Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGOLAHAN SEKUNDER KAYU DAN

HASIL HUTAN NON KAYU

ACARA : PEMBUATAN DAN PENGUJIAN PAPAN PARTIKEL

Disusun oleh:

Nama : Dyah Ayu Lailatul Fitria

NIM : 21/482146/KT/09703

Kelompok : 21

Coass : Salsabila Nareswari

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2023
PEMBUATAN DAN PENGUJIAN PAPAN PARTIKEL

I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum acara ini yaitu:
1. Mengenalkan tahapan pembuatan papan partikel.
2. Mengenalkan cara-cara pengujian sifat fisika papan partikel berdasarkan
standar.

II. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum acara ini yaitu:
1. Bambu Petung
2. Asam Sitrat
3. Cetakan kasuran/ mat
4. Teflon sheet atau plat seng
5. Thickness bar

III. DASAR TEORI

Papan partikel adalah salah satu jenis produk komposit atau panel kayu yang
terbuat dari partikel – partikel kayu atau bahan – bahan yang berligno selulosa lainnya,
yang diikat dengan perekat atau bahan pengikat lain kemudian dikempa panas (Maloney,
1993 dalam Septiari dan Kartowarsono, 2017). Ada tiga ciri utama papan yang
menentukan sifat – sifat papan yaitu (i) species dan bentuk partikel (ii) kerapatan dan (iii)
kandungan resin dan penyebarannya. Kerapatan papan partikel merupakan faktor penting
yang banyak digunakan sebagai pedoman dalam memperoleh gambaran tentang kekuatan
papan yang diinginkan (Slamet, 2013). Secara umum, pembuatan papan partikel
menggunakan bahan yang mengandung hemiselulosa, selulosa, dan lignin (Haygreen dan
Bowyer, 1989). Keunggulan dari papan partikel adalah bahan baku utamanya berasal dari
serat alam yang bisa diperoleh dari limbah lingkungan dan dapat dibuat dengan proses
yang relatif murah. Keunggulan lainnya papan partikel bebas mata kayu, tidak mudah
pecah, tidak mudah retak, ukuran dan kerapatan dapat disesuaikan dengan kebutuhan,
tebal dan kerapatannya seragam serta mudah dikerjakan (Maloney 1993) Perkembangan
papan partikel dengan memanfaatkan limbah serat alam, dapat digunakan sebagai bahan
alternatif pembuatan perabotan rumah tangga seperti lemari, meja, perabotan (furniture
interior) dan lainnya (Fitra dkk, 2019). Kelemahan papan partikel adalah stabilitas
dimensinya yang rendah (Fauziah dkk., 2014).

Menurut Maloney (1977) dalam Sudiryanto (2015), faktor-faktor yang


mempengaruhi sifat papan partikel adalah jenis kayu yang digunakan, jenis dan jumlah
perekat, kadar air mat dan distribusinya, kerapatan papan, bahan tambahan, profil
kerapatan, pelapisan menurut ukuran partikel dan kesejajaran partikel. Faktor yang
mempengaruhi mutu papan partikel salah satunya yaitu suhu kempa. Suhu kempa yang
semakin tinggi akan meningkatkan sifat fisis mekanis papan partikel yang dihasilkannya,
karena semakin tinggi panas yang diberikan akan menghasilkan daya rekat yang tinggi.
Hal tersebut karena reaksi kondensasi akan dapat berlangsung efektif. Hal ini juga
berkaitan dengan teori perekatan yang peka terhadap pengaruh panas. Semakin tinggi
suhu, maka kadar air papan partikel yang dihasilkan akan semakin menurun dan nilai
kerapatannya akan bertambah.

Semakin tinggi suhu kempa yang diberikan pada kempa panas cenderung semakin
meningkatkan kerapatan papan partikel. Pada suhu rendah, perekat kurang matang
sempurna sehingga menyebabkan kerapatan papan partikel cenderung lebih rendah.
Sebaliknya pada suhu tinggi, perekat akan matang secara sempurna sehingga proses
perekatan berjalan dengan baik dan kerapatan papan partikel yang dihasilkan juga
semakin tinggi. Secara umum, semakin tinggi suhu kempa dan semakin lama waktu
kempa akan menghasilkan nilai daya serap air yang semakin menurun. Peningkatan suhu
kempa menghasilkan nilai pengembangan tebal lebih rendah. Hal ini didasarkan oleh
indikasi bahwa peningkatan suhu kempa dapat meningkatkan kestabilan dimensi papan
sehingga dapat meminimalisir terjadinya pengembangan tebal papan. Pengembangan
tebal papan yaitu maksimal sebesar 12%. Daya serap air tidak dipersyaratkan.
Penggunaan bahan aditif pada daya serap air mengakibatkan terjadinya penurunan daya
serap air. Dengan adanya kehadiran DCP maka akan membentuk reaksi dengan gugus
OH (Maloney, 1997). Keteguhan Rekat Internal dipengarui oleh kadar perekat. Semakin
tinggi kadar perekat semakin tinggi pula nilai keteguhan rekat internal papan partikel. Hal
ini dikarenakan semakin banyak perekat, semakin baik ikatan antar partikel yang terjadi
pada papan partikel bambu yang dihasilkan (Sulastiningsih dkk, 2006).
IV. CARA KERA
Adapun cara kerja pada praktikum acara komposit adalah sebagai berikut.
1. Pembuatan papan partikel
Adapun cara kerja pembuatan papan partikel adalah sebagai berikut.

Pada praktikum kali ini bahan untuk membuat papan partikel dipersiapkan,
bahan tersebut bisa berasal dari limbah industri penggerjajian, partikel dapat
dipisahkan berdasarkan ukuran yang dibutuhkan. Bahan yang akan digunakan
dikeringkan dibawah sinar matahari sampai kadar air partikel mencapai kadar
air kering udara atau sesuai dengan kadar air yang diisyaratkan untuk jenis
perekat yang digunakan. Selama proses pengeringan ini, usahakan agar partikel
tidak terkontaminasi oleh bahan-bahan lain yang bisa mempengaruhi sifat papan
yang akan dibuat. Lalu menentukan target kerapatan dan dimensi papan partikel
yang akan dibuat. Perhitungkan jumlah kebutuhan partikel dengan mengalikan
target kerapatan dan volume yang akan dibuat. Dipersiapkan adonan perekat
yang akan digunakan. Perhitungkan jumlah perekat yang dibutuhkan untuk
membuat papan partikel.
Selanjutnya, pecamuran perekat dan partikel dengan metode penyemprotan
yang diselingi dengan pengadukan agar perekat dapat merata pada setiap
partikel. Selanjutnya dilakukan pembuatan kasuran dengan menuangkan partikel
dalam cetakan mat (forming box) yang diberi alas berupa teflon sheet atau plat
seng yang dilapisi dengan alumunium foil. Usahakan agar ketinggian partikel
dalam cetakan relatif sama agar distribusi kerapatan papan partikel yang
dihasilkan dapat merata. kasuran yang telah dibuat diletakkan dalam mesin
kempa. Untuk mencapat target tebal yang diinginkan, letakkan thickness bar
disisi kiri dan kanan kasuran. Lakukan pengempaan papan partikel pada suhu
yang telah ditentukan atau suhu menurut katalog untuk jenis perekat yang
digunakan. Atur tekanan dan waktu pengempaan sesuai dengan kebutuhan.
Dalam praktikum ini, waktu pengempaan untuk papan partikel dengan
menggunakan perekat adalah 10 menit.
Papan partikel yang sudah dibuat dikondisikan selama kurang lebih 7-10
hari dalam kondisi suhu ruangan sebelum dilakukan pemotongan contoh uji.
Penyimpanan sampel diatursedemikian rupa sehingga udara bisa bebas mengalir
disela-sela sampel (tidak menumpuk rapat). Setelah pengkondisian sampai
mencapai kadar air kering udara, papan yang telah dibuat kemudian dipotong
sesuai dengan standar JIS A 5908 untuk pengujian sifat fisika dan mekanikanya.

2. Pengujian papan partikel


Adapun cara kerja pengujian papan partikel yaitu :

a. Uji kerapatan
Pengujian dilakukan terhadap contoh uji berukuran 5 cm x 5 cm (standar JIS
A 5908 yang dimodifikasi) dengan tebal sesuai tebal papan partikel yang
terbentuk. Panjang, lebar, dan ketebalan diukur pada tempat tertentu dengan
ketelitian 0,01 mm (panjang dan lebar) dan 0,05mm (tebal). Volume contoh
uji ditentukan dari nilai rata-rata panjang, lebar, dan tebal contoh uji.
Kemudian timbang berat dari contoh uji dengan ketelitian 0,1 g, dan dihitung
kerapatannya dengan ketelitian 0,1 g/cm3.

b. Uji pengembangan tebal dan penyerapan air


Pengujian dilakukan terhadap contoh uji berukuran 5 cm x 5 cm dengan tebal
sesuai tebal papan partikel yang terbentuk. Besarnya pengembangan tebal dan
penyerapan air dinyatakan dalam persen dari berat dan tebal contoh uji mula-
mula. Contoh uji ditimbang beratnya dan diukur dimensi tebal pada posisi
ditengah-tengah. Selanjutnya contoh uji direndam dalam air pada suhu 20oC
selama 24 jam, dengan posisi horisontal kira-kira 3 cm dibawah permukaan
air. Contoh uji kemudian dikeluarkan, ditiriskan dan ditimbang berat serta
diukur dimensi tebal pada posisi yang sama dengan sebelumnya.

c. Keteguhan rekat internal


Pengujian dilakukan pada contoh uji berukuran 5 cm x 5 cm dengan tebal
sesuai dengan tebal papan partikel yang terbentuk. Contoh uji direkatkan pada
dua besi bertakik di kedua permukaannya menggunakan perekat epoksi (resin
: hardener = 1 : 1) sehingga letak contoh uji berada di tengah dan diapit oleh
2 takik besi (seperti sandwich). Pengujian keteguhan rekat internal dilakukan
dengan meletakkan besi bertakik pada pengait bagian atas dan bagian bawah
alat uji universal testing machine (UTM) dan kemudian dilakukan penarikan
pada pengait bagian atas dengan kecepatan 2 mm/menit hingga contoh uji
rusak/terbelah di tengah. Beban maksimal yang digunakan untuk merusak
contoh uji dicatat.

V. HASIL DAN CONTOH PERHITUNGAN


Berikut adalah data pada praktikum acara ini:
a. Persiapan Bahan Baku Partikel dan Perekat
Jenis perekat = Asam Sitrat
Persen perekat = 20%
Partikel yang digunakan = Bambu Petung
Kerapatan yang diinginkan = 0,8 gr/cm3
Luas papan = 25 × 25 × 1
Pelarut untuk perekat = Air (H2O)
Kelarutan perekat dengan pelarut =1:1
Dimensi papan = 650 cm3
kebutuhan bahan total (KBT) = 500 g
Kebutuhan papan = 0,8 × 635 cm3 = 500 gr
Bahan baku = (100/120) × 500gr = 416,66 gr
Berat perekat = (20/120) × 500 = 83,33 gr
Berat Partikel = (100/120) × 500 = 416,66 gr
Bahan Pelarut = Pelarut/perekat × Bahan Perekat
= 40/60 × 83,33gr
= 55,55gr

b. Tabel Tallysheet Hasil Pengujian


Perla- Panjang (cm) Lebar (cm) Tebal (cm)
U V (cm³) B (g) K (g/cm³)
kuan P1 P2 Rata2 L1 L2 Rata2 T1 T2 T3 T4 Rata2
Jumlah 1 4.987 4.943 4.965 5.019 5.033 5.026 1.040 1.015 1.049 1.063 1.042 25.996 20.985 0.807
Perekat 2 5.011 5.040 5.026 5.083 5.026 5.055 0.987 1.118 0.993 0.989 1.022 25.954 20.207 0.779
10% 3 5.165 5.098 5.132 5.065 5.024 5.045 0.983 0.983 0.994 0.970 0.983 25.433 19.954 0.785
4 4.892 4.968 4.930 5.032 5.029 5.031 1.003 1.013 1.023 1.009 1.012 25.098 20.417 0.813
5 5.012 4.971 4.992 4.992 5.013 5.003 1.034 1.043 0.987 1.118 1.046 26.106 20.021 0.767
6 5.082 5.156 5.119 5.048 5.104 5.076 0.991 0.994 0.989 0.985 0.990 25.718 19.885 0.773
Rata-rata K (g/cm³) 0.787
Jumlah Perekat 1 5.124 5.118 5.121 4.981 5.031 5.006 0.991 1.000 0.989 0.972 0.988 25.328 20.592 0.813
20% 2 5.150 5.176 5.163 5.060 5.082 5.071 1.013 1.029 1.077 1.043 1.041 27.242 21.992 0.807
3 5.068 5.058 5.063 5.009 4.990 5.000 0.995 1.007 1.015 1.005 1.006 25.452 20.718 0.814
4 4.940 5.042 4.991 5.068 5.005 5.037 1.021 1.029 1.023 1.006 1.020 25.634 20.912 0.816
5 5.097 5.083 5.090 5.113 5.028 5.071 1.014 0.993 0.931 0.987 0.981 25.325 20.496 0.809
6 5.111 5.023 5.067 5.024 4.980 5.002 0.983 1.016 1.000 0.989 0.997 25.269 20.293 0.803
Rata-rata K (g/cm³) 0.810

Contoh Perhitungan Kerapatan

• Volume rata rata ulangan 1 = P rata rata × L rata rata × T rata rata
= 4,965 × 5,026 ×1,042

= 25,996 cm3
• Kerapatan ulangan 1 = V/B
= 25.996 / 20.985

= 0,807 gr/ cm3

• Rata rata K pada perekat 10% = (K1+K2+K3+K4+K5+K6)/6

= (0.807+0.779+0.785+0,813+0.767+0.773)/6

= 0,787 gr/ cm3

• Rata rata K pada perekat 20% = (K1+K2+K3+K4+K5+K6)/6

= (0.807+0.814+0.816+0.809+0,803+0.803)/6

= 0,810 gr/ cm3

c. Tabel Pengembangan Tebal (PT) Papan Partikel

Pengembangan
Perlakuan Ulangan Tebal Awal (cm) Tebal Akhir (cm)
Tebal (%)
Jumlah 1 1.012 1.247 23.221
Perekat 2 0.96 1.172 22.083
10% 3 1.039 1.239 19.249
4 1.037 1.282 23.626
5 1.072 1.3 21.269
6 0.982 1.189 21.079
Rata-rata Pengembangan Tebal (%) 21.755
Jumlah 1 0.982 1.09 10.998
Perekat 2 1.012 1.132 11.858
20% 3 0.992 1.091 9.980
4 1.022 1.155 13.014
5 0.992 1.101 10.988
6 0.983 1.101 12.004
Rata-rata Pengembangan Tebal (%) 11.474

Perhitungan Pengembangan Tebal (PT)

• PT (%) Ulangan 1 = (Tb-Ta)/Ta × 100%

= (1.247-1.012)/1.012 × 100%

= 23.221%

• Rata rata PT pada perekat 10%

= (PT 1 + PT 2 + PT 3+PT 4+PT 5+PT 6) / 6


= (23.221 +22.083 + 19.249 + 23.626+ 21.269 + 21.079) / 6

= 21.755%

• Rata rata PT pada perekat 20%

= (PT 1 + PT 2 + PT 3+PT 4+PT 5+PT 6) / 6

= (10.998 + 11.858 + 9.980 + 13.014 + 10.98 + 12.004) / 6

= 11.4174%

d. Tabel Keteguhan Rekat Internal Papan Partikel


Keteguhan
Panjang (cm) Lebar (cm) Luas Rekat
Perlakuan Ulangan Beban (N)
(cm2) Internal
P1 P2 Rata2 L1 L2 Rata2 (N/mm2)
Jumlah 1 489.512 5.211 5.251 5.231 5.168 5.11 5.139 26.882 0.182
Perekat 2 489.652 5.198 5.132 5.165 5.234 5.194 5.214 26.930 0.182
10% 3 490.512 5.003 4.943 4.973 5.127 5.042 5.0845 25.285 0.194
4 479.342 5.1 5.098 5.099 5.214 5.176 5.195 26.489 0.181
5 460.902 5.019 5.003 5.011 5.02 5.062 5.041 25.260 0.182
6 491.762 5.141 5.219 5.18 5.214 5.168 5.191 26.889 0.183
2 0.184
Rata-rata keteguhan rekat internal (N/mm )
Jumlah 1 915.202 5.01 5.078 5.044 5.055 5.073 5.064 25.543 0.358
Perekat 2 900.892 5.069 5.062 5.066 5.102 5.073 5.088 25.771 0.350
20% 3 780.052 5.131 5.101 5.116 5.072 5.06 5.066 25.918 0.301
4 789.992 5.017 5.001 5.009 5.018 5.022 5.020 25.145 0.314
5 842.182 5.035 5.007 5.021 5.008 5.173 5.091 25.559 0.329
6 890.492 5.109 5.062 5.086 5.262 5.262 26.760 0.333
Rata-rata keteguhan rekat internal (N/mm2) 0.331

Keteguhan rekat internal


• Luas rata rata ulangan 1 = P rata rata × L rata rata
= 5.231 × 5.139
= 26.882 mm2
• Keteguhan rekat internal ulangan 1 = Beban/Luas
= 489.512 / 26.882
= 0,182 N/mm2

• Rata rata keteguhan rekat internal 10%

= (0,182 + 0,182 + 0,194+ 0,181 + 0,182+ 0,183)


= 0,184 N/mm2
• Rata rata keteguhan rekat internal 20%

= (0,358 + 0,350 + 0,301+ 0,314 + 0,329 +0,333)/6


= 0,331 N/mm2

VI. PEMBAHASAN

Produk komposit merupakan produk hasil penggabungan beberapa unsur atau


elemen dengan menggunakan perekat. Elemen penyusun produk komposit bervariasi
dalam ukuran dan bentuk, meliputi serat, partikel, selumbar, venir, lamina atau
papan. Pengembangan produk komposit memiliki beberapa kelebihan, antara lain
memanfaatkan kayu berdiameter kecil, memanfaatkan limbah dari industri
pengolahan kayu, mendapatkan komponen yang lebih seragam, menghasilkan
produk yang lebih kuat dibandingkan dengan kayu aslinya dan produk yang lebih
beragam bentuknya (Stark dkk., 2010 dalam Trisatya dan Sulastiningsih, 2019).
Produk komposit yang menggunakan partikel sebagai elemen penyusunnya disebut
papan partikel.

Pada prakikum komposit kali ini, dilakukan kegiatan pembuatan dan pengujian
papan partikel. Untuk kerapatan papan partikel merupakan perbandingan antara berat
dengan volume yang menunjukkan kekompakan partikel-partikel dalam lembaran
papan yang dibentuk. Kerapatan papan merupakan faktor penting yang
mempengaruhi sifat-sifat papan partikel. Kerapatan papan umumnya dapat
meningkatkan kekuatan papan. Distribusi kerapatan pada bidang tebal panel
komposit, secara khas ditunjukkan oleh kerapatan permukaan papan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan bagian tengah papan. Nilai kerapatan papan dipengaruhi
oleh berat jenis bahan yang digunakan, jumlah partikel kayu dalam papan, kadar
perekat, dan besarnya tekanan kempa yang diberikan. Semakin tinggi suhu
pengempaan, maka akan menyebabkan perekat dapat bereaksi dengan sangat baik
dan tidak berubah sampai papan partikel kering. Karena dalam prinsipnya faktor
paling menentukan dalam pembuatan papan partikel adalah perekatnya (Bowyer et
al, 2003). Semakin tinggi konsentrasi perekat semakin tinggi pula kerapatan papan
partikel yang dihasilkan. Kerapatan juga akan menurun bila komposisi partikel yang
rendah dan rongga yang banyak diisi oleh perekat hingga membuat papan memiliki
berat yang kecil dibandingkan dengan volume papan partikel itu.

Suatu struktur dianggap gagal apabila struktur tersebut tidak dapat berfungsi lagi
dengan sempurna. Pada sebuah struktur pembebanan yang kecil mungkin hanya
berakibat terjadinya deformasi yang kecil, namun pada struktur yang lain sudah
mengakibatkan kegagalan. Hal tesebut terjadi karena perbedaan sifat mekanik tiap-
tiap bahan pada komposit yang terdiri dari dua komponen uatma kegagalan bisa
dimulai dari salah satu komponen atau keduanya (Hull D, 1981). Kegagalan yang
dapat terjadi yaitu: 1. Kepatahan pada serat (Fiber Breaking). 2. Lepasnya serat dari
matrik (Fiber Pull-Out atau Debonding). 3. Retak mikro pada matrik (Matrik
Mikrocracking). 4. Terlepasnya lamina dari laminate (delimination).

Pada praktikum ini, pengamatan kerapatan dilakukan dengan dua perlakuan


yakni dengan bahan perekat 10% dan 20%. Perlakuan dibuat enam kali ulangan. Pada
perlakuan penambahan perekat berjumlah 10% didapatkan kerapatan papan partikel
rata – rata sebesar 0.787 gr/cm3. Sedangkan Pada perlakuan penambahan perekat
berjumlah 20% didapatkan kerapatan papan partikel rata – rata sebesar 0.810 gr/cm3.
Hal ini menunjukan bahwa papan partikel dari praktikum ini memiliki nilai kerapatan
yang sesuai atau bisa juga disebut tinggi, karena berdasarkan SNI kerapatan papan
partikel berkisar antara 0,40 – 0,90 gr/cm3. Untuk pengujian selanjutnya, yaitu
pengujian pengembangan tebal papan partikel. Sifat pengembangan tebal papan
partikel merupakan salah satu sifat fisis yang akan menentukan suatu papan komposit
yang digunakan untuk keperluan interior dan eksterior. Apabila pengembangan tebal
suatu papan komposit tinggi berarti stabilitas dimensi produk tersebut rendah,
sehingga produk tersebut tidak dapat digunakan untuk keperluan eksterior dan sifat
mekanisnya akan menurun dalam jangka waktu yang tidak lama (Maloney, 1997).
Pada pengujian pengembangan tebal juga diberikan perlakuan yang sama yakni
penambahan jumlah perekat 10 % pada perekat dilakukan enam kali pengulangan,
pengujian selanjutnya menghasilkan nilai pengembangan tebal rata – rata sebesar
21,755 % pada perlakuan penambahan perekat 10% dan 11,474% pada perlakuan
penambahan perekat 20%. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Sutigno (1994)
bahwa komposisi perekat berpengaruh terhadap pengembangan tebal papan partikel.
Semakin tinggi komposisi perekat, pengembangan tebal papan partikel cenderung
menurun. Berdasarkan data, nilai rata-rata konsentrasi perekat dengan jumlah 10%
tidak memenuhi standar SNI, sedangkan papan partikel dengan konsentrasi perekat
20% hasilnya memenuhi standar SNI.03-2105-2006 yaitu maksimum 12%. Faktor
yang berpengaruh terhadap pengembangan tebal yaitu sifat dari bahan yang
digunakan untuk membuat papan partikel. Ukuran partikel kasar memiliki nilai
pengembangan tebal lebih kecil dibandingkan dengan papan partikel dengan partikel
halus. Hal ini diduga bahwa ukuran partikel halus memerlukan jumlah partikel yang
lebih banyak dibandingkan papan partikel menggunakan partikel kasar dengan berat
partikel sama. Banyaknya jumlah partikel yang digunakan dapat mempengaruhi nilai
pengembangan tebal suatu papan karena semakin banyak partikel yang digunakan
maka semakin besar potensi papan untuk menyerap air dan pengembangan tebalnya
juga akan semakin meningkat. Penambahan konsentrasi perekat juga dapat
menurunkan nilai pengembangan tebal papan partikel yang dihasilkan (Dirhamsyah
dkk., 2015).

Pengujian selanjutnya adalah penyerapan air papan partikel. Kadar air adalah
banyaknya jumlah air pada kayu atau produk kayu. Kualitas kayu yang baik yaitu
kadar air yang terdapat pada kayu sangat kecil. Pengujian penyerapan air juga
dilakukan dengan perlakuan penambahan bahan perekat sebanyak 10% dan perekat
sebanyak 20% serta dilakukan 6 kali pengulangan. Pada praktikum yang dilakukan,
didapatkan nilai rata – rata penyerapan air pada papan partikel yang diberi perekat
10% sebesar 68,122 % dan pada papan partikel yang diberi perekat 20% sebesar
53,698%. Semakin besar kadar perekat yang digunakan maka semakin kecil kadar
air pada papan partikel. Daya serap air tidak dipersyaratkan. Faktor yang
mempengaruhi penyerapan air antara lain waktu pengempaan, kerapatan partikel,
dan kadar perekat. Menurut Brown et al. (1952) bahwa kayu dengan kerapatan
rendah pada umumnya mempunyai daya penyerapan yang tinggi apabila
dibandingkan dengan kayu yang berkerapatan tinggi. Pengaruh penambahan kadar
perekat juga berpengaruh terhadap penurunan daya serap air papan partikel. waktu
perendaman juga berpengaruh terhadap penyerapan air, daya serap air meningkat
dengan semakin lama perendaman. Hal ini disebabkan oleh air yang masuk mengisi
rongga dan dinding sel kayu semakin banyak seiring dengan lamanya proses
perendaman.
Pengujian terakhir pada praktikum ini adalah pengujian keteguhan rekat
interal papan partikel. Seperti pengujian yang lainnya, pengujian ini juga dilakukan
dengan perlkuan penambahan bahan perekat sebanyak 10% dan perekat sebanyak
20% serta dilakukan 6 kali pengulangan. Pada praktikum ini, nilai keteguhan rekat
papan partikel yang didapatkan pada perlakuan perekat 10% sebesar 0,184 N/mm²
dan pada perlakuan perekat 20% sebesar 0,331 N/mm². Keteguhan Rekat Internal
dipengarui oleh kadar perekat. Semakin tinggi kadar perekat semakin tinggi pula nilai
keteguhan rekat internal papan partikel. Hal ini dikarenakan semakin banyak perekat,
semakin baik ikatan antar partikel yang terjadi pada papan partikel bambu yang
dihasilkan (Sulastiningsih dkk, 2006).

Tahapan pembuatan partikel dilakukan dengan penyiapan alat dan bahan


(partikel dari limbah industri penggergajian). Kemudian partikel dikeringkan di
bawah sinar matahari hingga mencapai kadar air yang sesuai dengan perekat yang
akan digunakan. Partikel kemudian ditentukan target kerapatan dan dimensi yang
akan dibuat. Jumlah kebutuhan partikel kemudian dihitung. Bahan perekat kemudian
disiapkan dan dicampurkan dengan partikel dengan metode penyemprotan yang
diselingi dengan pengadukan. Kemudian partikel dituang dalam cetakan mat untuk
membuat kasuran. Kasuran tersebut kemudian dikempa selama 10 menit. Papan
partikel kemudian dikondisikan selama 7 – 10 hari dalam suhu ruangan kemudian
dilakukan pemotongan sesuai ketentuan untuk pembuatan contoh uji (JIS A 5908).
Dalam pembuatan papan partikel, faktor-faktor yang harus diperhatikan karena
berpengaruh terhadap sifat dan kekuatan papan partikel tersebut adalah jenis bahan,
tipe dan ukuran partikel, penyebaran partikel, jenis dan jumlah perekat, kerapatan
papan partikel, kadar air partikel dan perekatan partikel serta proses pembuatannya
(Kollman et al. 1975). Jenis perekat yang umum digunakan dalam pembuatannya
adalah perekat sintetis berbasis formaldehida, salah satunya adalah urea
formaldehida. Selain sifat dan kekuatan papan partikel, sifat ketahanan dan
keawetannya juga perlu diperhatikan agar memberikan umur pakai yang lebih lama
dari produk ini. Usaha peningkatan keawetan papan partikel telah banyak dilakukan
melalui pengawetan bahan baku kayunya, penambahan bahan pengawet pada
perekat, maupun pengawetan papan partikel yang sudah jadi. Alternatif bahan
pengawet yang dapat digunakan yaitu bahan pengawet yang beracun terhadap
organisme perusak kayu namun bersifat ramah terhadap lingkungan seperti asap cair.
Penggunaan asap cair sebagai bahan pengawet pada kayu solid sebelumnya telah
banyak digunakan. Sementara itu, penelitian mengenai pengawetan papan partikel
menggunakan bahan pengawet ini masih jarang dilakukan.

VII. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum ini yaitu:

1. Dalam pembuatan papan partikel, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan, di
antaranya adalah persiapan bahan baku partikel dan kondisi bahan baku, persiapan
perekat dan informasi perekat, serta tahapan pembuatan dan kondisi pengempaan
persiapan partikel. Pada kegiatan praktikum, bahan yang digunakan adalah bambu
petung. Perekat yang digunakan yaitu asam sitrat dengan jumlah sebesar 10% dan
20%.

2. Sifat fisik yang diuji di antaranya adalah kerapatan, pengembangan tebal, dan
penyerapan air. Nilai dari seluruh sifat fisik yang diuji pada setiap perlakuan masuk
ke dalam standar yang ditentukan oleh SNI 03-2105-2006 dan JIS A 5908 2003.
Data menunjukkan bahwa papan partikel berbahan dasar bambu petung merupakan
papan yang masuk dalam kualias SNI dan baik digunakan ditinjau dari sifat
fisiknya. Meskipun, begitu untuk uji nilai keteguhan rekat internal, papan partikel
dengan jumlah perekat 10% tidak memenuhi standar industri papan partikel

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Bowyer JL, Shmulky, HaygreenJG. 2003. Forest products and wood science an
introduction. Fourth Edition. Iowa: IowaState University Press

Brown, H.P., A.J. Panshin, and C.C. Forsaith. 1952. Text Book of Wood
Technology, Vol II, MC Graw-Hill Book Co. New York

Dirhamsyah., Daeng Maulana., Dan Dina Setyawati. 2016. Karakteristik Papan


Partikel dari Batang Pandan Mengkuang (Pandanus Atrocarpus Griff)
Berdasarkan Ukuran Partikel dan Konsentrasi Ureaformaldehida. Jurnal
Hutan Lestari vol 3 (2)

Fauziah, Dwiria, W., & Boni, P. L. (2014). Analisis Sifat Fisik dan Mekanik Papan
Partikel Berbahan Dasar Sekam Padi. POSITRON, IV (2), 60-63.

Fitra, Fajar., Hendri Nurdin., Hasanuddin., Waskito.2019. Karakteristik Papan


Partikel Berbahan Baku Serat Pinang. Journal Of Multidicsiplinary
Research And Development. Volume Issue 4 : 1029-1036

Haygreen Jg Dan Bowyer Jl. 1989. Hasil Hutan Dan Ilmu Kayu. Terjemahan.
Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Hull, D. 1981. An introduction to composite materials. Cambridge: Cambridge


University Press.

Kollman, F.F.P., E.W Kwenzi, dan A.J. Stamm. 1975. Principles of Wood Science
and Technology Vol II, Wood Based Materials. Springer Verlay Berlin
Heidelberg. New York.

Maloney, T. M. 1993. Modern Particle and Dry Process Fiberboard Manufacturing.


San Fransisco : Miller Fremann Inc.

Maloney, T.M. (1997). Modern Particle Board and Dry Process Filberboard
Manufacturing. Miller Freeman Publ. USA

Sulastiningsih, I. M., Indrawan, D. A., Balfas, J., Santoso, A., & Iskandar, M. I.
(2017). Sifat fisis dan mekanis papan untai berarah dari bambu tali
(Gigantochloa apus (JA & JH Schultes) Kurz). Jurnal Penelitian Hasil
Hutan, 35(3), 197-209

Sulastiningsih, I. M. Novitasari, Agus Turoso. (2006). Pengaruh Kadar Perekat


Terhadap Sifat Papan Partikel Bambu. Jurnal Penelitian Hasil Hutan,
24(1): 1-8

Sutigno, P. 1994. Teknologi Papan Partikel. Pusat Penelitian dan Pengembangan


Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan. Bogor
Septiari, I. A. P. W., & Kartowasono, N. 2017. Pembuatan Papan Partikel dari
Limbah Plastik Polyprophylene (PP) dan Tangkai Bambu. Jurnal
Pendidikan Kimia Undiksha, 1(1).

Slamet, S. 2013. Karakterisasi Komposit Dari Serbuk Gergaji Kayu (Sawdust)


Dengan Proses Hotpress Sebagai Bahan Baku Papan Partikel. Prosiding
SNST Fakultas Teknik, 1(1).

VIII. LAMPIRAN
IX. KESAN DAN PESAN

Kesan dan pesan dalam pelaksanaan praktikum komposit adalah :

a. Kesan
Kesan yang saya rasakan saat pelaksanaan praktikum komposit yaitu lebih
memahami dan mengerti mengnai cara pembuatan papan partikel. Serta
dalam pelaksanaan praktikum juga dijelaskan lebih detail mengenai
komposit. Praktikum komposit membantu saya memahami leih lanjut
mengenai mata kuliah Pengolahan Sekunder Kayu.

b. Pesan
Pesan untuk pelaksanaan praktikum PSK HHNK terutama pada praktikum
Komposit adalah untuk lebih detail lagi dalam menjelaskan. Serta dalam
pelaksanaan praktikum alangkah lebih baik praktikan bisa melihat langsung
proses pembuatan papan partikel dari awal sampai akhir agar dapat lebih
memahami pembutan papan partikel dengan baik

Anda mungkin juga menyukai