Anda di halaman 1dari 5

PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

KECAMATAN BULELENG
KELURAHAN BANJAR TEGAL
JALAN PARIKESIT NOMOR 131 – TELP. (0362) 22683
SINGARAJA – BALI

LAPORAN TENTANG
PELAKSANAAN KESEKRETARIATAN BENDAHARA PENGELUARAN PEMBANTU
DI KELURAHAN BANJAR TEGAL
BULAN SEPTEMBER 2023

A. Pendahuluan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan


Daerah, pada pasal 1 ayat (2) menyebutkan bahwa: “pengelolaan keuangan adalah keseluruhan
kegiatan yang meliputi perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah”.
Menurut PMK Nomor 162/PMK.05/2013, Bendahara Pengeluaran adalah orang yang
ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara dalam pelaksanaan APBN dan
APBD pada Kantor/Satker Kementerian Negara/Lembaga. Sehingga secara peran Bendahara
Pengeluaran memiliki peran yang sangat penting dalam suatu kantor. Tanpa adanya Bendahara
Pengeluaran pelaksanaan APBN dan APBD memiliki potensi besar dalam menemukan hambatan.
Pada strata kewilayahan daerah seperti Kelurahan, pegawai yang ditunjuk sebagai
Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) tidak boleh merangkap sebagai Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), dan Pejabat Penandatanganan Surat Perintah
Membayar (PPSPM).
Secara fungsional Bendahara Pengeluaran Pembantu bertanggung jawab kepada Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA) dan secara pribadi bertanggung jawab atas seluruh uang atau surat
berharga yang dikelola dalam rangka pelaksanaan APBD. Jenis-jenis uang/surat berharga yang
menjadi tanggung jawab Bendahara Pengeluaran meliputi:
1. Uang Persediaan
2. Uang yang berasal dari Kas Daerah melalui SPM LS Bendahara
3. Uang yang berasal dari potongan atas pembayaran yang dilakukannya sehubungan dengan
fungsi bendahara selaku wajib pungut
4. Uang dari sumber lainnya yang menjadi hak pemerintah, dan
5. Uang lainnya yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan boleh dikelola oleh
Bendahara.
Seluruh jenis-jenis uang/surat berharga di atas harus ditatausahakan oleh Bendahara
Pengeluaran Pembantu. Untuk memperlancar pelaksanaan APBD, Bendahara Pengeluaran
Pembantu dapat menerima Uang Persediaan (UP) atau Tambahan Uang Persediaan (TUP) dari
Kuasa Pengguna Anggaran. Uang Persediaan ini, nantinya akan digunakan oleh Bendahara
Pengeluaran Pembantu untuk melakukan pembayaran pada kegiatan operasional kantor sehari-hari.
Namun pembayaran baru dapat dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu setelah menerima
Surat Perintah Bayar (SPB) dari PPK atas nama KPA. Sebelum melakukan pembayaran Bendahara
Pengeluaran Pembantu juga wajib melakukan pengujian atas SPB, meliputi kelengkapan perintah
pembayaran yang diterbitkan oleh PPK, kebenaran atas hak tagih, kesesuaian pencapaian keluaran
antara spesifikasi teknis yang disebutkan dalam penerimaan barang/jasa dan spesifikasi teksnis
yang disebutkan dalam dokumen perjanjian/kontrak, dan ketepatan penggunaan kode mata
anggaran pengeluaran.
Dalam hal pembayaran Uang Persediaan atas SPB yang diterima oleh Bendahara
Pengeluaran Pembantu terdapat perhitungan pajaknya, Bendahara Pengeluaran Pembantu wajib
melakukan potong/pungut pajak atas tagihan dalam SPB. Dan Bendahara Pengeluaran wajib
menyetorkan pajak tersebut ke Kas Negara.
Uang Persediaan yang dikelola oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu, dapat disimpan
dalam rekening Bendahara Pengeluaran atau brankas. Dengan catatan pada setiap akhir hari kerja,
uang tunai di brankas yang berasal dari UP/TUP tidak boleh lebih dari Rp. 50.000.000. Jika
ditemukan uang tunai di brankas lebih dari Rp. 50.000.000, Bendahara Pengeluaran Pembantu
wajib membuat berita acara yang ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu dan PPK.
Selain melakukan pembayaran, Bendahara Pengeluaran Pembantu juga harus melakukan
pembukuan atas seluruh uang/surat berharga yang dikelolanya. Pembukuan dimulai dari Buku Kas
Umum, Buku-Buku Pembantu, dan selanjutnya pada Buku Pengawasan Anggaran. Pembukuan ini
saat ini sudah dilakukan dengan berbasis aplikasi. Setelah melakukan pembukuan pada Apllikasi,
Bendahara Pengeluaran Pembantu melakukan pencetakan Buku Kas Umum dan Buku-Buku
Pembantu paling tidak sebulan sekali pada hari kerja terakhir bulan berkenaan. Dan
menandatangani hasil cetakan tersebut diketahui oleh KPA atau PPK atas nama KPA. Buku
Pembantu Bendahara Pengeluaran paling sedikit terdiri dari Buku Pembantu kas, Buku Pembantu
UP/TUP, Buku Pembantu LS-Bendahara, Buku Pembantu Pajak, dan Buku Pembantu lainnya
sesuai kebutuhan Bendahara Pengeluaran.
Setelah bulan berkenaan berakhir, Bendahara Pengeluaran Pembantu wajib menyusun
Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Bendahara atas uang/surat berharga yang dikelolanya. LPJ
Bendahara tersebut paling sedikit menyajikan informasi sebagai berikut:
1. keadaan pembukuan pada bulan pelaporan, meliputi saldo awal, penambahan, pengurangan, dan
saldo akhir dari Buku-Buku Pembantu
2. keadaan kas pada akhir bulan pelaporan, meliputi uang tunai di brankas dan saldo di rekening
bank/pos
3. hasil rekonsiliasi internal antara pembukuan bendahara
4. penjelasan atas selisih (jika ada), antara saldo buku dan saldo kas.
LPJ Bendahara Pengeluaran Pembantu ini ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran
Pembantu dan KPA atau PPK atas nama KPA. LPJ Bendahara ini wajib disampaikan paling lambat
setiap tanggal 10 (sepuluh) di bulan berikutnya atau hari kerja sebelumnya jika tanggal 10 jatuh
pada hari libur. Penyampaian LPJ Bendahara Pengeluaran Pembantu harus dilampiri dengan:
1. Berita Acara Pemeriksaan Kas dan Rekonsiliasi
2. Salinan rekening koran yang berasal dari Bank
3. Daftar Saldo Rekening
4. Daftar hasil konfirmasi Surat Setoran Penerimaan Negara yang berasal dari KPPN (seksi Bank).

B. Kegiatan yang dilaksanakan


Adapun kegiatan yang telah dilaksanakan selaku Bendahara Pengeluaran Pembantu di
Kelurahan Banjar Tegal, diantaranya adalah:
1. Terlaksananya Pembuatan Laporan Buku Kas Umum (BKU) pada Kelurahan
2. Terlaksananya Pembuatan Laporan SPJ Fungsional pada Kelurahan
3. Terlaksananya Proses Transaksi Non Tunai (Transfer) pada Kelurahan
4. Terlaksananya Pembuatan Laporan Realisasi Sumber Dana pada Kelurahan
5. Terlaksananya Pembuatan Laporan Rekening Koran Bank pada Kelurahan
6. Terlaksananya Penerbitan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) pada Kelurahan

C. Hasil yang dicapai


Dari target SKP yang telah ditentukan, maka hasil pekerjaan yang dicapai selaku
Bendahara Pengeluaran Pembantu di Kelurahan Banjar Tegal, dapat kami laporkan sebagai
berikut:
1. Terlaksananya Pembuatan Laporan Buku Kas Umum (BKU) pada Kelurahan sebanyak
2 laporan dengan saldo GU Rp. 14.829.197,-
2. Terlaksananya Pembuatan Laporan SPJ Fungsional pada Kelurahan sebanyak 1 laporan.
3. Terlaksananya Proses Transaksi Non Tunai (Transfer) pada Kelurahan sebanyak 14
transaksi terdiri dari GU dan LS.
4. Terlaksananya Pembuatan Laporan Realisasi Sumber Dana pada Kelurahan sebanyak 3
laporan.
5. Terlaksananya Pembuatan Laporan Rekening Koran Bank pada Kelurahan sebanyak 1
laporan.
6. Terlaksananya Penerbitan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) pada Kelurahan
sebanyak 1 penerbitan.

D. Simpulan dan Saran


Penatausahaan keuangan di wilayah Kelurahan berkaitan dengan proses pencatatan dan
pengadministrasian. Kepala Kelurahan dalam melaksanakan penatausahaan keuangan harus
menetapkan Bendahara Pengeluaran Pembantu di Kelurahan. Bendahara adalah perangkat
Kelurahan yang ditunjuk oleh Kepala Kelurahan untuk menerima, menyimpan, menyetorkan,
menatausahakan, membayar dan mempertanggungjawabkan keuangan Kelurahan dalam rangka
pelaksanaan APBD.
Fenomena pimpinan OPD yang mengalami kesulitan dalam menemukan personil ASN
untuk ditunjuk dan ditugaskan sebagai Bendahara Pengeluaran Pembantu di Kelurahan sangat
sering ditemukan. Keadaan ini juga berlaku pada penunjukan dan penetapan Pejabat Pelaksana
Teknis Kegiatan (PPTK). Penolakan penunjukan tersebut beranekaragam, mulai dari tidak bisa,
tidak mengerti dan tidak mau mengerti, hingga khawatir tersandung masalah hukum. Secara umum
tentu alasan tersebut dapat dipahami, besar harapan kami dalam laporan ini sekiranya dapat
dijadikan salah satu wahana evaluasi guna mengatasi persoalan tersebut.
Berikut ini merupakan tugas lengkap seorang bendahara pengeluaran pembantu berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Pasal 19 ayat
4 menyatakan Bendahara Pengeluaran pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) memiliki
tugas dan wewenang:
1. mengajukan permintaan pembayaran menggunakan SPP TU dan SPP LS;
2. menerima dan menyimpan pelimpahan UP dariBendahara Pengeluaran;
3. menerima dan menyimpan TU dari BUD;
4. melaksanakan pembayaran atas pelimpahan UP dan TU yang dikelolanya;
5. menolak perintah bayar dari KPA yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
6. meneliti kelengkapan dokumen pembayaran;
7. memungut dan menyetorkan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perulndang-undangan;
dan
8. membuat laporan pertanggungjawaban secara administratif kepada KPA dan laporan
pertanggungjawaban secara fungsional kepada Bendahara Pengeluaran Kecamatan secara
periodik.
Dalam pelaksanaanya, ketentuan diatas tetap harus disandingkan dengan regulasi lainnya
yang memang memiliki keterkaitan langsung dengan pelaksanaan program kegiatan, namun hal
tersebut menjadi tugas yang lain seperti PPTK, KPA/PA. Salah satu contoh dalam DPA tercantum
belanja makan minum kegiatan senilai Rp. 50 juta, maka teknis pelaksanaan kegiatan ini menjadi
kewenangan PPTK untuk melaksanakannya. Setelah kegiatan selesai maka PPTK melaporkan dan
menyerahkan dokumen belanja makan minum tersebut kepada KPA berupa kontrak (resume
kontrak), berita acara pemeriksaan hasil pekerjaan, berita acara serah terima hasil pekerjaan, tagihan
resmi/tertulis dari penyedia barang/jasa, ID Biling atau Faktur Pajak jika ada pengenaan perpajakan.
KPA kemudian akan menurunkan dokumen pembayaran tersebut ke bendahara untuk diproses
bayar. Dalam tahapan ini bendahara meneiliti ulang kelengkapan dokumen tersebut, jika sudah
sesuai diteruskan proses pembayaran, sebaliknya jika belum lengkap maka dikoordinasikan ke
PPTK agar kekurangan kelengkapan dilengkapi.
Apabila proses uraian diatas dapat dipedomani dan dijalankan sesuai dengan aturan yang
berlaku, maka seharusnya hal tersebut dapat menepis kekhawatiran akan adanya sandungan hukum
dalam menjalankan tugas sebagai seorang Bendahara Pengeluaran Pembantu di Kelurahan. Seorang
Bendahara Pengeluaran Pembantu atau siapa pun pemangku kebijakan tidak dapat dihindari akan
berhadapan dengan persoalan hukum jika ia melakukan hal-hal yang bukan kewenangan atau
melampaui kewenangannya.
Sedangkan alasan para ASN untuk menolak dijadikan Bendahara Pengeluaran Pembantu
karena tidak mampu menguasai teknologi maupun basis aplikasi lainnya, OPD wajib mengatasi hal
tersebut dengan memberikan asistensi, pendampingan bagi yang bersangkutan dengan memastikan
yang bersangkutan sudah bisa dan mampu menjalankan tugas fungsinya sebagai bendahara
pengeluaran pembantu secara mandiri. Apabila diperlukan, penunjukan Operator untuk membantu
teknis kegiatan penatausahaan keuangan di Kelurahan yang bertugas pada pengayaan pelaporan
berbasis aplikasi atau sistem dapat dilaksanakan dengan upaya perekrutan secara internal. Lain
halnya jika menolak menjadi Bendahara Pengeluaran Pembantu karena tidak mengerti dan tidak
mau mengerti terhadap beban kewajiban tugasnya. Konsep berfikir personil ASN seperti ini harus
mendapat perhatian khusus bahkan penempatan khusus sesuai evaluasi yang dilakukan dari pihak
yang berkompeten, baik pimpinan OPD terkait langsung atau unit kerja yang memang membidangi
SDM. Sebagaimana diatur dalam UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN, maka seorang ASN
wajib melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan
tanggung jawab; menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan
tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan.

E. Penutup
Demikian laporan Bendahara Pengeluaran Pembantu ini kami sampaikan secara
akumulatif di setiap bulannya agar senantiasa dapat digunakan sebagai pedoman dan bahan
evaluasi terkait peningkatan mutu penatausahaan keuangan dan kesekretariatan yang baik di
Kabupaten Buleleng pada umumnya dan di Kelurahan Banjar Tegal pada khususnya. Sekiranya
dalam penyampaian laporan ini masih sangat banyak kekurangan yang dimiliki, maka dari itu
dengan segala kerendahan hati kami memohon evaluasi serta masukan dan saran dari pimpinan
agar visi dan misi di Kelurahan Banjar Tegal khususnya dalam rangka penyelenggaraan
penatausahaan keuangan di Kelurahan yang akuntabel, transparan, dan reliabel dapat tercipta
dan terlaksana secara maksimal. Sekian laporan dari kami, terima kasih atas perhatian dan
kerjasama yang diberikan kepada kami.

Dikeluarkan di Singaraja,
pada tanggal 29 September 2023

Bendahara Pengeluaran Pembantu


Kelurahan Banjar Tegal

Gusti Nyoman Antari


NIP. 19680425 200801 2 006

Anda mungkin juga menyukai