Anda di halaman 1dari 16

NIKAH

OLEH :

MULIADI QUENZALO

1902110079

FAKULTAS EKONOMI AKUNTANSI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ACEH
BANDA ACEH
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada ALLAH SWT yang selalu mengkaruniakan
hidayahnya kepada kita sekalian dalam kehidupan dunia ini. Dan shalawat beriring salam
kepada baginda nabi Muhammad SAW yang telah mengarahkan perubahan ummat dari
moral jahiliah kepada kehidupan yang ber-Akhlakul Karimah.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah “NIKAH”. Dalam
penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua dan
kawan – kawan yang telah membantu baik secara motivasi maupun ide serta ucapan terima
ksih kepada Dosen pembimbing.
Berawal dari sebuah penulisan ini, semoga semua ini bisa memberikan sedikit
kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun penulis berharap
isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah
ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi
semua pembaca.

Banda Aceh, 20 Desember 2019

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar.................................................................................................. i

Daftar Isi .......................................................................................................... ii

BAB I Pendahuluan ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang.............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah......................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan............................................................................ 1

BAB II : Pembahasan....................................................................................... 2

A. Pengertian Nikah........................................................................ 2

B. Hukum Pernikahan..................................................................... 2

C. Rukun Dan Syarat Nikah .......................................................... 4

D. Hikmah Pernikahan............................................................. 7

BAB III Kesimpulan........................................................................................ 11

A. Kesimpulan................................................................................... 11

B. Saran.............................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Nikah adalah salah satu sendi pokok pergaulan bermasyarakat.

Oleh karena itu, agama memerintahkan kepada umatnya untuk

melangsungkan pernikahan bagi yang sudah mampu, sehingga

malapetaka yang diakibatkan oleh perbuatan terlarang dapat di hindari.

AllAH berfirman :

nikahlah wanita-wanita yang kamu senangi : dua, tiga atau empat,

kemudian jika kamu tidak akan dapat berlaku adil maka (kawinilah)

seorang saja”.(QS.An-Nisa’ :3)

B. Rumusan masalah

Pembahasan tentang pernikahan ini sangatlah luas, tapi dalam

makalah ini, penulis hanya menjelaskan hal-hal sebagai berikut:

1. Apakah pengertian nikah ?

2. Bagaimana hukum pernikahan?

3. Apa saja rukun dan syarat nikah?

4. Apa saja hikmah pernikahan?

C. Tujuan pembahasan

Dalam makalah yang berjudul “nikah” ini, penulis bertujuan untuk

menjelaskan pengertian nikah, hukum pernikahan, rukun dan syarat

pernikahan serta hikmah pernikahan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian nikah

Nikah menurut bahasa mempunyai arti mengumpulkan,

menggabungkan, menjodohkan atau bersenggama (wath’i). dalam istilah

bahasa Indonesia sering disebut dengan “kawin”. Dalam pasal I Bab I, UU

perkawinan NO 1 tahun 1974, perkawina didefinikan sebagai berikut: ”

ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri,

dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan

ketuhanan Yang Maha Esa”.

Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-lkai dalam

suatu rumah tangga berdasarkan kepada tuntunan agama. Ada juga yang

mengartikan “ suatu perjanjian atau aqad (ijab dan qabul) antara laki-laki

perempuan untuk menghafalkan hubungan badaniyah sebagaimana

suami istri yang sah yang mengandung syarat-syrat dan rukun-rukun yang

ditentukan oleh syariat islam”.

B. Hukum pernikahan

Adapun hukum menikah, jumhur ulama’ menetapkan ada 5, yaitu:

1. Sunnah

Jumhur ulama sepakat sepakat bahwa hokum asal pernikahan

adalah sunnah. Mereka beralasan antara lain kepada firman AllAh

swt :

Nikahilah orang-orang yang menyendiri diantara kamu dan orang-

orang yang layak (berkawin) dari hamba sahayamu yang laki-laki

2
dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka

miskin, mereka dijadikan kaya oleh alloh dengan karunuanya. Alloh

maha luas karunianya dan maha mengetahui”.(QS. An-Nur:32)

2. Mubah (boleh)

Ukum menikah menjdi boleh bagi orang yang tidak mempunyai

factor pendorong atau factor yang melarang untuk menikah.

3. Wajib

Hukum nikah menjadi wajib bagi orang yang ecra jasmaniyah

sudah layak untuk menikah, secara rohaniyah sudah dewasa dan

matang serta memiliki kemampuan biaya untuk menikah dan

menghidupi keluarganya. Bila ia tida menikah, khawatir jatuh pada

perbuatan mesum.

4. Makruh

Hukum menikah menjadi makruh bagi laki-laki yang secara

jasmniyah sudah layak untuk menikah, kedewasaan rohaniyah

sudah matang tetapi tidk mempunyai biaya untuk menikah dan

bekal hidup rumah tangga. Orang semacam ini dianjurkan untuk

tidak dulu menikah dan mengendalikan hawa nafsuya dengan

berpuasa.

5. Haram

Hukum menikah menjadi haram bagi laki-laki yang menikahi wanita

dengan maksud menyakiti dan mempermainkaya. Pernikahan

seperti ini sah menurut syariat jika terpenuhi syarat dan rukunnya.

3
Akan tetapi pernikahn seperti ini berdosa di hadapan Alloh karena

tujuanya buruk.

C. Rukun dan syarat nikah.

Rukun nikah yaitu apa yang merupakan hakekat dari perkawinan

yang tampa adanya rukun tidak sahlah perkawinan. Rukun nikah antara

lain:

1. Calon suami, dengan syarat :

Muslim, merdeka, berakal, benar-benar laki-laki, adil, tidak beristri

empat, tidak mempunyai mahram dengan calon dan tidak sedang

ihram haji atau umroh.

2. Calon istri, dengan syarat-syarat sebagai berikut:

Muslimah (benar-benar perempuan), telah mendapat izin dari

walinya, tidak bersuami atau tidak dalam masa iddah, tidak

mempunyai hubungan mahram dengan calon suaminya dan tidak

sedang berihram haji atau umroh.

3. Sighat (ijab dan qabul).

Ijab yaitu suatu suatu pernyataan berupa penyerahan diri seorang

wali perempuan atau wakilnya kepada seorang laki-laki dengan

kata-kata tertentu maupun syarat dan rukun yang telah ditentukan

oleh syara’.

Qabul yaitu suatu pernyataan penerimaan oleh pihak laki-laki

terhadap pernyataan wali perempuan atau wakilnya sebagaimana

yang di sebut di atas.

4
Menurut syafi’I (dan hambali) ijab qabul harus dilakukan

dengan menggunakan lafal yang terdapat dalam Al-qur’an yaitu

kawin dan jodoh. Dasarnya ialah hadits nabi yang menyebutkan:

“takutlah kamu kepada Alloh dalam perkara wanita, sebab kamu

telah mengambil mereka dari keluarganya dengan amanat dari

Alloh dan kamu telah menghalalkan percampuran kelamin dengan

mereka dengan kalimat alloh”.(Riwayat Muslim).

Ijab dan qabul dilaksanakan dengan syarat sebagai berikut:

 Lafadz ijab dab qabul harus lafadz nikah atau tazwij.

 Lafadz ijab dan qabul bukan kata-kata kinayah (kiyasan).

 Lafadz ijab dan qabul tidak di ta’likkan (dikaitkan) dengan

suatu syarat tertentu.

 Lafadz ijab dan qabul harus terjadi pada satu majlis,

maksudnya lafadz qabul harus segera di ucapkan setelah

ijab.

4. Wali perempuan, dengan syrat sebagai berikut:

Muslim, berakal, tidak fasiq, laki-laki dan mempunyai hak untuk

menjadi wali.

Tidak akan sah nikah jika tidak ada wali, hadits nabi

menyebutkan

“janganlah perempuan mengawinkan perempuan yang lain dan

janganlah pula perempuan mengawinkan dirinya sendiri, karena

perempuan yang berzina ialah yang mengawinkan dirinya sendiri.

( Riwayat ibn majah dan Daruqquthni ).

5
Yang berhak menjadi wali bukan sembarang orang, menurut

Syafi’I, orang-orang yang berhak menjadi wali yaitu:

 Bapak, kakek (bapak dari bapak), dan seterusnya ke atas.

 Saudara laki-laki seibu sebapak.

 Saudara laki-laki sebapak.

 Anak laki-laki saudara seibu-sebapak.

 Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak dan seterusnya

kebawah.

 Saudara laki-laki seibu sebapak dari bapak (=paman

kandung).

 Saudara laki-laki sebapak dari bapak (=paman sebapak).

 Anak laki-laki paman kandung.

 Anak laki-laki paman sebapak dan seterusnya kebawah.

 Hakim (wali hakim), yaitu jika tidak ada wali-wali tersebut di

atas, atau wali yang berhak ada tapi tidak mau jadi wali.

5. Dua orang saksi, dengan syarat sebagai berikut:

Muslim, baligh, berakal, merdeka, laki-laki, adil, pendengaran dan

penglihatannya sempurna, memahami bahasa yang di ucapkan

dalam ijab dan qabul, tidak sedang mengerjakan ihram haji atau

umroh. Akad nikah harus dihadiri oleh dua orang saksi, tampa

adanya dua orang saksi ini perkawinan tidak akan sah. Dalilnya

ialah Hadist SAW yang menyebutkan:

“Tidak ada atau tidak sah nikah melainkan dengan wali dan dua

orang saksi yang adil”.

6
D.HIKMAH PERNIKAHAN

Pernikahan adalah ikatan batin antara seorang pria dan wanita

sebagai suami istri. Ia merupukan pintu gerbang kehidupan berkeluarga

yang mempunyai pengaruh terhadap keturunan dan kehidupan

masyrakat. Keluarga yang kokoh dan baik menjadi syarat penting bagi

kesejahteraan masyarakat dan kebahagiaan umat manusia pada

umumnya.Agama mengajarkan bahwa pernikahan adalah sesuatu yang

suci, baik, dan mulia.

Pernikahan menjadi dinding kuat yang memelihara manusia dari

kemungkinan jatuh ke lembah dosa yang disebabkan oleh nafsu birahi

yang tak terkendalikan.

Banyak sekali hikmah yang terkandung dalam pernikahan, antara

lain sebagai kesempurnaan ibadah, membina ketentraman hidup,

menciptakan ketenangan batin, kelangsungan keturunan, terpelihara dari

noda dan dosa, dan lain-lain.

Di bawah ini dikemukakan beberapa hikmah pernikahan.

1.Pernikahan Dapat Menciptakan Kasih Sayang dan ketentraman

Manusia sebagai makhluk yang mempunyai kelengkapan

jasmaniah dan rohaniah sudah pasti memerlukan ketenangan jasmaniah

dan rohaniah. Kenutuhan jasmaniah perlu dipenuhi dan kepentingan

rohaniah perlu mendapat perhatian. Ada kebutuhan pria yang

pemenuhnya bergantung kepada wanita. Demikian juga sebaliknya.

Pernikahan merupakan lembaga yang dapat menghindarkan kegelisahan.

7
Pernikahan merupakan lembaga yang ampuh untuk membina

ketenangan, ketentraman, dan kasih sayang keluarga. Allah berfirman:

Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah dia meniptakan

pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung

dan merasa tentram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa

kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar

terhadap tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir (QS. Ar-

Rum/30:21)

2. Pernikahan Dapat Melahirkan keturunan yang Baik

Setiap orang menginginkan keturunan yang baik dan shaleh. Anak

yang shaleh adalah idaman semua orang tua. Selain sebagai penerus

keturunan, anak yang shaleh akan selalu mendoakan orang tuanya.

Rasulullah saw. bersabda:

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw., bersabda: “Apabila telah

mati manusia cucu Adam, terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu

sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang

mendoakannya”. (HR. Muslim)

3. Dengan Pernikahan, Agama Dapat Terpelihara

Menikahi perempuan yang shaleh, bahtera kehidupan rumah

tangga akan baik. Pelaksanaan ajaran agama terutama dalam kehidupan

berkeluarga, berjalan dengan teratur. Rasulullah saw. memberikan

penghargaan yang tinggi kepada istri yang shaleh. Mempunyai istri yang

8
shaleh, berarti Allah menolong suaminya melaksanakan setengah dari

urusan agamnya. Beliau bersabda:

Dari Anas bin malik ra., Rasulullah saw., bersabda: “Barang siapa

dianugerahkan Allah Istri yang shalehah, maka sungguh Allah telah

menolong separuh agamanya, maka hendaklah ia memelihara separuh

yang tersisa”. (HR. At-Thabrani)

4.Pernikahan dapat Memelihara Ketinggian martabat Seorang Wanita

Wanita adalah teman hidup yang paling baik, karena itu tidak boleh

dijadikan mainan. Wanita harus diperlakukan dengan sebaik-baiknya.

Pernikahan merupakan cara untuk memperlakukan wanita secara baik

dan terhormat. Sesudah menikah, keduanya harus memperlakukan dan

menggauli pasangannya secara baik dan terhormat pula.

Firman Allah dalam Al-Qur’an:

Dan bergaulah dengan mereka menurut cara yang patut. (QS.

An-Nisa/4:19)

Karena itu nikahilah mereka dengan izin tuannya dan berilah

mereka maskawin yang pantas, karena mereka adalah perempuan-

perempuan yang memelihara diri, bukan pezina dan bukan (pula)

perempuan yang mengambil laki-laki sebagai piarannya. (QS.

An-Nisa/4:25)

9
5.Pernikahan Dapat Menjauhkan Perzinahan

Setiap orang, baik pria maupun wanita, secara naluriah memiliki

nafsu seksual. Nafsu ini memerlukan penyaluran dengan baik. Saluran

yang baik, sehat, dan sah adalah melalui pernikahan. Jika nafsu birahi

besar, tetapi tidak mau nikah dan tetap mencari penyaluran yang tidak

sehat, dan melanggar aturan agama, maka akan terjerumus ke lembah

perzinahan atau pelacuran yang dilarang keras oleh agama.

Firman Allah dalam Surah Al-isra ayat 32:

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah

suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. (QS. Al-Isra/17:32)

Jelasnya, hikmah pernikahan itu adalah sebagai berikut:

1. Menciptakan struktur sosial yang jelas dan adil.

2. Dengan nikah, akan terangkat status dan derajat kaum wanita.

3. Dengan nikah akan tercipta regenerasi secara sah dan terhormat.

4. Dengan nikah agama akan terpelihara.

5. Dengan pernikahan terjadilah keturunan yang mampu memakmuram

bumi.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Nikah adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita

sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang

bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa.

2. Hukum nikah ada lima yaitu sunnah (hokum asal dari pernikahan),

mubah, wajib, makruh dan haram.

3. Rukun nikah adalah calon suami, calon istri, ijab qabul, wali

perempuan dan dua orang saksi.

4. Hikmah pernikahan:

 Hikmah bagi individu dan keluarga :

 Terwujudnya kehidupan yang tenang dan tentram

 Terhindar dari perbuatan maksiat, terutama

masturbasi, perzinahan dan pemerkosaan.

 Menciptakan keturunan yang baik dan mulia.

 Naluri kebapaan dan keibuan akan tumbuh dan

berkembang.

 Bersungguh-sungguh dalam mencari rizqi.

 Memperluas persaudaraan.

 Mendatangkan keberkahan.

 Hikmah pernikahan bagi masyarakat :

11
 Terjaminnya ketenangan dan ketentraman anggota

masyarakat.

 Dapat meringankan beban masyarakat.

 Dapat memperkokoh tali persaudaraan.

B. saran

Semoga makalah ini berguna dan vermanfaat bagi penulis

khususnya dan pembaca pada umumnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

 Suparta dan Djedjen Zainuddin. 2005. Fiqih. Semarang : PT. Karya

Toha Putra.

 Tim Dosen Agama Islam. 1995. Pendidikan Agama Islam. Malang :

IKIP Malang.

 Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan terjemahnya. Toha Putra


 Mughniyah, Muhammad Jawad. 2006. Fiqih Lima Madzhab. Jakarta:
Lentera

13

Anda mungkin juga menyukai