Beban Kerja Fisik Vs Beban Kerja Mental
Beban Kerja Fisik Vs Beban Kerja Mental
Dosen Pengampu:
Tarwaka, PGDip.Sc.,M.Erg.,
(Kelas B)
Ira Pracinasari
R0012048
PENDAHULUAN
I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud beban kerja
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan beban kerja fisik dan mental
3. Untuk mengetahui bagaimana penilaian beban kerja fisik dan beban kerja mental
Workload atau beban kerja merupakan usaha yang harus dikeluarkan oleh seseorang
untuk memenuhi “permintaan” dari pekerjaan tersebut. Sedangkan kapasitas adalah
kemampuan/kapasitas manusia. Kapasitas ini dapat diukur dari kondisi fisik maupun mental
seseorang. Beban kerja yang dimaksud adalah ukuran (porsi) dari kapasitas operator yang
terbatas yang dibutuhkan untuk melakukan kerja tertentu.
Selain beban kerja fisik ,beban kerja yang bersifat mental harus pula dinilai. Namun
demikian Tunjungsarilaian beban kerja mental tidaklah semudah menilai beban kerja fisik.
Pekerjaan yang bersifat mental sulit diukur melalui perubahan fungsi faal tubuh. Secara
fisiologis, aktivitas mental terlihat sebagai suatu jenis pekerjaan yang ringan sehingga
kebutuhan kalori untuk aktivitas mental juga lebih rendah. Padahal secara moral dan tanggung
jawab, aktivitas mental jelas lebih berat dibandingkan dengan aktivitas fisik, karena lebih
melibatkan kerja otak (white-collar) daripada kerja otot (Blue-collar). Dewasa ini aktivitas
mental lebih banyak didominasi oleh pekerja-pekerja kantor, supervisor dan pimpinan sebagai
pengambil keputusan dengan tanggung jawab yang lebih besar. Menurut Grandjean (1993)
setiap aktivitas mental akan selalu melibatkan unsure persepsi, interpretasi dan proses mental
dari suatu informasi yang diterima oleh organ sensor untuk diambil suatu keputusan atau proses
mengingat informasi yang lampau.
Dalam suatu kerja fisik, manusia akan menghasilkan perubahan dalam konsumsi
Oksigen, Heart Rate, Temperatur tubuh dan perubahan senyawa kimia dalam tubuh.
Kerja fisik ini dikelompokkan oleh Davis dan Miller :
1. Kerja total seluruh tubuh, yang menngunakan sebagian besar otot biasanya
melibatkan dua per tiga atau tiga seperempat otot tubuh.
2. Kerja otot yang membutuhkan energi Expenditure karena otot yang digunakan
lebih sedikit.
3. Kerja otot statis, otot digunakan untuk menghasilkan gaya tetapi tanpa kerja
mekanik membutuhkan kontraksi sebagian otot
Selain dimanfaatkan untuk evaluasi dan perancangan tata cara kerja, hasil pengukuran
energi yang dikonsumsi untuk kerja juga bisa diaplikasikan untuk beberapa alasan yang
berkaitan dengan permasalahanpermasalahansebagai berikut:
Keselamatan (safety)
Pengaturan jadwal istirahat (scheduling breaks)
Tabel 2.1Kategori berat ringannya beban kerja didasarkan pada metabolisme respirasi,
suhu tubuh, dan denyut jantung
Kategori Konsumsi Temperatur Energi Denyut Lung Ventilation
Oksigen Rectal Kkal/ Jantung Liter / menit
o
( liter/ menit ) C Menit
Sangat 0.25 – 0.3 37.5 < 2.5 < 60 6–7
Ringan
Ringan 0.5 - 1 37.5 2.5-5.0 60 – 100 11 - 20
Moderat 1.0 - 1.5 37.5 – 38 5.0-7.5 100 – 125 20 – 31
Berat 1.5 - 2.0 38 – 38.5 7.5-10.00 125 – 150 31 - 43
Sangat 2.0 – 2.5 38.5 – 39 10.00- 150 – 175 43 - 56
Berat 12.5
Berat > 2.5 > 39 > 12.5 > 175 60 - 100
Ekstrim
Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang tenaga kerja dapat digunakan
untuk menentukan berapa lama seorang tenaga kerja dapat melakukan aktivitas kerjanya
sesuai dengan kemampuan atau kapasitas kerja yang bersangkutan. Di mana semakin berat
beban kerja, maka akan semakin pendek waktu seseorang untuk bekerja tanpa kelelahan dan
gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya.
Menurut Rodhal (1989) dalam Tarwaka, dkk bahwa penilaian beban kerja dapat
dilakukan dengan dua metode secara objektif, yaitu metode penilaian langsung dan metode
penilaian tidak langsung.
Dalam penentuan konsumsi energi biasanya digunakan suatu bentuk hubungan energi
dengan kecepatan denyut jantung yaitu sebuah persamaan regresi kuadratis sebagai berikut:
Y = 1.80411 - 0.0229038 + 4.70733 x 10-4X2
Dimana:
E = Energi (Kkal/menit)
X = Kecepatan denyut jantung/nadi (denyut/menit)
10 Denyut
×60
Denyut Jantung (Denyut/Menit) = Waktu Perhitungan
Penggunaan nadi kerja untuk menilai berat ringannya beban kerja mempunyai
beberapa keuntungan, selain mudah, cepat, sangkil dan murah juga tidak diperlukan peraltan
yang mahal serta hasilnya pun cukup reliabel dan tidak menganggu ataupun menyakiti orang
yang diperiksa.
Denyut nadi untuk mengestimasi indek beban kerja fisik terdiri dari beberapa jenis
yaitu:
1. Denyut Nadi Istirahat (DNI) adalah rerata denyut nadi sebelumpekerjaan dimulai
2. Denyut Nadi Kerja (DNK) adalah rerata denyut nadi selama bekerja
DNmaks−DNI¿
DNK−DNI¿ ×100¿
% HR Reserve = ¿
Denyut Nadi Maksimum (DNMax) adalah: (220 – umur) untuk laki-laki dan (200 –
umur) untuk perempuan. Lebih lanjut untuk menentukan klasifikasi beban kerja bedasarkan
peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena
beban kardiovaskuler (cardiovasculair load = % CVL) dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut.
DNmaks−DNI¿
DNK−DNI¿ ×100¿
% CVL= ¿
Dari hasil perhitungan % CVL tersebut kemudian di bandingkan dengan klasifikasi
yang telah ditetapkan sebagai berikut:
Laju pemulihan denyut nadi dipengaruhi oleh nilai absolute denyut nadi pada
ketergantungguan pekerjaan (the interruption of work), tingkat kebugaran (individual fitness),
dan pemaparan panas lingkungan. Jika nadi pemulihan tidak segera tercapai maka
diperluakan redesain pekerjaan untuk mengurangi tekanan fisik. Redesain tersebut dapat
berupa variabel tunggal maupun keseluruhan dari variabel bebas (tasks, organisasai kerja, dan
lingkungan kerja) yang menyebabkan beban tugas tambahan. (Tarwaka, Solichul, H.A Bakri,
2004)
Kalori didapatkan dari sumber energy yang terdiri dari pada karbohidrat , lemak,
protein. Sumber sumber energy ini akan diolah dalam tubuh menghasilkan ATP , O2 dan
H2O dan sisa sisa metablisme. Salah satu kebutuhan utama dalam pergerakan otot adalah
kebutuhanakan oksigen yang dibawa darah ke ototuntuk pembakaran zat dan energi. jumlah
kalori yag dibutuhkan dalam melakukan aktifitas berbanding lurus dengan beratnya aktifitas
yang dilakukan. Maka berdasarkan hal tersebut diatas maka besarnya jumlah kebutuhan
kalori dapat digunakan sebagai petunjuk dalam menentukan berat ringannya satu pekerjaan.
Kebutuhan kalori per jam tersebut merupakan pemenuhan kebutuhan energi yang
dikeluarkan akibat beban kerja utama , sehingga masih diperlukan tambahan kalori apabila
terdapat beban kerja tambahan seperti, stasiun kerja yang tidak ergonomis, sikap paksa
waktu bekerja , suhu lingkungan yang panas dll.
Contoh: Seorang pekerja dengan berat badan sekitar 65 kg bekerja sebaga tukang
batu dibawah terik matahari , maka berdasarkan data tersebut diatas maka dapat diperoleh
jumlah kalori yang dibutuhkan adalah 5,71x65 kg = 371 Kilocal / jam. Beban kerja ini
termasuk dalam kategori beban kerja berat (> 350- 500 Kilokal /jam). Namun demikian
perhitungan tersebut belum memperhitungkan faktor tekanan panas yang memberikan beban
kerja tambahan.
Contoh tersebut baru menggambarkan kebutuhan kalori seseorang pekerja selama
waktu kerja. Menurut Grandjean (1993) bahwa kebutuhan kalori seorang pekerja selama 24
jam sehari ditentukan oleh tiga hal:
1. Kabuuhan kalori untuk metabolisme basal
Dimana seorang laki-laki dewasa memerlukan kalori untuk metabolisme
basal ± 100 Kilo Joule (23.87 Kilo kalori) per 24 jam per kg-BB. Sedangkan
wanita dewasa memerlukan kalori untuk metabolisme basal ±98 Kilo Joule
(23.39 Kilo kalori) per 24 jam per kg-BB. Sebaga contoh: seorang laki-laki
dewasa dengan berat badan 60 kg akan memerlukan kalori untuk
metabolisme basal sebesar ±6000 Kilo Joule (1432 Kilo kalori) per 24 jam.
2. Kebutuhan kalori untuk kerja
10 Denyut
×60
Denyut Jantung (Denyut/Menit) = Waktu Perhitungan
Selain metode denyut jantung tersebut, dapat juga dilakuakan penghitungan denyut
nadi dengan menggunakan metode 15 atau 30 detik. Penggunaan nadi kerja untuk menilai
berat ringanya beban kerja memiliki beberapa keuntungam. Selain mudah, cepat, dan murah
juga tidak memerlukan peralatan yang mahal, tidak menggangu aktivitas pekerja yang
dilakukan pengukuran. Kepekaan denyut nadi akan segera berubah dengan perubahan
pembebanan, baik yang berasal dari pembebanan mekanik, fisika, maupun kimiawi. Denyut
nadi untuk mengestimasi index beban kerja terdiri dari beberapa jenis, Muller ( 1962 )
Memberikan definisi sebagai berikut :
a. Denyut jantung pada saat istirahat ( resting pulse ) adalah rata-rata denyut
jantung sebelum suatu pekerjaan dimulai.
b. Denyut jantung selama bekerja ( working pulse ) adalah rata-rata denyut
jantung pada saat seseorang bekerja.
c. Denyut jantung untuk bekerja ( work pulse ) adalah selisish antara senyut
jantung selama bekerja dan selama istirahat.
d. Denyut jantung selama istirahat total ( recovery cost or recovery cost ) adalah
jumlah aljabar denyut jantung dan berhentinya denyut pada suatu pekerjaan
selesai dikerjakannya sampai dengan denyut berada pada kondisi istirahatnya.
e. Denyut kerja total ( Total work pulse or cardiac cost ) adalah jumlah denyut
jantung dari mulainya suatu pekerjaan samapi dengan denyut berada pada
kondisi istirahatnya ( resting level ).
( Nurmianto, 1998 )
Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa seseorang dalam “keadaan normal”
a. Waktu sebelum kerja (rest) kecepatan denyut jantung dalam keadaan konstan / stabil
walaupun ada perubahan kecepatan denyutnya tetapi tidak terlalu jauh perbedaannya.
b. Waktu selama bekerja (work) kecepatan denyut jantung dalam keadaan cenderung
naik.Semakin lama waktu kerja yang dilakukan maka makin banyak energi yang keluar
sehingga kecepatan denyut jantung bertambah cepat naik.
c. Waktu setelah bekerja / waktu pemulihan / recovery kecepatan denyut jantung dalam
keadaan cenderung turun. Kondisi kerja yang lama maka perlu dibutuhkan waktu istirahat
yang digunakan untuk memulihkan energi kita terkumpul kembali setelah mencapai titik
puncak kelelahan.
Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yang sangat penting di dalam peningkatan
cardio output dari istirahat samapi kerja maksimumk, peningkatan tersebut oleh Rodahl
(2000) didefinikan sebagai heart rate reserve (HR reserve). HR reserve tersebut
diekspresikan dalam presentase yang dihitung dengan menggunakan rumus :
Lebih lanjut Manuaba & Vanwonterghem (1996) menentukan klasifikasi beban kerja
berdasakan peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi maskimum
Di mana denyut nadi maskimum adalah (220-umur) untuk laki-laki dan (200-umur)
untuk wanita. Dari perhitungan % CVL kemudian akan dibandingkan dengan klasifikasi yang
telah ditetapkan sebagai berikut :
< 30% = Tidak
terjadi kelelahan
0-<60% =
Diperlukan perbaikan
60-<80 = Kerja
dalam waktu singkat
80-<100% = Diperlukan
tindakan segera
>100% = Tidak
diperbolehkan beraktivitas
Selain cara-cara tersebut di atas, Kilbon (1992) mengusulkan bahwa cardiovasculair
strain dapat diestimasi denjgan menggunakan denyut nadi pemulihan (hearth rate recover)
atau dikenal dengan metode ‘Brouba’. Keuntungan dari metode ini adalah sama sekali tidaj
mengganggu atau menghentikan aktivitas kegiatan selama bekerja. Denyut nadi pemulihan
(P) dihitung pada akhir 30 detik pada menit pertama, ke dua, dan ke tiga. P 1, 2, 3 adalah
rata-rata dari ketiga nilai tersebut dan dihubungkan dengan total cardiac cost dengan
ketentuan sebagai berikut :
Jika P1 – P3 ≥ 10, atau P1, P2, P3 seluruhnya < 90, nadi pemulihan normal
Jika rata-rata P1 tercatat ≤ 110, dan P1 – P3 ≥ 10, maka beban kerja tifak
berlebihan
Jika P1 – P3< 10, dan jika P3> 90 perlu redesain pekerjaan
Laju pemulihan denyut nadi dipengaruhi oleh nilai absolute denyut nadi pada
ketergantungguan pekerjaan (the interruption of work), tingkat kebugaran (individual fitness),
dan pemaparan panas lingkungan. Jika nadi pemulihan tidak segera tercapai maka
diperluakan redesain pekerjaan untuk mengurangi tekanan fisik. Redesain tersebut dapat
berupa variabel tunggal maupun keseluruhan dari variabel bebas (tasks, organisasai kerja, dan
Beban kerja mental yang merupakan perbedaan antara tuntutan kerja mental
dengan kemampuan mental yang dimiliki oleh pekerja yang bersangkutan.
Beban kerja yang timbul dari aktivitas mental di lingkungan kerja antara lain
disebabkan oleh :
keharusan untuk tetap dalam kondisi kewaspadaan tinggi dalam waktu
lama
kebutuhan untuk mengambil keputusan yang melibatkan tanggung jawab
besar
menurunnya konsentrasi akibat aktivitas yang monoton
kurangnya kontak dengan orang lain, terutama untuk tempat kerja yang
terisolasi dengan orang lain.
Menurut Henry R. Jex dalam bukunya “Human Mental Workload”, definisi beban
kerja mental yakni:
Seiring dengan berjalannya waktu, kemampuan seseorang dapat saja berubah sebagai
akibat dari praktek terhadap pekerjaan (Kemampuan meningkat), kelelahan yang
ditimbulkan (kemampuan menurun), dan kebosanan terhadap pekerjaan dan kondisi
(kemampuan menurun). Kemampuan seseorang akan berbeda dengan orang lain karena
perbedaan dukungan fisk dan mental, perbedaan latihan, dan perbedaan pekerjaan.
Hubungan antara beban kerja dengan kinerja dapat dilihat dalam bentuk kurva U
terbalik. Kinerja manusia pada tingkat beban kerja rendah tidak juga baik. Jika tidak banyak
hal yang dapat dikerjakan maka orang tersebut akan mudah bosan dan cenderung kehilangan
ketertarikan terhadap pekerjaan yang dilakukan. Dalam keadaan ini (underload), galat akan
muncul dalam bentuk kehilangan informasi sebagai akibat dari menurunnya konsentrasi.
Beban kerja mental dapat diukur dengan pendekatan fisologis (karena terkuantifikasi
dengan dengan kriteria obyektif, maka disebut metode obyektif). Kelelahan mental pada
seorang pekerja terjadi akibat adanya reaksi fungsionil dari tubuh dan pusat kesadaran.
Pendekatan yang bisa dilakukan antara lain :
Metode pengukuran beban kerja secara subjektif merupakan pengukuran beban kerja
mental berdasarkan persepsi subyektif responden/pekerja.
Berikut ini merupakan beberapa jenis metode pengukuran subjektif :
a. Metode dengan menggunakan Teknik Pengukuran Beban Kerja Subjektif
(Subjective Workload Assessment Technique - SWAT)
Metoda SWAT merupakan multidimensional scale. Dalam model SWAT, performansi
kerja manusia terdiri dari tiga dimensi ukuran beban kerja yang dihubungkan dengan
performansi, yaitu :
Time load atau beban waktu yang menunjukan jumlah waktu yang tersedia dalam
perencanaan, pelaksanaan dan monitoring tugas
Mental effort atau beban usaha mental, yang berarti banyaknya usaha mental dalam
melaksanakan suatu pekerjaan.
Psychological stress atau beban tekanan psikologis yang menunjukkan tingkat resiko
pekerjaan, kebingungan, dan frustasi.
f. Metode dengan menggunakan skala beban kerja yang dikembangkan oleh The
Defemce Research Agency (DRA Workload Scales - DRAWS).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Workload atau beban kerja merupakan usaha yang harus dikeluarkan oleh seseorang
untuk memenuhi “permintaan” dari pekerjaan tersebut. Sedangkan kapasitas adalah
kemampuan/kapasitas manusia. Kapasitas ini dapat diukur dari kondisi fisik maupun
mental seseorang. Beban kerja yang dimaksud adalah ukuran (porsi) dari kapasitas
operator yang terbatas yang dibutuhkan untuk melakukan kerja tertentu.
2. Kerja fisik adalah kerja yang memerlukan energi fisik otot manusia sebagai sumber
tenaganya (power). Kerja fisik disebut juga „manual operation‟ dimana performans
kerja sepenuhnya akan tergantung pada manusia yang berfungsi sebagai sumber
tenaga (power) ataupun pengendali kerja.
Beban kerja mental yang merupakan perbedaan antara tuntutan kerja mental dengan
kemampuan mental yang dimiliki oleh pekerja yang bersangkutan.
3. Penilaian beban kerja dapat dilakukan dengan dua metode secara objektif, yaitu
metode penilaian langsung dan metode penilaian tidak langsung.
- Metabolisme
- Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Jumlah Kebutuhan Kalori
- Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi Kerja
DAFTAR PUSTAKA
Materi Workshop Analysis Beban Kerja oleh Tajuddin Idris, S.Si. M.T
Suma’mur. 1982. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. PT. Gunung Agung.
Jakarta.
Sastrowinoto, Suyatno. 1985. Meningkatkan Produktivitas Dengan Ergonomi. PT.
Pustaka Binaman Pessindo. Jakarta.
Tarwaka, 2011. Ergonomi Industri. Solo : Harapan Press Solo