Proposal Perbaikan Ke 3 Aktaniar
Proposal Perbaikan Ke 3 Aktaniar
AKTANIAR
PBC180038
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui evaluasi penggunaan antibiotik pada penderita
diare (pediatrik) secara kualitatif puskesmas lapandewa pada tahun 2020.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui jenis antibiotik yang digunakan
2. Untuk mengetahui penggunaan antibiotik yang benar dan aman
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memberikan pengalaman yang berharga bagi
peneliti dalam rangka menambah wawasan serta mengembangkan diri
khususnya dalam bidang penelitian.
2. Bagi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk menambah wawasan
tentang evaluasi penggunaan antibiotik pada penderita diare (Pediatrik)
secara kualitatif bagi semua mahasiswa farmasi.
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat agar
masyarakat dapat menggunakan obat antibiotik dengan benar dan aman.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Landasan Teori
1. Diare
Diare didefinisikan sebagai suatu gejala penyakit yang ditandai
dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai cair dan
bertambahnya frekuensi buangs air besar yang lebih dari biasa, yaitu ≥3 kali
perhari yang disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah. Diare
biasanya ditandai dengan mual, muntah, sakit perut, sakit kepala, demam,
menggigil, dan rasa tidak nyaman (Rachmawati,Dkk, 2014).
2. Patofisiologi Diare
Dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme
di bawah ini (Setiati, siti et al. 2014) :
a. Diare sekretorik
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan
elektrolit dari usus, menurunnya fungsi absorpsi dari usus. Bakteri dalam
usus akan mengeluarkan toksin yang mana toksin tersebut akan
menstimulasi c-AMP dan c-GMP yang mengakibatkan peningkatan
sekresi cairan dan elektrolit sehingga terjadi diare. Yang khas pada diare
ini yaitu secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak
sekali.
b. Diare osmotic
Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik
intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia
yang hiperosmotik (antara lain MgSO4. Mg(OH)2), malabsorpsi umum
dan efek dalam absorpsi mukosa usus misalnya pada defisiensi
disakarida,malabsorpsi glukosa/galaktosa. Diare osmotik ditegakkan bila
osmotic gap feses > 125 mosmol/kg (normal <50 mosmol/kg). Osmotic
gap dihitung dengan cara : osmolaritas serum (290 mosmol/kg) –2x
(konsentrasi natrium + kalium feses ).
c. Motilitas dan Waktu Transit Usus yang Abnormal
Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregulitas motilitas
usus sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus.
Penyebabnya antara lain: DM, pasca vagotomi, hipertiroid.
d. Diare infeksi
Jenis diare yang paling sering terjadi adalah diare karena infeksi,
seperti infeksi rotavirus, protozoa dan fungi. Dilihat dari sudut kelainan
usus yang terjadi pada diare oleh bakteri dibagi atas non invasif( tidak
merusak mukosa) dan invasif( merusak mukosa usus). Bakteri non
invasive dapat menyebabkan diare karena toksin yang disekresi oleh
bakteri tersebut yang disebut diare toksigenik. Contoh diare toksigenik
adalah diare yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholera. Enterotoksin
yang dihasilkan oleh bakteri ini menempel pada permukaan epitel usus,
kemudian akan membentuk adenosin monofosfat siklik (AMP siklik) di
dinding usus dan menyebabkan sekresi aktif dari anion klorida yang
diikuti oleh air, ion bikarbonat dan kation natrium serta kalium. Diare
karena bakteri yang invasifbiasanya merusak dinding usus, kerusakan
brush border disertai ulseratif dan nekrosis. Karakteristik berupa feses
dengan lendir dan darah dan dalam pemeriksaan feses menunjukkan
leukosit positif (Setiati, siti et al. 2014).
3. Puskesmas
Puskesmas merupakan organisasi fungsional yang
menyelenggarakan upaya kesehatan bersifat menyeluruh, terpadu, merata,
dapat diterima dan terjangkau masyarakat, dengan peran serta aktif
masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan
masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan
menitiberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai
derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan kualitas kepada
perorangan (Irmawati, et.al., 2017.)
4. Antibiotik
Definisi infeksi yang disebabkan oleh bakteri terjadi apabila tubuh
tidak berhasil mengeliminasi bakteri patogen. Infeksi bakteri dapat diobati
dengan menggunakan antibiotik (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2011). Antibiotik merupakan senyawa yang dihasilkan suatu
mikroorganisme. Berfungsi untuk membunuh bakteri dan menghambat
bakteri sehingga bakteri tidak mudah berkembang biak dan menyebar
didalam tubuh. Antibiotik bersifattoksisitas selektif dimana toksik pada
Peningkatan prevalensi ketidakrasionalan penggunaan antibiotik
menyebabkan banyak kerugian, diantaranya adalah merupakan salah satu
penyebab terjadinya resistensi (Febiana, 2012).
Beberapa dekade terakhir kemunculan resistensi menjadi masalah
sglobal bagi dunia kesehatan. Studi di Eropa menunjukan resistensi
antibiotika meningkat karena adanya peningkatan konsumsi antibiotika
yang didorong oleh pengetahuan masyarakat tentang antibiotik yang
kurang memadai serta penggunaan antibiotik yang tidak rasional (Lim dan
The, 2012).
5. Klasifikasi Antibiotik
Antibiotik bisa diklasifikasikan berdasarkan mekanisme kerjanya,
yaitu : (Permenkes, 2011)
1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri, seperti beta-
laktam(penisilin, sefalosporin, monobaktam, karbapenem, inhibitor
beta-laktamase),basitrasin, dan vankomisin.
a. Antibiotik Beta-Laktam
Antibiotik beta-laktam terdiri dari berbagai golongan obat
yang mempunyai struktur cincin beta-laktam, yaitu penisilin,
sefalosporin, monobaktam, karbapenem, dan inhibitor beta-
laktamase. Obat-obat antibiotik beta-laktam umumnya bersifat
bakterisid, dan sebagian besar efektif terhadap organisme Gram-
positif dan negatif. Antibiotik beta-laktam mengganggu sintesis
dinding sel bakteri, dengan menghambat langkah terakhir dalam
sintesis peptidoglikan, yaitu heteropolimer yang memberikan
stabilitas mekanik pada dinding sel bakteri.
1. Penisilin
Golongan penisilin diklasifikasikan berdasarkan spektrum
aktivitas antibiotiknya. Dibawah ini tabel golongan penisilin :
Brunton, L., Chabner, B., Knollman, B. 2011. Goodman & Gilman’s The
Pharmacological Basis of Therapeutics 12th Edition Chapter 55. New
York: The McGraw-Hill Companies. p. 1522-1523.
Dyah R WL & Yunita DPS. 2017. Hubungan antara Pengetahuan dan Kebiasan
Mencuci Tangan Pengasuh dengan kejadian diare pada Balita. Jurnal of
Health Education. JHE 2 (1). ISSN 2527-4252.
Febiana, T., Hapsari, M.M., Hapsari, R., 2012, Kajian Rasionalitas Penggunaan
Antibiotik Di Bangsal Anak RSUP Dr.Kariadi Semarang Periode Agustus
- Desember 2011, Jurnal Media Medika Muda, 1–12.
Juffrie, M., Soenarto, S.S.Y., Oswari, H., Arief, S., Rosalinal. & Mulyani, N.S.
2015, Buku Ajar Gastroenterologi Anak Indo-Hepatologi, Badan Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta, Indonesia.
Kemenkes (2011) Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Buletin jendela
data & informasi kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Kemenkes RI Kementerian Kesehatan RI. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2015 tentang Program Pengendalian
Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI.
Lim, T.K,. 2012. Edible Medical and Non-Medical Plant. London New
York :Springer Dordrecht Heidelberg. Hal : 879-880.
Setiati, siti et al. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6 jilid II Jakata:
Interna publishing. Hal 1899.
Septiani, S. (2015) ‘Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Balita Terkena Diare
Pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit x tahun 2014’, Naskah Publikasi.
Irmawati, S., Sultan M., dan Nurhannis (2017). Kualitas Pelayanan Kesehatan di
Puskesmas Sangurara Kecamatan Tatanga Kota Palu, 189 e Jurnal
Katalogis, Volume 5 Nomor 1 Januari 2017 hlm 188-197.