Anda di halaman 1dari 10

STRATEGI GURU DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH BENGKULU


1
Irpini Hayati
UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu
Email : irpinihayati@gmail.com

ABSTRAK

Studi ini menelaah tentang strategi guru dalam pengembangan kurikulum pendidikan agama
islam di madrasah Bengkulu. Tujuan kurikulum dirumuskan berdasarkan perkembangan
tuntutan, kebutuhan dan kondisi masyarakat serta didasari oleh pemikiranpemikira dan terarah
pada pencapaian nilai-nilai filosofis, terutama falsafah negara. Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan kualitatif. Kurikulum sebagai salah satu komponen
pendidikan sangat berperan dalam mengantarkan pada tujuan pendidikan yang diharapkan.
pendekatan yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum, yaitu: (1) pendekatan
subyek akademik, (2) pendekatan humanistik, (3) pendekatan teknologis, dan (4) pendekatan
rekonstruksi sosial. Dalam kerangka meningkatkan mutu pendidikan PAI, maka
pengembangan kurikulum PAI perlu dikembalikan kepada landasan filosofisnya dengan
mempertimbangkan berbagai faktor penghambat dan penunjang keberhasilannya. Berbagi
faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain: isi atau muatan kurikulum, model
implementasi kurikulum, dan evaluasi kurikulum

Kata Kunci: Strategi, Pengembangan Kurikulum, Pendidikan Agama Islam

ABSTRACT

This study examines teacher strategies in developing the Islamic religious education curriculum in
Bengkulu madrasas. Curriculum goals are formulated based on developments in the demands, needs
and conditions of society and are based on ideas and are directed towards achieving philosophical
values, especially the philosophy of the state. The approach used in this study uses qualitative.
Curriculum as a component of education plays a very important role in delivering the expected
educational goals. Approaches that can be used in curriculum development are: (1) academic subject
approach, (2) humanistic approach, (3) technological approach, and (4) social reconstruction
approach. Within the framework of improving the quality of PAI education, the development of the
PAI curriculum needs to be returned to its philosophical foundation by considering various inhibiting
and supporting factors for its success. Various factors that need to be considered include: curriculum
content or content, curriculum implementation models, and curriculum evaluation

Keywords : Strategy, Curriculum Development, Islamic Religious Educatio

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan Islam adalah suatu aktivitas yang sengaja untuk mewujudkan ajaran dan
nilai-nilai Islam dalam kehidupan. Salah satu bentuk praktis penyelenggaraannya adalah
pelaksanaan pendidikan agama Islam yang didesain untuk memproduk sikap dan perilaku
moral peserta didik sesuai ajaran dan nilai-nilai Islam. Namun, hingga saat ini, pelaksanaan
pendidikan Islam masih memiliki banyak kelemahan sehingga dipandang kurang berhasil,
bahkan gagal, dalam mengembangkan sikap dan perilaku keberagamaan serta membangun
moral peserta didik. Dalam proses pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan yang
sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan, karena ia menjadi sarana dalam transformasi
materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan sehingga dapat dipahami atau
diserap oleh anak didik dan menjadi pengertian yang fungsional terhadap tingkah lakunya.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu komponen mata
pelajaran yang harus dilaksanakan guru untuk menanamkan nilai-nilai agama kepada siswa
supaya menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa sebagaimana tujuan pendidikan
nasional. Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah pembentukan perubahan sikap dan tingkah
laku sesuai dengan petunjuk ajaran agama Islam (Sugiana, 2019). Sebagaimana yang telah
dilakukan Nabi Muhammad SAW dalam usaha menyampaikan seruan ajaran agama dengan
berdakwah, menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi
motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan
pribadi muslim. Untuk itu perlu adanya usaha, kegiatan, cara, alat, dan lingkungan hidup yang
menunjang keberhasilannya. Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang lebih khusus
ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan subyek peserta didik agar lebih
mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam (Rafsanjani & Razaq,
2019). Selain itu Pendidikan Agama Islam bukanlah sekedar proses usaha mentransfer ilmu
pengetahuan atau norma agama, melainkan juga berusaha mewujudkan perwujudan jasmani
dan rohani dalam peserta didik agar kelak menjadi generasi yang memiliki watak, budi
pekerti, dan kepribadian yang luhur kepribadian muslim yang utuh
Menurut Bukhori (1992) menilai kegagalan pendidikan agama Islam disebabkan
karena praktik pendidikannya hanya memperhatikan aspek kognitif semata dari pada
pertumbuhan kesadaran nilai-nilai (agama), mengabaikan pembinaan aspek afektif dan
konatif-volitif, yaitu kemauan dan tekad untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama. Karena
itu, menurut Dhofir sebagaimana dikutip Sindhunata, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki
dalam pelaksanaan PAI yaitu, meningkatkan kualitas guru, wibawa guru agama perlu sejajar
dengan guru bidang studi lain, materi agama tidak hanya menekankan pada aspek kognitif
tetapi perlu muatan materi pendidikan budi pekerti, meningkatkan kualitas dan mutu buku
pegangan guru dan peserta didik (Zamakhsyari :2000).
Abudin (1997 ) mengatakan bahwa kurikulum yang dipandang baik untuk mencapai
tujuan PAI adalah yang bersifat integrated dan komprehensif, mencakup ilmu yang
dibutuhkan dalam kehidupan duniawi dan ilmu yang dibutuhkan dalam kehidupan ukhrawi
kelak. Kurikulum merupakan salah satu perangkat yang harus ada dalam suatu lembaga
pendidikan. Kurikulum memegang peranan yang cukup strategis dalam mencapai tujuan
pendidikan, baik itu pendidikan umum maupun pendidikan agama.1 Tujuan pendidikan
agama Islam adalah untuk terwujudnya insan kamil yang memiliki integritas iman, moral, dan
amal, adanya kesatuan antara jasmani dan rohani, dunia dan akhirat. Dengan kata lain,
pendidikan Agama Islam harus menyentuh tiga ranah, yaitu hati (heart) atau afektif, akal
(head) atau kognitif jasmaniyah (hand) atau psikomotorik. Ketiganya harus berjalan secara
simultan, integratif dan holistic.
Pendidikan merupakan salah satu jalan untuk membentuk manusia menjadi pribadi
cerdas, bermoral, dan bertanggungjawab. Melalui pendidikan seseorang dapat
mengembangkan sikap, pengetahuan, maupun keterampilan secara optimal. Dalam Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam konteks ini,
pendidikan nasional Indonesia berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Di
samping itu, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Sedangkan tujuan kurikulum dirumuskan berdasarkan perkembangan tuntutan,
kebutuhan dan kondisi masyarakat serta didasari oleh pemikiranpemikira dan terarah pada
pencapaian nilai-nilai filosofis, terutama falsafah negara. Kurikulum sebagai salah satu
komponen pendidikan sangat berperan dalam mengantarkan pada tujuan pendidikan yang
diharapkan. Untuk itu kurikulum merupakan kekuatan utama yang mempengaruhi dan
membentuk proses pembelajaran. Kesalahan dalam penyusunan kurikulum akan
menyebabkan kegagalan suatu pendidikan dan penzaliman terhadap peserta didik (Ramayulis
& Samsul : 2010)
Strategi pembelajaran merupakan aspek penting dalam meningkatkan motivasi belajar
peserta didik di sekolah. Pedoman kurikulum dapat menyajikan ide-ide yang dapat digunakan
pengajar untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan belajar peserta didik. Untuk mencapai
suatu tujuan, misalnya KD, dapat digunakan satu strategi mengajar, tetapi ada kemungkinan
menggunakan satu strategi mengajar untuk beberapa tujuan. Sebaliknya mungkin pula
diperlukan beberapa strategi mengajar untuk mencapai satu tujuan (Nasution : 1989).
Strategi dan sumber mengajar bagian yang sangat penting dalam pengembangan
kurikulum agar apa yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Dengan
adanya perencanaan yang cermat mengenai strategi dan sumber mengajar lebih terjamin
bahwa kurikulum dapat diwujudkan dan apa yang diajarkan dapat dikuasai dan dimiliki
peserta didik. Dalam kenyataan justru bagian inilah yang paling diabaikan dan kurang
ditangani secara serius. Ibaratnya suatu alat seperti senjata, komputer, mesin harus ditangani
menurut prosedur tertentu agar tercapai efisiensi dan efektivitas maksimal dan bila
pemakaiannya salah, maka akan dialami kerugian. Demikian pula halnya dengan kurikulum.
Betapapun baiknya kurikulum itu direncanakan diatas kertas, bila pelaksanaannya tidak
mengikuti prosedur tertentu, maka tujuannya tidak akan tercapai.
Suyadi (2019) mengatakan bahwa dalam konteks pendidikan, strategi digunakan untuk
mengatur siasat agar dapat mencapai tujuan dengan baik. Dengan kata lain, strategi dalam
konteks pendidikan dapat dimaknai sebagai perencanaan yang berisi serangkaian kegiatan
yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan. Strategi dalam konteks pendidikan
mengarah pada hal yang lebih spesifik, yakni khusus sebagai pembelajaran. Konsekuensinya,
strategi dalam konteks pendidikan dimaknai secara berbeda dengan strategi dalam konteks
pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah komponen-komponen umum dari suatu bahan
pembelajaran dan prosedur-prosedur yang akan digunakan dalam pembelajaran untuk
menghasilkan hasil belajar tertentu (Nasution : 1989).
Peranan pengembang kurikulum sangatlah penting, oleh karena itu di dalam perannya
seorang pegembang kurikulum haruslah bisa memiliki pengetahuan, strategi dan keinginan
yang kuat di dalam mengembangkan suatu kurikulum. Dan oleh sebab itulah peneliti ingin
meneliti terkait dengan “Strategi Guru Dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Agama Islam Di Madrasah Bengkulu”

Rumusan Masalah
1. Bagaimana Strategi guru dimadrasah aliyah Bengkulu ?
2. Untuk memetakan dan mendeskripsikan pengembangan kurikulum pendidikan agama
islam di madrasah aliyah Bengkulu ?
3. Untuk menganalisis strategi guru dalam pengembangan kurikulum pendidikan agama
islam di madrasah aliyah bengkulu
Metode
Pada penulisan penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif
pendekatan teori hubermand.

PEMBAHASAN
Strategi Guru
Strategi belajar mengajar merupakan pola tindak guru-murid dalam perwuju dan
kegiatan belajar mengajar yang bertujuan sebagai kerangka acuan (frame of reference) untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih baik dengan menggunakan berbagai metode dan
pendekatan pembelajaran, sumber belajar, dan alat/media pembelajaran. Sebelum melakukan
kegiatan belajar mengajar, guru seyogyanya memiliki strategi atau penggunaan pendekatan
pembelajaran yang baik. Seorang guru pengajar yang professional tidak hanya berfikir tentang
apa yang akan dikerjakan, tetapi juga tentang siapa menerima pelajaran, apa makna belajar
bagi peserta didik, dankemampuan apa yang ada pada peserta didik dalam mengikuti
pembelajaran (Sulfemi, 2019).
Ada beberapa jenis strategi pembelajaran yang dapat diterapkan guru yaitu strategi
pembelajaran ekspositori, inquiri, berbasis masalah, koorporatif, contextual teaching and
learning (CTL) (Tanzimah, 2020). Beberapa strategi pembelajaran yang dapat ditempuh guru
adalah dengan memberi tugas hafalan ayatayat al-Qur’an dan Hadits, siswa merekam
hafalannya dalam bentuk video lalu dikirim ke guru melalui WhatsApp, yang salah
diperbaiki, kemudian diadakan pengkajian tentang isi dan kandungan ayat-ayat tersebut,
misalnya surat al-kafiaruun Selain menghafal dan mengkaji ayat-ayat alQur’an dan Hadits
diadakan tanya jawab, siswa dibawa dibawa kepada masalah-masalah yang nyata dan aktual
dalam kehidupan untuk memberikan latihan dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah,
misalnya kenakalan remaja dan penyalah gunaan narkoba kemudian memberikan tugas,
tagihan tugas.
Penggunaan strategi dalam pembelajaran memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai
terhadap apa yang dilakukan guru. Strategi mengajar merupakan tindakan nyata dari guru atau
merupakan praktek guru melaksanakan pengajaran melalui cara tertentu yang dinilai lebih
efektif dan efisien (A. Hidayat et al., 2020). strategi yang digunakan guru dalam pembelajaran
yaitu pertama; Strategi afektif. Strategi afektif penekanannya pada kesadaran siswa untuk
belajar, dimana guru bisa menumbuhkan kesadaran siswa untuk belajar secara mandiri
(Cahyono, 2019). Kedua; Strategi inquiri adalah strategi pembelajaran yang penekanannya
pada pembangunan intelektual anak, dimana antara guru dengan siswa mengadakan tanya
jawab sehingga penekanannya pada proses berfikir siswa secara kritis dan analisis untuk
mencari dan menemukan kebenaran. Penggunaan strategi inquiri oleh guru dalam
pembelajaran merupakan salah satu cara untuk membangun dan menumbuh kembangkan
intelektual siswa, dimana siswa dapat berfikir kritis dan analisis terhadap permasalahan yag
dihadapinya (Nursyifah, 2019). Ketiga; Strategi ekspositori. Strategi ekspositori adalah
strategi pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian materi secara verbal dari
guru kepada siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara
optimal (Samsudin, 2021). Penggunaan strategi ini dimana guru menyajikan materi dalam
bentuk power point dan guru lebih berperan aktif dalam pembelajaran sedangkan siswa
mendengarkan, menyimak, dan mencernanya. Keempat; Strategi pembelajaran berbasis
masalah (SPBM) adalah strategi pembelajaran yang dapat membawa siswa kepada
pembentukan kemampuan berfikir tingkat tinggi, dimana siswa disuguhkan berbagai situasi
permasalahan yang autentik dan bermakna kepada siswa (Fathurrohman,2020). Strategi ini
digunakan guru agar siswa mampu menyikapi dan menyelesaikan masalah-masalah yang
terjadi dalam kehidupan mereka, tujuannya untuk memberikan latihan dan kemampuan dalam
menyikapi dan menyelesaikan persoalan-persoalan dalam berinteraksi dengan sesame dan
lingkungan masyarakat seputarnya. Kelima; Strategi koorporatif adalah strategi pembelajaran
yang berfokus pada siswa (student centered) karena adanya interaksi langsung sesama siswa,
guru berperan mengarahkan siswa untuk saling berinteraksi dan berbagi informasi tentang
pembelajaran dan semua siswa dianggap sama (Megawati et al., 2021)
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Kurikulum merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam
proses kegiatan belajar mengajar Di kalangan para ahli kurikulum terdapat perbedaan
mengenai definisi kurikulum. Perbedaan tersebut dikarenakan adanya perbedaan sudut
pandang yang berlainan dalam memberikan batasan kurikulum. Dari perbedaan pandangan
tersebut, dapat dipahami bahwa pada dasarnya ada tiga pengertian kurikulum yang
berkembang hingga saat ini. Pertama, kurikulum diartikan sejumlah mata pelajaran yang
disajikan guru kepada peserta didik guna mendapatkan ijazah atau naik kelas. Ini berarti
kurikulum dipandang hanya sekedar memuat dan dibatasi pada sejumlah mata pelajaran.
Kedua, kurikulum dimaksudkan sebagai sejumlah pengalaman dan kegiatan peserta didik,
baik di sekolah maupun di luar sekolah, di bawah tanggung jawab guru atau sekolah. Ini
berarti kurikulum mencakup pengalaman dan pengetahuan yang bersumber dari kegiatan-
kegiatan peserta didik di dalam dan luar kelas. Ketiga, kurikulum adalah sejumlah program
pendidikan atau program belajar peserta didik (a plan for learning) yang disusun secara logis
dan sistematis, di bawah tanggung jawab sekolah atau guru, guna mencapai tujuan pendidikan
sekolah yang ditetapkan. Pengertian ini lebih operasional, artinya kurikulum hanya terdiri
atas seperangkat program belajar peserta didik atau program pendidikan yang diprogramkan
di sekolah, agar dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan peserta didik secara
optim.
Dalam konteks teori kurikulum, para ahli kurikulum menyebutkan bahwa ada empat
pendekatan yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum, yaitu: (1) pendekatan
subyek akademik, (2) pendekatan humanistik, (3) pendekatan teknologis, dan (4) pendekatan
rekonstruksi sosial ( Halimah :2019). Pendekatan subjektif akademik dalam menyusun
kurikulum atau program pendidikan didasarkan pada sistematisasi disiplin ilmu masing-
masing. Setiap ilmu pengetahuan memiliki sistematisasi tertentu dan berbeda dengan
sistematisasi ilmu lainnya. Pengembangan kurikulum subjek akademik dilakukan dengan cara
menetapkan. terlebih dahulu mata pelajaran/mata kuliah apa yang harus dipelajari peserta
didik, yang diperlukan untuk (persiapan) pengembangan disiplin ilmu. Misalnya,
pendidikanagama di sekolah meliputi aspek al-Qur’an-Hadis, keimanan, akhlak, ibadah,
tarikh dan sejarah kebudayaan Islam. Di madrasah, aspek-aspek tersebut dijadikan sub-sub
mata pelajaran PAI yang meliputi: mata pelajaran al-Qur’an-Hadis, Fiqih, Akidah Akhlak,
dan Sejarah Kebudayaan Islam.
Pendekatan humanistik bertolak dari ide “memanusiakan manusia”. Penciptaan
konteks yang akan memberi peluang manusia untuk menjadi lebih human, untuk
mempertinggi harkat dan martabat manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori, dasa
evaluasi, dan dasar pengembangan program pendidikan dan atau kurikulumnya. Manusia
sebagai makhluk ciptaan Allah memiliki keunikan yang berbeda dengan makhluk ciptaan
Allah yang lainnya, yaitu manusia diberkahi dengan alat-alat potensial dengan berbagai daya
dan kemampuan. Ini merupakan nikmat Allah yang patut disyukuri, sebab dengan keunikan
tersebut, manusia mampu menatap dan menjalani kehidupan dalam tatanan nilai, dan dapat
memecahkan berbagai persoalan hidup. Atas dasar pemikiran di atas, maka pengembangan
kurikulum PAI perlu bertolak dari ide “memanusiakan manusia”. Ini berarti pengembangan
kurikulum PAI harus berupaya memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan alat-alat potensialnya seoptimal mungkin agar dapat difungsikan sebagai
sarana bagi pemecahan masalahmasalah hidup dan kehidupan, pengembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan budaya manusia. Dalam hal ini, pengembangan sikap iman dan
taqwa kepada Allah SWT merupakan bagian terpenting yang harus termuat dalam
pengembangan kurikulum PAI.
Pendekatan teknologis dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan bertolak
dari analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu.
Karenanya materi yang diajarkan, kriteria evaluasi keberhasilan, dan strategi belajarnya
ditetapkan sesuai dengan analisis tugas (job analysis) tersebut. Contoh penerapannya dalam
pendidikan agama Islam misalnya pada mata pelajaran Fiqih, yang menyajikan pesan
pembelajaran tentang/masalah salat, maka sebagaimana telah tertuang dalam kurikulum dan
hasil belajar mata pelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah kelas I semester I.
Pendekatan rekonstruksi sosial dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan
keahlian bertolak dari poblem yang dihadapi masyarakat. Selanjutnya, dengan memerankan
ilmu-ilmu dan teknologi, bekerja secara kooperatif dan kolaboratif, akan dicarikan
pemecahannya menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik. Karenanya, penyusunan
dan pengembangan kurikulum PAI harus bertitik tolak dari problem yang dihadapi
masyarakat. Pendekatan kurikulum rekonstruksi sosial, selain menekankan pada isi
pembelajaran, sekaligus juga menekankan pada proses pendidikan dan pengalaman belajar.
Pendekatan rekonstruksi sosial berasumsi bahwa, manusia adalah makhluk sosial yang
sepanjang kehidupannya membutuhkan orang lain, selalu bersama, berinteraksi dan
bekerjasama. Atas dasar itu, maka tugas utama pendidikan dalam wujud pengembangan.
kurikulum pendidikan adalah membantu agar setiap peserta didik menjadi cakap dan
selanjutnya mampu ikut bertanggung jawab terhadap perkembangan masyarakatnya.
Karenanya, isi pendidikan harus dikemas dan berisikan tentang problem-problem actual yang
dihadapi dalam kehidupan nyata di masyarakat. Pengalaman belajar peserta didik diperoleh
dari kegiatan-kegiatan belajar kelompok yang mengutamakan kerjasama, baik antar peserta
didik, peserta didik dengan guru/dosen, maupun peserta didik dengan sumber dan bahan
belajar lainnya
Mencermati keempat pendekatan pengembangan kurikulum di atas, maka
pengembangan kurikulum PAI dapat mengunakan pendekatan eklektik, yaitu dengan cara
memilih yang terbaik dari keempat pendekatan tersebut sesuai dengan karakteristiknya. Selain
itu, kurikulum PAI disusun dan dikembangkan untuk mewujudkan tujuan pendidikan dengan
mempertimbangkan dan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan
kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta seni.

Strategi Guru dalam pengembangan kurikulum pendidikan agama islam di madrasah


aliyah
Dalam mengembangkan pembelajaran PAI hal yang harus diperhatikan guru adalah:
1.) Strategi yang digunakan guru dalam mengembangkan pembelajaran PAI Agar
memudahkan siswa dalam belajar guru harus menggunakan strategi atau metode. Agar
siswa tidak merasa bosan dalam belajar guru juga harus memiliki strategi yang banyak
atau menggunakan strtaegi yang bervariasi dalam mengajar, strateginya harus
disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Pada Madrasah Aliyah guru PAI lebih
cenderung kepada pembinaan mental daripada pemberian materi.
2) Strategi pengelolaan pembelajaran PAI Seperti yang telah dijelaskan dalam temuan di
atas bahwa jam pelajaran PAI sangat singkat yakni hanya dua jam pelajaran per minggu
dan materinya sangat padat, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
maka kepala sekolah dan guru PAI Madrasah Aliyah membuat kebijakan khusus yaitu
penambahan jam pelajaran dan ekstrakurikuler yang islami. Dengan penambahan jam
pelajaran tersebut benar-benar sangat membantu dalam pembelajaran PAI. Hal ini
dibuktikan dengan pandainya siswa menyolatkan jenazah, kutbah, tartil, hafiz dan lain-
lain.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dalam kerangka meningkatkan mutu pendidikan PAI, maka pengembangan kurikulum
PAI perlu dikembalikan kepada landasan filosofisnya dengan mempertimbangkan berbagai
faktor penghambat dan penunjang keberhasilannya. Berbagi faktor yang perlu
dipertimbangkan antara lain: isi atau muatan kurikulum, model implementasi kurikulum, dan
evaluasi kurikulum. Isi atau muatan kurikulum PAI perlu memuat isu-isu krusial yang
berkembang di
masyarakat, terkait dengan berbagai bidang studi, dapat menjawab berbagai
persoalan,tantangan, kebutuhan dan tuntutan perkembangan zaman. Mencermati keempat
pendekatan pengembangan kurikulum, maka pengembangan kurikulum PAI dapat
mengunakan pendekatan eklektik, yaitu dengan cara memilih yang terbaik dari keempat
pendekatan tersebut sesuai dengan karakteristiknya. Selain itu, kurikulum PAI disusun dan
dikembangkan untuk mewujudkan tujuan pendidikan dengan mempertimbangkan dan
memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan,
kebutuhan pembangunan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

Saran
1. Sebaiknya pihak sekolah sering melakukan pelatiha-pelatihan, seminar, workshop dan

sebagainya mengenai perkembangan pembelajaran PAI.


2. Guru PAI harus memiliki motivasi yang kuat dan terus meningkatkan kualitas diri

terutama dalam mengembangkan pembelajaran PAI. Hal ini juga bisa dilakukan dengan

sering mengikuti pelatihanpelatihan, seminar, workshop dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Halimah, S. (2009). Strategi pengembangan kurikulum dan pembelajaran Pendidikan Agama


Islam (PAI). MIQOT: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 33.
Nasution, Kurikulum dan Pengajaran. Cet. I; Bandung: Bumi Aksara, 1989
Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Cet. II; Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Buchori, Mochtar. ‘Posisi dan Fungsi Pendidikan Agama Islam dalam Kurikulum Perguruan
Tinggi Umum’, makalah disampaikan pada Seminar Nasional Kurikulum Pendidikan
Agama Islam. Malang: IKIP Malang, 24 Februari 1992.
Tanzimah, T. (2020). Keterkaitan Model Pembelajaran Think Pair Share (Tps) Dengan
Pendekatan Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dalam Pembelajaran
Matematika. Jurnal Dosen Universitas Pgri Palembang, 0(0), 762–772.
Hidayat, A., Sa’diyah, M., & Lisnawati, S. (2020). Metode Pembelajaran Aktif Dan Kreatif
Pada Madrasah Diniyah Takmiliyah Di Kota Bogor. Edukasi Islami: Jurnal
Pendidikan Islam, 9(01), 71–86. Https://Doi.Org/10.30868/Ei.V9i01.639
Samsudin, S. (2021). Strategi Pembelajaran Ekspositori Guru Pendidikan Agama Islam Untuk
Menanamkan Nilai-Nilai Multikultural. Jurnal Educatio Fkip Unma, 7(1), 29–35.
Https://Doi.Org/10.31949/Educatio.V7i1.75
Megawati, R., Leksono, I. P., & Harwanto, H. (2021). Implementasi Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Tipe Kepribadian
Siswa. Jurnal Education And Development, 9(1), 19–19.
Https://Doi.Org/10.37081/Ed.V9i1.2228

Anda mungkin juga menyukai