Anda di halaman 1dari 36

POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN AIR DAN LIMBAH INDUSTRI

No. Dokumen No. Revisi Tanggal Efektif Halaman


FM-PM-02-04 00 16 September 2019 01 dari 01

“ANALISA ALKALINITY, TDS DAN TSS”

DISUSUN OLEH :

Nama Nim
Putri Sion Kemit 20 01 051
Riandy Agus Parulian Parhusip 20 01 052
Riris Yuli Masta simanulang 20 01 054
Sarina Jaya Sitorus 20 01 056
Sharon Simatupang 20 01 057

Group :C
Program Studi : Teknik Kimia
Tanggal Praktikum : 28 September 2022
Asisten Penanggung jawab : Juna Sihombing, ST, MT.

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
MEDAN
2022
\

LEMBAR PENGESAHAN
Analisa Alkalinity, TDS dan TSS

Nama Nim
Putri Sion Kemit 20 01 051
Riandy Agus Parulian Parhusip 20 01 052
Riris Yuli Masta simanulang 20 01 054
Sarina Jaya Sitorus 20 01 056
Sharon Simatupang 20 01 057

Group :C
Program Studi : Teknik Kimia
Tanggal Praktikum : 28 September 2022
Asisten Penanggung jawab : Juna Sihombing, ST, MT.

Medan, 28 September 2022


Asisten Laboratorium Pengembangan

(JunaSihombing, ST, MT)

i
\

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan inayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Pengolahan Air Dan Limbah Industri yang berjudul “Analisa Alkalinity, TDS dan
TSS”.
Terima kasih saya ucapkan kepada bapak Emil Salim P.Siregar.
S.T.,M.Sc. Eng. dan bapak Juna Sihombing, ST, MT. yang telah membantu saya
baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada kakak-
kakak asisten Laboratorium Pengembangan sehingga saya bisa menyelesaikan
tugas ini tepat waktu.
Saya menyadari, bahwa laporan Analisa Alkalinity, TDS dan TSS yang
saya buat ini masih jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa,
maupun penulisannya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis
bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga laporan Analisa Alkalinity, TDS dan TSS ini bisa menambah
wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan
peningkatan ilmu pengetahuan.

Medan, 28 September 2022

( Kelompok 1)

ii
\

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Tujuan Praktikum..................................................................................1
1.2 Landasan Teori......................................................................................1
1.2.1. Air.................................................................................................1
1.2.2. Karakteristik Air.........................................................................2
1.2.3. Pengolahan air Menjadi Air Minum...........................................3
1.3 Analisa Kadar Alkalinity, TDS dan TSS...............................................4
BAB II METODOLOGI.......................................................................................6
2.1. Alat dan Bahan......................................................................................6
2.2. Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Alkalinity, TDS dan TSS........7
2.2.1. Perancangan Alat........................................................................7
2.2.2. Prosedur Kerja.............................................................................8
2.2.2.1 Prosedur Kerja Pembuatan Reagen..................................8
2.2.2.2 Prosedur Kerja Pengolahan Air.......................................8
2.2.2.3 Prosedur Kerja Alkalinity................................................8
2.2.2.4 Prosedur Kerja TDS........................................................9
2.2.2.5 Prosedur Kerja TSS.........................................................9
2.2.2.6 Bagan Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Alkalinity,
TDS dan TSS..............................................................10
BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA..................................................11
3.1 Data......................................................................................................11
3.2 Pengolahan Data..................................................................................13
3.2.1 Perhitungan Alkalinity...............................................................13

iii
\

3.2.2 Perhitungan TSS.........................................................................15


BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................17
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21
LAMPIRAN..........................................................................................................22

iv
\

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1.1 Data Pengamatan Untuk P-Alkalinity.................................................11


Tabel 3.1.2 Data Pengamatan Untuk M-Alkalinity...............................................11
Tabel 3.1.3. Data Pengamatan TSS........................................................................12
Tabel 3.1.4 Data Pengamatan TDS........................................................................12
Tabel 1. Persyaratan Kualitas Air Minum PERMENKES No. 492/Menkes
/Per/IV/2010........................................................................................22

v
\

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2.2.6 Bagan Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Alkalinity,TDS,TSS


……………………………………………………………………………………………10

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Praktikum


1. Menentukan sifat keasaman dan kebasaan senyawa-senyawa
karbonat, bikarbonat dan hidroksida.
2. Mengetahui jenis-jenis indikator dan penggunaan indikator.
3. Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi alkalinity.
4. Mampu menganalisa alkalinity dengan metode asidimetri.
5. Untuk mengetahui air yang diteliti.
6. Untuk mengetahui atau mengukur TDS dan TSS sampel yang
diteliti.

1.2. Landasan Teori


1.2.1. Air
Air adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia, bahkan dapat dipastikan tanpa
pengembangan sumber daya air secara konsisten peradaban
manusia tidak akan mencapai tingkat yang dinikmati sampai
saat ini. Oleh karena itu pengembangan dan pengolahan sumber
daya air merupakan dasar peradaban manusia (Sunaryo, dkk,
2005).
Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting dan
menjadi kebutuhan bagi aktivitas dan kelangsungan makhluk
hidup, baik manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Air
sungai merupakan salah satu sumber air baku dari berbagai
alternatif sumber air yang ada untuk dilakukan proses
pengolahan. Sungai berperan sebagai perairan yang menjadi
sumber air terdekat bagi beberapa penduduk pedesaan dan
perkotaan serta tempat tinggal beberapa ekosistem air. Namun

1
seiring pertambahan penduduk, pertumbuhan industri,
perkembangan ekonomi dan peningkatan standar hidup
menyebabkan penurunan kualitas air sungai itu sendiri.
Penurunan kualitas air sungai ditandai dengan kualitas air yang
mengalir pada aliran sungai tersebut menjadi tercemar (Hartono,
et.al., 2009).

1.2.2. Karakteristik air


Karakteristik kimia air diantaranya adalah pH, oksigen
terlarut, Bolgycal Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen
Demand (COD), kesadahan dan senyawa-senyawa kimia
beracun seperti arsen.
1. pH
Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi
rasa, korosifitas air dan efisiensi klorinasi. beberapa
senyawa asam dan basa lebih toksid dalam bentuk
molekuler. Dimana disosiasi senyawa-senyawa tersebut
dipengaruhi oleh pH.
2. DO (Dissolved Oxygen)
DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang
berasal dari fotosintesa dan absorpsi atmosfer/udara.
Semakin banyak jumlah DO maka kualitas air semakin
baik. Satuan Deo biasanya dinyatakan dalam persentase
saturasi.
3. BOD (Biological Oxygen Demand)
BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk menguraikan bahan-bahan
organik (zat pencemar) yang terdapat di dalam air
buangan secara biologi. biola dan COD digunakan untuk
memenuhi kapasitas self purification badan air penerima.

2
Reaksi :
Zat organik + m.o + O2  CO2 + m.o + sisa material
organik (CHONSP)
4. COD (Chemical Oxygen Demand)
COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan organik secara kimia. Reaksi :
95% terurai zat organik + O2 ---> CO2 + H2O
5. Kesadahan
Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi
efektifitas pemakaian sabun, namun sebaliknya dapat
memberikan rasa yang segar. Di dalam pemakaian untuk
industri (air ketel, air pendingin atau pemanas) adanya
kesadahan dalam air tidaklah dikehendaki. Kesadahan
yang tinggi bisa disebabkan oleh adanya kadar residu
terlarut yang tinggi dalam air.
6. Senyawa-senyawa kimia yang beracun
Kehadiran unsur arsen (As) pada dosis yang rendah
sudah merupakan racun terhadap manusia sehingga perlu
pembatasan yang agak ketat (±0,05 mg/l). Kehadiran
besi (Fe) dalam air bersih akan menyebabkan timbulnya
rasa dan bau logam, menimbulkan warna koloid merah
(karat) akibat oksidasi oleh oksigen terlarut yang dapat
menjadi racun bagi manusia (Sihombing juna, 2021).

1.2.3. Pengolahan Air Menjadi Air Minum

Pengolahan air merupakan suatu proses yang digunakan


untuk membuat sumber air baku atau air limbah menjadi air
yang dapat diterima bagi pengguna akhir sesuai dengan standar
yang dibutuhkan (diinginkan) termasuk air bersih, air minum,

3
air untuk proses industri, air pengobatan dan air untuk keperluan
lainnya. Tujuan dari semua proses pengolahan air yang ada
adalah menghilangkan kontaminan dalam air, atau mengurangi
konsentrasi kontaminan tersebut sehingga menjadi air yang
diinginkan sesuai kebutuhan (pengguna akhir) tanpa merugikan
dampak ekologis. Proses-proses yang terlibat dalam pemisahan
kontaminan dapat menggunakan proses fisik seperti menetap
dan penyaringan kimia seperti desinfeksi dan koagulasi. Selain
itu proses biologi juga digunakan dalam pengolahan air limbah,
proses-proses ini dapat meliputi, mencampur dengan udara,
diaktifkan lumpur atau saringan pasir padat (Sihombing juna,
2021).

Pengolahan air meliputi air sebelum dimasukkan ke dalam


tambak/kolam maupun setelah berada didalam tambak/kolam
(selama proses pemeliharaan). Bila pengolahan air di dua tempat
ini memenuhi syarat kualitas air,maka cepat sekali mengalami
penurunan mutu. Biasanya sebelum digunakan untuk
pemeliharaan biota di tambak dan kolam, air terlebih melalui
proses pengendapan dan penyaringan. Pengendapan
dimaksudkan untuk mengendapkan berbagai bahan sedimentasi
dan limbah, sedangkan penyaringan dilakukan untuk menyaring
air yang banyak mengandung kotoran limbah (Anisa Intan, Sari
Wulan, 2005).

1.3. Analisa Kadar Alkalinity, TDS dan TSS


Alkalinity adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan
asam tanpa penurunan nilai pH larutan. Alkalinity dalam air yaitu : ion
karbonat (CO32-), ion bikarbonat (HCO3), ion borat (BO32-), ion fosfat
(PO4) dan ion silikat (SiO42-). Alkalinity ditetapkan melalui titrasi asam
basa. Asam kuat seperti H2SO4 dan HCL dapat menetralkan zat-zat

4
alkalinity yang merupakan zat basa sampai titik akhir titrasi yaitu kira-kira
PH 8,5 dan 4,5.
TDS adalah ukuran dari jumlah material yang dilarutkan
dalam air. Bahan ini dapat mencakup karbonat, bikarbonat, klorida, sulfat,
fosfat, nitrat, kalsium, magnesium, natrium, ion-ion organik, dan ion-ion
lainnya. Tingkat tertentu dalam air ion ini diperlukan untuk kehidupan
akuatik. Perubahan dalam konsentrasi TDS dapat berbahaya karena
densitas air menentukan aliran air masuk dan keluar dari sel-sel
organisme. Namun, jika konsentrasi tidak terlalu tinggi dan terlalu rendah
pertumbuhan kehidupan, jumlah air dapat dibatasi, dan kematian dapat
terjadi (Sihombing juna, 2021).
Padatan tersuspensi total (TSS) merupakan residu dari
padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal
2 μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid.
TSS (Total Suspended Solid) atau total padatan tersuspensi
adalah padatan yang tersuspensi di dalam air berupa bahan-bahan organik
dan anorganik yang dapat disaring dengan kertas millipore berpori-pori
0,45 pm. Materi yang tersuspensi mempunyai dampak buruk terhadap
kualitas air karena mengurangi penetrasi matahari ke dalam badan air,
kekeruhan air meningkat yang menyebabkan gangguan pertumbuhan bagi
organisme prosedur. (Thoriqul Huda, 2009).

5
BAB II
METODOLOGI

2.1. Alat dan Bahan


2.1.1. Alat
1. Erlenmeyer 100 ml : 6 buah
2. Beaker Glass 800 ml : 1 buah
3. Beaker Glass 500 ml : 1 buah
4. Pipet Volume 10 ml : 2 buah
5. Bola Hisap : 1 buah
6. Buret 50 ml : 1 buah
7. Pipet Tetes : 2 buah
8. TDS Meter : 1 buah
9. Pompa Vakum : 1 unit
10. Corong Buchner : 1 buah
11. Labu Buchner : 1 buah
12. Oven : 1 unit
13. Neraca Analitik : 1 unit
14. Desikator : 1 buah
15. Gegep Besi : 1 buah
16. Cawan Petridish : 2 buah
17. TDS Meter : 1 unit
18. Alat Filtrasi : 1 unit
19. Stopwatch : 1 buah
2.1.2. Bahan
1. H2SO4 0,02 N :1L
2. Indikator PP : 100 ml
3. Indikator MO : 100 ml
4. Air sungai sebelum difiltrasi :2L
5. Kertas saring : 2 buah

6
6. Aquadest :1L
7. Tissue : 1 kotak

2.2. Tahapan Pengolahan Air Dan Analisa Alkalinity, TDS dan TTS
2.2.1. Perancangan Alat
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Kolom media filtrasi dibersihkan.
3. Saringan akuarium dimasukkan ke dalam kolom media
filtrasi.
4. Batu kerikil dimasukkan ke dalam kolom media filtrasi.
5. Saringan akuarium dimasukkan ke dalam kolom media
filtrasi.
6. Pasir halus dimasukkan ke dalam kolom media filtrasi.
7. Pasir kasar dimasukkan ke dalam kolom media filtrasi.
8. Saringan akuarium dimasukkan ke dalam kolom media
filtrasi.
9. Arang dimasukkan ke dalam kolom media filtrasi.
10.Saringan akuarium dimasukkan ke dalam kolom media
filtrasi.
11. Zeolit dimasukkan ke dalam kolom media filtrasi.
12. Batu kerikil dimasukkan ke dalam kolom media filtrasi.
13. Ijuk dimasukkan ke dalam kolom media filtrasi.
14. Alat filtrasi dibersihkan dengan pencucian balik (back
wash) dan uji hasil filtrasinya.
15. Air yang keluar diperhatikan dari hasil pencucian, jika
sudah jernih, maka pencucian dihentikan.
16. Setelah alat filtrasi bersih, sampel dimasukkan ke dalam
alat filtrasi.
17. Hasil filtrasi ditampung dalam beaker glass 1000 ml.
18. Debit air hasil olahan diukur dan dihitung pengotor yang
terserap.

7
2.2.2. Prosedur kerja
2.2.2.1. Prosedur Kerja Pembuatan Reagen
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Labu ukur diisi aquadest 1/3 bagiannya.
3. Larutan H2SO4 98% dipipet sebanyak 0,54 mL
kedalam labu ukur 1 L.
4. Aquadest ditambahkan sampai tanda batas dibaca
dengan menggunakan miniskus bawah dan larutan
dihomogenkan.

2.2.2.2. Prosedur Kerja Pengolahan Air


1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Kolom media filtrasi dibersihkan hingga tidak ada
lagi kotoran yang tertinggal.
3. Sampel air sungai dituang kedalam kolom media
filtrasi.
4. Air hasil filtrasi ditampung didalam beaker glass.

2.2.2.3. Prosedur Kerja Alkalinity


a. P-Alkalinity
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Masing-masing sampel dipipet sebanyak 25
mL dan dimasukkan kedalam erlenmeyer.
3. Indikator PP ditambahkan sebanyak 3 tetes.
4. Jika warna larutan tidak berubah maka P-
alkaliniy = 0 dan tidak perlu dititrasi.
5. Jika warna larutan berubah maka sampel
dititrasi dengan larutan H2SO4 0,02 N.
b. M-Alkalinity
1. Alat dan bahan disiapkan.

8
2. Masing-masing sampel dipipet sebanyak 25
mL dan dimasukkan kedalam erlenmeyer.
3. Indikator MO ditambahkan sebanyak 1
tetes.
4. Jika warna berubah, sampel dititrasi dengan
larutan H2SO4 0,02 N hingga warna orange
tua.
5. Volume titrasi dicatat.

2.2.2.4. Prosedur kerja TDS


1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Sampel diambil sebanyak 300 mL dan
dimasukkan ke dalam beaker glass.
3. Tutup TDS meter dibuka dan alat dihidupkan.
4. TDS meter dibilas dengan aquadest.
5. TDS dimasukkan ke dalam sampel yang akan
diukur kadar TDS-nya
6. Nilai TDS dan suhu dicatat setelah nilainya
konstan.
7. TDS meter dibilas dengan aquadest dan
dikeringkan dengan tisu.
8. Alat TDS meter dimatikan dan ditutup
kembali.
9. Prosedur 4 sampai dengan 7 diulangi untuk
sampel berikutnya.

2.2.2.5. Prosedur kerja TSS


1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Kertas saring yang telah dioven ditimbang
dengan neraca analitik dan dicatat beratnya.

9
3. Sampel disaring pada kertas saring dengan
bantuan pompa vakum dan corong buchner.
4. Pompa vakum dihidupkan dengan menekan
tombol ON.
5. Sampel dipipet sebanyak 10 mL dan dituang
pada kertas saring.
6. Air dipastikan sudah tidak menggenang
dicorong buchner.
7. Pompa dimatikan dan kertas saring diambil
serta diletakkan di cawan petridish.
8. Kertas saring dikeringkan kedalam oven
selama 1 jam.
9. Setelah 1 jam, kertas saring didinginkan di
desikator selama 15 menit.
10. Kertas saring ditimbang dengan neraca analitik
dan dicatat beratnya.

2.2.2.6. Bagan Tahapan Pengolahan Air Dan Analisa


Alkalinity, TDS dan TSS

(Gambar 2.2.2.6 Bagan Tahapan Pengolahan Air


dan Analisa Alkalinity, TDS, TSS)

10
BAB III
DATA DAN PENGOLAHAN DATA

3. 1 Data
3.1.1 Data Pengamatan P-Alkalinity

Tabel 3.1.1 Data Pengamatan untuk P-Alkalinity


No . Nama Volume Volume Hasil
Sampel Sampel Indikator
(ml) PP (tetes)
1 Air sungai 25 3 0
Sebelum filtrasi
2 Air sungai 25 3 0
Setelah filtrasi
Pengamatan P-Alkalinity
1. Air Sungai Sebelum Filtrasi
Air sungai sebelum filtrasi + Ind. PP Larutan Tidak berwarna
2. Air Sungai Sesudah Filtrasi
Air sungai sesudah filtrasi + Ind. PP Larutan Tidak berwarna

3.1.2 Data Pengamatan M-Alkalinity


Tabel 3.1.2 Data Pengamatan untuk M-Alkalinity
No . Nama Volume Volume Volume
Sampel Sampel Indikator Titrasi H2SO4
(ml) PP (tetes) 0,02N (ml)
1 Air sungai 25 1 1,3
Sebelum filtrasi
2 Air sungai 25 1 1,2
Setelah filtrasi

11
Pengamatan M-Alkalinity:
1. Air Sungai Sebelum Filtrasi
Air sungai sebelum filtrasi + Ind. MO Larutan orange

dititrasi dengan
Larutan Orange Larutan warna orange tua
H2SO4 0,02 N

2. Air Sungai Sesudah Filtrasi


Air sungai sesudah filtrasi + Ind. MO Larutan warna orange

dititrasi dengan
Larutan Orange Larutan warna orange tua
H2SO4 0,02 N

3.1.3 DATA PENGAMATAN TSS


Tabel 3.1.3. Data Pengamatan TSS
No Nama Volume Berat Kertas Berat Endapan
Sampel Sampel Saring Kosong di Oven (gr)
(ml) (gr) (gr)
1 Air sungai 100 0,5752 0,5955
sebelum difiltrasi
2 Air sungai 100 0,4791 0,5716
setelah difiltrasi

3.1.4 DATA PENGAMATAN TDS


Tabel 3.1.4 Data Pengamatan TDS
No Nama Sampel Volume Suhu TDS
Sampel (oC) (ppm)
1 Air sungai 100 28,6 88
sebelum filtrasi

12
2 Air sungai 100 28,8 85
setelah filtrasi

3. 2 Pengolahan Data
3.2.1 Perhitungan Nilai Alkalinity
A. Menghitung P-Alkalinity
 Sebelum Filtrasi
Dik: Volume H2SO4 0,02 N = 0 mL
Volume air sungai sebelum filtrasi = 25 mL
Dit: P-Alkalinity =....?
Penyelesaian:
1000 𝑚𝐿 × Volume H2SO4 × 0,02 N × 𝐵𝐸 𝐶𝑎𝐶𝑂3

P-Alkalinity = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒l

1000𝑚𝐿 /𝐿 × 0 mL× 0,02mek /mL × 50 𝑚𝑔 /𝑚𝑒𝑘


P-Alkalinity = 25 𝑚L

P-Alkalinity = 0 ppm

 Setelah Filtrasi
Dik: Volume H2SO4 0,02 N = 0 mL
Volume air sungai setelah filtrasi = 25 mL
Dit: P-Alkalinity = ...?
Penyelesaian:
1000 𝑚𝐿 × Volume H2SO4 × 0,02 N × 𝐵𝐸 𝐶𝑎𝐶𝑂3

P-Alkalinity = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒l

1000𝑚𝐿 /𝐿 × 0 mL× 0,02mek /mL × 50 𝑚𝑔 /𝑚𝑒𝑘


P-Alkalinity = 25 𝑚L

P-Alkalinity = 0 ppm

13
B. Menghitung M-Alkalinity
 Sebelum Filtrasi
Dik: Volume H2SO4 0,02 N = 1,1 mL
Volume air sungai setelah filtrasi = 25 mL
Dit: M-Alkalinity = ...?
Penyelesaian:
1000 𝑚𝐿 × Volume H2SO4 × 0,02 N × 𝐵𝐸 𝐶𝑎𝐶𝑂3

M-Alkalinity = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒l

1000𝑚𝐿 /𝐿 × 1,1 mL× 0,02mek /mL × 50 𝑚𝑔 /𝑚𝑒𝑘


M-Alkalinity = 25 𝑚L

M-Alkalinity = 44 ppm

 Setelah Filtrasi
Dik: Volume H2SO4 0,02 N = 1,2 mL
Volume air sungai setelah filtrasi = 25 mL
Dit: P-Alkalinity = ...?
Penyelesaian:
1000 𝑚𝐿 × Volume H2SO4 × 0,02 N × 𝐵𝐸 𝐶𝑎𝐶𝑂3

M-Alkalinity = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒l

1000𝑚𝐿 /𝐿 × 1,2 mL× 0,02 mek /mL × 50 𝑚𝑔 /𝑚𝑒𝑘


M-Alkalinity = 25 𝑚L

M-Alkalinity = 48 ppm

14
3.2.2 Menghitung Nilai TSS
 Air Sungai Sebelum Difiltrasi
Dik: Berat kertas saring kosong = 0,5752 gr = 575,2 mg Berat
kertas saring + endapan = 0,5955 gr = 595,5 mg

Volume sampel = 10 mL
Dit: TSS = ...?

Penyelesaian:

1000 𝑚𝐿/𝐿 × (𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔 + 𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛) −


TSS = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘.𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒l

TSS = 1000 𝑚𝐿/𝐿 ×(595,5− 575,2) 𝑚𝑔

10 𝑚l
TSS = 2030 ppm

 Air Sungai Sesudah Difiltrasi


Dik: Berat kertas saring kosong = 0,5684 gr =
568,4 mg
Berat kertas saring + endapan = 0,5716 gr =
571,6 mg
Volume sampel = 10 mL
Dit: TSS = ...?
Penyelesaian:

1000 𝑚𝐿/𝐿 × (𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔 + 𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛) −


TSS = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘.𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒l

TSS = 1000 𝑚𝐿/𝐿 ×(571,6− 568.4) 𝑚𝑔

10 𝑚l
15
TSS = 320 ppm

16
17
BAB IV
PEMBAHASAN

Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting dan menjadi
kebutuhan bagi aktivitas dan kelangsungan makhluk hidup, baik manusia, hewan
maupun tumbuh-tumbuhan. Air sungai merupakan salah satu sumber air baku dari
berbagai alternatif sumber air yang ada untuk dilakukan proses pengolahan.
Pengolahan air merupakan suatu proses yang digunakan untuk membuat
sumber air baku atau air limbah menjadi air yang dapat diterima bagi pengguna
akhir sesuai dengan standar yang dibutuhkan (diinginkan) termasuk air bersih, air
minum, air untuk proses industri, air pengobatan dan air untuk keperluan lainnya.
Tujuan dari semua proses pengolahan air yang ada adalah menghilangkan
kontaminan dalam air, atau mengurangi konsentrasi kontaminan tersebut sehingga
menjadi air yang diinginkan sesuai kebutuhan (pengguna akhir) tanpa merugikan
dampak ekologis. Proses-proses yang terlibat dalam pemisahan kontaminan dapat
menggunakan proses fisik seperti menetap dan penyaringan kimia seperti
desinfeksi dan koagulasi.
Alkalinitas merupakan konsentrasi total dari unsur basa yang terkandung
daam air dan biasa dinyatakan dalam mg/l atau setara dengan kalsium karbonat
(CaCO3). Konsentrasi total alkalinitas sangat erat hubungannya dengan
konsentrasi total kesadahan air, umumnya total alkalinitas mempunyai konsentrasi
yang sama dengan total kesadahan air hal ini disebabkan karena kesadahan atau
yang disebut juga sebagai konsentrasi ion – ion logam bervalensi 2 seperti Ca 2+
dan Mg2+ dipasok dalam jumlah yang sama dari lapisan tanah dengan HCO 3 dan
CO2 yang merupakan unsur pembentuk total alkalinitas. Dalam analisa P-
Alkalinity digunakan indikator PP sebanyak 3 tetes dan untuk sampel pristine
sebanyak 7 tetes. Jika warna larutan tidak berubah menjadi sedikit merah maka P-
Alkalinity sama dengan nol. Hal ini menunjukkan larutan sampel bersifat asam.
Untuk semua sampel yang digunakan baik yang difiltrasi maupun tidak difiltrasi
tidak mengalami perubahan warna. Sehingga tidak dilakukan titrasi dengan

18
larutan H2SO4 0,02 N. Analisa M-Alkalinity digunakan indikator MO sebanyak 3
tetes. Ketika larutan sampel yang tidak berwarna ditambahkan indikator MO,
maka larutan akan berubah menjadi larutan kuning yang akan dititrasi dengan
menggunakan larutan H2SO4 0,02 N sampai larutan berubah warna menjadi
larutan orange. Sampel pertama yang dianalisa adalah air sungai sebelum difiltrasi
dibutuhkan volume H2SO4 0,02 N adalah sebanyak 1,0 ml, sehingga diperoleh M-
Alkalinity sebesar 40 ppm. Sampel kedua yang dianalisa adalah air sungai setelah
difiltrasi dibutuhkan volume H2SO4 0,02 N adalah sebanyak 0,8 ml, sehingga
diperoleh M-Alkalinity sebesar 32 ppm. Untuk sampel air Cleo dan air ades
dibutuhkan volume H2SO4 0,02 N adalah sebanyak 0,1 ml, sehingga diperoleh M-
Alkalinity sebesar 4 ppm. Untuk sampel air ades dibutuhkan H2SO4 0,02 N adalah
sebanyak 0,1 ml, sehingga diperoleh M- Alkalinity sebesar 4 ppm. Pada
percobaan TSS menggunakan sampel air sungai sebelum difiltrasi didapatkan
nilai TSS yaitu sebesar 1130 ppm. Dan pada sampel air sungai setelah difiltrasi
didapatkan nilai TSS yaitu sebesar 980 ppm.
Menurut standar WHO, air sungai sebelum di filtrasi merupakan kategori
bukan air minum karena jumlah kadarnya melebihi 100 ppm. Sementara itu
sampel air sungai setelah di titrasi merupakan kategori air minum karena kadarnya
berada pada interval 10-100 ppm. Batas TDS air yang bisa diminum adalah di
bawah 100 ppm, sedangkan standar kualitas air minum yang telah ditentukan
PERMENKES RI No. 4922010 sebesar 500 mg/L.

19
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Alkalinitas mampu menetralisir keasaman di dalam air, secara khusus
alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan
kapasitas pembufferan dari ion bikarbonat, dan tahap tertentu ion
karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut dalam air akan
bereaksi dengan ion hydrogen sehingga menurunkan kemasaman dan
menaikkan pH.
2. Indikator yang digunakan yaitu indicator PP dan indicator MO.
Indikator PP digunakan dengan menitar sampel hingga pH 8.3.
sedangkan Indikator MO menyatakan situasi dengan asam menuju
titik akhir pH 4,3.
3. Faktor yang dapat mempengaruhi kesalahan dalam analisa kadar
alkalinitas suatu sampel adalah proses titrasi, indikator yang
digunakan, karbondioksida dan akan mempengaruhi alkalinitas suatu
sampel yang terbuka terhadap udara.
4. Percobaan Alkalinity dilakukan dengan metode titrasi asidimetri
menggunakan penitar larutan H2SO4 0,02 N.
5. Pada sampel air sungai sebelum filtrasi dan sampel air sungai sesudah
filtrasi nilai P-Alkalinity sebesar 0 ppm. Hal ini dikarenakan tidak
adanya perubahan warna setelah penambahan indikator PP. Pada
sampel air sungai sebelum difiltrasi, air sungai sesudah difiltras
diperoleh nilai M-Alkalinity secara berturut-turut yaitu 44 ppm, dan
48 ppm. Terjadi perubahan warna setelah penambahan indikator MO..
6. Nilai TDS pada sampel air sungai sebelum filtrasi dan sampel air
sungai sesudah filtrasi secara berturut-turut yaitu 88 ppm dengan suhu
28,6ºC dan 85 ppm dengan suhu 28,8ºC. Sedangkan nilai TSS pada
sampel air sungai sebelum filtrasi dan sampel air sungai sesudah

20
filtrasi secara berturut-turut yaitu 2030 ppm dan 320 ppm.

5.2 Saran

21
DAFTAR PUSTAKA

Ajeng Ari Novia, dkk. 2019. Alat Pengolahan Air Baku Sederhana Dengan
Sistem Filtrasi. Universitas Pembangunan Jaya. Widyakala Volume 6
Special Issue.
Hartono, Djoko M., Sulistyoweni & Sutjiningsih, Dwita, 2009. Penentuan
Indikator Pencemaran Air dengan Pendekatan Indeks Kualitas Air pada
Air Baku Air Minum dari Saluran Tarum Barat. Departemen Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok.
Huda, Thorikul. 2009. Hubungan Antara Total Suspended Solid Dengan
Turbidity Dan Dissolved Oxygen.
Sihombing, juna, dkk. 2021. Buku penuntun praktikum "Pengolahan Air dan
Limbah Industri". Medan. Politeknik Teknologi Kimia Industri.
Sunaryo, T. M. dkk., 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air. Malang : Bayumedia
Publishing Anggota IKAPI Jatim.

22
LAMPIRAN

Tabel 1. Persyaratan Kualitas Air Minum PERMENKES No.


492/Menkes/Per/IV/2010
Kadar maksimal
No Jenis parameter Satuan
yang diperbolehkan

Parameter yang berhubungan


1
langsung dengan kesehatan

a. Parameter Mikrobiologi

Jumlah per 100


1) E. Coli 0
ml sampel

Jumlah per 100


2) Total Bakteri Koliform 0
ml sampel

b. Kimia an-organik

1) Arsen mg/l 0,01

2) Flourida mg/l 1,5

3) Total Kromium mg/l 0,05

4) Kadmium mg/l 0,003

5) Nitrit, (Sebagai NO2-) mg/l 3

6) Nitrat (Sebagai NO3-) mg/l 50

7) Sianida mg/l 0,07

8) Selenium mg/l 0,01

2 Parameter yang tidak langsung

23
berhubungan dengan kesehatan

a. Parameter fisik

1) Bau Tidak berbau

2) Warna TCU 15

3) Total zat padat


mg/l 500
terlarut (TDS)

4) Kekeruhan NTU 5

5) Rasa Tidak berasa

6) Suhu O
C Suhu udara ±3

b. Parameter Kimiawi

1) Aluminium mg/l 0,2

2) Besi mg/l 0,3

3) Kesadahan mg/l 500

4) Khlorida mg/l 250

5) Mangan mg/l 0,4

6) pH mg/l 6,5 – 8,5

24
25
26
27
28
29

Anda mungkin juga menyukai