Anda di halaman 1dari 2

Nama: AWAL JUSEPTIAN

Nim. 742342021081

Prodi: HUKUM EKONOMI SYARIAH

Perlindungan terhadap hak-hak perempuan dalam pembagian warisan. Seiring dengan


perkembangan zaman dan tuntutan akan keadilan, beberapa paradigma baru dalam
pembagian harta warisan muncul Indonesia saat ini, di tengah multikulturalnya masyarakat
Indonesia hukum yang menjadi landasan pada pembagian warisan adalah berdasarkan hukum
Islam dan hukum adat. Tentunya konsekuensi hukum yang timbul akibat dari sistem hukum
yang berbeda tersebutakan dihadapkan pada dua pilihan dan dua paradigma hukum yang
berbeda pula argumentasi hukum dari paradigma yang berbeda secara yuridis dapat diterima,
namun hal tersebut memungkinkan terjadinya polemik antara ahli waris dan akan berbenturan
pada sisi yuridis pula. Hal ini dikarenakan perbedaan paradigma yuridis tersebut, masing-
masing memiliki argumentasi kuat tentang keyakinan terhadap penentuan dan pilihan dalam
hukum waris. Juga masing-masing memiliki definisi, asas, sistem, dan urutan ahli waris dan
harta warisan. Perbedaan paradigma hukum seperti ini tentunya dapat mempengaruhi jumlah
pembagian atas harta yang peninggalan yang akan dibagikan kepada ahli waris. Hal ini
tentunya akan berakibat pada konflik pemahaman dan konflik pembagian warisan tersebut.1
Sejak 1945, Indonesia menganut sistem hukum yang berbeda dari sistem hukum Barat.
Di Indonesia, sistem hukum warisan didasarkan pada hukum adat, agama, dan hukum
nasional. Namun, pada tahun 2019, Indonesia mengeluarkan undang-undang baru tentang
Pembagian Harta Warisan, yang mengatur bagaimana harta warisan harus dibagikan di
Indonesia. Undang- undang baru ini menetapkan bahwa apabila pemilik harta warisan
meninggal dunia dan meninggalkan ahli waris, maka harta tersebut akan dibagi sesuai
dengan Keputusan Keluarga Ahli Waris (KKAW). KKAW merupakan sebuah dokumen
yang dibuat oleh pemilik harta warisan yang berisi daftar nama, hubungan, dan bagian-
bagian masing-masing ahli waris.
Jika KKAW tidak ada, maka harta warisan akan dibagi sesuai dengan hukum Islam
atau hukum adat setempat, tergantung pada agama atau adat masing-masing keluarga ahli
waris. Namun, hukum Islam hanya berlaku bagi keluarga Muslim dan bukan-Muslim tidak
terikat dengan aturan ini. Hal yang perlu diperhatikan ketika pembagian harta warisan
adalah bahwa ada beberapa ahli waris yang mendapatkan prioritas, seperti anak atau cucu
dari pemilik harta warisan, sehingga mereka akan mendapatkan bagian yang lebih besar
dari harta warisan dibandingkan saudara kandung lainnya. Namun, semua ahli waris harus
mendapatkan bagian yang sama dari harta warisan, kecuali jika KKAW menyatakan hal
yang berbeda.

Paradigma baru pembagian harta warisan di Indonesia saat ini lebih terkait dengan
perlindungan hak-hak individu dan kebebasan memilih, yang sebelumnya kurang
diperhatikan dalam sistem hukum warisan yang lebih terikat pada hukum adat atau agama. 2
1
2
Moh. Dahlan, Paradigma Ijtihad Munawir Sjadzali Dalam Reaktualisasi hukum Islam Di Indonesia (vol.7
No.2; Bengkulu: At-Turas Jurnal studi Keislaman, 2020) h.197.
Dalam paradigma ini, harta warisan dianggap sebagai hak bersama antara ahli waris dan
bukan milik individu tertentu.

Paradigma baru ini menjadikan ahli waris perempuan memiliki hak yang sama dengan
ahli waris laki-laki dalam hal pembagian harta warisan. Sebelumnya, hukum waris mengakui
ahli waris perempuan hanya memiliki hak setengah dari hak ahli waris laki-laki, terutama
dalam hal warisan tanah. Selain itu, paradigma baru ini juga menunjukkan adanya
keterlibatan dari ahli waris secara kolektif dalam proses pembagian warisan, sehingga
mendorong terciptanya perdamaian dan kesepakatan di antara mereka

Paradigma baru ini juga menekankan pada aspek keadilan yang seimbang dan
mengurangi konflik antar ahli waris yang telah terjadi selama bertahun-tahun. Dalam
paradigma ini, aspek keadilan dan kesetaraan dianggap lebih penting daripada tradisi atau
budaya yang memang telah menjadi praktik dalam pembagian warisan di berbagai negara.

Beberapa hal yang menjadi fokus dalam paradigma baru ini antara lain:

• Pembagian warisan dilakukan secara adil dan merata antara semua ahli waris yang
sah.
• Pengakuan terhadap hak waris dari anak di luar perkawinan, anak angkat,anak tiri,
dan anak yang diakui secara hukum
• Pengakuan terhadap hak waris dari pasangan suami atau istri yang tidak menikah
secara sah namun telah menjalani hubungan yang setara dengan perkawinan
• Perlindungan terhadap hak-hak perempuan dalam pembagian warisan. Seiring
dengan perkembangan zaman dan tuntutan akan keadilan, beberapa paradigma
baru dalam pembagian harta warisan muncul.

Anda mungkin juga menyukai