Anda di halaman 1dari 16

EKSISTENSI ORGANISASI KAYOMAN DALAM MEREVITALISASI MATA

AIR BERLANDASKAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT BALI AGA


DESA PEDAWA

Dosen Pembimbing : Dra. A.A. Ayu Murniasih, M.Si.


Anggota Kelompok :

1. Tiara Astyaputri 2001571035


2. Abraham Johana 1901571018
3. Allegro Hadi Nugroho 1901571021
4. Meiliana Fransiska Rohana Sirait 1901571033
5. La Ode Muhammad Al Rizqi Rahman Al Amin 1901571041
6. Kadek Rama Ari Prasetya 1901571048
7. Silvani Fatimah Az Zahra 2001571008
8. Catherine Michelle Putri Suwito 2001571020
9. Muhammad Rafli Aulia 2001571028
10. I Wayan Agata Putra Yasa 2001571052
11. Widya Anggun Syahlerian 2101571014
12. Kartika Ayu Larasati 2101571017
13. Lalu Syarif Hidayatullah 2101571018
14. Felicia Gryzelda Lawalata 2101571021
15. A.A Ngurah Handika Pradipta 2101571032
16. I Gusti Agung Sagung Istri Tantri Apsari 2101571045
17. Arvita Ratib 2101571047

PELATIHAN PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT


ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2022
DAFTAR ISI

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan dan Manfaat...........................................................................................2
1.3.1 Tujuan.............................................................................................................................2
1.3.2 Manfaat...........................................................................................................................2
1.4 Tinjauan Pustaka...............................................................................................3
1.5 Metodologi Penelitian.........................................................................................3
1.5.1 Waktu dan Tempat Penelitian......................................................................................3
1.5.2 Jenis dan Sumber Data..................................................................................................4
1.5.3 Teknik Penentuan Informan.........................................................................................4
1.5.4 Teknik Pengumpulan Data...........................................................................................4
1.6 Permasalahan.....................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................5

PEMBAHASAN.....................................................................................................5

2.1 Identitas Pelawa Kayoman.................................................................................5


2.2 Upaya Organisasi Kayoman dalam Merevitalisasi Mata Air............................7
2.3 Dampak Revitalisasi yang dilakukan Organisasi Kayoman..............................9
BAB III..................................................................................................................10

PENUTUP.............................................................................................................10

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................10
3.2 Saran.................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

LAMPIRAN..........................................................................................................13

i
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Desa Pedawa adalah salah satu desa Bali Aga yang berada di wilayah
Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Desa Pedawa sudah
ada sejak zaman Megalitikum yang dibuktikan dengan ditemukannya
sarkofagus di wilayah Banjar Dinas Ingsakan. Pada awalnya Desa Pedawa
bernama Gunung Tambleg yang berarti orang-orang lugu. Kemudian,
seiring berjalannya waktu desa ini berubah nama menjadi Gunung Sari
(daerah yang subur). Pada abad ke-15, nama Pedawa muncul berdasarkan
temuan dari Babad Pasek Kayu Selem. Pedawa sendiri berarti Panjak Dewa,
desa ini memiliki lahan yang subur karena berada di antara ketinggian 450-
800 meter diatas permukaan laut. Maka dari itu, sebagian penduduknya
bermata pencaharian sebagai petani dengan hasil pertanian; kopi, cengkeh,
gula aren, durian, dll. Dengan berbagai macam mata pencaharian yang
dikerjakan oleh masyarakat Pedawa, gula aren menjadi salah satu sumber
pendapatan pendudukanya dan menjadi simbol Desa Pedawa. Walaupun
memiliki lahan yang subur, Desa Pedawa sempat mengalami kemarau
panjang yang menyebabkan kekeringan dan berdampak pada menyusutnya
debit air di tiap sumbernya. Berdasarkan hal tersebut, beberapa pemuda
yang memiliki hobi bermain di hutan berinisiatif untuk berkomitmen
membentuk suatu kelompok pecinta alam demi menjaga kelestarian sumber
mata air. Berkembangnya kelompok tersebut menarik minat pemuda Desa
Pedawa untuk bergabung ke dalam kelompok pecinta alam ini, sehingga
terbentuklah organisasi yang memiliki ruang lingkup lebih luas dan diberi
nama Kayoman.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Organisasi Kayoman?

i
2. Bagaimana upaya organisasi Kayoman dalam merevitalisasi mata air
berlandaskan kearifan lokal masyarakat Bali Aga Desa Pedawa?
3. Bagaimana dampak dari revitalisasi yang dilakukan oleh organisasi
Kayoman?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1.3.1 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan yang akan dicapai dari
penelitian yang kami lakukan adalah sebagai berikut:
 Umum
1. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam
Organisasi Kayoman Pedawa.
2. Menganalisis upaya Organisasi Kayoman dalam merevitalisasi mata
air di Desa Pedawa.
3. Mengidentifikasi dampak yang timbul dari revitalisasi yang dilakukan
oleh Organisasi Kayoman Pedawa.
 Khusus
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam Organisasi
Kayoman dalam merevitalisasi mata air di Desa Pedawa.
2. Menganalisis upaya Organisasi Kayoman dalam merevitalisasi mata
air yang berlandaskan kearifan lokal pada masyarakat Bali Aga di
Desa Pedawa.
3. Mengidentifikasi dampak yang timbul dari revitalisasi mata air yang
dilakukan oleh Organisasi Kayoman berdasarkan kearifan lokal
masyarakat Bali Aga di Desa Pedawa.

1.3.2 Manfaat

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian


ini diharapkan memberi manfaat dalam pendidikan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini, sebagai berikut:

i
 Praktis
1. Bagi anggota Kayoman
Dapat memahami lebih dalam organisasi yang mereka ikuti serta
mendorong anggotanya untuk merealisasikan program-program kerja
yang terkait.
2. Masyarakat sekitar
Dapat memperluas pemahaman mengenai Organisasi Kayoman
serta menarik minat masyarakat terhadap Kayoman.
3. Akademisi
Memberikan referensi bagi akademisi yang akan melakukan
penelitian dan perbandingan dengan program kerja pada komunitas
lainya.
4. Organisasi lain
Hasil dari penelitian tersebut diharapkan dapat memotivasi
organisasi lain untuk menjaga kelestarian lingkungan.

 Teoritis
Secara umum penelitian ini bermanfaat untuk mengenal lebih dalam
Organisasi Kayoman Pedawa. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat
memberikan referensi bagi penelitian-penelitian yang akan datang dalam
konteks yang berkaitan dengan topik yang kami bahas.

1.4 Tinjauan Pustaka


1.4.1 Kajian Pustaka
Dalam tulisan ini, tinjauan pustaka yang digunakan adalah teori-teori yang
menjadi landasan dalam penulisan masing-masing artikel ilmiah populer hasil pen
elitian para penulis melalui buku-buku serta kajian pustaka jurnal-jurnal penelitian
nasional seperti dibawah ini. Tulisan jurnal pertama yang digunakan yaitu jurnal y
ang ditulis oleh Sartini dari instansi Universitas Gajah Mada dengan judul “Meng
gali Kearifan Lokal Nusantara: Sebuah Kajian Filsafati”. Dalam tulisannya dinyat
akan bahwa secara umum local wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami sebag

i
ai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, berni
lai baik, tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Dalam disiplin antropo
logi dikenal istilah local genius. Adat kebiasaan pada dasarnya teruji secara alami
ah dan niscaya bernilai baik, karena kebiasaan tersebut merupakan tindakan sosial
yang berulang-ulang dan mengalami penguatan (reinforcement). Apabila suatu tin
dakan tidak dianggap baik oleh masyarakat maka tidak akan mengalami penguata
n secara terus-menerus. Pergerakan secara alamiah terjadi secara sukarela karena
dianggap baik atau mengandung kebaikan. Adat yang tidak baik hanya terjadi apa
bila terjadi pemaksaan oleh penguasa. Bila demikian maka ia tidak tumbuh secara
alamiah tetapi dipaksakan. Sehingga, kearifan lokal merupakan suatu gagasan kon
septual yang hidup dalam masyarakat, tumbuh dan berkembang secara terus-mene
rus dalam kesadaran masyarakat, berfungsi dalam mengatur kehidupan masyaraka
t dari yang sifatnya berkaitan dengan kehidupan yang sakral sampai yang profan.

1.5 Metodologi Penelitian


1.5.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Kegiatan penelitian diselenggarakan pada 18-19 Februari 2022 yang
bertempat di Desa Pedawa. Desa Pedawa berada di Bali bagian utara,
Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng.

1.5.2 Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, ialah data kualitatif.
Data kualitatif merupakan data yang berbentuk uraian-uraian dan bersifat
menjelaskan. Data kualitatif dapat menggambarkan proses, keadaan maupun
peristiwa tertentu. Sumber data yang kami gunakan adalah data primer yang
bersumber dari observasi dan wawancara. Sumber data primer adalah para
informan yang memberikan berbagai informasi tentang isu penelitian yang
dilakukan. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui masyarakat
yang berkaitan langsung dengan organisasi tersebut.

i
1.5.3 Teknik Penentuan Informan
Informan ditentukan berdasarkan pemilihan topik yang kami angkat.
Untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam, kami memilih
informan berdasarkan pengalaman dari anggota Organisasi Kayoman
Pedawa.

1.5.4 Teknik Pengumpulan Data


a. Observasi
Pengamatan atau observasi adalah aktivitas terhadap suatu proses atau
objek dengan maksud merasakan dan memahami pengetahuan dari suatu
fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui
sebelumnya, untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam
melanjutkan suatu penelitian.
b. Wawancara
Metode ini digunakan dengan cara melakukan tanya jawab kepada
informan yang tepat, guna mendapatkan informasi yang dapat
mewujudkan keberhasilan dari penelitian ini.

1.6 Permasalahan
Agar penelitian ini lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji lebih
mendalam maka diperlukan pembatasan masalah. Masalah yang dikaji
dalam penelitian ini terbatas pada ‘Eksistensi Organisasi Kayoman dalam
Merevitalisasi Mata Air Berlandaskan Kearifan Lokal Masyarakat Bali Aga
Desa Pedawa’.

i
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Identitas Organisasi Kayoman
Kayoman merupakan sebuah organisasi pemuda pecinta alam yang
memiliki tujuan untuk merekonstruksi dan merevitalisasi keberadaan
potensi wisata dalam bentuk kealaman, sosial, adat dan kearifan lokal.
Organisasi ini dibentuk secara swadaya oleh beberapa tokoh masyarakat dan
pemuda setempat pada tanggal 6 Desember 2016. Organisasi ini memiliki
pemaknaan yang unik dari identitasnya sebagai pecinta alam, yakni dari
terminologi kata “Pecinta” dengan dasar kata “Bercinta” yang bermakna
bercinta dengan alam, dalam artian siap kotor, menanam dan merawat alam.
Kayoman memiliki visi “Ngastiti Ayuning Desa” yang artinya menciptakan
kelestarian atau kedamaian di desa dengan cara memelihara, memuliakan
dan melestarikan sumber mata air. Adapun struktur dari kepengurusan
Kayoman yaitu :
KETUA : Putu Yuli Supriyandana
WAKIL : I Putu Ratnawan
SEKRETARIS : I Made Suisen
BENDAHARA : Komang Agus Subawa
PENASIHAT : Wayan Sukrata dan Wayan Sadnyana

KOORDINATOR DUSUN
Bangkiang Sidem : Ketut Juliartha
Insakan : Kadek Riki Mahardika
Desa : Kadek Susila Dharma
Asah : Kadek Heri Aryawan
Munduk Waban : Nengah Dei Sumantha
Lambo: sekarang sedang kosong, sebelumnya Ketut Istariawan.

i
Kayoman merupakan organisasi yang pertama eksis di kalangan
masyarakat Desa Pedawa, karena awal terbentuknya Kayoman ini didasari
dari inisiatif para pemuda di Desa Pedawa yang ingin menjaga dan
melestarikan sumber mata air demi kestabilitasan kehidupan masyarakat
Desa Pedawa. Dari awal terbentuk, Organisasi Kayoman sudah menerapkan
konsep “Ngayah” yang berarti bekerja secara murni tidak dibayar atau sama
sekali tidak mendapatkan kompensasi finansial apapun. Kayoman memiliki
tiga program kerja, yakni penggalian kebudayaan, penanaman, dan
pelestarian sumber mata air. Namun, saat ini prioritas dari Organisai
Kayoman adalah upaya penyelamatan ekosistem, karena setelah dilakukan
observasi banyak kerusakan yang terjadi akibat eksploitasi kayu-kayu hutan
yang dikhawatirkan akan berdampak pada sumber mata air. Karena tidak
memiliki hutan desa, Kayoman berkoordinasi dengan pemilik lahan yang
ada di Desa Pedawa untuk melaksanakan programnya. Sampai saat ini
program kerja Kayoman masih terbatas untuk mengurus dan menjaga
sumber-sumber mata air yang mulai punah, hal ini dilakukan karena
kesadaran bahwa masyarakat Pedawa adalah penganut agama tirta
(berdasarkan air), dimana seluruh upacara yang ada di Desa Pedawa Dewa
Yadnya hingga Bhuta Yadnya berbasis pada air. Program kerja Kayoman
masih belum merambah pada pengelolaan pencemaran air, walaupun begitu
Kayoman tetap melakukan segala upaya dengan harapan memperbaiki hulu
air yang nantinya akan memperbaiki hilirnya juga dalam beberapa tahun ke
depan.
Anggota Kayoman sebelumnya berjumlah 35 orang yang saat ini
hanya tersisa 25 orang saja, karena 10 dari anggotanya memilih untuk
merantau dan bekerja di luar Desa Pedawa. Anggota kayoman datang dari
berbagai macam latar belakang, yakni siswa SMP dan SMA, mahasiswa,
anggota yang sudah menikah, guru, bahkan penyair. Kayoman terbuka bagi
siapapun, namun jika sudah menjadi anggota, maka setiap orang terikat
pada aturan yang ada di Kayoman guna menjaga citra Kayoman. Salah satu
aturan tak tertulis yaitu para anggota hanya diperbolehkan menggunakan

i
seragam Kayoman saat berkegiatan saja. Sampai saat ini memang belum
dijadikan aturan tertulis, namun dalam beberapa tahun ke depan sudah
dicanangkan untuk dibakukan. Kayoman mengikuti perkembangan zaman
dan selera anggotanya, contohnya kegiatan penanaman yang dilakukan
untuk memperingati Hari Kasih Sayang, peringatan Hari Kemerdekaan,
Tumpek Wariga, dan lainnya. Hal ini dilakukan untuk menciptakan stimulus
dalam diri seseorang sehingga selalu ingat pada suatu kejadian, salah satu
contohnya adalah memperlakukan tanaman seperti mahluk hidup lainnya
yang diadaptasi dari budaya Jepang, maka organisasi Kayoman melakukan
budaya pemberian nama pada pohon yang mereka tanam. Kayoman juga
pernah membuat terobosan kebudayaan baru untuk meningkatkan jumlah
pohon yang ditanam, yakni saat anggota Kayoman menikah mereka perlu
menyerahkan tiga pohon enau atau aren kepada calon mertuanya.

2.2 Upaya Organisasi Kayoman dalam Merevitalisasi Mata Air


Berlandaskan Kearifan Lokal Masyarakat Bali Aga Desa Pedawa
Kelompok Kayoman dalam merevitalisasi mata air menggunakan
program kegiatannya yaitu penanaman, dimana penanaman ini sendiri
memperoleh bibit dari bantuan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Buleleng yang dirancang setahun dua kali dengan memperhatikan
ketersediaan bibit yang diperoleh. Kayoman biasanya melakukan
penanaman saat musim hujan, dengan mengutamakan penanaman pohon
yang berkayu keras seperti pohon aren, cempaka dan beringin karena
memiliki resapan air yang tinggi. Fokus utama lahan penanaman Kayoman
adalah sekitar sumber mata air yang banyak digunakan oleh warga. Hingga
saat ini terdapat 21 mata air yang telah direvitalisasi oleh Kayoman, 14
diantaranya digunakan sebagai tempat Melukat atau menyucikan diri.
Kayuan Muncus merupakan tempat Melukat yang paling sering digunakan
untuk upacara, di bawahnya ada pertemuan sungai yang digunakan untuk
menyucikan diri bagi orang yang sedang hamil (menyucikan anak yang ada
dalam kandungan) – di Bali disebut upacara magedong-gedongan, untuk di

i
Pedawa sendiri disebut Kayeh (diambil dari istilah ngayeh anak beling). Di
sebelah Kayuan Muncus terdapat Taksu Kembar untuk memohon agar asi
keluar. Dengan jarak yang sama dekatnya, terdapat Kayuan Slondingan,
untuk menyucikan diri ketika baru melakukan perkawinan. Masyarakat
Pedawa percaya, ketika baru melaksanakan perkawinan orang tersebut perlu
melukat di kayuan atau pancuran yang airnya langsung mengalir ke sungai.
Kayuan lainnya ialah Kayuan Belandukan untuk upacara Ngayehi Karang.
Kayoman juga melakukan penanaman di Tukad Pengangkidan,
walaupun di sana tidak ada sumber mata air, namun kegiatan revitalisasi
dilaksanakan karena pohon di sekitar Tukad Pengangkidan terdiri dari
pohon-pohon tua. Di beberapa Kayuan, seperti Kayuan Jerimo (tempat ritual
penanaman pagi gaga) disakralkan oleh masyarakat sekitar yang memiliki
religiusitas tinggi, pohon yang ditanam cenderung aman dan terlindungi
hingga tumbuh 100 persen tanpa ada yang hilang. Penamaan sumber mata
air disesuaikan dengan nama daerah letak keberadaannya. Kayoman belum
menanam di seluruh mata air, karena tanggung jawab untuk merawat seperti
menghilangkan rumput liar, menanam ulang pohon yang mati atau hilang.
Penggunaan ajir dari bambu maupun kayu merupakan tanda Kayoman yang
menanam pohon tersebut, dan memastikan pohon yang ditanam di sumber
mata air tumbuh semua, dengan minimal tinggi 2,5 meter. Pengecekan dan
laporan setiap enam bulan sekali dilakukan oleh perwakilan anggota di
wilayahnya masing-masing. Untuk dapat berpindah ke sumber mata air
yang lain, Kayoman mengantisipasi dengan memastikan capaian
keberhasilan penanaman pohon terpenuhi.
Kayoman masih melakukan pemetaan, dengan prioritas mata air yang
paling banyak digunakan oleh masyarakat, baik untuk melukat maupun
digunakan berdasarkan jumlah kepala keluarga. Sedangkan untuk
kepemilikan pribadi, Kayoman biasa menyumbang bibit dan meminta
pemilik lahan untuk menanam serta merawat sendiri pohon yang diberikan
di dekat sumber mata air, dengan tetap dipantau oleh Kayoman. Ada
beberapa mata air kecil yang hanya keluar pada masa tertentu seperti di

i
musim hujan. Kayoman menanam tanaman disesuaikan dengan kebutuhan
sumber air, seperti pohon beringin dan pohon angpupu yang memiliki daya
serap dan daya tampung air tinggi. Sejak tahun 2020 sudah ada investigasi
pada pohon yang ditanam untuk menilai indikator kesuksesan serta
pemecahan masalahnya, contohnya jika banyak pohon mati karena
keasaman tanah yang tinggi, maka perlu dilakukan penetralan pH tanah agar
tanaman dapat tumbuh dengan baik serta mulai dibuat indikator
keberhasilan kerja seperti pengukuran tinggi, hidup dan mati tanaman yang
di cek 1 tahun sekali. Hasil dari pohon seperti buah dan sebagainya dapat
dimanfaatkan oleh pemilik tanah. Namun, diusahakan tanaman yang
ditanam tidak menghasilkan atau bukan tanaman produktif. Terkadang lahan
yang digunakan untuk menanam berada di tebing ataupun tempat-tempat
yang jarang dimanfaatkan warga karena sulit dijangkau meskipun begitu
banyak kegiatan penanaman yang dilakukan di sumber-sumber mata air
yang cukup terjal.
Penanaman dilakukan di musim hujan sedangkan perawatan tanaman
dilakukan di musim kemarau. Perawatan tanaman tidak melibatkan semua
anggota melainkan hanya koordinator. Tanaman yang bisa dimanfaatkan
sebagai penguat air dan sarana upacara, seperti lateng, daunnya untuk
upacara perkawinan sedangkan kayunya untuk upacara kematian dan pohon
beringin, daunnya digunakan dalam upacara besar. Tanaman yang tidak
produktif seperti jenis pohon yang cepat besar karena ditakutkan akan
ditebang oleh warga untuk dijual, sehingga lebih banyak digunakan tanaman
berbatang keras yang digunakan untuk sarana upacara. Untuk hibah bibit
jenis tanaman produktif seperti mahoni, jati, sengon, jahe dan tanaman buah
akan dibagikan pada anggota, sebagai bentuk penghargaan agar dapat
dinikmati oleh para anggota. Pembagian bibit ini berdasarkan keaktifan dan
absen di organisasi. Terdapat tiga pembagian keaktifan anggota yakni aktif,
aktif pasif, dan pasif. Terdapat program kerja Kayoman di bidang pertanian
yang ditanam oleh anggota di lahan pribadi, yakni jahe, temu kunci, dsb.

i
2.3 Dampak Revitalisasi yang dilakukan Organisasi Kayoman
Organisasi Kayoman lewat program kerja penanamannya dalam
melakukan revitalisasi mata air memberikan dampak pada masyarakat,
meskipun tidak memiliki hutan desa, Kayoman melakukan berbagai macam
upaya untuk melestarikan, menjaga, serta merawat sumber mata air dengan
cara memanfaatkan lahan yang dimiliki oleh anggota Kayoman, dimana
lahan tersebut memiliki sumber mata air. Program kerja yang dijalankan
oleh Kayoman tidak hanya berdampak pada anggotanya, tetapi juga
berdampak pada masyarakat Desa Pedawa seperti terpenuhinya ketersediaan
air minum serta ketersediaan air untuk melakukan kegiatan Melukat bagi
masyarakat Pedawa. Tidak hanya itu, berkat penanaman di hulu sumber
mata air, masyarakat memanfaatkan daun dan tanaman lateng sebagai sarana
upacara serta menghasilkan air.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Desa Pedawa merupakan salah satu desa yang masih kental akan
kebudayaan yang mereka miliki, baik dari kekayaan alam, sumber mata
pencaharian, sistem adat-istiadat, serta khas kebudayaan Bali Aga yang
dimiliki oleh Desa Pedawa. Berbagai macam organisasi ikut serta dalam
pengambangan demi menjaga berbagai faktor yang menunjang kehidupan
masyarakat di Desa Pedawa. Salah satunya adalah Pelawa Kayoman yang
hadir dalam pelestarian sumber mata air. Organisasi ini mengumpulkan
orang-orang yang memiliki kesamaan hobi, yakni mencintai dan merawat
alam. Kayoman bergerak dalam bidang penanaman untuk menjaga sumber
mata air serta pelestarian budaya. Meskipun Desa Pedawa tidak memiliki
hutan desa untuk melakukan penanaman, Kayoman memanfaatkan lahan
anggota dan masyarakat Desa Pedawa yang memiliki mata air sebagai
tempat untuk melakukan penanaman. Lewat penanaman yang dilakukan
oleh Kayoman tersebut, membuat beberapa masyarakat ikut serta dalam

i
merevitalisasi sumber mata air dengan cara melakukan penanaman dan
memberikan izin lahan mereka untuk digunakan sebagai tempat penanaman.
Suatu hal yang diresahkan masyarakat Pedawa terletak pada kekurangan
sumber mata air, dengan adanya Pelawa Kayoman ini diharapkan dapat
mengurangi keresahan masyarakat Pedawa terkait permasalahan tersebut.

3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian Organisasi Kayoman,
Desa Pedawa, antara lain krisis air di Desa Pedawa mengingatkan
pentingnya konservasi sumber mata air. Kami berharap Organisasi
Kayoman dapat melakukan pembuatan sumur resapan pengelolaan sumber
air serta pemetaan daerah rawan kerusakan. Selain itu, pelestarian yang
dilakukan tidak hanya pada sumber mata air yang di anggap suci namun
pada seluruh sumber mata air yang ada di Desa Pedawa. Selain itu, lewat
pelestarian yang dilakukan oleh Kayoman diharapkan mampu memotivasi
dan menumbuhkan rasa kesadaran masyarakat di Pedawa maupun luar
Pedawa agar dapat menjaga kelestarian sumber mata air.

i
DAFTAR PUSTAKA

15
LAMPIRAN

Koentjaraningrat. (1983). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.

16

Anda mungkin juga menyukai