Anda di halaman 1dari 11

Available Online at http://fe.unp.ac.

id/
Book of Proceedings published by (c)
SNEMA-2015
SEMINAR NASIONAL EKONOMI MANAJEMEN DAN
AKUNTANSI (SNEMA) FAKULTAS EKONOMI Padang-Indonesia.
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
ISBN: 978-602-17129-5-5

Penerapan Model Location Quotient Dan Scalogram Dalam


Mendorong Pusat Pertumbuhan Baru Di Wilayah Perbatasan Kota
Medan

Oktarini Khamilah Siregar


Universitas Pembangunan Panca Budi
Jl. Jend.Gatot Subroto Km 4,5 Medan
Telp: 061-8455571
E-mail: oktarinikhamilah@gmail.com

Abstract
The purpose of this study was to see how many districts that have the potential as a center of the new growth model and the
location quotient scalogram Medan border region that would potentially increase local revenues. And saw the influence of
regional pendapatn (taxes, fees, profit enterprises, DAU, DAK, DBH) to GDP in current prices in Medan City Government.
By using analysis scalogram in 21 districts of Medan there are 5 order. Every year the order has fluctuated because of a
growing population as Medan Johor. Analysis of location quotient there is new growth centers such as increasing industrial
KIM became 5 subdistrict of Medan Deli despite being in Deli Serdang. The construction of hotels, housing, supermarkets
and restaurants in the area subdistrict of Medan Sandpaper, Tembung Medan, Medan Denai due Kualanamo Airport.
Construction of residential, hotel, restaurant in Medan Tuntungan because adjacent to the Polytechnic School of Health and
the region towards mountain tourism, while Medan Sunggal increasing residential properties and shops. Then, with the
simultaneous test that taxes, levies, profit enterprises, DAU, DAK, DBH effect on GDP in current prices in Medan City
Government. Growth center is a supporting factor in the advancement of local revenue that would have an impact on
economic development in the city of Medan.

Keywords: Growth Center, Local Taxes, Levies, profit enterprises, DAU, DAK, DBH

1. PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi disuatu daerah merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan
berkesinambungan yang dijalankan secara bersama-sama baik itu pemerintah, masyarakat dan pihak swasta
untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi dilakukan sebagai
langkah untuk pemerataan pembangunan dan hasil-hasil output-nya sehingga menciptakan kesejahteraan
masyarakat yang adil dan merata.
Teori Friedmann populer dengan istilah center-periphery theory atau teori pusat pertumbuhan, dimana
penetapan pusat-pusat perumbuhan sebagai prioritas dalam pembangunan diasumsikan akan memberi efek
positif bagi pengembangan wilayah belakangnya. Untuk kasus Indonesia, teori Friedmann banyak diikuti
sebagai pendekatan pengembangan wilayah mengingat luasnya dan banyaknya desa dan kota yang harus
ditangani sementara alokasi dana pembangunan yang tersedia relatif terbatas. Dalam kenyataan ada kota-kota
cenderung berkembang dengan pesat tetapi daerah di sekitarnya kurang bisa berkembang. Kasus yang ada di
Indonesia contohnya adalah fenomena Jakarta. Karena Jakarta sebagai pusat kegiatan ekonomi, sosial, politik
maka banyak dari penduduk Indonesia yang berduyun-duyun pergi ke sana dengan tujuan mencari kerja atau
mendapatkan pekerjaan. Sehingga dalam kenyataannya, sekarang ini 80 % perputaran kegiatan ekonomi
Indonesia adalah terjadi di Jakarta. Karena dalam kenyataannya metropolitanisasi lebih cenderung menghambat
pembangunan wilayah. Harus ada kesesuaian proporsi yang dikeluarkan pemerintah untuk membangun kota
dan daerah.
Margelov (2012) mengatakan perdagangan dan kerjasama ekonomi adalah tujuan utama dari SCO.
Disini dapat kita melihatnya bahwa kebijakan pusat pertumbuhan baru sangat penting dikembangkan demi
memacu dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pemerintah Kota Medan merupakan kota metropolitan,
Oktarini Khamilah Siregar

dimana banyaknya masyarakat yang imigrasi ke Medan. Kota Medan memiliki pusat industri di wilayah
perbatasan Kota Medan, seperti daerah KIM (Kawasan Industri Medan) Mabar, Belawan, Tanjung Morawa.
KIM sekarang terdiri dari 3 tempat yang letaknya masih satu kelurahan dan sekarang sesuai dengan permintaan
pasar maka KIM bertambah menjadi 5 tempat. Disini pemerintah harus lebih bijak dalam mengelola investasi-
investasi yang masuk supaya tidak berpusat di kota saja akan tetapi jika ada investasi didaerah maka daerah
akan bisa berkembang dan masyarakat memperoleh kesejahteraan.
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah mengidentifikasi seberapa banyak kecamatan yang
berpotensi sebagai pusat pertumbuhan baru dengan model location quotient dan scalogram di wilayah
perbatasan Kota Medan. Melihat pengaruh pendapatan daerah terhadap pusat pertumbuhan ekonomi di Kota
Medan.
Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui potensi pusat pertumbuhan yang ada di Kota Medan
dengan menggunakan metode location quotient dan scalogram sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah
dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Bertambahnya pusat pertumbuhan akan dapat
mempengaruhi pendapatan daerah melalui pajak daerah, retribusi daerah dan laba BUMD, dari sudut pandang
akuntansi sektor publik dan perpajakan sektor publik.

2. TELAAH LITERATUR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS


Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis
tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Pusat pertumbuhan ialah wilayah atau kawasan
yang pertumbuhannya sangat pesat sehingga karena kepesatannya itu dijadikan sebagai pusat pembangunan
yang memengaruhi kawasan-kawasan lain di sekitarnya. Menurut David L. McKee (2008) layanan yang
menyediakan stabilitas maka berkontribusi terhadap proses pertumbuhan, dan mungkin merupakan pusat-pusat
pertumbuhan sendiri seperti di pasar uang dan asuransi. Anonymous (2009) mengemukakan dengan inovasi
sumber daya manusia dan mutakhir yang kuat di India, dengan pengetahuan dan teknologi memperoleh
keunggulan kompetitif yang nyata sehingga ekspor akan naik. Sistem moneter internasional tidak lagi
didominasi oleh mata uang tunggal sebagai pergeseran kekuatan ekonomi, dan membantu mendorong
pertumbuhan di negara-negara berpenghasilan rendah melalui lintas batas transaksi komersial dan keuangan.
Manolis Christofakis, Christofakis, M. P.A dan I.O. Manyanhaire (2011) berpendapat membentuk dan
menerapkan strategi pembangunan perkotaan melalui pengembangan dan pemograman spasial, berdasarkan
model pusat pertumbuhan yang kompleks dan konsep ini memberikan kritik terhadap kendala untuk
pengembangan pusat pertumbuhan. Sebagian besar pusat pertumbuhan dipengaruhi faktor ekonomi sosial.
Sedangkan Yan Liu dkk, menemukan bukti efek spillover pertumbuhan, permintaan dominan dari kota
tetangga atas efek aglomerasi bayangan. Reza Kheyroddin dan Nattapon SANG‑ARUN (2012) bahwa
pembangunan perkotaan langsung pada sumbu preferensial urbanisasi dan transportasi dan perkembangan
daerah spasial. John Speakman dan Marjo Koivisto, Viktor Komarovskiy, dan Daniel Dranca(2013) bahwa
mempertahankan dan mempercepat kinerja pertumbuhan pada mengembangkan wilayah dengan keunggulan
komparatif, "titik pertumbuhan" sebagai dasar untuk penyediaan pertumbuhan ekonomi daerah serta dalam
memilih kutub pertumbuhan nasional, tidak didasarkan pada penelitian empiris.
Pendapatan daerah adalah semua penerimaan kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu.
Sumber Pendapatan daerah berdasarkan UU No.32 Tahun 2004 terdiri atas:
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri atas Pajak Daerah, Retribusi Daerah,Hasil perusahaan milik daerah dan
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan Lain-lain PAD yang sah.
b. Pendapatan Dana Perimbangan meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus.
c. Lain-lain penerimaan yang sah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana potensi masing-masing kecamatan sebagai
pusat pertumbuhan baru dengan model location quotient dan scalogram di wilayah perbatasan Kota Medan.
Dan bagaimana pengaruh pendapatan daerah terhadap pusat pertumbuhan ekonomi di Pemerintah Kota Medan.
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
Hipotesis 1: Terdapat potensi masing-masing kecamatan sebagai pusat pertumbuhan baru dengan model
location quotient dan scalogram di wilayah perbatasan Kota Medan
Hipotesis 2: Terdapat pengaruh pendapatan daerah terhadap pusat pertumbuhan ekonomi di Pemerintah Kota
Medan.

3. METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah SKPD di Pemerintah Kota Medan dimana yang menjadi sampel
penelitian yaitu 21 kecamatan di pemerintah Kota Medan. Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan data
sekunder meliputi fasilitas-fasilitas ekonomi, PDRB atas harga berlaku, Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Laba
BUMD, DAU, DAK dan DBH (tahun 2006 s.d 2013), dan buku dan jurnal mengenai topik penelitian.

56
Penerapan Model Location Quotient Dan Scalogram…

Metodologi digunakan berupa pendekatan analisis kuantitatif yang digunakan untuk menemukan
potensi pusat pertumbuhan baru dalam peningkatan pendapatan daerah yang berpengaruh terhadap PDRB dalam
harga berlaku di pemerintah Kota Medan dengan menggunakan 3 (tiga) analisis yang terdiri analisis location
quotient, analisis scalogram, dan analisis regresi berganda.

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Analisis Scalogram
Jumlah Penduduk termasuk menentukan pusat pertumbuhan ekonomi dengan cara menentukan orde
suatu pusat pertumbuhan. Berikut ini tabel jumlah penduduk dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 per
kecamatan di Pemerintah Kota Medan.

Tabel 1 Jumlah Penduduk Kota Medan Pada Kecamatan dari Tahun 2012 s/d 2013
Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk
No Kecamatan
Tahun 2012 Tahun 2013

1 Medan Tuntungan 82042 82534


2 Medan Johor 125913 126667
3 Medan Amplas 116227 116922
4 Medan Denai 142001 142850
5 Medan Area 96675 97254
6 Medan Kota 72685 73122
7 Medan Maimun 39665 39903
8 Medan Polonia 53552 53873
9 Medan Baru 39577 39817
10 Medan Selayang 100455 101057
11 Medan Sunggal 112967 113644
12 Medan Helvetia 145519 146391
13 Medan Petisah 61855 62227
14 Medan Barat 70912 71377
15 Medan Timur 108792 109445
16 Medan Perjuangan 93526 94088
17 Medan Tembung 133841 134643
18 Medan Deli 170931 171951
19 Medan Labuhan 112642 113314
20 Medan Marelan 147318 148197
21 Medan Belawan 95709 96280
Sumber: BPS Kota Medan, 2015

Untuk menentukan ordenya digunakan rumus Sturges (Tarigan, 2005), yaitu banyaknya orde (k) = 1 +
3,3 log n, dimana n adalah banyaknya kecamatan, maka: k = 1 + 3,3 log 21 = 5,36, Sehingga diperoleh jumlah
orde adalah 5, dengan interval adalah ( A – B )/ k , dimana bahwa A adalah Jumlah penduduk terbanyak dan B
adalah Jumlah Penduduk terendah. Sehingga nterval tahun 2012 = (170931 - 39577)/5 = 24491 dan Interval
tahun 2013 = ( 171951 – 39817)/5 = 24637. Diperoleh orde berdasarkan jumlah penduduk sebagai berikut
berdasarkan interval kelas diatas Untuk orde tahun 2012 berdasarkan interval kelas maka pembagian orde diatas
diperoleh adalah Orde I adalah Medan Deli, Medan Helvetia, Medan Denai dan Medan Marelan, Orde II adalah
Medan Johor, Medan Amplas, dan Medan Tembung, Orde III adalah Medan Area, Medan Selayang, Medan
Sunggal, Medan Timur, Medan Perjuangan, Medan Labuhan, dan Medan Belawan, Orde IV adalah Medan
Tuntungan, Medan Kota, dan Medan Barat dan Orde V adalah Medan Baru, Medan Maimun, Medan Polonia,
dan Medan Petisah. Untuk orde tahun 2013 berdasarkan interval kelas berdasarkan pembangian orde diatas
diperoleh adalah Orde I adalah Medan Deli, Medan Helvetia, Medan Denai, dan Medan Marelan, Orde II adalah
Medan Amplas, dan Medan Tembung, Orde III adalah Medan Area, Medan Selayang, Medan Sunggal, Medan
Timur, Medan Perjuangan, Medan Labuhan, Medan Belawan, dan Medan Johor, Orde IV adalah Medan

57
Oktarini Khamilah Siregar

Tuntungan, Medan Kota, dan Medan Barat, Orde V adalah Medan Baru, Medan Maimun, Medan Polonia, dan
Medan Petisah

4.2 Analisis Location Quotient


Setelah dilakukan analisis tersebut diperoleh daerah atau kecamatan yang memiliki nilai LQ yang lebih
dari 1 artinya daerah atau kecamatan tersebut memiliki sektor basis pada komoditi tersebut, daerah tersebut
mampu memenuhi kebutuhannya sendiri dan dapat memberikan tambahan kepada daerah lain, untuk dapat
mengetahui potensi dari kegiatan/komoditi yang ada di masing-masing wilayah kecamatan. Setelah dilakukan
analisis location quotient di 9 sektor lapangan usaha pada beberapa kecamatan di Kota Medan maka sektor yang
memiliki LQ > 1 untuk tahun 2012. Untuk sektor pertanian terdapat pada. Kecamatan yang memiliki
penghasilan disektor pertanian yang tertinggi dilihat dari nilai LQ yaitu Medan Johor sebesar 18,81. Di sektor
pertambangan dan penggalian terdapat pada Medan Barat dengan nilai LQ sebesar 3,35. Di sektor listrik, gas
dan air bersih terdapat pada Medan Belawan.
Sektor bangunan dengan nilai LQ sebesar 3,59 dan 3,13 yaitu Medan Helvetia dan Denai. Sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran terdapat pada Medan Area merupakan daerah yang memiliki nilai LQ tertinggi
sebesar 3,36. Sektor Pengangkutan dan komunikasi terdapat pada dengan nilai LQ sebesar 3,69 kecamatan
Medan polonia. Sedangkan sektor keuangan, persewaaan dan jasa perusahaan terdapat pada Medan Baru
memiliki hasil nilai LQ sebesar 3,22 yang menjadi daerah sebagai lapangan usaha disektor jasa. Dari hasil
analisis location quotient bahwa 21 kecamatan di Kota Medan masing-masing memiliki keunggulan di setiap
sektor lapangan usaha ditahun 2012. Maka Kota Medan untuk setiap kecamatan memiliki potensi pusat
pertumbuhan ekonomi secara menyebar di seluruh wilayah Kota Medan baik itu diperbatasan wilayah Kota
Medan. Tetapi Kota Medan untuk tanaman makanan masih mengambil dari daerah lain dikarenakan begitu
banyak jumlah penduduk setiap tahun makin bertambah maka hasil produksi tanaman makanan tidak cukup
untuk konsumsi masyarakat Medan. Hasil analisis location quotient per kecamatan di Kota Medan pada tahun
2012 dapat dilihat pada Tabel 2.
Selanjutnya akan dilihat apakah setiap kecamatan di Kota Medan dapat mempertahankan keunggulan
sektor lapangan usahanya, atau pindah ke sektor lapangan usaha lainnya. Maka peneliti akan mengolah data
kembali dengan menghitung analisis location quotient di 9 sektor lapangan usaha pada beberapa kecamatan di
Kota Medan dimana sektor yang memiliki LQ > 1 untuk tahun 2013. Hasil analisis location quotient ditahun
2013 bahwa dimasing-masing kecamatan dalam 9 sektor lapangan usaha yang memiliki LQ >1 adalah untuk
sektor pertanian terdapat di daerah yang memiliki keunggulan disektor pertanian dengan nilai LQ sebesar 22.17
adalah Medan Johor. Sektor pertambangan dan penggalian terdapat di daerah yang LQ tertinggi sebesar 3.47 di
kecamatan Medan Barat. Pada Sektor listrik, gas dan air bersih terdapat diwilayah dengan nilai LQ yang
tertinggi sebesar 6.88 di wilayah kecamatan Medan Belawan. Sektor Bangunan terdapat diwilayah nilai LQ
yang tertinggi sebesar 3.53 terdapat di Medan Helvetia. Sektor perdagangan, hotel dan restoran terdapat
diwilayah dengan nilai LQ sebesar 5.04 terdapat diwilayah kecamatan Medan Area. Selanjutnya sektor
pengangkutan dan komunikasi terdapat di wilayah kecamatan Medan polonia memiliki keunggulan disektor ini
dengan nilai LQ sebesar 4.09. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan terdapat dinilai LQ tertinggi
sebesar 3.77 terdapat di kecamatan Medan Area.

Tabel 2 Analisis Location Quotient PDRB Harga Berlaku per Kecamatan di Kota Medan Tahun 2012
LQ

No Kecamatan Pertamba Listrik, Perdagan Pengangk Keuangan,p


ngan dan Industri Gas dan gan, utan dan ersewaan
Pertani penggali pengola Air Bangu Hotel dan komunika dan jasa Jasa
an an han bersih nan Restoran si perusahaan -jasa
1 M.Tuntungan 7,93 53,36 0,03 0 0,46 2,06 0,06 0,42 1,3
2 M.Johor 18,81 -8706,82 0,33 5,15 1,45 0,68 0,3 0,46 1,83
3 M. Amplas 0,78 0 0,68 0 2,4 0,85 0,51 0,19 2,56
4 M.Denai 1,41 0 0,48 0 3,13 1,5 0,16 0,72 1,22
5 M.Area 0 0 0,24 0 1,35 3,36 0,3 2,4 2,63
6 M.Kota 0 0 0,23 2,14 0,63 2,48 0,34 0,39 0,93
7 M.Maimun 0 0 0,04 0 0,6 2,57 0,02 1,5 0,3
8 M.Polonia 0,02 0 0,01 0 0,18 0,46 3,69 0,26 0,99
9 M.Baru 0 0 0 0 1,4 0,57 0,17 2,07 3,22
10 M.Selayang 6,35 54,97 0,12 0 1,28 1,06 0,19 1,32 1,62

58
Penerapan Model Location Quotient Dan Scalogram…

11 M.Sunggal 2,79 0,33 0,06 4,41 1,25 0,84 0,55 1,63 1,38
12 M.Helvetia 0,06 0 0,02 0 3,59 1,04 0,15 1,05 1,37
13 M.Petisah 0 0 0,04 0 0,62 2,03 0,1 1,41 1,54
14 M.Barat 0 0 3,35 1,45 0,33 0,41 0,15 1,81 0,61
15 M.Timur 0 0 0,04 0 0,45 0,71 3,28 0,49 0,51
16 M.Perjuangan 0 0 0,12 0 1,01 2,21 0,05 0,49 2
17 M.Tembung 0,02 0 0,27 0 1,33 1,9 0,54 0,66 1,11
18 M.Deli 0,68 0 1,61 0 1,75 1,05 1,3 0,04 0,4
19 M.Labuhan 11,31 0 1,98 0 0,17 1,01 0,11 0,38 0,81
20 M.Marelan 14,69 0 1,69 0 0,44 0,94 0,03 0,26 0,65
21 M.Belawan 13,28 0 0,46 7,05 0,05 0,26 1,5 0,29 0,9
Sumber: data diolah, 2015

Sedangkan sektor jasa-jasa terdapat diwilayah dengan nilai LQ tertinggi sebesar 4,18 terdapat
dikecamatan Medan Area. Berdasarkan perbandingan analisis LQ selama 2 tahun dari tahun 2012 dan 2013,
maka dapat menyimpulkan keunggulan sektor lapangan usaha sesuai dengan kecamatan masing-masing dan
daerah tersebut tetap mempertahankan potensi daerahnya sendiri.
Data dapat dilihat pada Tabel 3. Menurut peraturan daerah Kota Medan Nomor 13 Tahun 2011 tentang
rencana tata ruang wilayah Kota Medan, bahwa Kecamatan Medan Marelan diprioritaskan sebagai pusat
kegiatan perdagangan kebutuhan pokok dan pusat rekreasi serta wisata, tetapi berdasarkan data yang diperoleh
BPS bahwa ada 8 kecamatan yang menghasilkan sektor pertanian salah satunya masih tetap kecamatan Medan
Marelan yang merupakan wilayah perbatasan Kota Medan dekat dengan Hamparan Perak (Kabupaten Deli
Serdang) merupakan penghasil tanaman sayuran. Di kecamatan Medan Marelan ini sekarang selain sebagai
tempat pusat kegiatan perdagangan kebutuhan pokok, juga sebagai pusat properti bangunan dan pusat industri
pengolahan dikarenakan daerahnya berdekatan dengan pelabuhan laut. Kecamatan Medan Belawan masih tetap
sebagai pusat pelayanan transportasi laut, pusat bongkar muat ekspor-impor, pusat pelayanan pertahanan
keamanan, pusat kegiatan industri dan pusat kegiatan perikanan (sektor pertanian). Kecamatan Medan Labuhan
tetap masih sebagai pusat kegiatan jasa dan pedagangan, pusat pelayanan transportasi dan pusat pelayanan
kesehatan.

Tabel 3 Analisis Location Quotient PDRB Harga Berlaku per kecamatan di Kota Medan Tahun 2013

LQ
Pengan
No Kecamatan Indus Listrik, Perdagan gkutan Keuangan,
Pertamban tri Gas gan, dan persewaan
Pertan gan dan pengo dan Air Bang Hotel dan komuni dan jasa Jasa-
ian penggalian lahan bersih unan Restoran kasi perusahaan jasa
1 M.Tuntungan 8,46 50,45 0,02 0 0,46 1,91 0,06 0,42 1,29
2 M.Johor 22,17 -10676,87 0,33 5,07 1,38 0,6 0,32 0,43 1,75
3 M. Amplas 0,94 0 0,66 0 2,36 0,8 0,57 0,19 2,53
4 M.Denai 1,34 0 0,44 0 2,79 1,26 0,16 0,65 1,1
5 M.Area 0 0 0,27 0 1,34 5,04 0,52 3,77 4,18
6 M.Kota 0 0 0,24 2,18 0,62 2,29 0,37 0,38 0,92
7 M.Maimun 0 0 0,04 0 0,59 2,38 0,02 1,48 0,3
8 M.Polonia 0,02 0 0,01 0 0,18 0,43 4,09 0,26 0,98
9 M.Baru 0 0 0 0 1,38 0,53 0,18 2,05 3,18
10 M.Selayang 7,08 65,26 0,13 0 1,25 0,97 0,21 1,29 1,59
11 M.Sunggal 3 0,38 0,06 4,49 1,23 0,78 0,6 1,61 1,36
12 M.Helvetia 0,08 0 0,02 0 3,53 0,96 0,17 1,04 1,35
13 M.Petisah 0 0 0,05 0 0,61 1,88 0,11 1,39 1,52

59
Oktarini Khamilah Siregar

14 M.Barat 0 0 3,47 1,47 0,32 0,38 0,17 1,79 0,61


15 M.Timur 0 0 0,04 0 0,44 0,66 3,64 0,48 0,5
16 M.Perjuangan 0 0 0,12 0 0,99 2,04 0,66 0,48 1,98
17 M.Tembung 0,03 0 0,24 0 1,32 1,77 0,6 0,65 1,1
18 M.Deli 0,81 0 1,48 0 1,78 1 1,48 0,04 0,4
19 M.Labuhan 10,79 0 2,42 0 0,16 0,9 0,12 0,36 0,77
20 M.Marelan 16,97 0 1,63 0 0,42 0,85 0,03 0,25 0,62
21 M.Belawan 13,95 0 0,5 6,88 0,04 0,24 1,68 0,29 0,92

Kecamatan Medan perjuangan dan Medan Tembung sebagai pusat kegiatan perdagangan/bisnis dan
pusat pelayanan olahraga. Kecamatan Medan Area sebagai pusat pelayanan ekonomi, pusat pelayanan
transportasi. Kecamatan Medan Helvetia dan Medan Petisah sebagai pusat pelayanan ekonomi dan transportasi.
Kecamatan Medan Selayang sebagai pusat kegiatan perdagangan dan pusat pendidikan. Sedangkan Kecamatan
Medan Timur dan Medan Deli sebagai pusat perdagangan, pusat transportasi dan pusat sosial budaya serta
pertahanan keamanan. Sehingga masing-masing kecamatan masih tetap bertahan dalam keunggulan sektor
lapangan usahanya sesuai dengan PERDA Pemerintah Kota Medan, tetapi setiap kecamatan tidak memiliki 1
keunggulan sektor lapangan usaha saja melainkan lebih dari satu. Ini berarti pusat pertumbuhan menyebar
kesegala daerah dengan berbagai keunggulan produksi sektor lapangan usahanya maka akan dapat
meningkatkan pendapatan Pemerintah Kota Medan melalui pembangunan perekonomiannya sesuai dengan
kemajuan teknologi sekarang.

4.3 Pengaruh Pendapatan Daerah terhadap Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Pemerintah Kota Medan
a) Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Uji Normalitas

Gambar 1 Histogram Gambar 2. Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Pada Tampilan grafik histogram, data distribusi nilai residual menunjukkan berdistribusi normal, hal
ini dinyatakan pada gambar berbentuk bel yang hampir sempurna (simetris). Uji statistik untuk menguji
normalitas residual pada penelitian ini dengan menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnof
(1-sampel K-S test).

Tabel 4. One-Sampel Kolmogorov-Smirnov Test


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 14
a
Normal Parameters Mean ,0000000
Std. Deviation 3872594,91778
679
Most Extreme Differences Absolute ,142
Positive ,142
Negative -,123
Kolmogorov-Smirnov Z ,533
Asymp. Sig. (2-tailed) ,939
a. Test distribution is Normal.

60
Penerapan Model Location Quotient Dan Scalogram…

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0.939, dan tidak signifikan pada α
= 0.05 (asymp.Sig = 0.939 > 0.05) sehingga hipotesis Ho diterima, yang mengatakan data residual berdistribusi
normal.

2) Uji Multikolinieritas
Hasil uji statistik nilai Tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai
Tolerance kurang dari 0.10, dan demikian juga hasil perhitungan Variance Infllation Factor (VIF) menunjukkan
nilai VIF lebih kecil dari 10.

Tabel 5 Collinerity Statistics

Collinearity Statistics
Toleranc
Model T Sig. e VIF
1 (Constant
,464 ,657
)
X1 1,381 ,210 ,118 8,510
X2 1,077 ,317 ,136 7,358
X3 -,875 ,410 ,038 7,641
X4 4,612 ,002 ,086 9,671
X5 2,190 ,055 ,127 7,851
X6 -,495 ,635 ,321 3,115
a. Dependent Variable: Y

3) Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan gambar scatterplots menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar
baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk pola tertentu yang teratur, yang
mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas.

Gambar 3. Scatterplot

4) Uji Autokorelasi
Tabel 6 Uji Durbin Waston
b
Model Summary
Change Statistics
Adjusted R
R Std. Error of the Square F Sig. F Durbin-
Model R R Square Square Estimate Change Change df1 df2 Change Watson
1 ,993
a
,986 ,974 5277457,29041 ,986 81,862 6 7 ,000 2,285
a. Predictors: (Constant), X6, X1, X5, X2, X4, X3
b. Dependent Variable: Y

Berdasarkan tabel diatas didapat nilai Durbin Waston sebesar 2.285, maka angka DW berada diantara -
2 sampai +2 hal ini tidak terjadi autokorelasi.

4.4 Pengujian Hipotesis


1) Uji Simultan (Uji F)

61
Oktarini Khamilah Siregar

Tabel 7 Uji Simultan


b
ANOVA
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
a
1 Regression 1,368E16 6 2,280E15 81,862 ,000
Residual 1,950E14 7 2,785E13
Total 1,387E16 13
a. Predictors: (Constant), X6, X1, X5, X2, X4, X3
b. Dependent Variable: Y

Dari hasil Output SPSS, hasil uji Anova diperoleh F-hitung sebesar 81,862, F-tabel (7:0.05) = 3.79
dengan tingkat probabilitas 0.000. Dengan demikian disimpulkan, p = 0.000 < α = 0.05, bahwa Pajak Daerah,
Retribusi Daerah, Laba BUMD, DAU, DAK dan DBH secara simultan berpengaruh terhadap pusat
pertumbuhan ekonomi (PDRB).

2) Uji Parsial (Uji-t)

Tabel 8 Uji Parsial

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 2247372, 4843700,52
,464 ,657
154 1
X1 ,021 ,015 ,181 1,381 ,210
X2 ,067 ,062 ,131 1,077 ,317
X3 -1,654 1,890 -,202 -,875 ,410
X4 ,065 ,014 ,706 4,612 ,002
X5 ,305 ,139 ,275 2,190 ,055
X6 -,014 ,028 -,039 -,495 ,635
a. Dependent Variable: Y

Berdasarkan tabel diatas diperoleh model persamaan regresi berganda sebagai berikut; PDRB =
2247372,154 + 0,021 PD + 0,067 RD – 1,654 LB BUMD + 0,065 DAU + 0,305 DAK – 0,014 DBH. Kemudian
hasil uji parsial dalam penelitian ini adalah Pajak daerah tidak berpengaruh terhadap PDRB, Retribusi daerah
tidak berpengaruh terhadap PDRB, Laba BUMD tidak berpengaruh terhadap PDRB, DAU berpengaruh
terhadap PDRB , DAK berpengaruh terhadap PDRB dan DBH tidak berpengaruh terhadap PDRB.

3) Uji Koefisien Determinasi (R2)

Tabel 4.8 Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb
Change Statistics
Adjusted Std. Error of the R Square Sig. F
Model R R Square R Square Estimate Change F Change df1 df2 Change
1 ,993a ,986 ,974 5277457,29041 ,986 81,862 6 7 ,000
a. Predictors: (Constant), X6, X1, X5, X2, X4, X3

Dari hasil output diatas, bahwa diperoleh nilai R Square sebesar 0.986 dan nilai Adjusted R Square
sebesar 0.974. Hal ini menunjukkan bahwa 97,40 % variabel PDRB di jelaskan oleh variabel Pajak daerah,
retribusi daerah, Laba BUMD, DAU, DAK dan DBH sedangkan sisanya 2,60% dijelaskan oleh faktor lain yang
tidak dijelaskan dalam penelitian ini seperti Inflasi, Belanja Pemerintah, Investasi dan lainnya.

4.5 Pembahasan
Pusat pertumbuhan merupakan suatu wilayah yang berkembang secara pesat khususnya kegiatan
ekonomi sehingga menjadi pusat pembangunan daerah. Berdasarkan analisis scalogram di Kota Medan maka
terdapat 5 orde pusat pertumbuhan pada masing-masing kecamatan. Dimana posisi yang paling tinggi terdapat
pada orde 1, setiap tahunnya posisi orde untuk masing-masing kecamatan berbeda disebabkan karena jumlah

62
Penerapan Model Location Quotient Dan Scalogram…

penduduk Kota Medan setiap tahun bertambah seperti Kecamatan Medan Johor ditahun 2012 berada pada posisi
orde ke 2 kemudian ditahun 2013 naik ke orde 1 disebabkan jumlah penduduk di Medan Johor bertambah
karena angka kelahiran atau urbanisasi penduduk. Sedangkan dengan menggunkan analisis location quotient
masing-masing kecamatan memiliki nilai LQ >1, LQ =1 dan LQ < 1 dari 9 sektor lapangan usaha. Dimana
kecamatan memiliki keunggulan produksi sektor lapangan usaha lebih dari 1, namun Kota Medan masih
kekurangan produksi di sektor pertanian khususnya tanaman makanan karena jumlah penduduk yang setiap
tahun makin bertambah sehingga tidak mampu memenuhi konsumsi masyarakat di Kota Medan.
Maka solusinya Pemerintah Kota Medan untuk memenuhi kebutuhannya dalam subsektor tanaman
makanan (sayur-mayur) diperoleh di daerah lain yaitu Kabupaten Tanah Karo dan Kabupaten Deli Serdang yang
merupakan wilayah perbatasan Kota Medan. Berdasarkan Perda Kota Medan No.13 tahun 2011 bahwa masing-
masing kecamatan masih bisa mempertahankan keunggulan sektor lapangan usahanya. Perbatasan Kota Medan
khususnya diwilayah kecamatan Medan Johor, Medan Selayang dan Tuntungan sebagai pusat pertumbuhan
dalam kegiatan pertanian (hasil perkebunan buah-buahan), penggalian, perdagangan, hotel, restoran serta jasa
perusahaan. Wilayah kecamatan ini sangat dekat dengan wilayah objek wisata di Kabupaten Tanah Karo
sehingga prospek dalam bidang bisnis akan dapat meningkatkan perekonomian para investor. Untuk Kecamatan
Medan Amplas, Tembung dan Denai sebagai pusat pertumbuhan dalam kegiatan bangunan, jasa, perdagangan,
hotel dan restoran karena daerah ini dekat dengan Bandara Kaulanamo Internasionl sehingga masyarakat sibuk
pindah ke daerah ini, disebabkan daerah yang strategis dalam berbisnis, tetapi Kecamatan Medan Denai juga
sebagai pusat pertumbuhan dalam kegiatan subsektor perkebunan buah-buahan. Dengan adanya bandara
tersebut maka membantu meningkatkan pendapatan daerah Kota Medan dalam Bidang Transportasi khususnya
angkutan rel (Kereta Api) dan Jalan Raya ( Bus Damri). Kecamatan Medan Marelan sebagai pusat pertumbuhan
dalam kegiatan pertanian pada subsektor tanaman makanan (sayur) dan industri pengolahan, kecamatan
berbatasan dengan daerah hamparan perak (Kabupaten Deli Serdang) sebagai penghasil pertanian dalam
subsektor tanaman sayur. Kondisi kecamatan Medan Marelan saekarang sudah mulai maju karena terdapatnya
mall di kawasan ini dan banyak dibangun properti sehingga tanaman untuk lahan pertanian akan hilang.
Kecamatan Medan Deli sebagai pusat pertumbuhan dalam kegiatan industri pengolahan, perdagangan,
dan restoran, pengangkutan dan komunikasi. Kecamatan ini merupakan pusat Kawasan Industri Medan yang
berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang, sesuai dengan permintaan KIM sekarang menjadi 5 yang dimiliki
oleh Pemerintah Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang. Sedangkan kecamatan Medan Sunggal sebagai pusat
pertumbuhan dalam kegiatan pertanian pada subsektor perkebunan, listrik, dan air bersih, bangunan, keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan. Dimana kecamatan ini merupakan perlintasan jalur sumatera perbatasan antara
Kabupaten Deli Serdang dan Menuju Pemerintah Kota Binjai. Kota Medan merupakan Kota metropolitan yang
memiliki bertambah penduduk setiap tahunnya dan daerah tempat pusat perdagangan dari beberapa daerah
Pemerintah Kabupaten dan Kota di Indonesia. Sebagai Kota perdagangan pemerintah Kota Medan haruslah
dapat memperbaiki fasilitas sarana dan prasarana serta infrastruktur yang lebih baik, karena ini akan
mempengaruhi siklus bisnis di Kota Medan dan berdampak pada pembangunan perekonomian Kota Medan.
Dalam konsep pusat pertumbuhan bahwa Kota Medan merupakan sebagai tempat sentral berhierarki tujuh
karena daerah Kota Medan merupakan kawasan yang luas jangkauanya di berbagai kawasan lainnya dan
merupakan Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara. Jadi pusat pertumbuhan di Kota Medan menyebar kesegala
wilayah kecamatan Kota Medan. Dengan semakin pesatnya pusat pertumbuhan maka akan membantu dalam
meningkatan pendapatan daerah dan membuka lapangan pekerjaan di daerah tersebut.
Sekarang ini pusat pertumbuhan khususnya pembelanjaan yaitu Mall di Kota Medan semakin
bertambah, kemudian dipusat kota makin bertambahnya gedung-gedung besar yaitu hotel berbintang dan
bangunan perkantoran dan transportasi. Pusat pertumbuhan merupakan faktor pendudkung untuk kemajuan
pendapatan daerah sehingga peneliti akan melihat apakah dengan semakin tumbuhnya pusat pertumbuhan di
Kota Medan akan mempengaruhi pendapatan daerah dan secara tidak langsung pertumbuhan ekonomi menjadi
meningkat. Diperoleh hasil secara simultan bahwa pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD, Dana Alokasi
Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil berpengaruh terhadap Produk Domestik Regional Bruto
(pertumbuhan ekonomi) di Pemerintah Kota Medan.

5. SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN


Berdasarkan hasil pengolahan data dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Hasil analisis scalogram terdapat 5 orde pada kecamatan dimana posisi tertinggi terletak pada Orde 1, dan
setiap tahun terjadi fluktuasi posisi orde pada setiap kecamatan disebabkan oleh semakin meningkat jumlah
penduduknya seperti Kecamatan Medan Johor.
b. Hasil analisis location quotient bahwa terdapat pusat pertumbuhan baru di wilayah perbatasan Kota Medan
seperti kecamatan Medan Deli bertambahnya Kawasan Industri Medan menjadi 5 meskipun berada di
Kabupaten Deli Serdang tetapi membuka lapangan pekerjaan, dan Medan Amplas Medan Denai dengan
dibangunnya hotel daerah menuju Bandara Kualanamo. Medan Tembung dibangunya properti swalayan

63
Oktarini Khamilah Siregar

(bisnis), Medan Tuntungan, Medan Johor dan Medan Selayang bertambahnya properti bangunan, hotel dan
restoran karena daerah tersebut terdapat sekolah Politeknik Kesehatan dan kawasan menuju wisata
pegunungan dan Kecamatan Medan Sunggal bertambahnya properti bangunan perumahan dan pertokoan.
Kemudian pusat pertumbuhan baru di pusat kota adalah adanya transportasi jalan raya dan kereta api
disebakan karena adanya Bandara Kualanamo dan dibangunnya hotel dan pusat perbelanjaan seperti Center
Point serta properti perumahan dan pertokoan di Kecamatan Medan Helvetia, Medan Marelan dibangunnya
properti perumahan dan pertokoan (bisnis).
c. Bahwa pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD, DAU, DAK dan DBH berpengaruh signifikan dan positif
terhadap pertumbuhan ekonomi (PDRB dalam harga berlaku) .
Berdasarkan uraian simpulan di atas, sejumlah saran yang dapat diberikan antara lain:
a. Pemerintah Kota Medan harus dapat mengontrol perkembangan pusat pertumbuhan di Kota Medan sesuai
dengan Perda Kota Medan pada setiap kecamatan yang memiliki potensi sektor lapangan usahanya dan
pembuatan cluster dari keunggulan sektor lapangan usaha. Karena masing-masing kecamatan masih
menguasai sektor lapangan usaha yang lain sehingga tidak ada konsentrasi untuk sektor lapangan usaha
tersebut. Untuk kecamatan Medan Marelan, pemerintah menetapkan sebagai pusat pelayanan kebutuhan
pokok yaitu pertanian dalam tanaman makanan, tetapi dengan perkembangan pusat pertumbuhan daerah ini
lebih mendukung properti dan jumlah penduduk yang bertambah membuat lahan pertanian menjadi sempit
karena diganti dengan bangunan properti maka disini pemerintah harus dapat lebih tegas dalam peraturan
daerah tersebut.
b. Pemerintah Kota Medan harus memperbaiki fasilitas sarana dan prasarana (infrastruktur) yang akan
mempengaruhi perkembangan pusat pertumbuhan di Kota Medan khususnya seperti jalan dan lainnya
berdampak dalam pembangunan perekonomian Kota Medan.
c. Pada penelitian selanjutnya dapat dikembangkan dengan menggunakan metode yang berbeda seperti metode
cluster atau pengembangkan variabel penelitian dari variabel yang telah digunakan oleh peneliti.

REFERENSI

David , McKee. (2008). Services, Growth Poles And Advanced Economies. Service Business (2008) 2: 99–107.
DOI 10.1007/s11628-007-0026-y.

Daniel Dranca. (2013). Cluj-Napoca Metropolitan Zone: Between A Growth Pole And A Deprived Area,
Transylvanian Review of Administrative Sciences: No. 40 E, pp. 49-70.

Christofakis M, And Papadaskalopoulos A.(2011). The Growth Poles Strategy In Regional Planning: The
Recent Experience Of Greece), Theoretical and Empirical Researches in Urban Management: Volume
6, Issue 2.

I.O. Manyanhaire, R.Rwafa and J. Mutangadura.(2011). A Theoretical Overview Of The Growth Centre
Strategy: Perspectives For Reengineering The Concept In Zimbabwe, Journal of Sustainable
Development in Africa (Volume 13, No.4), ISSN: 1520-5509.V

John Speakman Marjo Koivisto. (2013). Growth Poles: Raising Competitiveness and Deepening Regional
Integration: World Economic Forum.

Kheyroddin.Reza and Piroozi. Reza. (2012). Suburbanization To The Suburban Growth Poles, From Planning
To Implementation, A Study Of Paris Metropolitan Area : Association De Science Régionale De
Langue Française. E

Kholish Kurniawan. (2013). Pengaruh Dari Pertumbuhan Suatu Kota Terhadap Perkembangan Ekonomi Di
Wilayah Sekitarnya

Mankiw. (2006). Makro Ekonomi :Penerbit Erlangga.

Medan dalam angka tahun 2012 dan 2013.

Nattapon SANG‑ARUN. (2012). Development Of Regional Growth Centres And Impact On Regional Growth:
A Case Study Of Thailand’s Northeastern Region: Urbani izziv, volume 24.

Peraturan Pemerintah No. 105 Tahun 2000 Tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.

64
Penerapan Model Location Quotient Dan Scalogram…

Peraturan Daerah Kota Medan No.13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun
2011-2013.

Sukirno, Sadono. (2008). Teori Pengantar Makroekonomi. PT. Raja Grafindo Perkasa: Jakarta.

Sjafrizal. (2009). Teknik Praktisi Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah. Baduose Media: Padang.

----------.(2012). Ekonomi Wilayah dan Perkotaan. PT. Raja Grafindo Perkasa: Jakarta

Tarigan, Robinson.(2005). Ekonomi Regional. Teori dan Aplikasi Edisi Revisi : PT.Bumi Aksara Jakarta.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah

Yudistri Pebriana, Intan.(2005). Analisa Pusat Pertumbuhan Ekonomi pada Tingkat Kecamatan di kabupaten
Banyuasin Sumatera Selatan . Jurnal Penelitian Bidang Ekonomi : Vol 4 No.1 tahun 2005.

Viktor Komarovskiy.(2013). The Role Of The Concept Of “Growth Poles” For Regional Development. Journal
Of Public Administration, Finance And Law:Issue 4.

Yan Liu dkk. (2011). Do bigger cities contribute to economic growth in surrounding areas? Evidence from
county-level data in China. National Natural Science Foundation of China (71003026) .

65

Anda mungkin juga menyukai