Anda di halaman 1dari 9

GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU MENYUSUI YANG MEMBERIKAN

MPASI DINI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH


PUSKESMAS SIATAS BARITA

DESCRIPTION OF THE CHARACTERISTICS OF A PROVIDING


BREASTFEEDING MOTHER EARLY MPASI IN BABIES AGE
0-6 MONTHS IN THE REGION SIATAS BARITA
HEALTH CENTER

Hetty Nora Hutagalung1, Nurelilasari Siregar2, Mutia Sari Lubis3


1
Mahasiswa Program Studi kebidanan Program Sarjana Universitas Aufa Royhan Padangsidimpuan
2
Dosen Program Studi kebidanan Program Sarjana Universitas Aufa Royhan Padangsidimpuan
3
Dosen Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Universitas Aufa Royhan
Padangsidimpuan

ABSTRAK

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling sempurna untuk bayi hingga berumur 6
bulan, karena ASI cukup mengandung seluruh zat gizi yang dibutuhkan bayi. Rata-rata
angka pemberian ASI eksklusif di dunia baru berkisar 50%, di Indonesia cakupan pemberian
ASI ekslusif padabayi 0-6 bulan masih 37,3% dan belum mencapai target nasional 80%.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran Karakteristik Ibu Menyusui Yang
Memberikan MPASI Dini Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Wilayah Puskesmas Siatas Barita.
Jenis penelitian adalah kuantitatifdengan desain deskriftif. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan yang memberikan MPASI dini di Wilayah
Kerja Puskesmas Siatas Barita. sebanyak 48 orang dengan metode total sampling. Analisa
yang digunakan adalah uji univariat.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik
responden yang memberikan MPASI dini mayoritas berusia20-35 tahun (62,5%). Pendidikan
responden yang memberikan MPASI dini mayoritas SMA sebanyak 19 orang (39,6)%
Status pekerjaan responden yang memberikan MPASI dini mayoritas bekerja sebanyak 27
orang (56,3%) dan Paritas responden yang memberikan MPASI dini mayoritas
primigravida sebanyak 21 orang (43,8%). diharapkan petugas kesehatan agar lebih aktif
dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat khususnya kepada ibu yang
memiliki bayi tentang ASI eksklusif dan pemberian MP-ASI yang tepat kepada bayi.

Kata kunci : umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, MPASI dini


Daftar Pustaka : 33 (2011-2020)

ABSTRACT

Breast milk (ASI) is the most perfect food for babies up to 6 months old, because
breast milk contains enough all the nutrients that babies need. The average rate of
exclusive breastfeeding in the world is only around 50%, in Indonesia the coverage
of exclusive breastfeeding for babies 0-6 months is still 37.3% and has not yet
reached the national target of 80%. The aim of this research is to determine the
characteristics of breastfeeding mothers who provide early MPASI to babies aged 0-
6 months in the Siatas Barita Community Health Center area. This type of research
is quantitative with a descriptive design. The population in this study were all
mothers with babies aged 0-6 months who provided early MPASI in the Siatas
Barita Health Center Working Area. as many as 48 people using the total sampling
method. The analysis used was a univariate test. The results of this study showed
that the characteristics of respondents who provided early MPASI were the majority

1
aged 20-35 years (62.5%). The majority of respondents who provided early MPASI
were high school (19 people) (39.6); The majority of respondents who provided
early MPASI were employed (27 people (56.3%) and the majority of respondents
who provided early MPASI were 21 people (43). 8%). It is hoped that health
workers will be more active in providing health education to the community,
especially to mothers with babies, about exclusive breastfeeding and giving
appropriate MP-ASI to babies.

Key words: age, education, employment, parity, early MPASI


Bibliography: 33 (2011-2020)

LATAR BELAKANG (UNICEF, 2016). Hal ini


Air Susu Ibu (ASI) merupakan menunjukkan bahwa ibu di Indonesia
makanan yang paling sempurna untuk masih jarang yang melaksanakan ASI
bayi hingga berumur 6 bulan, karena eksklusif. Alasan yang biasanya
ASI cukup mengandung seluruh zat terjadi pada para ibu di Indonesia
gizi yang dibutuhkan bayi. ASI adalah adanya pengaruh budaya
makanan yang tidak bisa tergantikan berkaitan dengan ASI
bagi bayi karena nutrisi yang eksklusif(Setyaningsih, 2018.
terkandung di dalam ASI tidak Menurut Kemenkes RI (2015),
terdapat dalam susu buatan pabrik atau secaranasional cakupan pemberian
susu formula. Memberikan susu ASI ekslusif padabayi 0-6 bulan
formula sebelum bayi berumur enam berfluaktif dan belum mencapai target
bulan akan meningkatkan resiko nasional 80%. Jenis makanan
berbagai macam penyakit, salah prelaktealyang paling banyak
satunya diare, obesitas, stunting dan diberikan kepada bayi barulahir yaitu
lain-lain (Iskandar, 2016). susu formula sebesar 79,8%,
Rata-rata angka pemberian madu14,3%, dan air putih 13,2% yang
ASI eksklusif di dunia baru berkisar meliputi susunon formula, air gula, air
50%. Cakupan ASI ekslusif di Afrika tajin, pisanghalus, kopi, teh manis, air
Tengah sebanyak 25%, Amerika Latin putih, nasi halus, buburhalus.
dan Karibia sebanyak 32%, ASIA Pemberian susu formula atau
Timur sebanyak 30%, ASIA Selatan tambahanASI yang terlalu dini dapat
sebanyak 47%, dan Negara menganggupemberian ASI ekslusif
berkembang sebanyak 46%. Situasi serta meningkatkan angka kesakitan
gizi balita di dunia saat ini sebanyak (morbiditas) (Oktova, 2017).
155 juta balita pendek (stunting), 52 Berdasarkan hasil Riskesdas
juta balita kurus (wasting), dan 41 juta 2018 proporsi pola pemberian ASI
balita gemuk (overweight).Pemberian pada bayi umur 0-5 bulan di Indonesia
ASI eksklusif yang benar dapat sebanyak 37,3% ASI eksklusif, 9,3%
mencegah anak mengalami gizi ASI parsial, dan 3,3% ASI
kurang, buruk dan tumbuh pendek predominan. Hasil pengamatan di
(stunting) (WHO, 2019). Indonesia peroleh hasil 63%
UNICEF Indonesia pemberian ASI hanya pada bulan
menyebutkan bahwa dari 5 juta anak pertama, 45% pada bulan kedua, 30%
yang lahir setiap tahun di Indonesia, bulan ketiga, 19% bulan keempat,
lebih dari setengahnya tidak 12% bulan kelima dan turun dratis
mendapatkan ASI secara optimal pada pada bulan ke enam yaitu hanya 6%,
tahun-tahun pertama kehidupannya bahkan lebih dari 200.000 bayi atau

2
5% dari populasi bayi di Indonesia tahun 2020 dari 108 bayi hanya 35
saat itu tidak di berikan ASI sama ASI eksklusif dan 73 bayi
sekali. mendapatkan makanan pendamping
Provinsi Sumatera Utara tahun ASI dari 10 ibu yang diwawancara ada
2018 proporsi pola pemberian 2 ibu yang memberikan ASI saja pada
ASIpada bayi umur 0-5 bulan bayinya yang berusia 6 bulan,
sebanyak 50% ASI Ekslusif, 15%, Sedangkan 8 ibu lainnya memberikan
ASI Parsial, dan 7,5% ASI Prevalensi Makanan tambahan dan susu formula
status gizi bahwa anak pendek sebesar karena ibu bekerja, ibu juga
34,1% di Provinsi Sumatera Utara, mengatakan ketika bayinya sering
anak mengalami stunting pernah rewel dan menangis ibu menganggap
mendapat ASI ekslusif kurang dari 6 bayinya kurang kenyang sehingga
bulan dan sudah pernah diberi susu diberikan makanan tambahan.
formula sebelum usia 6 bulan, dan Berdasarkan uraian tersebut di
sebagian anak mengalami stunting atas maka penelii tertarik untuk
meskipun sudah mendapatkan ASI melakukan penelitian dengan judul
ekslusif selama 6 bulan. Dari 39 “Gambaran Karakteristik Ibu
Puskesmas di Medan terdapat 174 Menyusui Yang Memberikan MPASI
(4,08%) bayi yang diberi ASI Dini Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di
eksklusif dan terdapat 4089 (95,9%) Wilayah Puskesmas Siatas Barita
bayi yang tidak diberi ASI eksklusif Tahun 2023”
sementara target yang harus dicapai
adalah sebesar 80% (Riskesdas, 2018). METODE PENELITIAN
Masalah pemberian Makanan Penelitian ini merupakan
Pendamping ASIsangat dipengaruhi penelitian kuantitatif dengan
oleh perilaku kesehatan (overt pendekatan cross sectional. Penelitian
behavior) atau tindakan, menurut ini dilakukan Puskesmas Siatas Barita
Green (2007) bahwa tindakan manusia Tahun 2023. Populasi dalam
dipengaruhi oleh faktor predisposisi penelitian ini adalah semua ibu yang
berupa pengetahuan, sikap, dan mempunyai bayi usia 0-6 bulan yang
pendidikan, faktor pendukung memberikan MPASIdi Puskesmas
mencakup keterpaparan informasi, Siatas Barita Tahun 2023 sebanyak 48
promosi susu formula, dan faktor orang. Teknik pengambilan sampel
penguat mencakup dukungan tenaga yaitu total sampling, tekhnik
kesehatan serta dukungan keluarga pengambilan sampel dimana semua
dan tidak terlepas dari pandangan populasi dijadikan sampel sebanyak
budaya (Lova, 2019). 48 orang
Penelitian Fitria Ika dan HASIL
Natalia (2016) didapatkan hasil bahwa Tabel 1
karakteristik ibu menyusui yang tidak Karakteristik Responden
memberikan ASI eksklusif di wilayah
UPT Puskesmas Banyudono I Variabel F %
Kabupaten Boyolali meliputi umur ibu Umur (Tahun)
< 20 tahun, paritas ibu primipara, 15-19 11 22.9
pendidikan ibu yaitu pendidikan dasar, 20-35 30 62.5
pekerjaan ibu sebagian besar sebagai 36-45 7 14.6
karyawan pabrik (ibu bekerja). Pendidikan
SD 8 16.7
Berdasarkan hasil survey awal
SMP 14 29.2
yang dilakukan peneliti di Puskesmas SMA 19 39.6
Siatas Barita cakupan ASI Eksklusif D3 2 4.2

3
Sarjana 5 10.4 pula ilmu dan pengetahuan yang
Pekerjaan dimiliki. Kita akan semakin mampu
Tidak bekerja 21 43.8 mengambil keputusan, semakin
Bekerja 27 56.3 bijaksana, semakin mampu berfikir
Paritas secara rasional, mengendalikan emosi
Primigravida 21 43.8 dan toleran terhadap pendapat orang
Multigravida 26 54.2
lain (Syafrudin, 2015)
Grandemultigravida 1 2.1
Jumlah 48 100,0
Umur seseorang dapat
mempengaruhi pengetahuan, semakin
Hasil Tabel 1 Karakteristik lanjut umur seseorang maka
responden berdasarkan umur kemungkinan semakin meningkat
menunjukkan bahwa dari 48 ibu pengetahuan dengan pengalaman yang
yang mempunyi bayi da memberikan dimilikinya (Hurlock, 2018). Daya
MPASI dini di wilayah kerja tangkap dan pola pikir seseorang akan
Puskesmas Siatas Barita mayoritas dipengaruhi oleh umur. Semakin
berusia 20-35 tahun (62,5%), uai 15- bertambah usia akan semakin
19 tahun ada 11 orang (22,9%) dan berkembang pula daya tangkap dan
usia 36-45 tahun da 7 orang pola pikirnya sehingga pengetahuan
(14,6%).23 orang (51,1%) dan yang diperolehnya semakin membaik
minoritas bekerja sebanyak 22 orang (Notoatmodjo, 2017)
(48,9%). .
Berdasarkan Pendidikan SD Penelitian yang dilakukan oleh
sebanyak 6 orang (16,7%). SMP Pamarta (2018) yang menunjukkan
sebanyak 14 orang (29,2%), SMA tidak terdapat pengaruh usia terhadap
sebanyak 19 orang (39,6%), D3 ketepatan waktu pemberian MPASI (p
sebanmyak 2 orang (4,2%) dan sarjana = 0,087), penelitian yang dilakukan
sebanyak 5 orang (10,4%). oleh Juliyandari (2017) yang
Berdasarkan pekerjaan dengan mendapatkan hasil uji (p = 0,346, p >
status bekerja sebanyak 27 orang 0,05) dan berdasarkan koefisien
(56,3%) dan responden yang tidak contingensi (C) sebesar 0,185 (p >
bekerja sebanyak 21 orang (43,8%). 0,05) menunjukkan tidak adanya
Berdasarkan paritas hubungan antara usia ibu dengan
primigravida sebanyak 21 orang ketepatan waktu pemberian MPASI
(43,8%), multigrvida sebanyak 26 dini.
orang (54,2%) dan grandemultigravida Berdasarkan teori tersebut
sebanyak 1 orang (2,1%). peneliti berasumsi bahwa umur
responden mayoritas 20-35 tahun
seharusnya merupakan umur dimana
PEMBAHASAN seseorang sudah dianggap matang
Umur baik secara fisiologis, psikologis dan
Berdasarkan hasil penelitian di kognitif. namun dari peelitian yang
wilayah kerja Puskesmas Siatas didapatkan lebih banyak ibu diusia
Barita mayoritas berusia20-35 tahun tersebut yang memperikan MPASI
(62,5%) dan minoritas usia 36-45 dini di uasi 0-6 bulan dalam artian usia
tahun dan 7 orang (14,6%). Umur tidak begitu mmpengaruhi
adalah lamanya hidup seseorang pengetahuan ibu tentang waktu yang
dalam tahun yang dihitung sejak tepat dalam pemberian MPASI
dilahirkan dan umur mempengaruhi
terhadap pengetahuan. Semakin tinggi
umur seseorang, semakin bertambah
4
Pendidikan pemberian MP-ASI dengan p-value
0,444.
Pendidikan merupakan kegiatan Hasil penelitian ini juga
atau proses belajar yang Berdasarkan didapatkan responden dengan
hasil penelitian di wilayah kerja pendidikan D3 sebanyak 2 orang
Puskesmas Siatas Barita pendidikan (4,2%)dan pendidikan sarjana
responden yang memberikan MPASI sebanyak 5 orang (10,4%) sehingga
dini mayoritas SMA sebanyak 19 diartikan bahwa pendidikan yang
orang (39,6)% dan minoritas tinggi tidak selalu menggambarkan
pendidikan pendidikan SD sebanyak 6 pengetahuan yang baik tentang
orang(16,7%). ketepatan pemberian MPASI pada
Seseorang dapat dikatakan bayinya. hal tersebut juga bisa
belajar apabila didalam dirinya terjadi dipengaruhi status ibu dimana ibu
perubahan dari tidak tahu menjadi yang berpendidikan tinggi ini juga ibu
tahu, dari tidak mengerjakan menjadi yang bekerja sehingga tidak memiliki
dapat mengerjakan sesuatu. waktu untuk selalu memberikan ASI
Pendidikan dapat mempengaruhi secara eksklusif.
pengetahuan seseorang, semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang
maka semakin mudah untuk menerima Pekerjaan
informasi, sehingga makin baik Berdasarkan hasil penelitian di
pengetahuannya, akan tetapi seseorang wilayah kerja Puskesmas Siatas
yang berpendidikan rendah belum Barita responden yang memberikan
tentu berpengetahuan rendah (Wawan MPASI dini diperolehresponden
dan Dewi, 2011) dengan status bekerja sebanyak 27
Pendidikan bagi seorang ibu orang (56,3%). Pekerjaan responden
sangat penting terutama dalam adalah petani sebanyak 21 orang dan
merawat anak. Secara emosional ibu PNS sebanyak 4 orang sedangkan 2
yang sudah siap untuk melahirkan orang lagi wiraswasta. Pekerjaan
anak dan siap untuk menyusui akan adalah aktivitas utama yang dilakukan
memberikan ASI secara ekslusif oleh manusia yang merupakan suatu
kepada bayinya sehingga pemberian tugas atau kerja yang dapat
MP-ASI dapat dilakukan secara tepat menghasilkan uang (Notoatmodjo,
sesuai kebutuhan anak. Pendidikan ibu 2012). Status pekerjaan yang semakin
akan memberikan dampak terhadap baik dan sosial ekonomi keluarga yang
perlindungan dan kelangsungan hidup meningkat inilah yang menyebabkan
anak, melalui pemberian nutrisi yang dan memudahkan ibu untuk
cukup sesuai tumbuh kembang anak memberikan susu formula dan MP-
Keterbatasan pendidikan ibu ASI pada anak dibandingkan dengan
akan menyebabkan keterbatasan pemberian ASI eksklusif (Kumalasari
dalam penanganan terhadap gizi dkk., 2015).
keluarga, dan balitanya. semakin Penelitian yang telah dilakukan
tinggi tingkat pendidikan formal yang oleh Meike (2015), hasil uji statistik
diperoleh, semakin tinggi pula menunjukkan nilai p-value 0,022,
pengetahuan tentang pemberian MP- dimana nilai p < 0,05 dengan taraf
ASI yang tepat (Damayanti, 2013). signifikan α=5% maka Ho ditolak.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Secara statistik dapat diinterpretasikan
yang dilakukan oleh Kusmiyati (2014) bahwa terdapat hubungan yang
yang menyatakan tidak terdapat bermakna antara pekerjaan responden
hubungan antara pendidikan dengan dengan riwayat pemberian MPASI

5
dini. Begitu pula penelitian yang yang memiliki paritas tinggi seperti
dilakukan oleh Heryanto (2017), hasil multipara dan grandemultipara yang
uji statistik diperoleh p value 0,001 sudah memiliki pengetahuan dann
pada variabel pekerjaan sebagian pengalaman sebelumnya tentang
besar ibu tidak bekerja atau ibu rumah mengasuh anak sehingga ibu lebih tau
tangga (IRT) sebanyak 26 (74.3%) kapan sebaiknya diberikan makanan
dan hasil analisis tidak ada hubungan tambahan pada bayi
nilai p = 0,579 (α > 0.05). Salahsatu bentuk objek
Hal ini tidak sejalan dengan kesehatan dapatdijabarkan oleh
penelitian Kusmiyati (2014) yang pengetahuan yang diperoleh
menyebutkan ibu yang tidak daripengalaman sendiri
melakukan pekerjaan di luar rumah Semakinbanyak pengalaman
(IRT) akan memiliki banyak waktu makarisikoyang akan terjadipun akan
dan kesempatan untuk menyusui semakin tinggiterhadap pemberian
bayinya dibandingkan dengan ibu makanan pendampingASI secara dini.
yang bekerja di luar rumah. Sehingga Faktor lain yang juga dapat
bisa memberikan MPASI yang tepat mempengaruhi seperti yang di
juga. Selain itu masih banyak ibu yang kemukakanoleh yaitupemberianASI
beranggapan salah tentang ASI atau MP-ASI tak lepas dari tatanan
eksklusif, ibu juga merasa khawatir budaya,dalam konteks budaya
bahwa dengan menyusui akan dituturkan berbagaigambaran
merubah bentuk payudara menjadi perilakuibu menyusui (Notoadmojo,
jelek, dan takut badan akan menjadi 2017).
gemuk. Dengan alasan inilah ibu Menurut analisis peneliti,
memberikan makanan pendamping pemberian MP-ASIdini pada paritas
ASI, karena ibu merasa ASI nya tidak yang rendah (≤2) cenderung untuk
mencukupi kebutuhan gizi bayinya memberikan MP-ASI dini disebabkan
sehingga ibu memilih susu formula karena minimnya pengetahuan dan
karena lebih praktis pengalaman yang dimiliki dalam
memberikan MP-ASI.Perlunya
pemberian informasiyang benar
Paritas tentang pemberian MP-ASI sesuai
Berdasarkan hasil penelitian di dengan ketentuan yang
wilayah kerja Puskesmas Siatas seharusnyasehingga bayi dapat
Barita responden yang memberikan tumbuh kembang secara normal.
MPASI dini diperoleh responden
dengan paritas primigravida sebanyak KESIMPULAN
21 orang (43,8%) dan minoritas 1. Umur responden mayoritas
grandemultigravida sebanyak 1 orang berusia20-35 tahun (62,5%) dan
(2,1%). minoritas usia 36-45 tahun da 7
Hal ini sesuai dengan teori yang orang (14,6%).
mengatakann bahwa ibu dengan 2. Pendidikan responden yang
paritas rendah seperti nullipara dan memberikan MPASI dini
primipara tidak memiliki cukup mayoritas SMA sebanyak 19
pengalaman dalam mengasuh bayi orang (39,6)% dan minoritas
sehingga ibu akann lebih pendidikan pendidikan SD
mengandalkan informasi dari luar sebanyak 6 orang(16,7%)
untuk meningkatkan pengetahuan 3. Status pekerjaan responden yang
yang baik tentang makanan yang baik memberikan MPASI dini
untuk bayinya berbeda dengan ibu

6
mayoritas bekerja sebanyak 27 Damayanti, D. (2013). Makanan
orang (56,3%). Pendamping ASI Tips
4. Paritas responden yang Kenalkan Rasa dan Tekstur
memberikan MPASI dini Makanan Baru untuk Anak
mayoritas primigravida sebanyak Usia 6-12 Bulan. Jakarta: PT.
21 orang (43,8%) dan minoritas Gramedia Pustaka Utama.
grandemultigravida sebanyak 1
orang (2,1%). Diah K. (2011). Menyiapkan
Makanan Pendamping ASI.
Puspa Swara, Cetakan 1.
SARAN Jakarta.
Berdasarkan kesimpulan dan
pembahasan di atas, maka dapat Fitriani, K, Rahayuning dan
diberikan saran sebagai berikut : Nugraheni. (2015). Faktor-
1. Responden Faktor Yang Melatarbelakangi
Bagi ibu yang memiliki bayi Ibu Dalam Pemberian Susu
usia < 6 bulan agar memberikan Formula Dengan Pemberian
ASI saja dan memberikan MP- Susu Formula Pada Bayi Usia
ASI pada bayi setelah usia > 6 0-6 Bulan Di Wilayah Kerja
bulan serta menghindari Puskesmas Rowosan
pemberian susu formula dan Kecamatan Tembalang
makanan/minuman lainnya. Semarang. Jurnal Kesehatan
2. Institusi Pelayanan Kesehatan Masyarakat, Vol 3, No.2 :118
Disarankan kepada petugas 126
kesehatan agar lebih aktif dalam
memberikan pendidikan Hidayat, A. (2011). Metode Penelitian
kesehatan kepada masyarakat Keperawatan Dan Analisa
khususnya kepada ibu yang Data. Jakarta: Salemba
memiliki bayi tentang ASI Medika
eksklusif dan pemberian MP-ASI
yang tepat kepada bayi Iskandar, Maulidar (2016). Hubungan
3. Peneliti selanjjutnya Pemberian Susu Formula
Disarankan kepada peneliti dengan Kejadian Diare pada
selanjutnya untuk dapat Bayi Usia 0-6 Bulan. Poltekes
melakukan penelitian lebih lanjut kemenkes Aceh.
dengan melibatkan faktor-faktor
lain yang berkaitan dengan Kemenkes RI. (2015). Pusat Data dan
pemakaian kontrasepsi suntik. Informasi 2015: Situasi dan
Analisis ASI Eksklusif
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. (2018). Profil
AstutiS.Dkk. Kesehatan Indonesia Tahun
(2015).AsuhanKebidananNifas 2019. Available at:
danMenyusui.JakartaErlangga http://www.depkes.go.id.index

Badan Pusat Statistik. (2020). KhamzahSiti Nur. (2012). Segudang


Indikator Kesejahteraan Keajaiban ASI yang Harus
Masyarakat. BPS Anda Ketahui. Yogyakarta:
FlashBooks

7
KodratLaksono. (2015). Dahsyatnya Tahun 2012. Universitas
ASI dan Laktasi Untuk Sumatera Utara
Kecerdasan Buah Hati Anda.
Yogyakarta: Media Baca Nugroho,Taufan. (2015). ASI dan
Kumalasari, S. Y., dkk. (2015). Faktor- Tumor Payudara. Yogyakarta:
faktor yang Berhubungan dengan Nuha Medika.
Pemberian Makanan Pendamping
ASI Dini. Jurnal Online Nurkarimah, Oswati Hasanah,
Mahasiswa Program Studi Ilmu Bayhakki. (2018). Hubungan
Keperawatan Universitas Riau. Durasi Pemberian Asi Ekslusif
Vol. 2, No. 1. Pp. 879-889 Dengan Kejadian Stunting
Pada Anak. Jurnal, Vol.5 No.2
Lova Osa Marfina, Debby Endayani
(Juli-Desember) 2018
Safitri &Indah Yuliana.
(2019). Faktor-Faktor Yang Oktova R (2017). Determinan yang
Berhubungan Dengan Berhubungan dengan
Pemberian Susu Formula Pemberian MP-ASI Dini pada
Pada Bayi 0-6 Bulan Di Bayi Usia 0-6 Bulan.Jurnal
Kelurahan Pamulang Barat kesehatan Poltekes kemenkes
Kota Tangerang Selatan. tanjung karang, Vol 8 No.1
ARGIPA, 2019, Vol 4, No,
2 :85-93. P-ISSN 2502-2938, Praptiani. (2012). Kebidanan Oxford:
E-ISSN 2579-888X Dari Bidan Untuk Bidan.
Jakarta: ECG
Mufida, dkk. (2015). Prinsip Dasar
Makanan Pendamping Air Susu PrasetyonoDS. (2019). Buku Pintar
Ibu (MP-ASI) untuk Bayi Usia 6-
ASI Eksklusif. Yogyakarta:
24 Bulan. Jurnal Pangan dan
Agroindustri. Vol. 3, No. 4. Pp.
DIVA Press
1646-1651
Riset Kesehatan Dasar. (2018). Badan
Nadesul Hendrawan. (2018). Penelitian Dan
Makanan Sehat Untuk Bayi. Pengembangan Kesehatan
Jakarta: Puspa Swara Kementerian RI Tahun 2018.
Diperoleh 15 Maret 2021, dari
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi http://www.depkes.go.id.
Kesehatan Dan Perilaku
Kesehatan. Jakarta: PT.Rineka Roesli U. (2013). Mengenal
ASIEksklusif.Jakarta. PT Pustaka
Cipta
PembangunanSwadayaNusantara
Notoatmodjo, S. (2014). Ilmu
Rokhliana, Siti Aisyah dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Chandradewi. (2011).
Rineka Cipta
Hubungan Social Budaya
Novianda. (2012). Pengaruh Dengan Pemberian Asi Pada
Komunikasi Persuasive Bidan Bayi Di Wilayah Kerja
Terhadap Perilaku Ibu Dalam Puskesmas Keruak Kabupaten
Pemberian Susu Formula Lombok Timur. Jurnal
Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Kesehatan Prima, Vol, 5 No, 2
Kelurahan Durian Kecamatan Agustus 2011
Bajenis Kota Tebing Tinggi

8
Setyaningsih F, Parafti (2018).
Hubungan Kepercayaan dan
Tradisi Keluarga pada Ibu
Menyusui dengan Pemberian
ASI Eksklusif di Kelurahan
Sidotopo, Semampir, Jawa
Timur. Jurnal biometrika dan
kependudukan, Vol 7 No 2.

Suradi. (2018). Manfaat Asi Dan


Menyusui. Jakarta: Balai
Penerbit FK-UI

UNICEF. (2016). Jutaan Bayi di


Indonesia Kehilangan Awal
Terbaik dalam Hidup Mereka.
[online] Jakarta: UNICEF
Indonesia

World Health Organization. (2019).


Global Strategy for Infant and
Young Child Feeding: The
Optimal Duration of Exlusive
Breastfeeding, WHO

Yanti Emera dan Masruroh (2018).


pengetahuan dan pekerjaan ibu
berhubungan dengan
pemberian MPASI dini di desa
ngampin wilayah kerja
puskesmas ambarawa.
SIKLUS, Vol 7.

Yasti Sofiyana (2017). Gambaran


karakteristik pada ibu
menyusui yang tidak ASI
Eksklusif pada bayi 6-12 bulan
di posyandu melati gampang II
Sleman Yog\yakarta. Stikes
Jendral Ahmad Yani
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai