3A - SOFIANI SAFITRI - 31 - KEB Intoleransi Aktivitas Pada Lansia
3A - SOFIANI SAFITRI - 31 - KEB Intoleransi Aktivitas Pada Lansia
DI SUSUN
SOFIANI SAFITRI
(193210231)
KELAS 3 A
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk bisa menyelesaikan tugas penyusunan makalah ini. Selanjutnya
shalawat serta salam penulis limpahkan kepada nabi Muhammad SAW. yang telah
membimbing umat manusia menuju ilmu pengetahuan dan keimanan.
Penulis ingin menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikan ucapan terimah
kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan
penyusunan makalah.
Penulisan menyadari bahwa makalah ini memiliki kekurangan dan ketidak
sempurnaan.Untuk itu penulis mengharapkan kritik, saran, dan masukan konstruktif lainnya
guna memperbaiki kualitas makalah ini untuk masa yang akan datang. Penulis berharap
makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Amin
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 9
B. Saran.........................................................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara lebih detail, kebutuhan lansia terbagi atas (Subijanto et al, 2011):
a. Kebutuhan fisik meliputi sandang, pangan, papan, kesehatan.
b. Kebutuhan psikis yaitu kebutuhan untuk dihargai, dihormati dan mendapatkan
perhatian lebih dari sekelilingnya.
c. Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
1
3. Untuk Mengetahui Defenisi Intoleransi Aktifitas
7. Untuk Mengetahui Etiologi Intoleransi Aktifitas
4. Untuk Mengetahui Tanda Dan Gejala Intoleransi Aktivitas
8. Untuk Mengetahui Faktor Penunjang Intoleransi Aktivitas
2
Bab II
PEMBAHASAN
3
3) Meningkatkan keseimbangan dan koordinasi,
4) Mencegah jatuh & fraktur,
5) Memperkuat sistem imunitas,
6) Meningkatkan endorphin zat kimia di otak menurunkan nyeri sehingga perasaan
tenang & semangat hidup meningkat,
7) Mencegah obesitas,
8) Mengurangi kecemasan dan depresi,
9) Kepercayaan diri lebih tinggi,
10) Menurunkan risiko terjadinya penyakit kencing manis, hipertensi dan jantung,
11) Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan tidur,
12) Mengurangi konstipasi,
13) Meningkatkan kekuatan tulang, otot dan fleksibilitas.
4
matematis yang dimiliki. Lansia dilatih dengan mendengarkan musik terutama musik yang
disenangi.
b) Stimulasi Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah
dialami. Proses ini diharapkan mengembangkan respon lansia terhadap berbagai stimulus
dalam kehidupan dan menjadi adaptif. Aktifitas berupa stimulus dan persepsi. Stimulus yang
disediakan: seperti membaca majalah, menonton acara televisie. Stimulus dari pengalaman
masa lalu yang menghasilkan proses persepsi lansia yang mal adaptif atau destruktif,
misalnya kemarahan dan kebencian.
c) Orientasi Realitas
Lansia diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu diri sendiri, orang lain
yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien, dan lingkungan yang pernah
mempunyai hubungan dengan klien.
Demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang lalu, dan rencana ke depan.
Aktifitasnya dapat berupa : orientasi orang, waktu, tempat, benda yang ada disekitar dan
semua kondisi nyata.
d) Sosialisasi
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar klien.
Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal (satu per satu), kelompok,
dan massa. Aktifitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok.
5
Anggota mulai mengembangkan system sosial masing – masing, dan leader mulai
menunjukkan rencana terapi dan mengambil kontak dengan anggota.
4) Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan siapa
yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling
ketergantungan yang akan terjadi.
5) Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan nengatif dikoreksi
dengan hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama untuk mencapai
tujuan yang telah disepakati, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan
realistik, mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok,
dan penyelesaian masalah yang kreatif.
6) Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin
mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses.
c. LATIHAN KOGNITIF
1) Latihan kemampuan sosial meliputi; melontarkan pertanyaan, memberikan salam,
berbicara dengan suara jelas, menghindari kiritik diri atau orang lain
2) Aversion therapy: terapi ini menolong menurunkan frekuensi perilaku yang tidak
diinginkan tetapi terus dilakukan. Terapi ini memberikan stimulasi yang membuat
cemas atau penolakan pada saat tingkah laku maladaptif dilakukan klien.
3) Contingency therapy: Meliputi kontrak formal antara klien dan terapis tentang definisi
perilaku yang akan dirubah atau konsekuensi terhadap perilaku jika dilakukan. Meliputi
konsekuensi positif untuk perilaku yang diinginkan dan konsekuensi negatif untuk
perilaku yang tidak diinginkan.
6
C. Defenisi Intoleransi Aktifitas
Intoleransi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami ketidakcukupan energi
secara fisik atau secara psikologis dalam melakukan aktivitas sehari-hari atau kegiatan
yang diinginkan (Anisa Purbarani 2016).
Intoleransi aktivitas merupakan ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas
sehari-hari (Tim Pokja SDKI DPP, 2016). Selain itu intoleransi aktivitas juga
didefinisikan sebagai ketidakcukupan energi fisiologi atau psikologi yang digunakan
untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin dilakukan atau
harus dilakukan (Wilkinson, 2016).
D. Etiologi
Menurut Tim Pokja SDKI DPP (2016), penyebab intoleransi aktivitas adalah:
a. Tirah baring
b. Kelemahan secara umum
c. Ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
d. Gaya hidup monoton
F. Pemeriksaan penunjang
7
1. EKG; megetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penympanan aksis, ikemia dan
kerusan pola.
2. ECG; mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium, ventrikel
hipertrofi, disfungsi penyakit kutub jantung.
3. Rongten dada; menunjukkan perbesaran jantung. Bayangan mencerminkan
dilatasi atau hipertrofibilikatau perubahan dalam pembuluh darah atau
peningkatan tekanan pulnonal.
4. Elektrolit; mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi
5. ginjal, terapi diuretik.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Intoleransi aktivitas merupakan ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas
sehari-hari (Tim Pokja SDKI DPP, 2016). Selain itu intoleransi aktivitas juga
didefinisikan sebagai ketidakcukupan energi fisiologi atau psikologi yang digunakan
untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin dilakukan atau
harus dilakukan (Wilkinson, 2016).
Fleksibilitas dan latihan keseimbangan adalah aktifitas untuk membantu mempertahankan
rentang gerak sendi (ROM) yang diperlukan untuk melakukan aktifitas fisik dan tugas sehari-
hari secara teratur.
B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat untuk semua orang dan bisa dijadikan acuan untuk
mempelajari mata kuliah keperawatan gerontik khususnya dalam materi kebutuhan
intoleransi aktivitas pada lansia.
9
DAFTAR PUSTAKA
Kholifah Siti, 2016. Keperawatan Gerontik, Pusdik SDM Kesehatan Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan:Jakarta Selatan
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Keperawatan-
Gerontik-Komprehensif.pdf
EJOURNAL
http://eprints.umpo.ac.id/6159/3/BAB%202.pdf
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2143/1/KTI%20BU%20SAYEM.pdf
10