonisan
Keharmonisan merupakan sikap untuk menerima, menghargai, dan
menghormati perbedaan orang lain terlepas dari identitas manusia yang
beragam, seperti budaya, suku, etnis, agama dan kepercayaan, agar tercipta
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang adil, saling
menghormati, saling mendukung, saling mempercayai, saling mengasihi,
berhubungan baik, aman, stabil, dan damai. Sebagai sebuah negara-bangsa
yang multikultur, keharmonisan menjadi sangat penting karena berpotensi
terjadi polarisasi dan perpecahan serta politik identitas di masyarakat.
Perkembangan saat ini bagi masyarakat modern terjadi pergeseran
pergeseran bahwa akibat faktor-faktor tertentu menyebabkan kurang
percayanya masyarakat terhadap kondisi yang ada, sehingga mengalami
krisis hilangnya kesadaran keharmonisan dalam masyarakat, salah satunya
adalah karena faktor lingkungan yang menjadikan sebagai alasan untuk
melakukan tindakan–tindakan yang dianggap oleh masyarakat mengganggu
bahkan tidak kurang masyarakat yang merasa telah dirugikan, apalagi masih
banyak masyarakat yang awam tentang masalah kesadaran keharmonisan
sehingga dengan mudah dapat dimanfaatkan sebagai objek penderita.
Banyak di antara anggota masyarakat sebenarnya sadar akan perlunya
penghormatan terhadap kesadaran keharmonisan baik secara “instinktif”
maupun secara rational namun mereka cenderung tidak sadar terhadap
pentingnya hubungan yang harmonis dalam kehidupan masyarakat. Budaya
yang berkembang dimasyarakat kita saat ini ternyata lebih banyak
mencerminkan bentuk prilaku opportunis yang dapat diibaratkan mereka lebih
mementingkan egonya.
Keberagaman masyarakat kita merupakan kekayaan bangsa
Indonesia. Keberagaman ini juga menjadi daya tarik bangsa lain untuk datang
ke alam Indonesia, keberagaman masyarakat memiliki potensi yang
menimbulkan berbagai masalah dalam masyarakat salah satunya. Dalam
melaksanakan pembinaan kesadaran keharmonisan guna meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat, dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
III. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa nilai toleransi, nilai harmonis dan nilai gotong royong sebagaimana
berikut:
1. Sikap toleransi dapat dimulai dari diri sendiri. Untuk itu, kita sebagai
generasi penerus bangsa perlu belajar menghargai dan menerapkan
sikap toleransi kepada sesama tanpa harus membedakan suku,
agama, maupun ras, karena sejatinya kita semua bersaudara;
2. Harmonis berarti suatu keadaan yang dibangun atas dasar saling
menghargai, saling menghormati dan saling memahami perbedaan dan
keberagaman. Keharmonisan harus dimulai dari keluarga karena
keluarga merupakan inti atau unit terkecil dari suatu bangsa yang
berfungsi sebagai wahana untuk mewujudkan kehidupan yang
tenteram, aman, damai dan sejahtera;
3. Gotong royong merupakan budaya bangsa yang mengandalkan kerja
sama dalam mengatasi semua masalah yang ada pada masyarakat.
4. Nilai Kebhinnekaan dapat diterapkan melalui pendidikan seperti dimana
nilai Kebhinnekaan dapat dijadikan sebagai materi atau tema dalam
kegiatan pembelajaran serta melalui praktik langsung nilai
Kebhinnekaan. Nilai Kebhinnekaan sebagai nilai yang luhur, nilai yang
mengajarkan dalam mengatasi dan meringankan suatu masalah atau
kegiatan;
B. Saran
1. Peran negara menjadi sangat penting dalam mengayomi perbedaan-
perbedaan yang ada di masyarakat. Dimana negara sebagai regulator
dalam perundang-undangan harus membuat aturan yang jeklas dalam
penerapan nilai-nilai kebangsaan. Peran tersebut berupa ketegasan dari
pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Ristek
dan Kementerian Agama dalam regulasi penanaman nilai-nilai
kebangsaan di sekolah, sanksi yang tegas dalam pelanggaran aturan
tersebut. Kementerian Koperasi mempertegas tentang aturan
Perkoperasian sebagai dasar nilai gotong royong dalam perekomonian
rakyat.
2. Dalam Pelaksanaan pendidikan perlunya penguatan nilai-nilai
kebangsaan guru, dosen, widyaiswara, mahasiswa, dan siswa melalui
kegiatan pemantapan nilai. Khususnya siswa dan mahasiswa haru sejak
awal dibekali nilai kebangsaan dan perlu sekali kegiatan khusus untuk
meraka, seperti Lemhannas membuat ToT khusus siswa dan mahasiswa
melaui ketua OSIS atau Ketu BEM atau Senat Mahasiswa.
3. Perlunya penguatan keluarga sebagai sarana pendidikan pertama bagi
para generasi muda, karena keluarga memiliki peranan dalam penanaman
serta pembiasaan nilai luhur yang terbingkai dalam empat konsensus
dasar Bangsa Indonesia. Kegiatan dapat dilakukan oleh Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Anak serta BKKBN
4. Perlunya pemimpin yang tegas dan menjadi role model bagi rakyat yang
dibutuhkan Indonesia saat ini, untuk mengatasi kompleksitas
permasalahan yang tengah dihadapi bangsa saat ini;
DAFTAR PUSTAKA