UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH SEJARAH INDONESIA KUNO
1. Merekonstruksi sejarah Indonesia kuno merupakan upaya dalam membangun kembali
masa lalu, guna kepentingan masa kini dan masa yang akan datang. Upaya rekonstruksi sejarah Indonesia kuno melibatkan berbagai sumber data dan metode analisis yang mendalam, meliputi : a. Data Prasasti (Efigrafi) adalah tulisan yang berisi informasi yang terukir atau tertulis pada pada permukaan batu, logam, kayu, dsb. Isi prasasti biasanya memiliki tiga bagian yang berisi tentang kejadian masa lampau, tiga bagian tersebut meliputi ; 1) Bagian pembuka yang terdapat informasi mengenai penanggalan, dewa yang dipuja, nama raja, dan latar belakang prasasti itu dibuat ; 2) Bagian selanjutnya Bernama Manggala yang berisi tentang para pejabat negara dan desa, tokoh tertentu, beragam jenis pasek (upeti), makanan atau minuman dan beragam jenis kegiatan ; 3) Terakhir adalah bagian penutup dimana terdapat informasi mengenai sapatha (kutukan) dan nama pejabat pelindung. b. Data Naskah (Filologi dan Arsip) adalah dokumen yang berisi informasi bersifat tekstual. Data tersebut biasanya berupa data naskah yang merupakan naskah-naskah kuno yang ditulis oleh seorang pujangga dan arsip kuno yang merupakan catatan perjalanan maupun berita asing yang terekam oleh Kerajaan luar yang berinteraksi dengan wilayah Nusantara. c. Data Arkeologi adalah informasi tentang kehidupan dan aktivitas manusia pada masa lalu yang diperoleh melalui temuan-temuan berupa artefak seperti arca, keramik, candi, struktur bangunan, dsb.
2. Teori-teori awal masuknya pengaruh budaya Hindu-Buddha ke Nusantara seperti teori
Brahmana, Ksatria, dan Waisya memiliki kelemahan pada masing-masing teorinya. Pada teori Brahmana terdapat keraguan tentang mitos bahwasanya brahmana dilarang untuk menyeberangi lautan dan meninggalkan tanah airnya, selanjutnya pada teori ksatria diragukan sebab tidak ada bukti bahwa terdapat penaklukan oleh tentara India ke Nusantara, terakhir pada teori waisya diragukan sebab keahlian khusus untuk memahami bahasa sanskerta tidak dimiliki oleh pedagang. Tetapi lebih jelasnya teori- teori ini diragukan sebab teori-terori tersebut cenderung meragukan faktor-faktor lain yang kemungkinan berperan dalam proses masuknya pengaruh-pengaruh tersebut seperti faktor ekonomi, politik, dan sosial. Lebih jelas Teori-teori awal cenderung mendominasikan pengaruh-pengaruh India dibanding dengan budaya lokal Masyarakat Nusantara yang memiliki kontribusi terhadap masuknya pengaruh budaya Hindu- Buddha di Nusantara. 3. Perdebatan tentang antara satu dan dua dinasti pada penguasaan kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah muncul Ketika J.G. De Casparis mengajukan teori dua dinasti yang berkuasa. Teori ini berpendapat bahwa Kerajaan Mataram Kuno memiliki dua dinasti yang berkuasa secara bergantian atau bersamaan. Dinasti pertama adalah Wangsa Sanjaya, dan dinasti kedua adalah Wangsa Syailendra. Menurut teori ini, ada peralihan kekuasaan antara dinasti-dinasti tersebut. Pendukung teori dua dinasti mengacu pada beberapa prasasti yang mengindikasikan keberadaan dinasti Sanjaya dan Syailendra di Mataram. Mereka berargumen bahwa kedua dinasti ini memiliki peran yang berbeda dalam sejarah Mataram Kuno. Sedangkan teori satu dinasti menyatakan bahwa Kerajaan Mataram Kuno hanya memiliki satu dinasti yang menguasai selama sebagian besar sejarahnya. Dinasti tersebut adalah Wangsa Syailendra. Menurut R.Ng. Poerbatjaraka Sanjaya dan keturunannya adalah raja-raja dari Wangsa Syailendra yang pada suatu Ketika berpindah agama dari Siwa ke Buddha, sehingga Kerajaan Mataram Kuno dikendalikan oleh satu dinasti dari awal sampai akhir.
4. Sependek pengetahuan penulis Kerajaan Majapahit tidak dapat disematkan dengan
negara maritim atau agraris. Menilik lokasi yang diasumsikan sebagai lokasi Kerajaan Majapahit terbilang sangat strategis sebab dekat dengan Sungai Brantas dan muara Sungai Bengawan Solo sehingga mendukung sektor pertanian untuk menghasilkan padi dalam jumlah yang besar untuk dijual. Selain itu dalam aspek kemaritiman Majapahit didukung dengan lokasi Kerajaan yang dekat dengan jalur perdagangan yang menghubungkan Selat Malaka dan Kepulauan Maluku. Berbekal dua aspek yang mendukung tersebut Kerajaan Majapahit disebut sebagai kerajaan agraris dan maritim karena Majapahit menggabungkan kedua kekuatan perekonomiannya, yaitu dari bercocok tanam padi (agraris) dan perdagangan rempah-rempah (maritim).
Eksistensi Organisasi Kayoman Dalam Merevitalisasi Mata Air Berlandaskan Kearifan Lokal Masyarakat Bali Aga Desa Pedawa-Laporan Penelitian 1 (Revisi 2)