Anda di halaman 1dari 2

NAMA : LALU SYARIF HIDAYATULLAH

NIU : 519509

UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH SEJARAH INDONESIA KUNO

1. Merekonstruksi sejarah Indonesia kuno merupakan upaya dalam membangun kembali


masa lalu, guna kepentingan masa kini dan masa yang akan datang. Upaya rekonstruksi
sejarah Indonesia kuno melibatkan berbagai sumber data dan metode analisis yang
mendalam, meliputi :
a. Data Prasasti (Efigrafi) adalah tulisan yang berisi informasi yang terukir atau
tertulis pada pada permukaan batu, logam, kayu, dsb. Isi prasasti biasanya memiliki
tiga bagian yang berisi tentang kejadian masa lampau, tiga bagian tersebut meliputi
; 1) Bagian pembuka yang terdapat informasi mengenai penanggalan, dewa yang
dipuja, nama raja, dan latar belakang prasasti itu dibuat ; 2) Bagian selanjutnya
Bernama Manggala yang berisi tentang para pejabat negara dan desa, tokoh tertentu,
beragam jenis pasek (upeti), makanan atau minuman dan beragam jenis kegiatan ;
3) Terakhir adalah bagian penutup dimana terdapat informasi mengenai sapatha
(kutukan) dan nama pejabat pelindung.
b. Data Naskah (Filologi dan Arsip) adalah dokumen yang berisi informasi bersifat
tekstual. Data tersebut biasanya berupa data naskah yang merupakan naskah-naskah
kuno yang ditulis oleh seorang pujangga dan arsip kuno yang merupakan catatan
perjalanan maupun berita asing yang terekam oleh Kerajaan luar yang berinteraksi
dengan wilayah Nusantara.
c. Data Arkeologi adalah informasi tentang kehidupan dan aktivitas manusia pada
masa lalu yang diperoleh melalui temuan-temuan berupa artefak seperti arca,
keramik, candi, struktur bangunan, dsb.

2. Teori-teori awal masuknya pengaruh budaya Hindu-Buddha ke Nusantara seperti teori


Brahmana, Ksatria, dan Waisya memiliki kelemahan pada masing-masing teorinya.
Pada teori Brahmana terdapat keraguan tentang mitos bahwasanya brahmana dilarang
untuk menyeberangi lautan dan meninggalkan tanah airnya, selanjutnya pada teori
ksatria diragukan sebab tidak ada bukti bahwa terdapat penaklukan oleh tentara India
ke Nusantara, terakhir pada teori waisya diragukan sebab keahlian khusus untuk
memahami bahasa sanskerta tidak dimiliki oleh pedagang. Tetapi lebih jelasnya teori-
teori ini diragukan sebab teori-terori tersebut cenderung meragukan faktor-faktor lain
yang kemungkinan berperan dalam proses masuknya pengaruh-pengaruh tersebut
seperti faktor ekonomi, politik, dan sosial. Lebih jelas Teori-teori awal cenderung
mendominasikan pengaruh-pengaruh India dibanding dengan budaya lokal Masyarakat
Nusantara yang memiliki kontribusi terhadap masuknya pengaruh budaya Hindu-
Buddha di Nusantara.
3. Perdebatan tentang antara satu dan dua dinasti pada penguasaan kerajaan Mataram
Kuno di Jawa Tengah muncul Ketika J.G. De Casparis mengajukan teori dua dinasti
yang berkuasa. Teori ini berpendapat bahwa Kerajaan Mataram Kuno memiliki dua
dinasti yang berkuasa secara bergantian atau bersamaan. Dinasti pertama adalah
Wangsa Sanjaya, dan dinasti kedua adalah Wangsa Syailendra. Menurut teori ini, ada
peralihan kekuasaan antara dinasti-dinasti tersebut. Pendukung teori dua dinasti
mengacu pada beberapa prasasti yang mengindikasikan keberadaan dinasti Sanjaya dan
Syailendra di Mataram. Mereka berargumen bahwa kedua dinasti ini memiliki peran
yang berbeda dalam sejarah Mataram Kuno. Sedangkan teori satu dinasti menyatakan
bahwa Kerajaan Mataram Kuno hanya memiliki satu dinasti yang menguasai selama
sebagian besar sejarahnya. Dinasti tersebut adalah Wangsa Syailendra. Menurut R.Ng.
Poerbatjaraka Sanjaya dan keturunannya adalah raja-raja dari Wangsa Syailendra yang
pada suatu Ketika berpindah agama dari Siwa ke Buddha, sehingga Kerajaan Mataram
Kuno dikendalikan oleh satu dinasti dari awal sampai akhir.

4. Sependek pengetahuan penulis Kerajaan Majapahit tidak dapat disematkan dengan


negara maritim atau agraris. Menilik lokasi yang diasumsikan sebagai lokasi Kerajaan
Majapahit terbilang sangat strategis sebab dekat dengan Sungai Brantas dan muara
Sungai Bengawan Solo sehingga mendukung sektor pertanian untuk menghasilkan padi
dalam jumlah yang besar untuk dijual. Selain itu dalam aspek kemaritiman Majapahit
didukung dengan lokasi Kerajaan yang dekat dengan jalur perdagangan yang
menghubungkan Selat Malaka dan Kepulauan Maluku. Berbekal dua aspek yang
mendukung tersebut Kerajaan Majapahit disebut sebagai kerajaan agraris dan maritim
karena Majapahit menggabungkan kedua kekuatan perekonomiannya, yaitu dari
bercocok tanam padi (agraris) dan perdagangan rempah-rempah (maritim).

Anda mungkin juga menyukai