Laporan Acara Komposit
Laporan Acara Komposit
Disusun oleh:
NIM : 21/482146/KT/09703
Kelompok : 21
FAKULTAS KEHUTANAN
YOGYAKARTA
2023
PEMBUATAN DAN PENGUJIAN PAPAN PARTIKEL
I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum acara ini yaitu:
1. Mengenalkan tahapan pembuatan papan partikel.
2. Mengenalkan cara-cara pengujian sifat fisika papan partikel berdasarkan
standar.
Papan partikel adalah salah satu jenis produk komposit atau panel kayu yang
terbuat dari partikel – partikel kayu atau bahan – bahan yang berligno selulosa lainnya,
yang diikat dengan perekat atau bahan pengikat lain kemudian dikempa panas (Maloney,
1993 dalam Septiari dan Kartowarsono, 2017). Ada tiga ciri utama papan yang
menentukan sifat – sifat papan yaitu (i) species dan bentuk partikel (ii) kerapatan dan (iii)
kandungan resin dan penyebarannya. Kerapatan papan partikel merupakan faktor penting
yang banyak digunakan sebagai pedoman dalam memperoleh gambaran tentang kekuatan
papan yang diinginkan (Slamet, 2013). Secara umum, pembuatan papan partikel
menggunakan bahan yang mengandung hemiselulosa, selulosa, dan lignin (Haygreen dan
Bowyer, 1989). Keunggulan dari papan partikel adalah bahan baku utamanya berasal dari
serat alam yang bisa diperoleh dari limbah lingkungan dan dapat dibuat dengan proses
yang relatif murah. Keunggulan lainnya papan partikel bebas mata kayu, tidak mudah
pecah, tidak mudah retak, ukuran dan kerapatan dapat disesuaikan dengan kebutuhan,
tebal dan kerapatannya seragam serta mudah dikerjakan (Maloney 1993) Perkembangan
papan partikel dengan memanfaatkan limbah serat alam, dapat digunakan sebagai bahan
alternatif pembuatan perabotan rumah tangga seperti lemari, meja, perabotan (furniture
interior) dan lainnya (Fitra dkk, 2019). Kelemahan papan partikel adalah stabilitas
dimensinya yang rendah (Fauziah dkk., 2014).
Semakin tinggi suhu kempa yang diberikan pada kempa panas cenderung semakin
meningkatkan kerapatan papan partikel. Pada suhu rendah, perekat kurang matang
sempurna sehingga menyebabkan kerapatan papan partikel cenderung lebih rendah.
Sebaliknya pada suhu tinggi, perekat akan matang secara sempurna sehingga proses
perekatan berjalan dengan baik dan kerapatan papan partikel yang dihasilkan juga
semakin tinggi. Secara umum, semakin tinggi suhu kempa dan semakin lama waktu
kempa akan menghasilkan nilai daya serap air yang semakin menurun. Peningkatan suhu
kempa menghasilkan nilai pengembangan tebal lebih rendah. Hal ini didasarkan oleh
indikasi bahwa peningkatan suhu kempa dapat meningkatkan kestabilan dimensi papan
sehingga dapat meminimalisir terjadinya pengembangan tebal papan. Pengembangan
tebal papan yaitu maksimal sebesar 12%. Daya serap air tidak dipersyaratkan.
Penggunaan bahan aditif pada daya serap air mengakibatkan terjadinya penurunan daya
serap air. Dengan adanya kehadiran DCP maka akan membentuk reaksi dengan gugus
OH (Maloney, 1997). Keteguhan Rekat Internal dipengarui oleh kadar perekat. Semakin
tinggi kadar perekat semakin tinggi pula nilai keteguhan rekat internal papan partikel. Hal
ini dikarenakan semakin banyak perekat, semakin baik ikatan antar partikel yang terjadi
pada papan partikel bambu yang dihasilkan (Sulastiningsih dkk, 2006).
IV. CARA KERA
Adapun cara kerja pada praktikum acara komposit adalah sebagai berikut.
1. Pembuatan papan partikel
Adapun cara kerja pembuatan papan partikel adalah sebagai berikut.
Pada praktikum kali ini bahan untuk membuat papan partikel dipersiapkan,
bahan tersebut bisa berasal dari limbah industri penggerjajian, partikel dapat
dipisahkan berdasarkan ukuran yang dibutuhkan. Bahan yang akan digunakan
dikeringkan dibawah sinar matahari sampai kadar air partikel mencapai kadar
air kering udara atau sesuai dengan kadar air yang diisyaratkan untuk jenis
perekat yang digunakan. Selama proses pengeringan ini, usahakan agar partikel
tidak terkontaminasi oleh bahan-bahan lain yang bisa mempengaruhi sifat papan
yang akan dibuat. Lalu menentukan target kerapatan dan dimensi papan partikel
yang akan dibuat. Perhitungkan jumlah kebutuhan partikel dengan mengalikan
target kerapatan dan volume yang akan dibuat. Dipersiapkan adonan perekat
yang akan digunakan. Perhitungkan jumlah perekat yang dibutuhkan untuk
membuat papan partikel.
Selanjutnya, pecamuran perekat dan partikel dengan metode penyemprotan
yang diselingi dengan pengadukan agar perekat dapat merata pada setiap
partikel. Selanjutnya dilakukan pembuatan kasuran dengan menuangkan partikel
dalam cetakan mat (forming box) yang diberi alas berupa teflon sheet atau plat
seng yang dilapisi dengan alumunium foil. Usahakan agar ketinggian partikel
dalam cetakan relatif sama agar distribusi kerapatan papan partikel yang
dihasilkan dapat merata. kasuran yang telah dibuat diletakkan dalam mesin
kempa. Untuk mencapat target tebal yang diinginkan, letakkan thickness bar
disisi kiri dan kanan kasuran. Lakukan pengempaan papan partikel pada suhu
yang telah ditentukan atau suhu menurut katalog untuk jenis perekat yang
digunakan. Atur tekanan dan waktu pengempaan sesuai dengan kebutuhan.
Dalam praktikum ini, waktu pengempaan untuk papan partikel dengan
menggunakan perekat adalah 10 menit.
Papan partikel yang sudah dibuat dikondisikan selama kurang lebih 7-10
hari dalam kondisi suhu ruangan sebelum dilakukan pemotongan contoh uji.
Penyimpanan sampel diatursedemikian rupa sehingga udara bisa bebas mengalir
disela-sela sampel (tidak menumpuk rapat). Setelah pengkondisian sampai
mencapai kadar air kering udara, papan yang telah dibuat kemudian dipotong
sesuai dengan standar JIS A 5908 untuk pengujian sifat fisika dan mekanikanya.
a. Uji kerapatan
Pengujian dilakukan terhadap contoh uji berukuran 5 cm x 5 cm (standar JIS
A 5908 yang dimodifikasi) dengan tebal sesuai tebal papan partikel yang
terbentuk. Panjang, lebar, dan ketebalan diukur pada tempat tertentu dengan
ketelitian 0,01 mm (panjang dan lebar) dan 0,05mm (tebal). Volume contoh
uji ditentukan dari nilai rata-rata panjang, lebar, dan tebal contoh uji.
Kemudian timbang berat dari contoh uji dengan ketelitian 0,1 g, dan dihitung
kerapatannya dengan ketelitian 0,1 g/cm3.
• Volume rata rata ulangan 1 = P rata rata × L rata rata × T rata rata
= 4,965 × 5,026 ×1,042
= 25,996 cm3
• Kerapatan ulangan 1 = V/B
= 25.996 / 20.985
= (0.807+0.779+0.785+0,813+0.767+0.773)/6
= (0.807+0.814+0.816+0.809+0,803+0.803)/6
Pengembangan
Perlakuan Ulangan Tebal Awal (cm) Tebal Akhir (cm)
Tebal (%)
Jumlah 1 1.012 1.247 23.221
Perekat 2 0.96 1.172 22.083
10% 3 1.039 1.239 19.249
4 1.037 1.282 23.626
5 1.072 1.3 21.269
6 0.982 1.189 21.079
Rata-rata Pengembangan Tebal (%) 21.755
Jumlah 1 0.982 1.09 10.998
Perekat 2 1.012 1.132 11.858
20% 3 0.992 1.091 9.980
4 1.022 1.155 13.014
5 0.992 1.101 10.988
6 0.983 1.101 12.004
Rata-rata Pengembangan Tebal (%) 11.474
= (1.247-1.012)/1.012 × 100%
= 23.221%
= 21.755%
= 11.4174%
VI. PEMBAHASAN
Pada prakikum komposit kali ini, dilakukan kegiatan pembuatan dan pengujian
papan partikel. Untuk kerapatan papan partikel merupakan perbandingan antara berat
dengan volume yang menunjukkan kekompakan partikel-partikel dalam lembaran
papan yang dibentuk. Kerapatan papan merupakan faktor penting yang
mempengaruhi sifat-sifat papan partikel. Kerapatan papan umumnya dapat
meningkatkan kekuatan papan. Distribusi kerapatan pada bidang tebal panel
komposit, secara khas ditunjukkan oleh kerapatan permukaan papan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan bagian tengah papan. Nilai kerapatan papan dipengaruhi
oleh berat jenis bahan yang digunakan, jumlah partikel kayu dalam papan, kadar
perekat, dan besarnya tekanan kempa yang diberikan. Semakin tinggi suhu
pengempaan, maka akan menyebabkan perekat dapat bereaksi dengan sangat baik
dan tidak berubah sampai papan partikel kering. Karena dalam prinsipnya faktor
paling menentukan dalam pembuatan papan partikel adalah perekatnya (Bowyer et
al, 2003). Semakin tinggi konsentrasi perekat semakin tinggi pula kerapatan papan
partikel yang dihasilkan. Kerapatan juga akan menurun bila komposisi partikel yang
rendah dan rongga yang banyak diisi oleh perekat hingga membuat papan memiliki
berat yang kecil dibandingkan dengan volume papan partikel itu.
Suatu struktur dianggap gagal apabila struktur tersebut tidak dapat berfungsi lagi
dengan sempurna. Pada sebuah struktur pembebanan yang kecil mungkin hanya
berakibat terjadinya deformasi yang kecil, namun pada struktur yang lain sudah
mengakibatkan kegagalan. Hal tesebut terjadi karena perbedaan sifat mekanik tiap-
tiap bahan pada komposit yang terdiri dari dua komponen uatma kegagalan bisa
dimulai dari salah satu komponen atau keduanya (Hull D, 1981). Kegagalan yang
dapat terjadi yaitu: 1. Kepatahan pada serat (Fiber Breaking). 2. Lepasnya serat dari
matrik (Fiber Pull-Out atau Debonding). 3. Retak mikro pada matrik (Matrik
Mikrocracking). 4. Terlepasnya lamina dari laminate (delimination).
Pengujian selanjutnya adalah penyerapan air papan partikel. Kadar air adalah
banyaknya jumlah air pada kayu atau produk kayu. Kualitas kayu yang baik yaitu
kadar air yang terdapat pada kayu sangat kecil. Pengujian penyerapan air juga
dilakukan dengan perlakuan penambahan bahan perekat sebanyak 10% dan perekat
sebanyak 20% serta dilakukan 6 kali pengulangan. Pada praktikum yang dilakukan,
didapatkan nilai rata – rata penyerapan air pada papan partikel yang diberi perekat
10% sebesar 68,122 % dan pada papan partikel yang diberi perekat 20% sebesar
53,698%. Semakin besar kadar perekat yang digunakan maka semakin kecil kadar
air pada papan partikel. Daya serap air tidak dipersyaratkan. Faktor yang
mempengaruhi penyerapan air antara lain waktu pengempaan, kerapatan partikel,
dan kadar perekat. Menurut Brown et al. (1952) bahwa kayu dengan kerapatan
rendah pada umumnya mempunyai daya penyerapan yang tinggi apabila
dibandingkan dengan kayu yang berkerapatan tinggi. Pengaruh penambahan kadar
perekat juga berpengaruh terhadap penurunan daya serap air papan partikel. waktu
perendaman juga berpengaruh terhadap penyerapan air, daya serap air meningkat
dengan semakin lama perendaman. Hal ini disebabkan oleh air yang masuk mengisi
rongga dan dinding sel kayu semakin banyak seiring dengan lamanya proses
perendaman.
Pengujian terakhir pada praktikum ini adalah pengujian keteguhan rekat
interal papan partikel. Seperti pengujian yang lainnya, pengujian ini juga dilakukan
dengan perlkuan penambahan bahan perekat sebanyak 10% dan perekat sebanyak
20% serta dilakukan 6 kali pengulangan. Pada praktikum ini, nilai keteguhan rekat
papan partikel yang didapatkan pada perlakuan perekat 10% sebesar 0,184 N/mm²
dan pada perlakuan perekat 20% sebesar 0,331 N/mm². Keteguhan Rekat Internal
dipengarui oleh kadar perekat. Semakin tinggi kadar perekat semakin tinggi pula nilai
keteguhan rekat internal papan partikel. Hal ini dikarenakan semakin banyak perekat,
semakin baik ikatan antar partikel yang terjadi pada papan partikel bambu yang
dihasilkan (Sulastiningsih dkk, 2006).
VII. KESIMPULAN
1. Dalam pembuatan papan partikel, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan, di
antaranya adalah persiapan bahan baku partikel dan kondisi bahan baku, persiapan
perekat dan informasi perekat, serta tahapan pembuatan dan kondisi pengempaan
persiapan partikel. Pada kegiatan praktikum, bahan yang digunakan adalah bambu
petung. Perekat yang digunakan yaitu asam sitrat dengan jumlah sebesar 10% dan
20%.
2. Sifat fisik yang diuji di antaranya adalah kerapatan, pengembangan tebal, dan
penyerapan air. Nilai dari seluruh sifat fisik yang diuji pada setiap perlakuan masuk
ke dalam standar yang ditentukan oleh SNI 03-2105-2006 dan JIS A 5908 2003.
Data menunjukkan bahwa papan partikel berbahan dasar bambu petung merupakan
papan yang masuk dalam kualias SNI dan baik digunakan ditinjau dari sifat
fisiknya. Meskipun, begitu untuk uji nilai keteguhan rekat internal, papan partikel
dengan jumlah perekat 10% tidak memenuhi standar industri papan partikel
Bowyer JL, Shmulky, HaygreenJG. 2003. Forest products and wood science an
introduction. Fourth Edition. Iowa: IowaState University Press
Brown, H.P., A.J. Panshin, and C.C. Forsaith. 1952. Text Book of Wood
Technology, Vol II, MC Graw-Hill Book Co. New York
Fauziah, Dwiria, W., & Boni, P. L. (2014). Analisis Sifat Fisik dan Mekanik Papan
Partikel Berbahan Dasar Sekam Padi. POSITRON, IV (2), 60-63.
Haygreen Jg Dan Bowyer Jl. 1989. Hasil Hutan Dan Ilmu Kayu. Terjemahan.
Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Kollman, F.F.P., E.W Kwenzi, dan A.J. Stamm. 1975. Principles of Wood Science
and Technology Vol II, Wood Based Materials. Springer Verlay Berlin
Heidelberg. New York.
Maloney, T.M. (1997). Modern Particle Board and Dry Process Filberboard
Manufacturing. Miller Freeman Publ. USA
Sulastiningsih, I. M., Indrawan, D. A., Balfas, J., Santoso, A., & Iskandar, M. I.
(2017). Sifat fisis dan mekanis papan untai berarah dari bambu tali
(Gigantochloa apus (JA & JH Schultes) Kurz). Jurnal Penelitian Hasil
Hutan, 35(3), 197-209
VIII. LAMPIRAN
IX. KESAN DAN PESAN
a. Kesan
Kesan yang saya rasakan saat pelaksanaan praktikum komposit yaitu lebih
memahami dan mengerti mengnai cara pembuatan papan partikel. Serta
dalam pelaksanaan praktikum juga dijelaskan lebih detail mengenai
komposit. Praktikum komposit membantu saya memahami leih lanjut
mengenai mata kuliah Pengolahan Sekunder Kayu.
b. Pesan
Pesan untuk pelaksanaan praktikum PSK HHNK terutama pada praktikum
Komposit adalah untuk lebih detail lagi dalam menjelaskan. Serta dalam
pelaksanaan praktikum alangkah lebih baik praktikan bisa melihat langsung
proses pembuatan papan partikel dari awal sampai akhir agar dapat lebih
memahami pembutan papan partikel dengan baik