Anda di halaman 1dari 5

NAMA : STELLA ELSHADA PUTRI

NIM : 2101571024
MATKUL : TEORI KONFLIK DAN KEKERASAN
RANGKUMAN TEORI KONFLIK DAN KEKERASAN
INTEGRASI DAN KONFLIK
1. Konflik dan integrasi sebagai gejala sosial
Konflik mempunyai hubungan erat dengan proses integrasi. Hubungan ini disebabkan karena
proses integrasi merupakan proses dari disorganisasi dan disintegrasi. Makin tinggi konflik intra-
kelompok maka semakin besar gaya sentripetalnya, makin kecil derajat integrasi kelompok.
Konflik/pertentangan memiliki beberapa fase yaitu fase disorganisasi dan fase disintegrasi.
Adapun faktor-faktor sosial yang mempengaruhi hidup dan akan menentukan terarahnya
kehidupan sosial menuju ke disintegrasi atau menuju ke integrasi, yaitu:
 Tujuan dari kelompok sosial (goals and objective)
 Sistem sosialnya (sosial system)
 Sistem tindakannya (action system)
 Sistem sanksi (sanction system)
Disorganisasi terjadi apabila perbedaan atau jarak antara tujuan sosial dan pelaksana terlalu
besar. Gejala-gejala disorganisasi dan disintegrasi (tahap pertama) adalah adanya:
a. Ketidak kesefahaman lagi pada anggota kelompok tentang tujuan sosial yang hendak
dicapai yang semula menjadi pegangan kelompok
b. Norma-norma sosial tidak membantu anggota masyarakat lagi dalam mencapai tujuan
yang telah disepakatinya
c. Norma-norma dalam kelompok dan yang dihayati oleh anggotanya bertentangan satu
sama lain
d. Sanksi sudah menjadi lemah bahkan sanksi tidak dilaksanakan dengan konsekuen lagi
e. Tindakan anggota masyarakat sudah bertentangan dengan norma-norma kelompok
2. Integrasi demi kelangsungan hidup kelompok
Integrasi sebagai proses mempertahankan kelangsungan hidup dalam kelompok bisa tercapai
beberapa fase yaitu akomodasi, kerjasama, koordinasi, dan asimilasi. Integrasi sebagai salah satu
proses dan hasil kehidupan sosial merupakan alay uag bertujuan untuk mengadakan suatu
keadaan kebudayaan yang homogen. Kelangsungan hidup kelompok akan terjamin apabila
homogenitas tercapai. Asimilasi merupakan tahap yang paling mendekati integrasi. Proses
asimilasi bukan merupakan suatu proses searah, melainkan merupakan suatu two-way process
karena menyangkutpihak yang diintegrasikan dan kelompok/anggota lain yang mengintegrasi.
Integrasi merupakan suatu ikatan berdasarkan norma, karena norma kelompok merupakan unsur
yang “mengatur tingkah laku, dengan mengadakan tuntutan tentang bagaimana orang harus
bertingkah laku”. Integrasi berhasil apabila:
a. Anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil mengisi kebutuhan satu sama lain.
b. Apabila tercapai semacam consensus mengenai norma dan nilai sosial
c. Apabila norma-norma cukup lama adalah tetap dan tidak berubah
d. Apabila anggota masyarakat merasa bahwa mereka tidak dirugikan dalam kehidupan
kelompoknya ataupun merasa bahwa keuntungan yang diperoleh daripadanya masih lebih
besar dari pada keuntungannya, maka dengan sendirinya anggota akan tinggal diam di
dalam kelompok
e. Apabila terdapat persesuaian faham tentang norma-norma, artinya tentang apa dan
bagaimmana seharusnya orang bertingkah laku, bagaimana tujuan masyarakt harus
dicapai, maka kehidupan dalam kelompok akan stabil dan orang akan suka dan tinggal
didalamnya
f. Apabila norma yang berlaku cukup konsisten dan membentuk suatu struktur yang jelas,
maka orang juga akan suka tinggal didalam kelompoknya.
3. Faktor toleransi dalam kelompok
Salah satu sebab konflik adalah reaksi yang diberikan oleh dua orang atau lebih dalam suatu
situasi yang sama, akan berbeda-beda.
Menurut GERUNGAN, prasangka sosial terjadi karena:
a. Kekurangan pengetahuan dan pengertian akan hidup pihak yang lain
b. Kepentingan perseorangan dan goongan
c. Ketidakinsafan akan kerugian yang dialami masing-masing apabila prasangka dipupuk
Apabila pekerjaan kelompok cukup lama tercapai, maka kemungkinan integrasi meningkat dan
terciptlah fase koordinasi. Akhirnya akan tercapai fase asimilasi sehingga fase ini adalah proses
atau dengan kata-kata dari OGBURN dan NIMKOFF: “the process whereby individuals or
groups once dissimilar become similar, that is, become identified in their interest and outlook”.
Selanjutnya PARK dan BURGESS mengatakan bahwa: “it is process of interpenetration and
fusion in which persons and groups acquire the memories, sentiments and attitudes of persons or
groups and by sharing their experience and history are incorporated with the, in a cultural life”
Karena asimilasi adalah proses, maka asimilasipun melalui beberapa tahap. Tahap-tahap ini
berkisar pada fase:
a. Perubahan dari nilai-nilai dan kebudayaan semula
b. Penerimaan cara hidup yang baru, termasuk penggunaan bahasa kelompok.
Proses asimilasi adalah proses mengakhiri kebiasaan lama dan sekaligus mempelajari dan
menerima kehidupan yang baru. Dalam proses ini, maka kelompok atau individu yang
mengalami pengintegrasian mengalami proses belajar, yaitu belajar peraturan yang formil, yang
bersama-sama dengan peraturan yang formil merupakan landasan norma-norma masyarakat yang
dimasuki.
ROBERT E. PARK dan ERNEST W. BURGESS dari University of Chicago menganggap
bahwa fase persaingan sebenarnya merupakan suatu bentuk interaksi tanpa kontak sosial satu
sama lain.
Dalam fase oersaingan makan individu maupun kelompok menjauhi satu sama lain, padahal
kegiatan interaksi adalah kegiatan pertemuan pikiran, dengan pikiran pihak yang satu
disampaikan kepada pihak yang lain dengan usaha agar masing-masing dapat mencaoai titik
pertemuan dan saling mempengaruhi.
PARK dan BURGESS berpendapat bahwa suatu peperangan merupakan suatu “kegiatan politik
par excellence” dan merupakan situasi krisis yang paling jelas. Menurut PARK dan BURGESS
dari bidang politik jelaslah bahwa organisasi-organisasi politik makin giat dalam suatu situasi
krisis sedangkan lembaga-lembaga seperti parlemen, pengadilan dan diskusi umum dimaksudkan
untuk dapat menghindari pertentangan ataupun mengurangi situasi pertentangan menjadi situasi
yang lebih reda dan tertib dalam masyarakat.
Tahap-tahap dan bentuk interaksi akomodasi, asimilasi merupakan situasi dimana setiap pihak
berusaha adanya penyesuaian mental dalam diri masing-masing, yaitu penyesuaian dengan
situasi sosial yang obyektif .
Terutama fase akomodasi memperlihatkan adanya usaha antara pihak-pihak yang mula-mula
bertentangan satu sama lain untuk mencari jalan penyesuaian terhadap faktor-faktor yang telah
menyebabkan adanya pertentangan tadi.Dalam bentuk asimilasi maka setiap pihak akhirnya
sedemikian rupa telah menyesuaikan diri sehingga antara kelompok-kelompok yang mula-mula
bertentangan, telah tercapai suatu situasi adanya pengalaman bersama dan tradisi bersema.
Selama pengalaman bersama apalagi tradisi bersama belum ada, selama itu orang belum dapat
mengatakan bahwa assimilasi telah tercapai.
Apabila status masyarakat yang terdiri dari beberapa kelompok yang mula-raula berbeda
kebudayaan dan tradisinya, karena adanya kontak dan interaksi sostal yang intersi; berhasi
membentuk kebudayaan yang satu.
Pada cooperation, maka interaksi antar-kelompok maupun terhadap nilai-nilai dan. tujuan adalah
langung dan positif. Pada competition, maka interaksi antara kelompok A dan kelompok B
adalah tidak langsung dan negative. Pada konflik maka interaksi antara kelompok A dengan
kelompok BI ndalah langsung tetapi negative Integrasi sosial banyak ditentukan juga oleh jarak
sosial. Jarak sosial sebagaimana telah diteliti sebelummya, tergantung dari situasi komunikasi.
Maka jarak sosial ditentukan oleh faktor-faktor subyektif maupun obyektif.
Jarak sosial obyektif ditentukan oleh:
a. Frekuensi interaksi
b. Praecisi fambaran pada masing-masing individu tentang pihak yang lain.
c. Hasrat ataupun keinginan untuk tidak berinteraksi
d. Intensistas interaksi
Penelitian dart GUITMAN dan FOA di Israel, maupun peneltan umm HOMANS di
Hilltown/Amerika Serikat menunjukkan, bahwa antara frekuensi interaksi dan intensitas
perasaan serta praecisi gambaran terdapat suatu hubungan yang erat.
Jarak sosial subyektif pada satu pihak ditentukan oleh perasaan dan intensitas perasaan individu,
maka pada lain pihak jarak sosial subyektif dipengaruhi pula oleh adanya suatu jarak sosial
obyektif.
SHERIF kemudian menambahkan bahwa konvergensi dimungkinkan apabila norma-norma
kelompok tidak terlalu berbeda. LAZARSFELD dan MERTON selanjutnya menekankan bahwa
integrasi lebih mudah dalam hubungan homophily, daripada alam hubugan heterophly. Di mana
status sosial seseorang ditentukan oleh harapan, gambarannya tentang dirinya di dalam saupun di
luar kelompok, maka dapat dikatakan, bahwa status sosial dan gambaran ateupun harapan akan
status ini akan ikut menentukan. juga seberapa jauh kesediaan seseorang untuk berintegrasi.
Sebagai akibat dari kelanjutan dari komunikasi, maka dengan sendirinyajuga integrasi sosial
tergantung dari pikiran, perasaan serta maksud individi terhadap kelompooknya. Dengan
sednirinya maka integrasi ditentukan oleh faktor:
a. Kondisi interaks
b. Konvergensi gambaran tentang soal yang dijadikan materi pembahasan dalam interaksi
dan komunikasi
c. Sama tidaknya arah dan tujuan mengadakan koordinasi dalam interaksi
Apabila, orang berinteraks untuk tidak mengadakan kerja sama, maka dengan sendirinya
interaksi akan menghasilkan persaingan ataupun pertentangan. Sebaliknya apabila interaksi
diadakan dengan maksud mencapai suatu kerja sama, maka integrasi lebih mudah tercapai.
Sehubungan dengan ini, maka perten-tangan dan persaingan dengan kemungkinan disorganisasi
ataupun desintegrasi, sangat ditentukan oleh hasrat dan itikad manusia dalam kebutuhan akan
hidup dalam kelompoknya.
4. Kesadaran dan solidaritas kelompok
Kesadaran kelompok ini hanya merupakan realita, apabila kepentingan kelompok dirasakan dan
di-hayati olen anggotanya sebagai kepentingan dirinya juga. Sikap demikian terlihat jelas tampak
pada waktu suatu bangsa merasa terancam olen bangsa lain, sehingga kesediaan berkorban
menjadi' nilai umum. Apabila penghayatan dari tujuan pokok kelompok yang asli/murni
diketemukan, apabila:
a. Terdapatkesediaan pengorbanan yang sebenarnya hanya terjadi apabila dirasakan oleh
anggotanya bahwa pengorbanan tidak melebihi ataupun seimbang dengan gambaran
tentang perwujudan tujuan pokok
b. Apabila partisipasi masyarakat ditingkatkan.
Derajat solidaritas ataupun integritas ditentukan oleh serangkaian faktor, halmana menurut
SOROKIN, ZIMMERMAN dan GALPIN adalah makin banyak fakor yang terkumpul sebagai
landasan integrasi,makin tinggi solidaritas kelompok. Unsur-unsur pengintegrasian dan
solidaritas adalah marga pernikahan,persamaan agama ataupun upaca-upacara agama, persamaan
bahasa dan adat, kesamaan tanah, wilayah, tanggung jawab atau pekerjaan, tanggung jawab
dalam mempertahankan ketertiban, ekonomi, atasan yang sama, ikatan kepada lembaga yang
sama, pertahanan bersama, bantuan bersama, pengalaman, tindakan dan kehidupan bersama.
Unsur-unsur yang mengikat lebih dari satu maka kelompok tersebut bernama cumulative group.
Dengan demikian, maka menurut SOROKIN dan kawan-kawan maka intensitas solidaritas
ditentukan oleh sifat tujuan kelompok dan jumlah unsur yang menjadi sebab pengikat. Kelompok
ini memiliki sifat dengan pikiran yang sama dan kesadaran kelompok yang didasarkan pada
perasaan kesatuan.
Adanya gangguan ketertiban yang sedikit di kota, menurut DURKHEIM disebabkan karena
faktor pengikat ditingkatkan di desa menjadi moralitas masyarakat, yaitu:
a. social control masyarakat desa
b. stabilitas keluarga yang besar
c. sifat heterogenitas lebih kecil daripada sifat kolektivitas
Desa diketemukan oleh DURKhEIM dikenal sebagai solidaritas mekanis karena orang tidak
dapat berbuat lain dan tidak mempunyai alternatif lain daripada meleburkan diri dalam
kolektivitas desa. Suatu masyarakat desa sebagai akibal letak geografisnya yang terpencil
biasanya mempunyai sifat:
a. mempunyai ikatan lebin kuat ke dalam daripada ke luar
b. perhatian acalah lebin lokal dan dipusatkan pada kehidupan desa
c. sikap "baik terhadap tetangga" adalah lebih banyak terhadap mereka yang sependapat
d. Kesalahan/ Kekurangan individu dirasakan sebaga Kekurangao masyarakat desa sebagai
keseluruhan.
5. Social control dan pengawasan sosial

Dalam buku yang di terbitkan oleh E.A. ROSS yang berjudul “Social Control, a survey of the foundation of
order” yang membahas tentang social control secara dalam. Para peneliti mulai mengembangkan
penelitian tentang “social control”. Selanjutnya serangkaian peneliti terhadap pengawasan sosial
membuktikan bahwa kegiatan ini dilakukanoleh anggota masyarakat terhadap satu sama lain, secara
sadar maupun tidak. Pengawasan ini selanjutnya akan menentukan seberapa jauh tingkat
pengintegrasian suatu masyarakat. Sansksi daripada social control adalah ketidaksediaan anggota
masyarakat untuk bergaul dengan orang-orang yang mereka anggao telah melanggar norma-norma
masyarakat.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa sosial control adalah control masyarakat terhadap tingkah laku individu,
dimana kontol ini adalah psychologisch dan non fisik karena ia merupakan tekanan mentak terhaddap
individu, sehingga individu akan bersikap dan bertindak sesuai dengan penilaian kelompok, karena ia
tinggal dalam kelompok. Adapun hasil dari social control adalah kelangsungan kesatuan kelompok dan
pembentukan kepribadian sesuai dengan keinginan kelompok.

Social Control menurut ROUCEK biasanya diadakan demi ketertiban masyarakat, dan karenanya maka
masyarakat penting untuk dapat "memperhitungkan" bagaimana tindakan individu apabila berhadapan
dengan suatu persoalan ataupun situasi, khususnya bila menimpa masyarakat/kelompok sebagai
keseluruhan. Usaha dari sosial control, yaitu:

a. Menyadarkan individu tentang apa yang dilakukan


b. Mengadakan appeal terhadap individu untuk mengubah sikap diri
c. Perubahan sikap

Social control dalam pembentukan mempertahankan norma sangat terasa karena individu sendiri tidak
tahu dengan pasti sikap mana yang harus diambilnya dalam menghadapi suatu persoalan.Menurut
ROUCEK, maka bidang/tekanan social control terutama terjadi dalam bidang keragu-raguan individu.
Tindakan dan sikap individu memiliki tiga (3) bidang, yaitu:

a. Bidang sikap automatis


b. Bidang perlembagaan, yaitu sikap dan tindakan yang telah menjadi kebiasaan di dalam
kelompok/masyarakat
c. Bidang keragu-raguan, individu tidak mengetahui bagaimana ketentuan lembaga
6. Peranan sosialisasi dalam integrasi

Anda mungkin juga menyukai