D14 - Muhammad Sulton

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 10

IMPLEMENTASI NILAI GOTONG ROYONG GUNA

MENGATASI MASALAH KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA


TIMUR MELALUI GERAKAN KOPERASI

NAMA LENGKAP : Muhammad Sulton Aminudin, S.Kom, M.M


NO URUT : D14
KELOMPOK : Bhinneka Tunggal Ika

PELATIHAN UNTUK PELATIH/ TRAINING OF TRAINERS


(TOT)
PEMANTAPAN NILAI-NILAI KEBANGSAAN
BAGI DOSEN, GURU DAN WIDYAISWARA
SECARA VIRTUAL ANGKATAN IV TAHUN 2023
LEMHANNAS RI

I. PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang kaya namun kerap menghadapi berbagai
macam tantangan, baik dari sisi eksternal maupun internal. Termasuk di Provinsi
Jawa Timur, meskipun memiliki banyak potensi ekonomi, kemiskinan menjadi
masalah sosial yang mendalam dan kompleks. Provinsi Jawa Timur memainkan
peranan strategis dalam NKRI, karena menjadi gerbang akses menuju wilayah
Indonesia bagian timur. Menurut BPS (2022) Persentase kemiskinan di Jawa
Timur mencapai 10,49%, lebih tinggi dari rata-rata nasional sebesar 9,57%. Trend
ini memang cenderung menurun jika dibandingkan tahun 2020 lalu. Namun
dampak kemiskinan bukan hanya masalah ekonomi, karena ini juga memengaruhi
banyak aspek kehidupan sosial, termasuk pendidikan dan kesehatan. Karena itu,
untuk mengatasi masalah ini, perlu dicari solusi yang holistik dan berkelanjutan.
Untuk mengurangi tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur, pendekatan
yang efektif adalah menerapkan nilai gotong royong. Nilai budaya gotong royong
sangat melekat dalam masyarakat Indonesia dan memiliki potensi besar untuk
menciptakan solidaritas dan kerjasama di antara anggota masyarakat. Dalam
konteks pengembangan ekonomi, nilai gotong royong dapat diterapkan melalui
gerakan koperasi. Founding father Indonesia, Bapak Moh. Hatta, di tahun 1952
pernah berpesan bahwa “Bentuk perekonomian yang paling cocok untuk
Indonesia adalah 'usaha bersama' berdasarkan asas kekeluargaan. Usaha
bersama itu adalah koperasi. Koperasi mendidik toleransi dan rasa tanggung
jawab bersama. Koperasi memperkuat demokrasi sebagai cita-cita bangsa”.
Namun semangat gotong royong gerakan koperasi, belakangan ini tengah
dirongrong oleh oknum-oknum yang telah menodai jatidiri koperasi, seperti
beberapa kasus koperasi yang muncul di media. Kini tantangan terbesarnya
adalah bagaimana membumikan kembali nilai gotong royong pada gerakan
koperasi agar dapat kembali suci, untuk memenuhi misi abadi dalam fungsinya
membantu mengurai masalah kemiskinan.
II. PEMBAHASAN
Jumlah penduduk miskin Indonesia di masa pandemi COVID-19 hingga
tahun 2021 mencapai 27,5 juta orang, meningkat hampir 10% dari tahun 2019
(BPS, 2021). Hal ini mendasari Pemerintah mengeluarkan INPRES No.4 Tahun
2022 tentang Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem. Secara lebih
khusus, di wilayah Jawa Timur profil kemiskinan daerah yang terjadi sangatlah
beragam, karena pertumbuhan ekonomi yang pesat dan kurang merata, sehingga
ketimpangan sosial ekonomi dengan mudah terjadi. Ini mencakup jenis
kemiskinan yang umum di kota dan pedesaan. Misalnya, di sektor pertanian,
petani seringkali menghadapi kesulitan dalam mengakses pasar dan teknologi,
yang mengakibatkan permainan harga dan berakibat pada pendapatan yang
rendah. Sementara itu, sektor UKM, walau memiliki potensi besar, tetapi banyak
pengusaha kecil yang menghadapi kesulitan untuk berkembang karena kurangnya
dukungan dan tidak mudah mendapatkan permodalan.
Pengimplementasian nilai gotong royong dalam gerakan koperasi dapat
menjadi solusi untuk mengatasi kemiskinan di Provinsi Jawa Timur. Dua argumen
utama mendukung gagasan ini. Pertama, koperasi dapat membantu menerapkan
nilai gotong royong dalam berbagai sektor, meningkatkan produktivitas dan
mendukung keberlanjutan ekonomi anggota. Contoh salah satu koperasi sukses
yang menerapkan nilai gotong royong adalah koperasi SAE Pujon, Malang.
Koperasi berhasil menginmplementasikan prinsip gotong royong dengan 27.000
peternak sapi hingga mampu menjadi pemasok utama perusahaan Nestle.
Koperasi menyediakan indukan sapi yang berkualitas tinggi bagi para peternak
sapi yang mampu memproduksi rata-rata 25 liter susu perhari. Susu yang
dihasilkan peternak dikelola menjadi berbagai produk turunan susu, sehingga
mampu meningkatkan produktifitas dan menciptakan lapangan kerja bagi
masyarakat di daerah(kompas.com).
Kedua, kolaborasi antara koperasi dengan pihak usaha, semisal UKM,
akan meningkatkan daya saing dan meningkatkan kemandirian ekonomi
masyarakat melalui pengembangan bisnis kecil. Seperti contoh penyaluran dana
LPDB oleh Koperasi Riil dari pemerintah pusat, yang meningkatkan pendanaan
bagi UKM agar terhindar dari ketergantungan pada rentenir, pinjol dan shadow
banking.
A. Tantangan yang dihadapi Gerakan Koperasi
Menurut penelitian Yulhendri,dkk (2019) terdapat 6 aspek yang harus
dihadapi gerakan koperasi

1. Rendahnya Kesadaran dan Partisipasi Anggota : Rendahnya kesadaran


dan partisipasi anggota merupakan salah satu tantangan utama yang
dihadapi koperasi di Indonesia. Banyak anggota koperasi kurang terlibat
dalam kegiatan koperasi dan tidak menyadari manfaat dari keanggotaan
mereka. Hal ini dapat menyebabkan kepatuhan anggota yang minim dalam
memanfaatkan layanan koperasi dan memberikan kontribusi bagi
keberhasilan koperasi.
2. Masalah Manajemen dan Tata Kelola: Di Indonesia, banyak koperasi
menghadapi masalah manajemen dan tata kelola. Kurangnya
profesionalisme dalam pengelolaan dan kurangnya transparansi dalam
pengelolaan keuangan dapat mengakibatkan kesulitan keuangan bahkan
kebangkrutan bagi koperasi. Selain itu, praktik tata kelola yang buruk dapat
mengakibatkan penyalahgunaan kekuasaan dan penyimpangan dalam
koperasi.
3. Keterbatasan Pemodalan : Sebagian besar koperasi di Indonesia
beroperasi dalam skala sedang hingga menengah dengan sumber daya
dan modal yang terbatas. Keterbatasan modal ini menyulitkan koperasi
untuk mengembangkan usahanya, meningkatkan kualitas produk atau
jasanya, dan bersaing di pasar. Selain itu, banyak koperasi yang juga
kesulitan mendapatkan akses permodalan.
4. Terlambat mengadaptasi inovasi dan teknologi : Perkembangan
teknologi dan inovasi menghadirkan tantangan tersendiri bagi koperasi
Indonesia. Banyak koperasi yang masih berkutat dengan penerapan
teknologi informasi dan komunikasi. Hal ini dapat mengakibatkan inefisiensi
operasional dan rendahnya daya saing di pasar yang semakin kompetitif.
5. Pemerintah dan Regulasi : Tanpa adanya kebijakan dan regulasi yang
konsisten dan mendukung, perkembangan koperasi di Indonesia dapat
terhambat. Beberapa koperasi mengalami kesulitan mendapatkan izin
usaha, mendapatkan akses ke pembiayaan, dan mengatasi kendala
administrasi lainnya. Selain itu, peran pemerintah dalam memberikan
dukungan dan bantuan teknis harus ditingkatkan.
6. Kurangnya akses pendidikan dan pelatihan : anggota dan pengurus
koperasi memerlukan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan mereka dalam mengelola koperasi dan
mengembangkan usaha.

B. Implementasi Sesanti Bhinneka Tunggal Ika pada Nilai gotong royong


dalam Koperasi
Memandang berbagai tantangan yang terjadi pada gerakan koperasi. Ada
baiknya kita mengkaji kembali prinsip dasar koperasi, yakni gotong royong.
Implementasi Sesanti Bhinneka Tunggal Ika pada nilai gotong royong dalam
koperasi dapat membantu meningkatkan solidaritas dan kebersamaan di antara
anggotanya. Fakta dilapangan memperlihatkan bahwa koperasi yang berbasis
pada nilai gotong royong cenderung memiliki tingkat partisipasi anggota yang lebih
tinggi. Contoh koperasi-koperasi besar di daerah Jawa Timur, seperti Koperasi
Pondok Pesantren Sidogiri yang berhasil mengantongi aset sekitar 3 Triliun, dan
Koperasi Warga Semen Gresik dengan pengelolaan aset sekitar 1,2 Triliun.
Mereka berhasil memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat, lewat gotong
royong dan partisipasi anggota koperasi yang memiliki tujuan ekonomi yang sama.
Nilai gotong royong, merasa senasib sepenanggungan bagi anggota
koperasi merasa lebih terlibat dan saling membantu dalam mencapai tujuan
bersama, yaitu meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Hal ini terjadi karena nilai
gotong royong mendorong adanya rasa memiliki dan tanggung jawab kolektif
terhadap kesuksesan koperasi dan keberhasilan usaha bersama.
C. Peningkatan Pemahaman Terhadap Pendidikan dan Pelatihan
Perkoperasian
Implementasi Sesanti Bhinneka Tunggal Ika pada nilai gotong royong
dalam koperasi dapat diperkuat melalui peningkatan akses terhadap pendidikan
dan pelatihan bagi anggota koperasi. Agar tumbuh jiwa koperasi yang pancasilais,
sehingga memiliki nilai gotong royong yang kuat. Koperasi yang menerapkan
prinsip pendidikan dan pelatihan yang inklusif cenderung memiliki anggota yang
lebih berpengetahuan dan berketerampilan. Koperasi dapat menyelenggarakan
program pelatihan, seminar, dan lokakarya yang bermanfaat bagi anggotanya.
Sejalan dengan ini, Mohammad Hatta, salah satu tokoh pergerakan koperasi
Indonesia, pernah menyatakan, "Koperasi adalah suatu bentuk perhimpunan
masyarakat pada umumnya yang mencakup pula unsur-unsur pendidikan yang
saling menguatkan."
Dalam meningkatkan peran koperasi dalam perekonomian dan masyarakat,
Dinas Koperasi di daerah juga memiliki fungsi yang penting. Dinas ini dapat
berperan sebagai fasilitator dalam memberikan dukungan teknis dan bantuan
kepada koperasi di wilayahnya. Melalui program pendidikan dan pelatihan, Dinas
Koperasi dapat membantu pengelola dan anggota koperasi untuk
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam
mengelola koperasi secara efektif dan efisien. Selain itu, Dinas Koperasi juga
dapat berperan sebagai pengawas dalam memastikan koperasi beroperasi sesuai
dengan prinsip-prinsip koperasi yang baik, termasuk nilai gotong royong dan
partisipasi aktif anggotanya. Dengan dukungan dan kerjasama dari Dinas
Koperasi dan UKM, koperasi di daerah dapat menjadi tulang punggung
perekonomian lokal dan berperan dalam mengurangi masalah kemiskinan serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
III. PENUTUP

A. Kesimpulan
Implementasi Sesanti Bhinneka Tunggal Ika pada nilai gotong royong
dalam koperasi menawarkan potensi besar dalam upaya mengatasi kemiskinan.
Menurut data dan informasi yang dibahas, koperasi yang menerapkan prinsip
gotong royong dapat meningkatkan rasa solidaritas dan kebersamaan di antara
anggotanya. Kolaborasi antara koperasi juga dapat membantu meningkatkan daya
saing produk lokal dan meningkatkan ekonomi. Peningkatan akses terhadap
pendidikan dan pelatihan bagi anggota koperasi juga membantu meningkatkan
kualitas dan kuantitas produksi.
Terdapat peluang besar melalui gerakan koperasi untuk mengurangi tingkat
kemiskinan di Provinsi Jawa Timur dengan menerapkan nilai gotong royong,
berdasarkan data dan argumen yang telah dipaparkan. Masyarakat dapat
mencapai keberlanjutan ekonomi yang lebih baik dan berkelanjutan dengan
memanfaatkan solidaritas, kerja sama, dan saling membantu.

B. Saran
Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (LEMHANNAS RI)
memiliki peran strategis dalam mendukung Implementasi Sesanti Bhinneka
Tunggal Ika pada nilai gotong royong gerakan koperasi dalam upaya mengatasi
kemiskinan di Provinsi Jawa Timur, sebagai lembaga yang berperan dalam
pembinaan para pemimpin yang akan menentukan kebijakan pemerintah. Berikut
merupakan rekomendasi dianggap relevan yang dapat dilakukan LEMHANNAS
RI:

1. Menggalakkan Kerjasama dan Kolaborasi Lembaga


LEMHANNAS memungkinkan pertemuan dan diskusi antara koperasi,
UKM, pemerintah daerah, dan lembaga terkait lainnya. Tujuan dari pertemuan ini
adalah untuk membahas strategi dan tindakan konkret untuk memantapkan nilai
gotong royong. Dalam koperasi dan UKM, Implementasi Sesanti Bhinneka
Tunggal Ika pada nilai gotong royong dapat berjalan lebih efektif dan berdampak
lebih luas dengan adanya kerjasama yang kuat antar lembaga.
2. Mendukung Pelatihan dan Program Pendidikan untuk Pengelola
Koperasi Berdasar Nilai Kebangsaan
LEMHANNAS memiliki kemampuan untuk membantu pengelola koperasi
dengan mengatur program pelatihan dan pendidikan berkarakter Pancasila.
Kursus tentang manajemen usaha, pemasaran, keuangan, dan praktik bisnis yang
berkelanjutan berdasarkan nilai-nilai kebangsaan. Koperasi akan lebih siap
menghadapi tantangan dan peluang di pasar global dengan peningkatan
pengetahuan dan keterampilan pengelolanya.

3. Mendorong Koperasi untuk Memanfaatkan Teknologi dan Inovasi


LEMHANNAS memiliki kemampuan untuk membantu koperasi, dalam
menerapkan teknologi dan inovasi. Dengan penerapan teknologi yang tepat,
bisnis akan lebih efisien dan produktif, meningkatkan daya saing produk lokal di
pasar.

4. Meningkatkan Kemampuan Lembaga Keuangan untuk Membantu


Koperasi Dalam Bentuk Rekomendasi
LEMANNAS dapat membantu lembaga keuangan seperti bank, koperasi
simpan pinjam, dan lembaga mikrofinansial dalam memberikan rekomendasi
pembiayaan dan dukungan keuangan kepada koperasi dan usaha kecil dan
menengah (UKM). Kapasitas dan daya saing koperasi dapat ditingkatkan dengan
dukungan keuangan yang tepat, selain membuka peluang untuk ekspansi.

LEMHANNAS dapat memulai berperan dalam mengatasi kemiskinan di


Provinsi Jawa Timur dan provinsi lainnya dengan memperkuat koperasi berbasis
nilai gotong royong dengan mempertimbangkan beberapa rekomendasi di atas.
Dengan kerja sama dan sinergi yang kuat antara berbagai pihak, kemiskinan di
Jawa Timur dapat dikurangi dan masyarakat dapat memperoleh kesejahteraan
ekonomi yang lebih baik dan berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, 2022. Provinsi Jawa Timur Dalam Angka.

Badan Pusat Statistik, 2021. Provinsi Jawa Timur Dalam Angka.

Lemhannas Ri, 2020. Materi Dasar Implementasi Nilai-Nilai Kebangsaan yang

Bersumber Dari Bhinneka Tunggal Ika, Modul:Pemantapan Nilai-Nilai

Kebangsaan

https://bappeda.jatimprov.go.id/2017/07/16/koperasi-implementasi-gotong-royong-

ekonomi-pancasila/ diakses tanggal 2 Agustus 2023 Pukul 17.00 WIB

https://www.kompas.com/tren/read/2021/02/18/110300865/angka-kemiskinan-

indonesia-naik-ini-data-per-provinsi?page=all diakses tanggal 2 Agustus

2023 Pukul 18.00 WIB


Tambahan : Biodata Penulis

Muhammad Sulton Aminudin, S.Kom, M.M, Lahir di Jakarta


tahun 1988, adalah Widyaiswara Ahli Pertama yang bertugas di
UPT Pelatihan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Timur.
Berpengalaman mengajar bidang manajemen bisnis, digitalisasi
usaha, perencanaan usaha, dan pendidikan perkoperasian. Saat
ini penulis tinggal di Kota Malang, Jawa Timur. Penulis dapat
dihubungi pada sosial media : @sultonaminudin atau email :
sulton.uptp.koperasiukm@gmail.com.

Anda mungkin juga menyukai