Anda di halaman 1dari 60

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA

PASIEN DIARE ANAK DI PUSKESMAS


LAPANDEWA TAHUN 2020

AKTANIAR
PBC180038

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA FARMASI


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK BAUBAU
2021
46

PERNYATAAN PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH

Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Diare Anak Di Puskesmas


Lapandewa Tahun 2020

Oleh :

Aktaniar
PBC180001

Karya tulis ilmiah ini diterima dan disetujui, untuk diuji dan dipetahankan
di depan Tim Penguji Karya TulisI lmiah Program Studi DIII Farmasi
Politeknik Baubau

Disetujui oleh :
Komisi Pembimbing

Apt, Wa Ode Syafriah S.Farm.,M.Si Sitti Alfyanita Ilham, S.Farm.M.Si


Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh :

Sapril, SKM., M.Sc Suparman Supardi, S.Si., M.Si


Direktur Politeknik Baubau Ketua Program Studi DIII Farmasi
42

HALAMAN PENGESAHAN

Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Diare Anak Di Puskesmas


Lapandewa Tahun 2020

Oleh :
Aktaniar
PBC180038

Telah Dipertahankan Di Hadapan Tim Penguji pada :

Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat :
Telah diperbaiki dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Pembimbing :
1. Apt, Wa Ode Syafriah S.Farm.,M.Si ( )

2. Sitti Alfyanita Ilham, S.Farm.M.Si ( )

Penguji :

1. Irwan R, S.Si., M.Si. ( )

Mengetahui,
Program Studi DIII Farmasi
Politeknik Baubau
Direktur

SAPRIL, SKM.,M.Sc
NIP. 197704012000121003
46

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH DAN


SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Program Studi DIII
Farmasi Politeknik Baubau.

Nama : Aktaniar
NIM : PBC180038

Alamat: Jl. Bintara, Kelurahan Wangkanapi, Kecamatan Wolio, Kota Baubau


Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah berjudul “Evaluasi
Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Diare Anak Di Puskesmas Lapandewa Tahun
2020” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
penguji belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam daftar pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini. Apabila dikemudian
hari ternyata terbukti bahwa sebagian atau seluruh dari KTI ini tidak asli/plagiat,
maka Karya Tulis Ilmiah ini akan dinyatakan batal dan gelar yang telah saya
sandang bersedia untuk dicabut.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis ilmiah saya kepada
Politeknik Baubau.

Baubau, Oktober, 2020

Aktaniar
PBC180038
42

KATA PENGANTAR

Allhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis haturkan

kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan karya tulis ilmiah yang berjudul Evaluasi “Penggunaan Antibiotik

Pada Pasien Diare Anak Di Puskesmas Lapandewa Tahun 2020”. Untuk

memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Ahli Madya Farmasi pada Program

Studi DIII Farmasi, Politeknik BauBau.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Orang tua tercinta, Ayahanda La Jeli dan Ibunda Wa Musu yang dengan penuh

kesabaran dan tidak henti-hentinya memberikan segala doa restu, kasih sayang,

nasehat dan bantuan moril maupun materi selama menempuh pendidikan

hingga selesainya penyusunan karya tulis ilmiah ini.

2. Bapak Muh. Risal Tawi, SKM.,M.Kes selaku Ketua Yayasan Kesehatan

Nasional Kota BauBau.

3. Bapak Sapril, SKM., M.Kes selaku Direktur Politeknik BauBau.

4. Bapak Asriadi, SKM., M.Kes selaku ketua jurusan Politeknik BauBau.

5. Bapak Muhamad Tasjiddin Teheni, S.Si.,M.Si selaku Ketua Program Studi

DIII Farmasi Politeknik BauBau.

6. Ibu Apt. Wa Ode Syafriah, S.Farm., M.Si selaku pembimbing 1 yang telah

banyak memberikan bantuan dan pengarahan serta meluangkan waktu dan

pikiranya dalam membimbing penulis sejak awal perencanaan penelitian

sampai selesainya dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.


46

7. Ibu Sitti Alfyanita Ilham, S.Farm.,M.Si selaku pembimbing II yang telah

banyak memberikan bantuan dan pengarahan serta meluangkan waktu dan

pikiranya dalam membimbing penulis sejak awal perencanaan penelitian

sampai selesainya dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

8. Bapak Irwan, R,S.Si.,M.Si selaku penguji yang telah banyak memberikan

bantuan dan pengarahan serta meluangkan waktu dan pikiranya dalam

membimbing penulis.

9. Bapak La Igu, SKM selaku Kepala Puskesmas Lapandewa yang telah

memberikan saya kesempatan sehingga dapat melaksanakan penelitian di

Puskesmas Lapandewa dengan baik dan lancar.

10. Bapak/Ibu dosen Program Studi D-III Farmasi Politeknik BauBau yang dengan

tulus berbagi ilmu dan pengetahuan serta pengalamanya sehingga dapat

dijadikan bekal dalam penyusunan karya ilmiah ini.

11. Kepada sahabat saya Wa ode yuniar Kasi yang selalu mendukung, membantu

dan selalu ada untuk saya.

12. Semua rekan-rekan mahasiswa Program Studi D-III Farmasi Politeknik Baubau

angkatan 2018 yang telah memberi dukungan satu sama lain selama proses

penyusunan semoga sukses selalu dan jangan berhenti sampai disini.

13. Bagi orang-orang yang tidak sempat disebutkan dalam lembaran yang singkat

ini, kiranya mendapatkan pahala yang berlimpah dari Allah SWT atas segala

bantuan dan kebaikan yang diberikan selama ini.

Terima kasih atas semua bantuan, semoga menjadi amal shaleh bagi kita,

Aamiin. Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih banyak
42

kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan

saran dari pembaca untuk kesempurnaan karya tulis ilmiah ini . semoga karya tulis

ilmiah ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan.

Baubau,September 2021

AKTANIAR
46

DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Sampul
Halaman Judul.................................................................................................. i
Pernyataan Persetujuan Karya Tulis Ilmiah..................................................... ii
Halaman Pengesahan........................................................................................ iii
Halaman Pernyataan Keaslian Penelitian......................................................... iv
Kata Pengantar.................................................................................................. v
Daftar Isi ....................................................................................................... vii
Daftar Tabel...................................................................................................... viii
Daftar Gambar.................................................................................................. ix
Daftar Lampiran................................................................................................ x
Daftar Istilah/Singkatan.................................................................................... xi
Abstrak ....................................................................................................... xii
Abstrack ....................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah..................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian...................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian.................................................................... 4

BAB II TINJAUAN TEORITIS ................................................................ 6


A. Landasan Teori ........................................................................ 6

B. Kerangka Konsep...................................................................... 23

C. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian ....................................... 23

D. Definisi Operasional................................................................. 24

BAB III METODE PENELITIAN.............................................................. 25


A. Jenis Penelitian......................................................................... 25

B. Waktu dan Tempat Penelitian................................................... 25

C. Populasi dan Sampel................................................................. 25


42

D. Teknik Pengumpulan Data....................................................... 28

E. Teknik Analisis Data ............................................................... 28

F. Penyajian Data.......................................................................... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................. 30


A. Deskripsi Lokasi Penelitian ...................................................... 30

B. Hasil Penelitian ........................................................................ 30

C. Pembahasan .............................................................................. 39

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 45


A. Kesimpulan............................................................................... 45

B. Saran.......................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA
JADWAL PENELITIAN
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
46

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klaifikasi Antibiotik (Golongan Penisilin)................................. 10

Tabel 2.2 Klasifikasi Antibiotik (Golongan Sefalosporin) ......................... 12

Tabel 2.3 Definisi Operasional.................................................................... 24

Tabel 4.1 Karakteristik Jenis Kelamin Pasien............................................. 30

Tabel 4.2 Karakteristik Umur Pasien........................................................... 30

Tabel 4.3 Jenis Obat..................................................................................... 31

Tabel 4.4 Bentuk Sediaan............................................................................ 32

Tabel 4.5 Evaluasi berdasarkan Tepat Indikasi........................................... 32

Tabel 4.6 Evaluasi berdasarkan Tepat Pasien............................................. 33

Tabel 4.7 Evaluasi berdasarkan Tepat Obat................................................. 34

Tabel 4.8 Evaluasi berdasarkan Tepat Dosis............................................... 35

Tabel 4.9 Evaluasi berdasarkan Tepat Waktu Pemberian............................ 36

Tabel 4.10 Evaluasi berdasarkan Ketepatan Penggunaan Antibiotik.......... 37


42

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konsep .......................................................................... 22
46

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 01 Prosedur Penelitian

Lampiran 02 Surat Izin Pengambilan Data

Lampiran 03 Surat Izin Selesai Penelitian

Lampiran 04 Dokumentasi
42

ABSTRAK

Aktaniar, Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Pediatrik Di Puskesmas


Lapandewa tahun 2020. Dibimbing oleh Wa Ode Syafriah dan Sitti Alfyanita
Ilham.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis antibiotik yang digunakan pada
pasien diare anak secara benar dan aman di Puskesmas Lapandewa. Dengan
metode deskriptif. Dilakukan pengumpulan data rekam medik. Populasi pada
penelitian ini semua pasien diare anak dengan jumlah 32 orang. Hasil penelitian
menunjukan bahwa pasien yang paling banyak menderita diare berjenis kelamin
perempuan sekitar 56%. Penggunaan antibiotik yang paling dominan adalah
Amoxicillin sirup kering. Penggunaan antibiotik pada pasien pediatrik diare
berdasarkan kriteria tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat pasien, dan tepat
waktu pemberian obat adalah masing-masing 96,96,100, dan 100%.

Kata Kunci : Antibiotik, Diare Pediatrik, Evaluasi Penggunaan.


46

ABSTRACT

Aktaniar, Evalution of antibiotic Use in Pediatric Patients at the Lapandewa


Health Center in 2020. Supervised by Wa Ode Syafriah and Sitti Alfyanita Ilham.
The study aims to determine the types of antibiotics used in pediatric diarrhea
patients are correct and safe at the Lapandewa Health Center. With descriptive
method. Medical record data was collected. The population or study were all
pediatric diarrhea patients with a total of 32 people. The results showed the
patients who suffered the most diarrhea were female, about 56%. The most
dominant use of antibiotics is dry syrup Amoxicillin. The use of antibiotics in
pediatric patients with diarrhea based on the criteria for the right indication, the
right drug, the right dose, the right patient, and the right time for drug
administration were 96,96,100, 100, and 100%, respectively.

Keywords: Antibiotics,Pediatric Diarrhea, Evaluation of use.


42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk

mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait obat. Salah

satunya adalah dalam bentuk pelayanan farmasi klinik. Pelayanan ini langsung

diberikan oleh Apoteker untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety)

sehingga kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin (Permenkes RI, 2014).

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan

konsistensinya cair atau lembek, dan frekuensinya 3 kali atau lebih dalam 1

hari. Klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu

disebakan oleh bakteri, virus atau infeksi parasit, malabsorpsi, alergi,

keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. Penyakit diare

merupakan masalah kesehatan masyarakat dinegara berkembang seperti

Indonesia, karena morbiditas dan mortilitasnya yang masih tinggi. Diare

menjadi salah satu penyebab utama tingginya angka kematian anak di dunia.

Secara umum, penatalaksanaan terapi diare pada anak terdiri atas tiga

elemen utama, yaitu terapi dehidrasi, pemberian zinc, dan lanjutkan pemberian

makan. Obat antibiotik diberikan hanya jika diare disebabkan oleh infeksi,

seperti pada anak dengan diare berdarah atau kolera (yang sebagian besar

karena shigellosis). Namun pada kenyataannya, masih banyak ditemukan

adanya pemberian antibiotik pada kasus diare tanpa indikasi terinfeksi bakteri.

(Juffrie et al., 2015).


46

Antibiotik merupakan senyawa yang diproduksi oleh beberapa jenis

mikroorganisme (bakteri, jamur actinomycetes) digunakan untuk menghambat

pertumbuhan mikroorganisme patogen. Antibiotik adalah obat yang paling

sering digunakan dengan peresepan atau tanpa peresepan di seluruh dunia.

Hampir 30% atau lebih pasien di seluruh fasilitas kesehatan akan diresepkan

antibiotik (Brunton et al., 2011).

Angka kejadian penyakit infeksi yang tinggi pada anak-anak

menyebabkan kuantitas penggunaan antibiotik meningkat. Hasil penelitian

yang dilakukan di ruang rawat Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUPN

CiptoMangunkusumo menyebutkan bahwa sebanyak 49,2% pasien anak

mendapatkan terapi antibiotik, yang terdiri dari 39,6% mendapatkan antibiotik

memicu terjadinya resistensi (Satari et al., 2011).

Faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada balita diwilayah

kecamatan lapandewa dipengaruhi oleh kurang memadainya penyediaan air

bersih karena berada pada dataran tinggi sehingga penduduk disana masih

mengkonsosumsi air hujan sebagai sumber air minum masyarakat yang

terkadang tanpa dimasak langsung dikonsumsi oleh anak-anak sehingga

terkadang hal tersebut menjadi salah satu penyebab terjadinya diare pada anak.

Target penemuan kasus diare pada tahun 2015 adalah 21,4% dari 92,4%

penduduk Kabupaten Buton Selatan, dengan capaian kasus 49,7% kasus dan

semuanya ditagani. Jumlah kasus ini naik dari tahun sebelumnya (41,7%) kasus

dan lebih banyak ditemukan pada perempuan (Dinkes 2016). Cakupan

pelayanan diare pada anak di Puskesmas Lapandewa tahun 2020, dengan


42

jumlah penderita diare yaitu 35 orang, untuk periode Januari-Desember jumlah

pasien diare yang termasuk kriteria inklusi yaitu sebanyak 32 orang (Data

Puskesmas Lapandewa,2020).

Sehingga harus dilakukan evaluasi penggunaan antibiotik yang

rasional agar tidak dapat menyebabkan resistensi yaitu bakteri akan

memberikan perlawanan terhadap antibiotik. Dalam memilih antibiotik untuk

pasien anak, diperlukan pemahaman farmakologi klinis obat yang akan

dipergunakan. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penggunaan antibiotik

adalah dosis, indikasi, cara pemberian, dan indikasi pengobatan (Munaf, 2015).

B. Rumusan Masalah

1. Apakah jenis antibiotik untuk terapi diare yang digunakan di Puskesmas

Lapandewa ?

2. Bagaimana evaluasi penggunaan antibiotik pada penderita diare anak di

Puskesmas Lapandewa tahun 2020 ?

3. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Melakukan evaluasi penggunaan antibiotik pada penderita diare

anak di wilayah kerja Puskesmas Lapandewa tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui jenis antibiotik yang digunakan pada terapi diare anak

di Puskesmas Lapandewa.

2. Untuk mengetahui penggunaan antibiotik yang benar dan aman pada

Puskesmas Lapandewa.
46

4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat memberikan pengalaman yang berharga bagi

peneliti dalam rangka menambah wawasan serta mengembangkan diri

khususnya dalam bidang penelitian.

2. Bagi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk menambah

wawasan tentang evaluasi penggunaan antibiotik pada penderita diare anak

di wilayah kerja Puskesmas Lapandewa tahun 2020.

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat agar

masyarakat dapat menggunakan obat antibiotik dengan benar dan aman.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Landasan Teori

1. Diare

Diare didefinisikan sebagai suatu gejala penyakit yang ditandai

dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai cair dan

bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu ≥ 3 kali

perhari yang disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah. Diare

biasanya ditandai dengan mual, muntah, sakit perut, sakit kepala, demam,

menggigil, dan rasa tidak nyaman (Rachmawati et al., 2014).

Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan dan terjadi di

seluruh daerah geografis di dunia. Penyakit diare juga masih menjadi salah

satu masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia,

karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih terbilang tinggi terutama

pada bayi dan balita. Ditemukan 60 juta kejadian diare setiap tahunnya, 70-

80% dialami oleh anak-anak dibawah 5 tahun (± 40 juta kejadian) (Septiani,

2015).

Usia balita merupakan periode yang cukup berat pada anak

karenapada umur ini kondisi kekebalan atau imun anak masih belum stabil

sehingga akan mudah terserang penyakit infeksi. Salah satu penyakit infeksi

tersebut adalah diare.Penyakit diare masihmenjadi masalah kesehatan dunia,

utamanya di negara yang sedang berkembang. Dampak dari masalah

tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian yang

5
42

disebabkan oleh diare, karena penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-

anak khususnya pada usia balita. Diare pada umumnya disebabkan oleh

infeksi bakteri. Bakteri penyebab diare berbeda-beda berdasarkan umur,

tempat, dan waktu atau musim. Diare adalah gejala umum dari infeksi

gastrointestinal yang disebabkan oleh berbagai patogen, termasuk bakteri,

virus dan parasit. Bakteri patogen utama yaitu termasuk Escherichia coli,

Vibrio cholera, Shigella, Campylobacter sp dan Salmonella (Walker C et al.

2010).

Penyakit diare dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain

hygiene, sanitasi yang buruk, keadaan lingkungan yang padat, perilaku

masyarakat, pelayanan masyarakat, gizi, kependudukan, pendidikan yang

meliputi pengetahuan, dan keadaan sosial ekonomi. Diare dapat tertular

pada balita melalui perantara pengasuh, hal ini disebabkan karena balita

masih banyak bergantung pada pengasuh dan memiliki intensitas waktu

yang lama dibanding dengan orang lain. Pengasuh dalam hal ini dapat

berupa orang tua (ibu) atau nenek, Pengasuh dapat menjadi perantara

penularan diare pada balita karena PHBS yang masih kurang yaitu

kebiasaan mencuci tangan sebelum merawat dan mempersiapkan segala

keperluan balita (Dyah dan Yunita, 2017).

2. Patofisiologi Diare

Dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme

di bawah ini (Setiati et al., 2014) :


46

a. Diare sekretorik

Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan

elektrolit dari usus, menurunnya fungsi absorpsi dari usus. Bakteri dalam

usus akan mengeluarkan toksin yang mana toksin tersebut akan

menstimulasi c-AMP dan c-GMP yang mengakibatkan peningkatan

sekresi cairan dan elektrolit sehingga terjadi diare. Yang khas pada diare

ini yaitu secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak

sekali.

b. Diare osmotik

Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik

intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia

yang hiperosmotik (antara lain MgSO4. Mg(OH)2), absorpsi umum dan

efek dalam absorpsi mukosa usus misalnya pada defisiensi disakarida,

absorpsi glukosa/galaktosa.

c. Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal

Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregulitas motilitas

usus sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus.

Penyebabnya antara lain: DM, pasca vagotomi, hipertiroid.

d. Diare infeksi

Jenis diare yang paling sering terjadi adalah diare karena infeksi,

seperti infeksi rotavirus, protozoa dan fungi. Dilihat dari sudut kelainan

usus yang terjadi pada diare oleh bakteri dibagi atas non invasive (tidak

merusak mukosa) dan invasive (merusak mukosa usus). Bakteri non


42

invasive dapat menyebabkan diare karena toksin yang disekresi oleh

bakteri tersebut yang disebut diare toksigenik. Contoh diare toksigenik

adalah diare yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholera. Enterotoksin

yang dihasilkan oleh bakteri ini menempel pada permukaan epitel usus..

Diare karena bakteri yang invasive biasanya merusak dinding usus,

kerusakan brush border disertai ulseratif dan nekrosis. Karakteristik

berupa feses dengan lendir dan darah dan dalam pemeriksaan feses

menunjukkan leukosit positif (Setiati et al., 2014).

3. Puskesmas

Puskesmas merupakan organisasi fungsional yang

menyelenggarakan upaya kesehatan bersifat menyeluruh, terpadu, merata,

dapat diterima dan terjangkau masyarakat, dengan peran serta aktif

masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan

masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan

menitiberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai

derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan kualitas kepada

perorangan (Irmawati, et.al., 2017).

4. Antibiotik

Definisi infeksi yang disebabkan oleh bakteri terjadi apabila tubuh

tidak berhasil mengeliminasi bakteri patogen. Infeksi bakteri dapat diobati

dengan menggunakan antibiotik (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2011).
46

Antibiotik berfungsi untuk membunuh bakteri dan menghambat

bakteri sehingga tidak mudah berkembang biak dan menyebar didalam

tubuh. Antibiotik bersifat toksisitas selektif dimana toksik pada

peningkatan prevalensi ketidakrasionalan penggunaan antibiotik

menyebabkan banyak kerugian, diantaranya adalah merupakan salah satu

penyebab terjadinya resistensi (Febiana et a.l, 2012).

Beberapa dekade terakhir kemunculan resistensi menjadi masalah

global bagi dunia kesehatan. Studi di Eropa menunjukan resistensi

antibiotika meningkat karena adanya peningkatan konsumsi antibiotika

yang didorong oleh pengetahuan masyarakat tentang antibiotik yang

kurang memadai serta penggunaan antibiotik yang tidak rasional (Lim,

2012).

5. Klasifikasi Antibiotik

Antibiotik bisa diklasifikasikan berdasarkan mekanisme kerjanya,

yaitu : (Permenkes, 2011)

1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri, seperti beta-

laktam (penisilin, sefalosporin, monobaktam, karbapenem, inhibitor

beta-laktamase),basitrasin, dan vankomisin.

a. Antibiotik Beta-Laktam

Antibiotik beta-laktam terdiri dari berbagai golongan obat

yang mempunyai struktur cincin beta-laktam, yaitu penisilin,

sefalosporin, monobaktam, karbapenem, dan inhibitor beta-

laktamase. Obat-obat antibiotik beta-laktam umumnya bersifat


42

bakterisid, dan sebagian besar efektif terhadap organisme Gram-

positif dan negatif. Antibiotik beta-laktam mengganggu sintesis

dinding sel bakteri, dengan menghambat langkah terakhir dalam

sintesis peptidoglikan, yaitu heteropolimer yang memberikan

stabilitas mekanik pada dinding sel bakteri.

1. Penisilin

Golongan penisilin diklasifikasikan berdasarkan spectrum

aktivitas antibiotiknya. Dibawah ini tabel golongan penisilin :

Golongan Contoh Aktivitas

Penisilin G dan Penisilin G dan Sangat aktif terhadap kokus


penisilin V penisilinV Gram-positif, tetapi cepat
dihidrolisis penisilinase atau
beta laktamase, sehingga
tidak efektif terhadap
S.aureus.
Penisilin yang Metisilin,nafsilin, Merupakan obat pilihan
resisten terhadap oksasilin,kloksasil utama untuk terapi S.aureus
beta-laktamase/pe in,dan yang memproduksi
nisilinase dikloksasilin penisilinase. Aktivitas
antibiotik kurang paten
terhadap mikroorganisme
yang sensitive terhadap
penisilin G.
Aminopenisilin Ampisilin, Selain mempunyai aktivitas
amoksisilin terhadap bakteri Gram-
positif,juga mencakup
mikroorganisme Gram-
negatif,seperti Haemophilus
46

influenzae, Escherichia coli,


dan Proteusmirabilis. Obat-
obat inisering diberikan
bersama inhibitor beta-
laktamase (asam klavulanat,
sulbaktam, tazobaktam)
untuk mencegah hidrolisis
oleh beta-laktamase yang
semakin banyak ditemukan
pada bakteri Gram-negatif
ini.
Karboksi penisilin Karbenisilin, Antibiotik untuk
tikarsilin Pseudomonas,Enterobacter,
dan Proteus. Aktivitas
antibiotik lebih rendah
disbanding ampisilin
terhadap kokus Gram-
positif, dan kurang aktif
dibanding piperasilin dalam
melawan Pseudomonas.
Golongan ini dirusak oleh
beta-laktamase.
Ureido penislin Mezlosilin, Aktivitas antibiotik terhadap
azlosilin,dan Pseudomonas, Klebsiella,
piperasilin dan Gram-negatif lainnya.
Golongan ini dirusak oleh
beta-laktamase.

2. Sefalosporin
42

Sefalosporin menghambat sintesis dinding sel bakteri

dengan mekanisme serupa dengan penisilin. Sefalosporin

diklasifikasikan berdasarkan generasinya.

Generasi Contoh Aktivitas

Sefaleksin, sefalotin, Antibiotik yang efektif


I sefazolin, sefradin, terhadap Gram-positif dan
sefadroksil memiliki aktivitas sedang
terhadap Gram-negatif.
Sefaklor, sefamandol, Aktivitas antibiotik Gram-
II sefuroksim, sefoksitin, negatif yang lebih tinggi dari
sefotetan, sefmetazol, pada generasi-I.
sefprozil.
Sefotaksim, Aktivitas kurang aktif terhadap
III seftriakson, kokus Gram-postif dibanding
seftazidim, generasi-I, tapi lebih aktif
sefiksim, sefoperazon, terhadap Enterobacteriaceae,
seftizoksim, termasuk strain yang
sefpodoksim, memproduksi beta-laktamase.
moksalaktam. Seftazidim dan Sefoperazon
juga aktif terhadap
P.aeruginosa,tapi kurang aktif
disbanding generasi-III lainnya
terhadap kokus Gram-positif.
IV Sefepim, Sefpirom Aktivitas lebih luas dibanding
generasi-III dan tahan terhadap
beta-laktamase.

3. Monobaktam (beta-laktam monosiklik)


46

Contoh: aztreonam. Aktivitas resisten terhadap beta-

laktamase yang dibawa oleh bakteri Gram-negatif. Aktif

terutama terhadap bakteri Gram-negatif. Aktivitasnya sangat

baik terhadap Enterobacteriacease, P.aeruginosa, H.influenzae

dan gonokokus. Pemberian: parenteral, terdistribusi baik ke

seluruh tubuh, termasuk cairan serebrospinal. Waktu paruh: 1,7

jam. Ekskresi: sebagian besar obat diekskresi utuh melalui urin.

4. Karbapenem

Karbapenem merupakan antibiotik ini ketiga yan

gmempunyai aktivitas antibiotic yang lebih luas dari pada

sebagian besar beta-laktam lainnya. Yang termasuk karbapenem

adalah imipenem, meropenem dan doripenem. Spektrum

aktivitas: Menghambat sebagian besar Gram-positif, Gram-

negatif, dan anaerob. Ketiganya sangat tahan terhadap beta-

laktamase. Efek samping: paling sering adalah mual dan muntah,

dan kejang pada dosis tinggi yang diberi pada pasien dengan lesi

SSP atau dengan insufisiensi ginjal. Meropenem dan doripenem

mempunyai efikasi serupa imipenem, tetapi lebih jarang

menyebabkan kejang.

5. Inhibitor beta-laktamase

Inhibitor beta-laktamase melindungi antibiotic beta-

laktam dengan cara menginaktivasi beta-laktamase.Yang

termasuk kedalam golongan ini adalah asam klavulanat,


42

sulbaktam, dan tazobaktam. Asam klavulanat merupakan

suicideinhibitor yang mengikat beta-laktamase dari bakteri Gram-

positif dan Gram-negatif secara ireversibel. Obat ini dikombinasi

dengan amoksisilin untuk pemberian oral dan dengan tikarsilin

untuk pemberian parenteral. Sulbaktam dikombinasi dengan

ampisilin untuk penggunaan parenteral, dan kombinasi ini aktif

terhadap kokus Gram-positif, termasuk S.aureus penghasil beta-

laktamase, aerob Gram-negatif (tapi tidak terhadap Pseudomonas)

dan bakteri anaerob. Waktu paruhnya memanjang dengan

kombinasi ini, dan ekskresinya melalui ginjal.

b. Basitrasin

Basitrasin adalah kelompok yang terdiri dari antibiotik

polipeptida, yang utama adalah basitrasin A. Berbagai kokus dan

basil Gram-positif, Neisseria, H.influenzae, dan Treponema

pallidum sensitif terhadap obat ini. Basitrasin tersedia dalam

bentuk salep mata dan kulit, serta beda untuk topikal. Basitrasin

jarang menyebabkan hipersensitivitas. Pada beberapa sediaan,

sering dikombinasi dengan neomisin dan/atau polimiksin.

Basitrasin bersifa tnefrotoksik bila memasuki sirkulasi sistemik.

c. Vankomisin

Vankomisin merupakan antibiotik ini ketiga yang

terutama aktif terhadap bakteri Gram-positif. Vankomisin hanya

di indikasikan untuk infeksi yang disebabkan oleh S. Aureus yang


46

resisten terhadap metisilin (MRSA). Semua basil Gram-negatif

dan miko bakteria resisten terhadap vankomisin.Vankomisin

diberikan secara intravena, dengan waktu paruh sekitar 6 jam.

Efek sampingnya adalah reaksi hipersensitivitas, demam, flushing

dan hipotensi (padainfus cepat), serta gangguan pendengaran dan

nefrotoksisitas pada dosis tinggi.

2. Memodifikasi atau Menghambat Sintesis Protein Obat antibiotik yang

termasuk golongan ini adalah aminoglikosid, tetrasiklin,

kloramfenikol, makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin),

klindamisin, mupirosin, dan spektinomisin.

a. Aminoglikosid

Spektrumaktivitas: Obat golongan ini menghambat bakteri

aerob Gram-negatif. Obat ini mempunyai indeksterapisempit,

dengan toksisitas serius pada ginjal dan pendengaran, khususnya

pada pasien anak dan usia lanjut. Efek samping: Toksisitas ginjal,

ototoksisitas (auditorik maupun vestibular), blokade neuro

muskular (lebih jarang).

b. Tetrasiklin

Antibiotik yang termasuk kedalam golongan ini adalah

tetrasiklin, doksisiklin, oksitetrasiklin, minosiklin, dan

klortetrasiklin. Antibiotik golongan ini mempunyai spektrumluas

dan dapat menghambat berbagai bakteri Gram-positif, Gram-

negatif, baik yang bersifat aerob maupun anaerob, serta


42

mikroorgani selain seperti Ricketsia, Mikoplasma, Klamidia, dan

beberapa spesies mikro bakteria.

c. Kloramfenikol

Kloramfenikol adalah antibiotik berspektrum luas,

menghambat bakteri Gram-positif dannegatif aerob dan anaerob,

Klamidia, Ricketsia, dan Mikoplasma. Kloramfenikol mencegah

sintesis protein dengan berikatan pada subunit ribosom 50S. Efek

samping: supresi sum-sum tulang, grey baby syndrome,

neuritisoptik pada anak, pertumbuhan kandida di saluran cerna, dan

timbulnya ruam.

d. Makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin)

Makrolida aktif terhadap bakteri Gram-positif,tetapi juga

dapat menghambat beberapa Enterococcus dan basil Gram-positif.

Sebagian besar Gram-negatif aerob resisten terhadap makrolida,

namun azitromisin dapat menghambat Salmonela. Azitromisin dan

klaritromisin dapat menghambat H.influenzae,tapi azitromisin

mempunyai aktivitas terbesar. Keduanya juga aktif terhadap

H.pylori. Makrolida mempengaruhi sintesis protein bakteri dengan

cara berikatan dengan subunit 50 sribosom bakteri, sehingga

menghambat translokasi peptida.

1. Eritromisin dalam bentuk basa bebas dapat diinaktivasi oleh

asam,sehingga pada pemberian oral, obat ini dibuat dalam

sediaan salut enterik. Eritromisin dalam bentuk estolat tidak


46

boleh diberikan pada dewasa karena akan menimbulkan liver

injury.

2. Azitromisin lebih stabil terhadap asam jika dibanding

eritromisin. Sekitar 37% dosis di absorpsi, dan semakin

menurun dengan adanya makanan. Obat ini dapat meningkatkan

kadar SGOT dan SGPT pada hati.

3. Klaritromisin. Absorpsi peroral 55% dan meningkat jika

diberikan bersama makanan. Obat ini terdistribusi luas sampai

ke paru, hati, selfagosit, dan jaringan lunak. Metabolit

klaritromisin mempunyai aktivitas anti bakteri lebih besar dari

padao bat induk. Sekitar 30% obat diekskresi melalui urin, dan

sisanya melalui feses.

4. Roksitromisin mempunyai waktu paruh yang lebih panjang dan

aktivitas yang lebih tinggi melawan Haemophilusinfluenzae.

Obat ini diberikan dua kali sehari. Roksitromisin adalah

antibiotik makrolida semi sintetik. Obat ini memiliki komposisi,

struktur kimia dan mekanisme kerja yang sangat mirip dengan

eritromisin, azitromisin atau klaritromisin. Antibiotik ini dapat

digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas, saluran urin

dan jaringan lunak. Roksitromisin hanya dimetabolisme

sebagian, lebih dari separuh senyawa induk diekskresi dalam

bentuk utuh. Efek samping yang paling sering terjadi adalah

efek pada saluran cerna: diare, mual, nyeri abdomen dan

muntah. Efek samping yang lebih jarang termasuk sakit kepala,


42

ruam, nilai fungsi hati yang tidak normal dan gangguan pada

indra penciuman dan pengecap.

e. Klindamisin

Klindamisin menghambat sebagian besar kokus Gram-positif

dan sebagian besar bakteri anaerob, tetapi tidak bisa menghambat

bakteri Gram-negatif aerob seperti Haemophilus, Mycoplasma dan

Chlamydia. Efek samping: diare dan enterokolitis

pseudomembranosa.

f. Mupirosin

Mupirosin merupakan obat topikal yang menghambat bakteri

Gram-positif dan beberapa Gram-negatif. Tersedia dalam bentuk

krim atau salep 2% untuk penggunaan dikulit (lesi kulit traumatik,

impetigo yang terinfeksi sekunder oleh S.aureus atau S.pyogenes)

dan salep 2% untuk intranasal. Efek samping: iritasi kulit dan

mukosa serta sensitisasi.

g. Spektinomisin

Obat ini diberikan secara intra muskular. Dapat digunakan

sebagai obat alternatif untuk infeksi gonokokus bila obat ini

pertama tidak dapat digunakan. Obat ini tidak efektif untuk infeksi

Gonore faring. Efek samping: nyeri lokal, urtikaria, demam,

pusing, mual, dan insomnia.

3. Obat Antimetabolit yang menghambat enzim-enzim esensial dalam

metabolisme folat.
46

a. Sulfonamid dan Trimetoprim.

Sulfonamid bersifat bakteriostatik. Trimetoprim dalam

kombinasi dengan sulfametoksazol, mampu menghambat sebagian

besar patogen saluran kemih, kecuali P.aeruginosa dan Neisseria sp.

Kombinasi ini menghambat S.aureus, Staphylococcuskoagulase

negatif, Streptococcushemoliticus, H.influenzae, Neisseriasp, bakteri

Gram-negatif aerob (E.coli dan Klebsiella sp), Enterobacter,

Salmonella, Shigella, Yersinia, P.carinii.

4. Obat yang mempengaruhi sintesis atau metabolisme asam nukleat,

misalnya kuinolon, nitrofurantoin.

a. Kuinolon

1) Asam nalidiksat

2) Asam nalidiksat menghambat sebagian besar Enterobacteriaceae.

3) Fluorokuinolon

Golongan fluorokuinolon meliputi norfloksasin, siprofloksasin,

ofloksasin, moksifloksasin, pefloksasin, levofloksasin, dan lain-

lain. Fluorokuinolon bisa digunakan untuk infeksi yang

disebabkan oleh Gonokokus, Shigella, E.coli, Salmonella,

Haemophilus, Moraxellacatarrhalis serta Enterobacteriaceae dan

P.aeruginosa.

4) Nitrofuran
42

Nitrofuran meliputi nitrofurantoin, furazolidin, dan

nitrofurazon. Absorpsi melalui saluran cerna 94% dan tidak

berubah dengan adanya makanan. Nitrofuran bisa menghambat

Gram-positif dan negatif, termasuk E.coli, Staphylococcus sp,

Klebsiella sp, Enterococcus sp, Neisseria sp, Salmonellasp,

Shigella sp, dan Proteussp.

5. Penggunaan Antibiotik yang Rasional

Penggunaan obat di sarana pelayanan kesehatan umumnya belum

rasional. Penggunaan obat yang tidak tepat ini dapat berupa penggunaan

berlebihan, penggunaan yang kurang dari seharusnya, kesalahan dalam

penggunaan resep atau tanpa resep, polifarmasi, dan swamedikasi yang

tidak tepat. Secara praktis, menurut Kementrian RI, (2011) penggunaan

obat dikatakan rasional jika memenuhi kriteria :

a. Sesuai dengan indikasi penyakit yaitu pengobatan didasarkan atas

keluhan individual dan hasil pemeriksaan fisik yang akurat.

b. Diberikan dengan dosis yang tepat yaitu pemberian obat

memperhitungkan umur, berat badan, dan riwayat penyakit.

c. Cara pemberian dengan interval waktu pemberian yang tepat yaitu

minum obat dengan aturan pemakaian yang telah ditentukan .

d. Lama pemberian obat yang tepat yaitu pada kasus tertentu pemberian

obat dalam jangka waktu tertentu.


46

e. Obat yang diberikan harus efektif dengan mutu terjamin yaitu hindari

pemberian obat yang kadaluwarsa dan tidak sesuai dengan jenis

keluhan penyakit.

f. Tersedia setiap saat dengan harga yang terjangkau yaitu jenis obat

mudah didapatkan dengan harga relatif murah.

g. Meminimalkan efek samping dan alergi obat

B. Kerangka Konsep

Evaluasi penggunaan antibiotik dapat dilakukan dengan metode

yaitu secara kualitatif. Evaluasi antibiotik secara kualitatif dilakukan dengan

menilai ketepatan penggunaan antibiotik dengan menggunakan alur Gyssens.

Data pasien diare yang didapat dari


rekam medik

Penilaian penggunaan antibiotik pada


pasien diare

Tepat indikasi, Tepat dosis, tepat Tepat pemilihan


tepat pasien frekuensi pemberian obat

C. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian

1. Data pasien diare (Pediatrik) yang didapat dari rekam medik

2. Penilaian penggunaan antibiotik pada pasien diare meliputi, Tepat indikasi

yaitu (pengobatan didasarkan atas keluhan individual dan hasil

pemeriksaan fisik yang akurat), Tepat pasien (pasien diare anak-anak),


42

Tepat dosis yaitu (tepat pemberian obat memperhitungkan umur, berat

badan, dan riwayat penyakit), Tepat frekuensi yaitu (cara pemberian

dengan interval waktu pemberian yang tepat yaitu minum obat dengan

aturan pemakaian yang telah ditentukan). Dan tepat pemilihan obat yaitu

(obat yang diberikan harus efektif dengan mutu terjamin yaitu hindari

pemberian obat yang kadaluwarsa dan tidak sesuai dengan jenis keluhan

penyakit).

D. Definisi Operasional

NO Variabel Definisi operasional Skala Jenis


data
1. Jenis Nama satuan obat
Antibiotik antibiotik yang Ordinal Sekunder
diberikan dokter
kepada pasien.

2. Jenis antibotik Penisilin, sefalosporin,


yang nitroimidazole,
digunakan antimetabolit Ordinal Sekunder
(kombinasi
sulfametoksazole dan
trimetoprin).

3. Tepat indikasi
Pemberian obat hanya
dianjurkan untuk
Ordinal Sekunder
pasien yang memberi
gejala adanya infeksi
bakteri.
46

4. Tepat Obat Obat yang dipilih

harus memiliki efek

terapi sesuai dengan Ordinal Sekunder

penyakit,pemilihan

obat yang tepat,

efektif, aman sesuai

dengan kondisi pasien.

5. Tepat Pasien Tidak adanya

kontraindikasi Ordinal Sekunder

terhadap pasien

6. Tepat cara Lama pemberian

pemberian obat harus tepat

obat sesuai dengan Ordinal Sekunder

antibiotik yang

digunakan.

7. Tepat dosis Pemilihan obat sesuai

dengan takaran,

frekuensi, pemakaian Ordinal Sekunder

dan durasi untuk

pasien.
42

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif. Penelitian

deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan untuk membuat

gambaran atau mendeskripsikan suatu keadaan secara obyektif

(Notoatmojo,2010). Penelitian ini melakukan evaluasi penggunaan antibiotik

pada penderita diare anak di wilayah kerja puskesmas lapandewa tahun 2020.

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian

cross-sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi

antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasional,

atau pengumpulan data. Penelitian cross-sectional hanya mengobservasi sekali

saja dan pengukuran dilakukan terhadap variabel subjek pada saat penelitian

(Notoatmojo, 2010).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus Tahun 2021, Bertempat

di Wilayah Kerja Puskemas Lapandewa, Dusun Lamandila, Desa Lapandewa

Jaya, Kecamatan Lapandewa, Kabupaten Buton Selatan.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan kumpulan yang lengkap dari seluruh elemen yang

sejenis dan dapat dibedakan menjadi objek penelitian. Populasi dalam


46

penelitian ini adalah sebanyak 35 orang pasien yang didiagnosis diare di

wilayah kerja Puskesmas Lapandewa pada tahun 2020.

2. Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini total untuk pasien diare

yang masuk kriteria inklusi sebanyak 32 sampel untuk pasien pediatrik

Sampel ini sudah memenuhi kriteria inklusi (Kriteria inklusi adalah kriteria

dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam sampel sedangkan kriteria

ekslusi adalah kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili

sampel). Penentuan sampel peneliti menggunakan catatan rekam medik

pasien dengan kasus diare yang berobat di Puskesmas Lapandewa

Kabupaten Buton Selatan periode Januari – Desember 2020, yang telah

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi berikut :

1. Kriteria Inklusi

1) Pasien Rawat jalan Puskesmas Lapandewa

2) Pasien pediatrik Usia 0-5 tahun

3) Pasien yang terdiangnosa utama diare atau tanpa dehidrasi

4) Data rekam medik pasien anak yang jelas terbaca dan lengkap serta

profil penggunaan antibiotik (golongan antibiotik, jenis antibiotik,

dosis antibiotik, lama pemberian antibiotik, dan rute pemberian

antibiotik).

5) Menentukan penggunaan antibiotik pada pasien anak diare yang

meliputi tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat cara

pemberian obat dan waspada terhadap efek samping obat.


42

2. Kriteria Eksklusi

1) Pasien diare non spesifik anak yang disertai penyakit infeksi lainya.

2) Data rekam medik yang tidak lengkap dan sulit dibaca

Sampel yang diambil yaitu catatan rekam medik dari pasien diare anak

yang telah memenuhi kriteria inklusi, dengan jumlah 1 (satu) pasien

perhari kerja selama periode bulan Januari – Desember 2020. Cara

menentukan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus

Slovin (Sevilla et.al, 2007) sebagai berikut:

N
n=
(1+ N ( d ) ²)

Keterangan :
n = Besarnya sampel

N = Besarnya populasi

d = Tingkat kesalahan dalam penelitian ini ditetapkan 5% karena

jumlah sampel minimum dengan memperhatikan jumlah total

populasi sampel dan batas toleransi kesalahan.

35
n=
(1+35 ( 5 % ) ²)

35
n=
¿¿
35
n=
1+35 × 0,0025

35
n=
1+0,0875

35
n=
1,0875

n=32
46

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data digunakan data sekunder. Data sekunder

diperoleh dari bagian rekam medik di Puskesmas Kecamatan Lapandewa,

Kabupaten Buton Selatan. Data yang diambil yaitu semua pasien diare yang

menggunakan obat antibiotik pada tahun 2020.

5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

a. Pengolahan Data

1. Editing

Editing atau pemeriksaan adalah pengecekan atau penelitian kembali data

yang telah dikumpulkan untuk mengetahui dan menilai kesesuaian dan

relevansi data yang dikumpulkan untuk bisa diproses lebih lanjut.

2. Coding

Coding atau pemberian kode adalah pengklasifikasian data yang diambil

sesuai dengan macamnya. Dalam tahap ini biasanya dilakukan pemberian

skor dan simbol pada data yang telah diambil agar nantinya lebih mudah

dalam pengolahan data.

3. Recording data

Recording data yaitu proses pengolahan data yang merekam atau

mencatat data kedalam suatu draft atau aplikasi komputer guna

memudahkan dalam mengolah data.

b. Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif, dengan menguraikan

data-data yang diperoleh. Serta presentase evaluasi penggunaan antibotik

pada pasien diare anak. Hasil penelitian dinyatakan dalam presentase tepat
42

indikasi,tepat pasien,tepat pemilihan obat,tepat dosis,tepat cara dan lama

pemberian dan waspada terhadap efek samping obat.

6. Penyajian Data

Data yang telah dikumpulkan diolah menggunakan microsoft excel 2010

dan penyajian data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi disertai narasi sebagai penjelasan.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Puskesmas merupakan unit pelaksanaan dinas kesehatan kabupaten/kota

yang bertangung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

wilayah kerja. Puskemas Lapandewa bertempat di Desa Lapandewa Jaya, Jl.

Poros Burangasi Kecamatan Lapandewa, Kabupaten Buton Selatan, di

sebelah selatan berbatasan langsung dengan laut flores, sebelah utara

berbatasan dengan Kecamatan Pasar Wajo, sebelah timur berbatasan dengan

Kecamtan Wabula dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan

Sampolawa.

Wilayah kerja puskesmas Lapandewa terdiri atas 5 yaitu :


 Desa Lapandewa
 Desa Lapandewa Kaindea
 Desa Lapandewa Jaya
 Desa Burangasi
 Desa Burangasi Rumbia

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Lapandewa

tahun 2021, penelitian ini menggunakan data yang diambil dari bagian rekam

medik pasien rawat jalan yang menggunakan obat antibiotik pada tahun 2020

dan digunakan sampel sebanyak 32 pasien anak untuk mengetahui Evaluasi

Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Diare Anak Di Puskesmas Lapandewa

Tahun 2020.

29
42

1. Karakteristik Pasien

a. Jenis kelamin

Tabel 4.1 Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien

No Jenis kelamin Jumlah Presentase


(n) %

1 Laki-Laki 14 44 %

2 Perempuan 18 56 %

Total 32 100 %

Berdasarkan Tabel 4.1 Dari hasil obeservasi berdasarkan jenis

kelamin diketahui bahwa pasien anak perempuan lebih tinggi yaitu

sebanyak 18 orang (56%) jika dibandingkan dengan anak laki-laki yaitu

sejumlah 14 orang (44%). Hal tersebut sejalan dengan data dari Riskesdas

yang menunjukan bahwa anak dengan jenis kelamin perempuan lebih

rentan menderita diare dikarenakan faktor lingkungan, kebersihan diri,

juga dapat mempengaruhinya. Menurut penelitian dari septiani (2015)

mengatakan bahwa pasien diare lebih banyak terjadi pada laki-laki

dibandingkan pasien berjenis kelamin perempuan dengan perbandingan

1:1:2 aktifitas fisik yang banyak pada laki-laki dapat membuat kondisi

fisik tubuh cepat mengalami penurunan termasuk penurunan sistem

kekebalan tubuh, Dan ada pula beberapa penelitian lainya mencantumkan

bahwa tidak ada hubungan signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian

diare pada anak.


46

b. Umur
Tabel 4.2 Karakteristik Pasien Berdasarkan Umur Pasien Pediatrik

No Umur Jumlah Presentase


(n) %
1 0- <1 Tahun 9 28 %

2 1-4 Tahun 7 22 %

3 ≥ 5 Tahun 16 50 %

Total 32 100

Berdasarkan tabel 4.2 Dari hasil observasi diperoleh usia pasien

yang terbanyak menderita diare mendapatkan antibiotik paling banyak

pada rentan usia ≥ 5 Tahun dengan jumlah pasien 16 (50%), Sedangkan

pada usia 0-<1 tahun sebanyak 9 (28%), dan pada usia 1-4 tahun

sebanyak 7 (22%). Hal ini disebabkan anak pada usia tersebut mulai

aktif bermain dan berisiko terkena berbagai infeksi, termasuk diare serta

sistem imun anak yang belum berkembang sempurna dan anak belum

menyadari pentingnya arti kebersihan seperti mencuci tangan dengan

sabun, peningkatan sarana air bersih. Faktor higenitas alat-alat makan

dan kurangnya kebersihan makanan yang disiapkan juga dapat

mempengaruhi kejadian diare.

c. Berat Badan

Tabel 4.3 Karakteristik Pasien Berdasarkan Berat Badan Pasien Pediatrik

N Berat Badan Jumlah Pasien Persentase


O %

1
42

2-8 kg 6 18 %

2
8-10 kg 10 32 %

3
10-15 kg 16 50 %

Total 32 100 %

Berdasarkan tabel 4.3 berat badan pasien yang paling banyak

(50%) menderita diare dengan berat badan antara 10-15 kg. dari 16

pasien tersebut, 16 pasien rata-rata berusia 2-5 tahun. Berat badan normal

anak berusia 2-5 tahun menurut WHO ada pada rentang 11-18 kg jika

berat badan anak kurang atau lebih 2-3 kg dari berat idealnya maka

umumnya masih termasuk normal. Dari data terkait berat badan dengan

penyebab diare pada anak ada hubungannya karena saat seseorang

mengalami dehidrasi akan berpengaruh pada penurunan berat badan,dan

pada penggunaan antibitok berat badan dan umur pasien digunakan

sebagai parameter penentuan dosis obat agar tercapai terapi yang di

inginkan.

A. Variabel Penelitian
a. Jenis Obat
Tabel 4.4 Karakteristik Jenis Obat Antibiotik
N Jenis Antibiotik Golongan Jumlah Presentase
o (n) %

1 Amoxicillin tablet Penisilin 10 21 %

2 Amoxicillin sirup kering Penisilin 18 38 %

3 Metronidazole tablet Nitroimidazole 8 17 %


46

4 Cefadroxil tablet Sefalosporin 6 13 %

5 Cotrimoksazole tablet Antimetabolit 5 11 %

Total 47 100%

Berdasarkan Tabel 4.4 Jenis antibiotik yang sering digunakan

sebagai terapi diare adalah amoxicillin sirup kering sebanyak 18 (38%).

Jumlah 47 adalah banyaknya obat yang digunakan sebagai terapi adalah

golongan penisilin, sefalosporin dan metronidazole. Spektrum

antimikroba masing-masing derivat bervariasi. Penisilin merupakan

antibiotik dengan spektrum sempit dengan efek samping reaksi alergi

akibat hipersensitasi. Sefalosporin merupakan antibiotik dengan

spektrum luas yang dapat mematikan bakteri gram positif dan gram

negatif. Amoxicillin merupakan antibiotik golongan penisilin, sedangkan

cefadroxil adalah antibiotik golongan sefalosporin. Metronidazole

merupakan antibiotik golongan nitroimidazole. Sedangkan

Cotrimoksazole merupakan kombinasi dari sulfametoksaazol dan

trimetoprin untuk menghambat mikroba penyebab infeksi.


42

b. Bentuk Sediaan

Tabel 4.5 Penggunaan Antibiotik berdasarkan bentuk sediaan

No Bentuk Sediaan Jumlah Presentase


(n) %

1 Tablet 13 28%

2 Sirup 18 38%

3 Serbuk 16 34%

Total 47 100%
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas, menunjukan jumlah penggunaan

obat antibiotik berdasarkan bentuk sediaan obat yang paling banyak

digunakan adalah sediaan sirup sebanyak 18 jumlah sediaan obat dengan

presentase 38%. Dapat diketahui bahwa sirup lebih banyak digunakan

karena bentuk sediaan sirup umumnya lebih mudah penggunaanya untuk

diberikan pada anak-anak.

c. Evaluasi Tepat Pasien

Tepat pasien dievaluasi pada pasien yang mendapatkan obat

dengan kriteria tepat indikasi, ketepatan pemberian obat yang

disesuaikan dengan kondisi pasien ada atau tidaknya kontraindikasi

terhadap kondisi pasien yang kemungkinan terjadi reaksi merugikan, atau

sesuai dengan kondisi-kondisi khusus yang memerlukan penyesuaian

seperti pada gangguan fungsi ginjal. Berdasarkan hasil penelitian dapat

diketahui bahwa kasus diare pada pasien anak di wilayah kerja

Puskesmas Lapndewa Tahun 2020 menyatakan tepat pasien sebesar

100% dari (32 pasien) dalam terapi antibiotik yang diberikan untuk
46

pasien diare, tidak ditemukan adanya kontraindikasi dengan kondisi

pasien atau tidak ditemukan adanya keluhan reaksi alergi terhadap obat

yang diberikan. Apabila pasien memiliki alergi terhadap obat tertentu

tetapi tetap diresepkan maka dinyatakan tidak tepat pasien.

d. Evaluasi Penggunaan Antibiotik Tepat Indikasi

Tabel 4.6 Evaluasi Penggunaan Antibiotik berdasarkan Tepat Indikasi

Kategori Presentase %
No Jenis Antibiotik Tepat Tidak Tepat Tidak
Tepat Tepat

1 Amoxicillin tablet 10 - 21 % -

2 Amoxicillin sirup kering 18 - -


5ml 38 %

3 Metronidazole tablet 8 - 17 % -

4 Cefadroxil tablet 4 2 9% 4%

5 Cotrimoksazole tablet 5 - -
11%

Total 45 2 96 % 4%

Berdasarkan Tabel 4.6 diatas evaluasi tepat indikasi pada pasien

pediatrik yang menderita diare, Amoxicillin merupakan antibiotik

golongan penisilin untuk pengobatan infeksi, Cefadroxil merupakan

antibiotik golongan sefalosporin digunakan untuk pasien yang terindikasi

mengalami infeksi kulit. Metronidazole merupakan antibiotik golongan

nitroimidazole untuk mengatasi infeksi H.pylori. Cotrimoksazole

merupakan jenis antibiotik yang banyak digunakan untuk berbagai

penyakit infeksi dan merupakan kombinasi dari sulfametoksaazol dan


42

trimetoprin sehingga dihasil efek sinergis untuk menghambat mikroba

penyebab infeksi.

Tepat indikasi dilihat dari data diangnosis pasien dengan

kesesuaian antibiotik yang diberikan pada kemungkinan jenis bakteri

penyebab diare akut yang sesuai. Amoxicillin, metronidazole,

cotrimoxazole digunakan untuk pasien yang terindikasi mengalami diare

akut. Namun untuk cefadroxil digunakan untuk pasien yang terindikasi

mengalami infeksi kulit yang terindikasi mengalami infeksi kulit yang

disebabkan oleh stafilokokus dan streptokokus.

e. Evaluasi Tepat Pemilihan Obat

Tabel 4.7 Karakteristik Evaluasi Tepat Obat

Kategori Presentase %
No Jenis Antibiotik Tepat Tidak Tepat Tidak
Tepat Tepat

1 Amoxicillin tablet 10 - 21 % -

2 Amoxicillin sirup kering 18 - 38 % -

3 Metronidazole tablet 8 - 17 % -

4 Cefadroxil tablet 4 2 9% 4%

5 Cotrimoxazole tablet 5 - 11 % -

Total 45 2 96 % 4%

Berdasarkan Tabel 4.7 dilihat dari obat yang dipilih harus memiliki

efek terapi sesuai dengan penyakit dan merupakan obat pilihan utama.

Pemilihan obat yang tepat, yaitu obat yang efektif, aman, dan sesuai

dengan kondisi pasien. Penggunaan obat dapat dikatakan tidak tepat jika
46

beresiko terjadi yang mungkin terjadi lebih besar dibanding dengan

manfaat dari ketepatan penggunaan obat. Semua antibiotik yang

diberikan pada pasien telah memenuhi ketepatan obat kecuali cefadroxil,

Cefadroxil digunakan untuk pasien yang terindikasi mengalami infeksi

kulit yang disebabkan oleh stafilokokus dan streptokokus. Cefadroxil

merupakan golongan antibiotik sefalosporin generasi pertama yang

bukan menjadi pilihan utama untuk terapi pada pasien yang mengalami

diare akut.

f. Evaluasi Tepat Dosis

Berdasarkan hasil evaluasi penggunaan antibiotik yaitu ketepatan

dosis diperoleh 100% dari 32 pasien anak sudah tepat sesuai dengan

dosis standar yang diberikan, ketepatan dalam pemberian dosis untuk

terapi diare sesuai dengan literatur yang digunakan yaitu Buku Saku

Dosis Obat Pediatrik. Pemberian antibiotik yang tidak tepat dapat

menyebabkan resiko resistensi dimana bakteri menjadi lebih kebal dan

tahan terhadap beberapa jenis antibiotik. Selain itu juga dapat

menyebabkan penurunan kemampuan antibiotik tersebut dalam

mengobati infeksi. Akibatnya biaya pengobatan semakin meningkat.

g. Tepat Waktu Pemberian

Tabel 4.9 Evaluasi Berdasarkan Waktu Pemberian Antibiotik

Jenis Frekuensi Jumlah Presentase


Antibiotik Penggunaan (n) %
42

Amoxicillin tablet 3×1 10 21 %

Amoxicillin sirup kering 3×1 18 38 %

Metronidazole tablet 4×1 8 17 %

Cefadroxil tablet 3×1 6 13 %

Cotrimoxazole tablet 2×1 5 11 %

Total - 47 100%

Berdasarkan Tabel 4.9, Ketepatan frekuensi bertujuan untuk

mengetahui waktu pemberian obat sesuai atau tidak dengan standar

yang telah ada. Hasil penelitian menunjukkan diketahui frekuensi

pemberian, Amoxicilin 3x/hari, Metronidazole 4 x/hari,

Cotrimoxazole 2x/hari dan Cefadroxil 3x/hari. Pemberian frekuensi

antibiotik untuk setiap masing-masing antibiotik bermacam-macam

tidak dapat dihitung persentase ketepatan frekuensi pemberian antibiotik

karena pada data rekamedis yang diberikan tidak lengkap.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap Evaluasi Penggunaan

Antibiotik pada Pasien Pediatrik di Wilayah Kerja Puskesmas Lapandewa

periode Januari-Desember 2020 diperoleh pasien pediatrik yang menderita

diare adalah 32 pasien. Dari 35 pasien terdapat 32 pasien yang memenuhi

kriteria inklusi.

Penelitian ini telah dilakukan di Puskesmas Lapandewa yang

dilaksanakan mulai dari bulan Agustus-September 2021. Dimana dari

objek penelitian tersebut diperoleh karakteristik pasien pediatrik penderita


46

diare yang meliputi evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik berdasarkan

jenis antibiotik yang digunakan, tepat pasien, tepat indikasi, tepat

pemilihan obat, tepat dosis, dan tepat waktu pemberian. Hal yang perlu

diperhatikan dalam data penelitian ini meliputi :

1. Karakteristik pasien

Dari hasil tabel 4.1 hasil obeservasi berdasarkan jenis kelamin

pasien anak perempuan lebih tinggi sebanyak 56% jika dibandingkan

dengan anak laki-laki dengan persentase 44%. Ada banyak beberapa

penelitian lainya mencantumkan bahwa tidak ada hubungan signifikan

antara jenis kelamin dengan kejadian diare pada anak laki-laki maupun

perempuan. Namun secara umum diare juga dapat disebabkan oleh

beberapa faktor lingkungan kurang bersih, kebersihan diri, pengetahuan

hal ini disebabkan karena balita masih banyak bergantung pada orang

tuanya khususnya ibu, pengasuh sehingga perilaku hidup bersih yang

masih kurang seperti kebiasaan mencuci tangan sebelum member makan

padan anak menjadi perantara penularan diare.

Dari hasil tabel 4.2 diperoleh usia pasien diare mendapatkan

antibiotik paling banyak pada rentan usia ≥ 5 Tahun dengan persentase

50%, Sedangkan pada usia 0-<1 tahun yaitu 28% dan pada usia 1-4 tahun

22%. Hal ini disebabkan usia anak ≥ 5 tahun sudah mulai aktif bermain

hingga berisiko terkena berbagai infeksi, serta sistem imun anak yang

belum berkembang sempurna dan biasanya anak-anak belum menyadari

pentingnya arti kebersihan seperti mencuci tangan sebelum makan.


42

Dari hasil tabel 4.3 mengenai berat badan pasien sebanyak 50%

penderita diare berada diantara berat badan 10-15 kg (16 pasien) rata-rata

berusia 2-5 tahun. Kejadian diare salah satunya juga mempengaruhi

penurunan berat badan yang signifikan pada pasien disebabkan

pengeluaran cairan yang begitu banyak saat anak mengalami buang air

besar terus menerus sehingga mengalami dehidrasi. Untuk evaluasi

penggunaan antibiotik dalam menentukan ketepatan dosis juga

menggunakan berat badan dan umur sebagai parameter untuk

menentukanya karena dosis anak berbeda dengan dosis yang diberikan

untuk dewasa

2. Evaluasi Penggunaan Antibiotik

Data hasil observasi tabel 4.4 dilihat dari jenis antibiotik yang

sering dijadikan terapi diare ada sebanyak 47 penggunaan antibiotik di

puskesmas lapandewa meliputi, Amoxcillin sirup kering sebanyak 18

pasien, Amoxicillin tablet sebanyak 10 pasien, Metronidazole tablet

sebanyak 8 pasien, Cefadroxil tablet sebanyak 6 pasien, Cotrimoksazole

tablet sebanyak 5 pasien, golongan antibiotik yang digunakan juga

bervariasi sesuai indikasi terhadap kodisi anak meliputi golongan penisilin,

sefalosporin dan metronidazole. Spektrum antimikroba masing-masing

derivat bervariasi. Penisilin antibiotik dengan spektrum sempit dengan

efek samping reaksi alergi akibat hipersensitasi. Sefalosporin dengan

spektrum luas yang dapat mematikan bakteri gram positif dan gram negatif
46

dan Cotrimoksazole kombinasi sulfametoksazole dan trimetoprin

menghambat mikroba penyebab infeksi.

Untuk bentuk sediaan obat ada tiga bentuk sediaan yang di pakai

untuk anak-anak yaitu sediaan tablet, sirup, serbuk, dari ketiga sediaan ini

yang sering di pakai adalah sediaan sirup sebanyak 18 jumlah sediaan obat

dari 47 jumlah total keseluruhan antibiotik yang digunakan. Hal ini di

sebabkan sediaan sirup lebih mudah diberikan pada anak-anak yang sulit

menelan obat dibandigkan dengan sediaan tablet.

Untuk kategori tepat pasien pemberian obat harus disesuaikan

dengan kondisi pasien sehingga tidak terjadi kontraindikasi terhadap

kondisi pasien yang merugikan, atau sesuai dengan kondisi-kondisi khusus

yang memerlukan penyesuaian seperti pada gasngguan fungsi ginjal.

Dapat diketahui bahwa kasus diare pada pasien anak di wilayah kerja

Puskesmas Lapndewa Tahun 2020 menyatakan tepat pasien sebesar

100% dari 32 pasien dalam terapi antibiotik yang diberikan untuk

pasien diare. Karena pemberian obat khususnya antibiotik sudah

disesuaikan dengan diangnosis pasien dan tidak adanya keluhan reaksi

alergi terhadap obat yang diberikan.

Dari hasil tabel 4.6 terkait evaluasi tepat indikasi pada pasien

anak diare dengan kesesuaian diangnosis pasien, antibiotik yang

diberikan pada kemungkinan jenis bakteri penyebab diare akut yaitu

amoxcillin sirup kering, metronidazole dan cotrimoxazole sudah tepat

indikasi, kecuali untuk cefadroxil. Amoxicillin, metronidazole,


42

cotrimoxazole digunakan untuk pasien yang terindikasi mengalami diare

akut. Namun untuk cefadroxil digunakan untuk pasien yang terindikasi

mengalami infeksi kulit yang terindikasi mengalami infeksi kulit yang

disebabkan oleh stafilokokus dan streptokokus.

Dilihat dari obat yang dipilih harus memiliki efek terapi sesuai

dengan penyakit, pemilihan obat yang tepat, yaitu obat yang efektif,

aman, dan sesuai dengan kondisi pasien. Berdasarkan hasil evaluasi

penggunaan antibiotik yaitu ketepatan dosis diperoleh 100% dari 32

pasien anak sudah tepat sesuai dengan dosis standar yang diberikan,

ketepatan dalam pemberian dosis untuk terapi diare sesuai dengan

literatur yang digunakan yaitu Buku Saku Dosis Obat Pediatrik.

Pemberian antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan resiko

resistensi dimana bakteri menjadi lebih kebal dan tahan terhadap

beberapa jenis antibiotik. Selain itu juga dapat menyebabkan penurunan

kemampuan antibiotik tersebut dalam mengobati infeksi. Akibatnya

biaya pengobatan semakin meningkat.

Berdasarkan ketepatan frekuensi bertujuan untuk mengetahui

waktu pemberian obat sesuai atau tidak dengan standar yang telah

ada. Hasil penelitian menunjukkan diketahui frekuensi pemberian,

Amoxicilin 3x/hari, Metronidazole 4 x/hari, Cotrimoxazole 2x/hari

dan Cefadroxil 3x/hari. Pemberian frekuensi antibiotik untuk setiap

masing-masing antibiotik bermacam-macam tidak dapat dihitung


46

persentase ketepatan frekuensi pemberian antibiotik karena pada data

rekamedis yang diberikan tidak lengkap.

Berdasarkan data evaluasi waspada terhadap efek samping obat

pada pasien diare mendapatkan hasil 100% waspada terhadap efek

samping obat. Waspada terhadap efek samping obat diperoleh dengan

melihat antara gejala atau keluhan pasien dengan efek samping obat yang

diberikan, apakah terjadi persamaan yang akan memperparah penyakit

tersebut. Pasien mempunyai gejala yang sama dengan efek samping,

tetapi tidak semua pasien diare dengan diberikan antibiotik tersebut akan

memperparah efek samping, karena setiap pasien memiliki respon

tubuh yang beragam terhadap obat. Selain diberikan obat antibiotik

dan obat antidiare, pasien diare juga diberikan obat penunjang seperti

zink dan oralit sesuai dengan indikasi.

Faktor yang menyebabkan ketidaktepatan dalam pemberian

dosis antibiotik adalah kurangnya informasi mengenai aturan

penggunaan terkait dosis untuk anak-anak pada label obat, terbatasnya

penelitian uji klinik antibiotik untuk anak. Dan tidak ada informasi

lengkap mengenai berat badan pasien untuk menentukan dosis pemakaian

yang harus digunakan oleh pasien sesuai dengan dosis yang dianjurkan.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang evaluasi

penggunaan antibiotik pada pasien anak di puskesmas lapandewa, maka

dapat ditarik simpulan yaitu sebagai berikut :

1. Jenis obat antibiotik yang sering dijadikan sebagai terapi diare di

Puskesmas Lapandewa Jaya adalah Amoxicillin sirup kering sebanyak

38%, Amoxicillin tablet sebanyak 21%, Metronidazole tablet sebanyak

17%. Cefadroxil tablet sebanyak 6 pasien 13%, Cotrimoksazosle tablet

sebanyak 11%.

2. Pengunaan antibiotik menunjukan pasien yang paling banyak

menderita diare adalah berjenis kelamin perempuan 56%. Penggunaan

antibiotik yang paling banyak digunakan adalah Amoxicillin sirup

kering. Penggunaan antibiotik pada pasien pediatrik dengan diare akut

berdasarkan kriterian tepat indikasi (96%), tepat obat (96%), tepat dosis

(100%), tepat pasien (100%). Dan tepat waktu pemberian (100%).

B. Saran

Selanjutnya hasil penelitian ini sebagai refrensi untuk penelitian

selanjutnya dengan menggunakan metode lain agar nantinya akan

mendapatkan informasi yang lebih luas dan lengkap tentang penggunaan

obat antibiotik.

44
DAFTAR PUSTAKA

Brunton, L., Chabner, B., Knollman, B. 2011. Goodman & Gilman’s The
Pharmacological Basis of Therapeutics 12th Edition Chapter 55. New
York: The McGraw-Hill Companies. p. 1522-1523.

Dyah R WL & Yunita DPS. 2017. Hubungan antara Pengetahuan dan Kebiasan
Mencuci Tangan Pengasuh dengan kejadian diare pada Balita. Jurnal of
Health Education. JHE 2 (1). ISSN 2527-4252.

Febiana, T., Hapsari, M.M., Hapsari, R., 2012. Kajian Rasionalitas Penggunaan
Antibiotik Di Bangsal Anak RSUP Dr. Kariadi Semarang Periode
Agustus-Desember 2011, Jurnal Media Medika Muda, 1–12.

Gyssens IC. Audits for monitoring the quality of antimicrobial prescription.


Dalam Van der Meer JW, Gould IM, penyunting. Antibiotic policies
theory and practice. New York: Kluwer Academic; 2005. Hal:197-226.

Irmawati, S., Sultan M., dan Nurhannis 2017. Kualitas Pelayanan Kesehatan di
Puskesmas Sangurara Kecamatan Tatanga Kota Palu, 189 e Jurnal
Katalogis, Volume 5 Nomor 1 Januari 2017 hlm 188-197.

Juffrie, M., Soenarto, S.S.Y., Oswari, H., Arief, S., Rosalinal. & Mulyani, N.S.
2015. Buku Ajar Gastroenterologi Anak Indo-Hepatologi, Badan Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta, Indonesia.

Juffrie. M. 2010. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi Jilid 1, Badan Penerbit


Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta, Indonesia.

Kemenkes 2011. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Buletin jendela
data & informasi kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

Kemenkes RI. Modul Penggunaan Obat Rasional. Jakarta: Kementerian


Kesehatan RI ; 2011.

Karyanti, M. R. et al. (2016). Buku Saku Dosis Obat Pediatri. Jakarta: Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Lim, T.K,. 2012. Edible Medical and Non-Medical Plant. London New
York :Springer Dordrecht Heidelberg. Hal : 879-880.

Munaf, S., Chaidir, J. (2015). Obat Antimikroba. Farmakologi UNSRI. EGC,


Jakarta.

45
46

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Peraturan Menteri Kesehatan RI. 2014. Standar pelayanan Kefarmasian di Rumah


Sakit, Kementrian Kesehatan RI, Jakarta, Indonesia.
Pediatric Medication Handbook. (2016). Antimicrobials. Children’s Hospital
of The King’s Daughters. Hal. 12.

Rachmawati, Y., Suharsono and Sutrisna, E. M. 2014. ‘Evaluasi Penggunaan


Antibiotik Pada Pasien Gastroenteritis Di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit “X” Periode Januari-Juni 2013’.

Satari, HI., Firmansyah, A., Theresia. 2011. Qualitative Evaluation of Antibiotic


Usage in Pediatric Patients, Paediatricas Indonesiana, 51(6): 303 – 310.

Septiani, S. 2015. ‘Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Balita Terkena Diare
Pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit x tahun 2014’, Naskah Publikasi.

Setiati, siti et al. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6 jilid II Jakata:
Interna publishing. Hal 1899.

Sevilla, Consuelo G. et, al 2007. Research Methods. Rex Printing Company.


Quezon City.

Utami. Evaluasi Penggunaan Antibiotik Untuk Penyakit Diare Pada Pasien


Pediatri Rawat Inap Di Rsud “X” Tahun 2011. [Skripsi]. Universitas
Muhammadiyah Surakarta ; 2012.

With, K.D., et al., 2016. Strategies to Enhance Rational Use of Antibiotics in


Hospital : A Guideline by the German Society for Infectious Diseases.
Infection, 44, 395-439.

Anda mungkin juga menyukai