Awal
Awal
Nim. 742342021081
Paradigma baru pembagian harta warisan di Indonesia saat ini lebih terkait dengan
perlindungan hak-hak individu dan kebebasan memilih, yang sebelumnya kurang
diperhatikan dalam sistem hukum warisan yang lebih terikat pada hukum adat atau agama. 2
1
2
Moh. Dahlan, Paradigma Ijtihad Munawir Sjadzali Dalam Reaktualisasi hukum Islam Di Indonesia (vol.7
No.2; Bengkulu: At-Turas Jurnal studi Keislaman, 2020) h.197.
Dalam paradigma ini, harta warisan dianggap sebagai hak bersama antara ahli waris dan
bukan milik individu tertentu.
Paradigma baru ini menjadikan ahli waris perempuan memiliki hak yang sama dengan
ahli waris laki-laki dalam hal pembagian harta warisan. Sebelumnya, hukum waris mengakui
ahli waris perempuan hanya memiliki hak setengah dari hak ahli waris laki-laki, terutama
dalam hal warisan tanah. Selain itu, paradigma baru ini juga menunjukkan adanya
keterlibatan dari ahli waris secara kolektif dalam proses pembagian warisan, sehingga
mendorong terciptanya perdamaian dan kesepakatan di antara mereka
Paradigma baru ini juga menekankan pada aspek keadilan yang seimbang dan
mengurangi konflik antar ahli waris yang telah terjadi selama bertahun-tahun. Dalam
paradigma ini, aspek keadilan dan kesetaraan dianggap lebih penting daripada tradisi atau
budaya yang memang telah menjadi praktik dalam pembagian warisan di berbagai negara.
Beberapa hal yang menjadi fokus dalam paradigma baru ini antara lain:
• Pembagian warisan dilakukan secara adil dan merata antara semua ahli waris yang
sah.
• Pengakuan terhadap hak waris dari anak di luar perkawinan, anak angkat,anak tiri,
dan anak yang diakui secara hukum
• Pengakuan terhadap hak waris dari pasangan suami atau istri yang tidak menikah
secara sah namun telah menjalani hubungan yang setara dengan perkawinan
• Perlindungan terhadap hak-hak perempuan dalam pembagian warisan. Seiring
dengan perkembangan zaman dan tuntutan akan keadilan, beberapa paradigma
baru dalam pembagian harta warisan muncul.