Anda di halaman 1dari 15

PERTUMBUHAN SEL PADA BAKTERI

Reproduksi pada bakteri


Reproduksi bakteri terjadi secara pembelahan biner. Perbanyakan sel dengan cara ini, kecepatan
pembelahan sel ditentukan dengan waktu generasi. Waktu generasi adalah waktu yang
dibutuhkan oleh sel untuk membelah, bervariasi tergantung dari spesies dan kondisi
pertumbuhan. Pembelahan biner yang terjadi pada bakteri adalah pembelahan biner
melintang. Pembelahan biner melintang adalah suatu proses reproduksi aseksual; setelah
pembentukan dinding sel melintang, maka satu sel tunggal membelah menjadi dua sel yang
disebut dengan sel anak. Dijelaskan bahwa sistem reproduksi bakteri adalah dengan cara
pembelahan biner melintang, satu sel membelah diri menjadi 2 sel anakan yang identik dan
terpisah. Selang waktu yang dibutuhkan bagi sel untuk membelah diri menjadi dua kali lipat
disebut sebagai waktu generasi. Waktu generasi pada setiap bakteri tidak sama, ada yang hanya
memerlukan 20 menit bahkan ada yang memerlukan sampai berjam-jam atau berhari-hari. Bila
bakteri diinokulasikan ke dalam medium baru, pembiakan tidak segera terjadi tetapi ada periode
penyesuaian pada lingkungan yang dikenal dengan pertumbuhan. Kemudian akan
memperbanyak diri (replikasi) dengan laju yang konstan, sehingga akan diperoleh kurva
pertumbuhan.
Bakteri biasanya melakukan pembiakan secara aseksual atau vegetatif. Pembiakan ini
berlangsung cepat, jika faktor-faktor luar menguntungkan. Pelaksanaan pembiakan yaitu dengan
pembelahan diri atau divisio. Pembelahan diri dapat dibagi atas 3 fase, yaitu:
1. Fase pertama, dimana sitoplasma terbelah oleh sekat yang tumbuh tegak lurus pada arah
memanjang.
2. Sekat tersebut diikuti oleh suatu dinding melintang. Dinding melintang ini tidak selalu
merupakan penyekat yang sempurna; di tengah-tengah sering ketinggalan suatu lubang
kecil, di mana protoplasma kedua sel baru masih tetap berhubung-hubungan. Hubungan
protoplasma itu disebut plasmodesmida.
3. Fase terakhir ialah terpisahnya kedua sel. Ada bakteri yang segera berpisah, yaitu yang
satu terlepas sama sekali daripada yang lain, setelah dinding melintang menyekat secara
sempurna. Bakteri yang semacam ini merupakan koloni yang merata, jika dipiara pada
medium padat. Sebaliknya, bakteri-bakteri yang dindingnya lebih kokoh itu tetap
bergandeng-gandengan setelah pembelahan. Bakteri macam ini merupakan koloni yang
kasar permukaannya.
Pertumbuhan Sel
Jika faktor-faktor luar menguntungkan, maka setelah terjadi pembelahan, sel-sel baru membesar
sampai masing-masing menjadi sebesar sel induk. Hal ini dimungkinkan karena gampangnya
peresapan zat makanan yang tersedia di dalam medium.
Kokus membelah diri menjadi dua setengah bola, kemudian keduanya tumbuh menjadi dua bola
yang masing-masing sebesar induk kokus. Ada basil yang setelah membelah diri, menjadi dua
bagian yang masing-masing menyerupai kokus. Sudah barang tentu kokus ini bukan kokus yang
sebenarnya, sebab kokus ini kemudian memanjang menjadi basil seperti induk semula.
Di dalam koloni yang tua, pembesaran basil itu tidak seimbang dengan kecepatan
pembelahannya, artinya banyak basil sebelum mencapai panjang yang sebenarnya telah mulai
membelah lagi. Dengan demikian panjang basil dapat berbeda-beda, sedang diameternya tetap
sama saja.
Arah Pembelahan
Pada golongan dan golongan spiril, pembelahan itu satu jurusan saja. Dinding yang membagi dua
bakteri-bakteri itu tegak lurus pada poros dari ujung ke ujung. Basil-basil baru yang tetap
bergandeng-gandengan setelah pembelahan, merupakan streptobasil. Contoh untuk ini
adalah Streptobaccilus moniliformis, yaitu suatu patogen yang kedapatan pad tikus dan kadang-
kadang pada manusia.
Pada kokus kita kenal bentuk streptokokus, yaitu kalau pembelahan terus-menerus terjadi
menurut satu jurusan dan sel-sel bergandeng-gandengan. Contoh untuk ini adalahStreptococcus
lactis, suatu saproba yang menyebabkan masamnya air susu.
Jika pembelahan berlangsung menurut satu jurusan, akan tetapi kokus hanya bergandengan dua-
dua saja terjadilah suatu bentuk yang kita sebut diplokokus. contoh untuk ini adalahDiplococcus
pneumoniae, yaitu penyebab penyakit pneumonia atau yang disebut radang paru-paru.
Jika pembelahan terjadi menurut satu jurusan, kemudian diikuti dengan pembelahan ke lain
jurusan yang tegak lurus pada arah pembelahan yang pertama, terjadilah
suatu tetrad atautetrakokus. Contoh untuk ini adalah Mikrococcus tetragenus. Sering kali
beberapa tetrad masih mengelompok merupakan suatu kepingan.
Jika pembelahan kokus berlangsung berganti-ganti ke tiga jurusan yang tegak lurus satu sama
lain, terjadilah kelompok serupa kubus. Kelompok semacam ini disebut sarsina.Contoh untuk ini
adalah Sarcina lutea, suatu saproba yang kedapatan dimana-mana.
Jika pembelahan tidak teratur arahnya, sehingga terjadi kelompok serupa untaian buah anggur,
maka kelompok ini disebut stafilokokus. Contoh ini adalah Staphylococcus aureus,suatu patogen
yang banyak kedapatan pada kulit dan lapisan lendir.
Pengelompokan itu sangat dipengaruhi oleh keadaan dinding sel bakteri. Jika dinding itu liat,
maka sel-sel akan tetap berkelompok. Jika dinding itu tidak liat, sel-sel mudah terpisah yang satu
daripada yang lain. Bakteri yang suka bergerak itu merupakan koloni yang berliku-liku seperti
huruf cina, contoh untuk ini adalah Corynebacterium diphtheria, yaitu patogen yang
menyebabkan penyakit tenggorokan dipteri.
Grafik Pertumbuhan Koloni
Dari suatu percobaan dengan Escherichia coli dapat diketahui, bahwa bakteri ini tiap 20 menit
mengadakan divisio, jika faktor-faktor luar seperti medium, kebasahan, pH, temperatur itu tetap
baik. Kita dapat menghitung, betapa besar jumlah 1 E. coli setelah dibiarkan berbiak 24 jam, yaitu
272 = 22 x 270 atau lebih dari 4 x 1021.
Untunglah, tidak semua bakteri itu lestari. Kenyataan menunjukan, bahwa sampai sekarang,
dunia kita belum penuh dengan E. coli sebab-sebab kematian mereka adalah :
1. mungkin sekali bahwa zat makanan yang diperlukannya menjadi berkurang, sehingga
terjadi paceklik bagi mereka.
2. Mungkin juga hasil eksresi bakteri itu sendiri menjadi tertimbun-timbun sehingga
mengganggu pembiakan dan pertumbuhan.
Meskipun kedua faktor ini dapat dihindarkan, namun kenyataan menunjukan adanya
pertumbuhan koloni yang maksimal sebelum faktor-faktor tersebut mengganggu.
Jika kita selidiki kecepatan biak bakteri adalah generation time atau dobling time (waktu
berganda). Dari suatu piaraan yang cukup tua kita ambil sedikit bakteri untuk kita tanam pada
suatu medim yang cocok. Berselang waktu-waktu yang sama kita ambil sejumlah medium –
katakanlah sebanyak satu kolong kawat inokulasi yang berdiameter 3 mm – dan inokulum kita
sebarkan pada agar-agar lempengan dalam cawan petri. Jumlah koloni yang kemudian tumbuh
dalam cawan tersebut dapat kita hitung karena biasanya jumlah ini sangat besar, maka cukuplah
kita ambil logaritma saja; hal ini menggampangkan pelukisan grafik.
Pada fase pertama, yaitu 1 sampai 2 jam pemindahan bakteri belum mengadakan pembiakan,
fase ini disebut fase adaptasi. Fase ini disusul oleh fase kedua dimana jumlah bakteri mulai
betambah sedikit demi sedikit, sel-sel dalam fase ini tampak gemuk-gemuk.
Fase kedua ini disusul oleh fase pembiakan cepat (fase logaritma) pada fase ini pembiakan
bakteri berlangsung paling cepat. Jika kita ingin mengadakan piaraan yang cepat tumbuh, maka
bakteri pada fase ini baik sekali untuk dijadikan inokulum.
Entah karena keadaan medium memburuk, entah karena perubahan pH, entah karena
tertimbunnya zat kotoran, maka dalam fase barikut ini tampak sekali menyusutnya jumlah sel-sel
yang segar, kecepatan berbiak menjadi berkurang sekali. Fase ini disebut fase pembiakan
diperlambat. Kemudian datanglah fase dimana jumlah bakteri yang berbiak sama dengan jumlah
bakteri yang mati makin banyak, dan makin melebihi jumlah bakteri yang membelah diri.
Grafiknya mulai menurun, fase ini disebut fase kematian. Akhirnya sampailah fase yang ditandai
dengan cepat merananya koloni, jumlah bakteri yang mati senantiasa bertambah. Keadaan ini
berlangsung beberapa minggu, hal ini bergantung kepada spesies dan keadaan medium serta
faktor-faktor lingkungan. Kalau keadaan dibiarkan demikian terus-menerus, besar kemungkinan
bakteri tidak dapat dihidupkan kembali dalam medium baru. Sepertinya di alam bebas, sifat
kehidupan bakteri sama saja dengan di dalam laboratorium, tiap-tiap tempat terbatas
mempunyai batas kemampuan muat. Jumlah bakteri pada dewasa ini tidak tampak lebih banyak
daripada jaman dulu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah penyediaaan nutrien yang sesuai
untuk kultivasi bakteri, faktor fisika, dan faktor kimia. Meskipun medium yang digunakan amat
beragam, namun sebagai makhluk hidup bakteri mempunyai kebutuhan dasar yang sama, yaitu
meliputi air, karbon, dan mineral.
Perlu disediakan kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan optimum. Bakteri tidak hanya
amat bervariasi dalam persyaratan nutrisi, tetapi juga menunjukkan respon yang berbeda
terhadap kondisi fisik dalam lingkungannya. Faktor-faktor fisik yaitu:
1. 1. Suhu
Suhu selain mempengaruhi pertumbuhan, juga mempengaruhi perbanyakan, dan daya tahan.
Suhu setiap jenis bakteri bervariasi. Berdasarkan suhu pertumbuhan dibedakan menjadi :
 Mesofil, terdapat pada tanah, air, dan tubuh vertebrata, suhu pertumbuhan 10-47 0C.
Suhu pertumbuhan optimum 30-400C.
 Termofil, ditemukan pada habitat yang bersuhu tinggi, pembuatan kompos, susu, tanah,
dan air laut. Mampu tumbuh pada suhu 45-500C, dibedakan menjadi psikrodura yang
mampu hidup dibawah 00C dan termodura yang tahan hidup pada suhu diatas 500C.
1. 2. Tekanan osmosis
Suatu tekanan osmose akan sangat mempengaruhi bakteri jika tekanan osmose lingkungan lebih
besar (hipertonis) sel akan mengalami plasmolisis. Sebaliknya tekanan osmose lingkungan yang
hipotonis akan menyebabkan sel membengkak dan juga dapat mengakibatkan rusaknya sel. Olah
karena itu dalam mempertahankan hidupnya, sel bakteri harus berada pada tingkat tekanan
osmose yang sesuai, walaupun sel bakteri memiliki daya adaptasi, perbedaan tekanan osmose
dengan lingkugannya tidak boleh terlalu besar.
1. 3. Kadar air
2. 4. Kadar oksigen
Mikroorganisme memiliki karakteristik sendiri-sendiri di dalam kebutuhannya akan oksigen.
Mikroorganisme dalam hal ini digolongkan menjadi :
1) Aerobik : hanya dapat tumbuh apabila ada oksigen bebas.
2) Anaerob : hanya dapat tumbuh apabila tidak ada oksigen bebas.
3) Anaerob fakultatif : dapat tumbuh baik dengan atau tanpa oksigen bebas.
4) Mikroaerofilik : dapat tumbuh apabila ada oksigen dalam jumlah kecil.
Faktor kimia yaitu pH, setiap jenis bakteri mempunyai pH lingkungan yang optimal (Neutrofil
6.0-8.0), minimal (Asidofil 2.0-5.0), dan maksimal (Alkalofil, 8.4-9.5) dalam kegiatan
fisiologisnya. Kegiatan fisiologis bakteri berguna dalam mempertahankan kelangsungan hidup
dan melakukan proses biokimia yang berkelanjutan. Dimana proses ini dikatalisi oleh enzim-
enzim. Kemudian adanya zat kimia, dapat berupa desinfektan dan antiseptik, seperti garam-
garam logam, fenol, formaldehid, alkohol, yodium, zat-zat warna, detergen/sabun, dan antibiotik.
Bakteri tumbuh pada pH mendekati netral ( pH 6,5 – 7,5 ). Pada pH dibawah 5,0 dan diatas 8,0
bakteri tidak dapat tumbuh dengan baik , kecuali bakteri asam asetat ( misalnya : Acetobakter
suboxydans ) yang mampu tumbuh pada pH rendah dan bakteri Vibrio sp yang dapat tumbuh
pada pH tinggi (basa ).
Fase-fase Pertumbuhan Bakteri
Bakteri yang diinokulasikan dalam medium yang sesuai dan pada keadaan yang optimum bagi
pertumbuhannya, maka terjadi kenaikan jumlah yang sangat tinggi dalam waktu yang relatif
pendek. Pada beberapa spesies, populasi (panen sel terbanyak yang dapat diperoleh) tercapai
dalam waktu 24 jam, populasinya dapat mencapai 10 sampai 15 milyar sel bakteri per mililiter.
Perbanyakan ini disebabkan oleh pembelahan sel secara aseksual.
Fase pertumbuhan bakteri adalah sebagai berikut :
1. Fase lag adalah fase dimana bakteri beradapatasi dengan lingkungannya dan mulai
bertambah sedikit demi sedikit.
2. Fase logaritmik adalah fase dimana pembiakan bakteri berlangsung paling cepat. Jika
ingin mengadakan piaraan yang cepat tumbuh, maka bakteri dalam fase ini baik sekali
untuk dijadikan inokulum.
3. Fase stationer adalah fase dimana jumlah bakteri yang berkembang biak sama dengan
jumlah bakteri yang mengalami kematian.
4. Fase autolisis (kematian) adalah fase dimana jumlah bakteri yang mati semakin banyak,
melebihi jumlah bakteri yang berkembang biak. Fase kematian ditandai dengan cepat
merananya koloni dan jumlah bakteri yang mati senantiasa bertambah. Keadaan ini dapat
berlangsung beberapa minggu bergantung pada spesies dan keadaan medium serta faktor-
faktor lingkungan. Kalau keadaan ini dibiarkan terus menerus, besar kemungkinan bakteri
tidak dapat dihidupkan kembali dalam medium baru. Cara menghitung jumlah bakteri
untuk membuat grafik pertumbuhan, yaitu dengan metode penuangan, penghitungan
dengan mikroskop dengan menggunakan haemocytometer, dan dengan menggunakan
turbidometer.
Lactose Broth
Lactose broth digunakan sebagai media untuk mendeteksi kehadiran koliform dalam air, makanan, dan
produk susu, sebagai kaldu pemerkaya (pre-enrichment broth) untuk Salmonellae dan dalam mempelajari
fermentasi laktosa oleh bakteri pada umumnya. Pepton dan ekstrak beef menyediakan nutrien esensial
untuk memetabolisme bakteri. Laktosa menyediakan sumber karbohidrat yang dapat difermentasi untuk
organisme koliform. Pertumbuhan dengan pembentukan gas adalah presumptive test untuk koliform.
Lactose broth dibuat dengan komposisi 0,3% ekstrak beef; 0,5% pepton; dan 0,5% laktosa.

EMBA (Eosin Methylene Blue Agar)


Media Eosin Methylene Blue mempunyai keistimewaan mengandung laktosa dan berfungsi untuk memilah
mikroba yang memfermentasikan laktosa seperti S. aureus, P. aerugenosa, danSalmonella. Mikroba yang
memfermentasi laktosa menghasilkan koloni dengan inti berwarna gelap dengan kilap logam. Sedangkan
mikroba lain yang dapat tumbuh koloninya tidak berwarna. Adanya eosin dan metilen blue membantu
mempertajam perbedaan tersebut. Namun demikian, jika media ini digunakan pada tahap awal karena
kuman lain juga tumbuh terutama P. Aerugenosa dan Salmonella sp dapat menimbulkan keraguan.
Bagaiamanapun media ini sangat baik untuk mengkonfirmasi bahwa kontaminan tersebut adalah E.coli.
Agar EMB (levine) merupakan media padat yang dapat digunakan untuk menentukan jenis bakteri coli
dengan memberikan hasil positif dalam tabung. EMB yang menggunakan eosin dan metilin bklue sebagai
indikator memberikan perbedaan yang nyata antara koloni yang meragikan laktosa dan yang tidak. Medium
tersebut mengandung sukrosa karena kemempuan bakteri koli yang lebih cepat meragikan sukrosa daripada
laktosa. Untuk mengetahui jumlah bakteri coli umumnya digunakan tabel Hopkins yang lebih dikenal
dengan nama MPN (most probable number) atau tabel JPT (jumlah perkiraan terdekat), tabel tersebut
dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah bakteri coli dalam 100 ml dan 0,1 ml contoh air.

Nutrient Agar
Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA juga digunakan untuk pertumbuhan
mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini
merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. Na merupakan salah satu
media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan,
untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme
dalam kultur murni.
Untuk komposisi nutrien adar adalah eksrak beef 10 g, pepton 10 g, NaCl 5 g, air desitilat 1.000 ml dan 15 g
agar/L. Agar dilarutkan dengan komposisi lain dan disterilisasi dengan autoklaf pada 121°C selama 15 menit.
Kemudian siapkan wadah sesuai yang dibutuhkan.

Nutrient Broth
Nutrient broth merupakan media untuk mikroorganisme yang berbentuk cair. Intinya sama dengan nutrient
agar. Nutrient broth dibuat dengan cara sebagai berikut.
1.Larutkan 5 g pepton dalam 850 ml air distilasi/akuades.
2.Larutkan 3 g ekstrak daging dalam larutan yang dibuat pada langkah pertama.
3.Atur pH sampai 7,0.
4.Beri air distilasi sebanyak 1.000 ml.
5.Sterilisasi dengan autoklaf.

MRSA (deMann Rogosa Sharpe Agar)

MRSA merupakan media yang diperkenalkan oleh De Mann, Rogosa, dan Shape (1960) untuk memperkaya,
menumbuhkan, dan mengisolasi jenis Lactobacillus dari seluruh jenis bahan. MRS agar mengandung
polysorbat, asetat, magnesium, dan mangan yang diketahui untuk beraksi/bertindak sebagai faktor
pertumbuhan bagi Lactobacillus, sebaik nutrien diperkaya MRS agar tidak sangat selektif, sehingga ada
kemungkinan Pediococcus dan jenis Leuconostoc serta jenis bakteri lain dapat tumbuh. MRS agar
mengandung:
1.Protein dari kasein 10 g/L
2.Ekstrak daging 8,0 g/L
3.Ekstrak ragi 4,0 g/L
4.D (+) glukosa 20 g/L
5.Magnesium sulfat 0,2 g/L
6.Agar-agar 14 g/L
7.dipotassium hidrogen phosphate 2 g/L
8.Tween 80 1,0 g/L
9.Diamonium hidrogen sitrat 2 g/L
10.Natrium asetat 5 g/L
11.Mangan sulfat 0,04 g/L

MRSB merupakan media yang serupa dengan MRSA yang berbentuk cair/broth.
Dari enidchemicals.com

Trypticase Soy Broth (TSB)


TSB adalah media broth diperkaya untuk tujuan umum, untuk isolasi, dan penumbuhan bermacam
mikroorganisme. Media ini banyak digunakan untuk isolasi bakteri dari spesimen laboratorium dan akan
mendukung pertumbuhan mayoritas bakteri patogen.
Media TSB mengandung kasein dan pepton kedelai yang menyediakan asam amino dan substansi nitrogen
lainnya yang membuatnya menjadi media bernutrisi untuk bermacam mikroorganisme. Dekstrosa adalah
sumber energi dan natrium klorida mempertahankan kesetimbangan osmotik. Dikalium fosfat ditambahkan
sebagai buffer untuk mempertahankan pH.
Plate Count Agar (PCA)
PCA digunakan sebagai medium untuk mikroba aerobik dengan inokulasi di atas permukaan. PCA dibuat
dengan melarutkan semua bahan (casein enzymic hydrolisate, yeast extract, dextrose, agar) hingga
membentuk suspensi 22,5 g/L kemudian disterilisasi pada autoklaf (15 menit pada suhu 121°C). Media PCA
ini baik untuk pertumbuhan total mikroba (semua jenis mikroba) karena di dalamnya mengandung
komposisi casein enzymic hydrolisate yang menyediakan asam amino dan substansi nitrogen komplek
lainnya serta ekstrak yeast mensuplai vitamin B kompleks.

APDA
Media APDA berfungsi untuk menumbuhkan dan menghitung jumlah khamir dan yeast yang terdapat
dalam suatu sampel. Khamir dan yeast akan tumbuh dengan optimal pada media yang sesuai. Adanya asam
tartarat dan pH rendah maka pertumbuhan bakteri terhambat. APDA dibuat dengan merebus kentang
selama 1 jam/45 menit, agar dilelehkan dalam 500 ml air. Campurkan ekstrak kentang dalam agar lalu
ditambahkan glukosa dan diaduk rata. Pada APDA jadi ini juga ditambah asam tartarat.

Potato Dextrose Agar (PDA)


PDA digunakan untuk menumbuhkan atau mengidentifikasi yeast dan kapang. Dapat juga digunakan untuk
enumerasi yeast dan kapang dalam suatu sampel atau produk makanan. PDA mengandung sumber
karbohidrat dalam jumlah cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2% glukosa sehingga baik untuk
pertumbuhan kapang dan khamir tetapi kurang baik untuk pertumbuhan bakteri. Cara membuat PDA
adalah mensuspensikan 39 g media dalam 1 liter air yang telah didestilasi. campur dan panaskan serta aduk.
Didihkan selama 1 menit untuk melarutkan media secara sempurna. Sterilisasi pada suhu 121°C selama 15
menit. Dinginkan hingga suhu 40-45°C dan tuang dalam cawan petri dengan pH akhir 5,6+0,2.

VRBA (Violet Red Bile Agar)


VRBA dapat digunakan untuk perhitungan kelompok bakteri Enterobactericeae. Agar VRBA mengandung
violet kristal yang bersifat basa, sedangkan sel mikroba bersifat asam. Bila kondisi terlalu basa maka sel
akan mati. Dengan VRBA dapat dihitung jumlah bakteri E.coli. Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk
membuat VRBA adalah yeast ekstrak, pepton, NaCl, empedu, glukosa, neutral red, kristal violet, agar).
Bahan-bahan tersebut kemudian dicampur dengan 1 liter air yang telah didestilasi. Panaskan hingga
mendidih sampai larut sempurna. Dinginkan hingga 50-60°C. Pindahkan dalam tabung sesuai kebutuhan,
pH akhir adalah 7,4. Campuran garam bile dan kristal violet menghambat bakteri gram positif. Yeast ekstrak
menyediakan vitamin B-kompleks yang mendukung pertumbuhan bakteri. Laktosa merupakan sumber
karbohidrat. Neutral red sebagai indikator pH. Agar merupakan agen pemadat.

PGYA
Media ini berfungsi untuk isolasi, enumerasi, dan menumbuhkan sel khamir. Dengan adanya dekstrosa yang
terkandung dalam media ini, PGYA dapat digunakan untuk mengidentifikasi mikroba terutama sel khamir.
Untuk membuatnya, semua bahan dicampur dengan ditambah CaCO3 terlebih dahulu sebanyak 0,5 g lalu
dilarutkan dengan akuades. Kemudian dimasukkan dalam erlenmeyer dan disumbat dengan kapas lalu
disterilisasi pada suhu 121°C selama 15 menit.
http://fuadfathir.multiply.com/journal/item/2?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal
%2Fitem
Macam-Macam Media Pertumbuhan
1. Medium berdasarkan sifat fisik
Ø Medium padat yaitu media yang mengandung agar 15% sehingga setelah dingin
media menjadi padat..
Ø Medium setengah padat yaitu media yang mengandung agar 0,3-0,4% sehingga
menjadi sedikit kenyal, tidak padat, tidak begitu cair. Media semi solid dibuat dengan
tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke seluruh media tetapi tidak
mengalami percampuran sempurna jika tergoyang. Misalnya bakteri yang tumbuh pada
media NfB (Nitrogen free Bromthymol Blue) semisolid akan membentuk cincin hijau
kebiruan di bawah permukaan media, jika media ini cair maka cincin ini dapat dengan
mudah hancur. Semisolid juga bertujuan untuk mencegah/menekan difusi oksigen,
misalnya pada media Nitrate Broth, kondisi anaerob atau sedikit oksigen meningkatkan
metabolisme nitrat tetapi bakteri ini juga diharuskan tumbuh merata diseluruh media.
Ø Medium cair yaitu media yang tidak mengandung agar, contohnya adalah NB
(Nutrient Broth), LB (Lactose Broth).
2. Medium berdasarkan komposisi
Ø Medium sintesis yaitu media yang komposisi zat kimianya diketahui jenis dan
takarannya secara pasti, misalnya Glucose Agar, Mac Conkey Agar.
Ø Medium semi sintesis yaitu media yang sebagian komposisinya diketahui secara
pasti, misanya PDA (Potato Dextrose Agar) yang mengandung agar, dekstrosa dan
ekstrak kentang. Untuk bahan ekstrak kentang, kita tidak dapat mengetahui secara detail
tentang komposisi senyawa penyusunnya.
Ø Medium non sintesis yaitu media yang dibuat dengan komposisi yang tidak dapat
diketahui secara pasti dan biasanya langsung diekstrak dari bahan dasarnya,
misalnya Tomato Juice Agar, Brain Heart Infusion Agar, Pancreatic Extract.
3. Medium berdasarkan tujuan
Ø Media untuk isolasi
Media ini mengandung semua senyawa esensial untuk pertumbuhan mikroba,
misalnya Nutrient Broth, Blood Agar.
Ø Media selektif/penghambat
Media yang selain mengandung nutrisi juga ditambah suatu zat tertentu sehingga media
tersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan merangsang pertumbuhan
mikroba yang diinginkan. Contohnya adalah Luria Bertani medium yang ditambah
Amphisilin untuk merangsang E.coli resisten antibotik dan menghambat kontaminan
yang peka, Ampiciline. Salt broth yang ditambah NaCl 4% untuk
membunuh Streptococcus agalactiae yang toleran terhadap garam.
Ø Media diperkaya (enrichment)
Media diperkaya adalah media yang mengandung komponen dasar untuk pertumbuhan
mikroba dan ditambah komponen kompleks seperti darah, serum, kuning telur. Media
diperkaya juga bersifat selektif untuk mikroba tertentu. Bakteri yang ditumbuhkan dalam
media ini tidak hanya membutuhkan nutrisi sederhana untuk berkembang biak, tetapi
membutuhkan komponen kompleks, misalnya Blood Tellurite Agar, Bile Agar, Serum
Agar, dll.
Ø Media untuk peremajaan kultur
Media umum atau spesifik yang digunakan untuk peremajaan kultur
Ø Media untuk menentukan kebutuhan nutrisi spesifik.
Media ini digunakan unutk mendiagnosis atau menganalisis metabolisme suatu
mikroba. Contohnya adalah Koser’s Citrate medium, yang digunakan untuk menguji
kemampuan menggunakan asam sitrat sebagai sumber karbon.
Ø Media untuk karakterisasi bakteri
Media yang digunakan untuk mengetahui kemempuan spesifik suatu mikroba. Kadang-
kadang indikator ditambahkan untuk menunjukkan adanya perubahan kimia. Contohnya
adalah Nitrate Broth, Lactose Broth, Arginine Agar.
Ø Media diferensial
Media ini bertujuan untuk mengidentifikasi mikroba dari campurannya berdasar
karakter spesifik yang ditunjukkan pada media diferensial, misalnya TSIA (Triple Sugar
Iron Agar) yang mampu memilih Enterobacteria berdasarkan bentuk, warna, ukuran
koloni dan perubahan warna media di sekeliling koloni..

http://ekmon-saurus.blogspot.com/2008/11/bab-2-media-pertumbuhan.html

embiakan mikroba dalam laboratorium memerlukan medium yang berisi zat hara serta
lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganisme. Zat hara digunakan oleh
mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme, dan
pergerakan. Lazimnya, medium biakan berisi air, sumber energi, zat hara sebagai sumber
karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen, hidrogen serta unsur – unsur sekelumit (trace element).
Dalam bahan dasar medium dapat pula ditambahkan faktor pertumbuhan berupa asam amino,
vitamin atau nukleotida (Waluyo, 2004).
Media terbagi menjadi 2 golongan besar :
1. Media Hidup
Media hidup pada umumnya dipakai dalam Laboratorium Virologi untuk pembiakan berbagai
virus, sedangkan dalam Laboratorium Bakteriologi hanya beberapa kuman tertentu saja, dan
terutama pada hewan percobaan. Contoh media hidup adalah: hewan percobaan (termasuk
manusia), telur berembrio, biakan jaringan, dan sel – sel biakan bakteri tertentu untuk penelitian
bakteriofage (bakteri yang terinfeksi oleh virus).
2. Media Mati
Media mati terbagi menjadi beberapa macam, yakni:
a. Media padat
Media padat diperoleh dengan cara menambahkan agar – agar. Agar berasal dari
ganggang/alga yang berfungsi sebagai bahan pemadat. Alga digunakan karena bahan ini tidak
diuraikan oleh mikroorganisme, dan dapat membeku pada suhu di atas 45°C. Media padat
terbagi menjadimedia agar miring, dan agar deep.
b. Media Setengah Padat
Media setengah padat dibuat dengan bahan sama dengan media padat, akan tetapi yang
berbeda adalah komposisi agarnya. Media ini digunakan untuk melihat gerak kuman secara
mikroskopik.
c. Media Cair
Media cair sering digunakan untuk mempelajari sifat faali dan genetika mikroorganisme.
Harganya cukup mahal karena senyawa organik dan anorganik yang ditambahkan harus murni.
Contoh media cair: ciran Hanks, Locke, Thyrode, Eagle.
Media PDA (Potato Dextrose Agar) digunakan untuk pertumbuhan, isolasi dan enumerasi
dari kapang dan khamir pada bahan makanan dan bahan lainnya. Karbohidrat dan senyawa yang
diambil dari kentang mendukung pertumbuhan khamir dan kapang dan pada kondosi pH yang
diturunkan dapat menghambat pertumbuhan kontaminan (bakteri yang ikut). Jika medium ini
dipakai untuk perhitungan jamur, pH medium harus diturunkan hingga 3,5 karena jamur akan
tumbuh pada medium ini untuk mengembangkan morfologinya (Thatcher and Clark, 1987).
Fungsinya sebagai media selektif untuk pertumbuhan jamur dan yeast hingga sering
digunakan sebagai uji untuk menentukan jumlah jamur dan yeast yang dilakukan dengan
menumbuhkan mikroba pada permukaan sehingga akan membentuk koloni yang dapat diikat
atau dihitung (Fardiaz, 1993).
Macam-Macam Media Pertumbuhan, yaitu :
1. Medium berdasarkan sifat fisik
a. Medium padat yaitu media yang mengandung agar 15% sehingga setelah dingin media menjadi
padat..
b. Medium setengah padat yaitu media yang mengandung agar 0,3-0,4% sehingga menjadi sedikit
kenyal, tidak padat, tidak begitu cair. Media semi solid dibuat dengan tujuan supaya pertumbuhan
mikroba dapat menyebar ke seluruh media tetapi tidak mengalami percampuran sempurna jika
tergoyang. Misalnya bakteri yang tumbuh pada media NfB (Nitrogen free Bromthymol Blue)
semisolid akan membentuk cincin hijau kebiruan di bawah permukaan media, jika media ini cair
maka cincin ini dapat dengan mudah hancur. Semisolid juga bertujuan untuk mencegah/menekan
difusi oksigen, misalnya pada media Nitrate Broth, kondisi anaerob atau sedikit oksigen
meningkatkan metabolisme nitrat tetapi bakteri ini juga diharuskan tumbuh merata diseluruh
media.
c. Medium cair yaitu media yang tidak mengandung agar, contohnya adalah NB (Nutrient Broth),
LB (Lactose Broth).
2. Medium berdasarkan komposisi
a. Medium sintesis yaitu media yang komposisi zat kimianya diketahui jenis dan takarannya secara
pasti, misalnya Glucose Agar, Mac Conkey Agar.
b. Medium semi sintesis yaitu media yang sebagian komposisinya diketahui secara pasti, misanya
PDA (Potato Dextrose Agar) yang mengandung agar, dekstrosa dan ekstrak kentang. Untuk
bahan ekstrak kentang, kita tidak dapat mengetahui secara detail tentang komposisi senyawa
penyusunnya.
c. Medium non sintesis yaitu media yang dibuat dengan komposisi yang tidak dapat diketahui
secara pasti dan biasanya langsung diekstrak dari bahan dasarnya, misalnya Tomato Juice
Agar, Brain Heart Infusion Agar, Pancreatic Extract.
3. Medium berdasarkan tujuan
a. Media untuk isolasi
Media ini mengandung semua senyawa esensial untuk pertumbuhan mikroba,
misalnya Nutrient Broth, Blood Agar.
b. Media selektif/penghambat
Media yang selain mengandung nutrisi juga ditambah suatu zat tertentu sehingga media
tersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan merangsang pertumbuhan mikroba yang
diinginkan. Contohnya adalah Luria Bertani medium yang ditambah Amphisilin untuk merangsang
E.coli resisten antibotik dan menghambat kontaminan yang peka,Ampiciline. Salt broth yang
ditambah NaCl 4% untuk membunuh Streptococcus agalactiae yang toleran terhadap garam.
c. Media diperkaya (enrichment)
Media diperkaya adalah media yang mengandung komponen dasar untuk pertumbuhan
mikroba dan ditambah komponen kompleks seperti darah, serum, kuning telur. Media diperkaya
juga bersifat selektif untuk mikroba tertentu. Bakteri yang ditumbuhkan dalam media ini tidak
hanya membutuhkan nutrisi sederhana untuk berkembang biak, tetapi membutuhkan komponen
kompleks, misalnya Blood Tellurite Agar, Bile Agar, Serum Agar, dll.
d. Media untuk peremajaan kultur
4. Media umum atau spesifik yang digunakan untuk peremajaan kultur
a. Media untuk menentukan kebutuhan nutrisi spesifik.
Media ini digunakan unutk mendiagnosis atau menganalisis metabolisme suatu mikroba.
Contohnya adalah Koser’s Citrate medium, yang digunakan untuk menguji kemampuan
menggunakan asam sitrat sebagai sumber karbon.
b. Media untuk karakterisasi bakteri
Media yang digunakan untuk mengetahui kemempuan spesifik suatu mikroba. Kadang-
kadang indikator ditambahkan untuk menunjukkan adanya perubahan kimia. Contohnya
adalah Nitrate Broth, Lactose Broth, Arginine Agar.
c. Media diferensial
Media ini bertujuan untuk mengidentifikasi mikroba dari campurannya berdasar karakter
spesifik yang ditunjukkan pada media diferensial, misalnya TSIA (Triple Sugar Iron Agar) yang
mampu memilih Enterobacteria berdasarkan bentuk, warna, ukuran koloni dan perubahan warna
media di sekeliling koloni.

eori Dasar
Isolasi mikroba merupakan upaya pembiakkan suatu jenis mikroba tertentu yang
diperoleh dari suatu sampel di dalam suatu media yang spesifik, sehingga selanjutnya
dapat dilakukan identifikasi dan konfirmasi. Setiap mikroba memiliki kebutuhan akan zat
pertumbuhan yang spesifik sehingga hal ini dapat dijadikan acuan dalam pemilihan
media untuk isolasi, identifikasi dan konfirmasi.
Media spesifik yaitu media yang digunakan unutk mendiagnosis atau menganalisis
metabolisme suatu mikroba. Contohnya adalah Koser’s Citratemedium, yang digunakan
untuk menguji kemampuan menggunakan asam sitrat sebagai sumber karbon.
Identifikasi mikroba yaitu Untuk mengetahui sifat-sifat morfologi bakteri, maka
bakteri dapat diperiksa dalam keadaan hidup atau mati. Pemeriksaan morfologi bakteri ini
perlu, untuk mengenal nama bakteri. Disamping itu juga perlu pengenalan sifat-sifat
fisiologisnya bahkan sifat-sifat fisiologis ini kebanyakan merupakan faktor terentu dalam
mengenal nama spesies suatu bakteri. Sedangkan konfirmasi mikroba yaitu untuk
mengetahui jenis bakteri dan koloninya. Konfirmasi jenis bakteri dapat menggunakan
berbagai pewarnaan, reaksi ensimatis atau reaksi biokimia, terutama jika identifikasi
menggunakan media masih meragukan/belum memuaskan.
Pada umumnya media yang digunakan untuk membiakkan mikroba mengandung
air, sumber energi (protein dan karbohidrat), zat hara (sumber karbon, nitrogen, sulfur,
fosfat, oksigen dan hidrogen), serta faktor penunjang pertumbuhan (seperti asam amino,
vitamin).
Suatu media yang memenuhi kebutuhan mikroba untuk bertahan hidup dan
melakukan aktivitasnya secara normal diperlukan untuk melakukan isolasi jenis mikroba
tertentu. Setiap media spesifik memiliki kandungan senyawa tertentu yang dapat
mendukung pertumbuhan mikroba tertentu tetapi menghambat pertumbuhan jenis
mikroba lainnya. Sebagai contoh Media MCA ( Mac Conkey Agar) mengandung zat
warna yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram Positif, sedangkan bakteri
Gram Negatif tetap tumbuh.
Media yang digunakan yaitu MCA (Mac Conkey Agar), Vogel Johnson
Agar(VJA), Cetrimide Agar (CA), Simmon sitrat dan Triple Sugar Iron Agar (TSIA).
Media MacConkey Agar mempunyai keistimewaan memilah bakteri enterik gram
negatif yang memfermentasi laktosa, karena media ini mengandung laktosa,crystal
violet dan neutral red bile salt. Kemampuan E. coli memfermentasi laktosa menyebabkan
penurunan pH, sehingga mempermudah absorpsi neutral red untuk mengubah koloni
menjadi merah bata dan bile/ empedu diendapkan. Koloni lain (S. aureus; P.
aeruginosa dan Salmonella), bila tumbuh tidak akan berwarna karena tidak mampu
memfermentasi laktosa. Mikroba lain yang dapat tumbuh pada media ini antara
lain Enterobacter; Proteus; Salmonella; Shigella, Aerobacter; Enterococcus.
Vogel Johnson Agar Medium mengandung mannitol, tellurite dan lithium chloride
yang berperan untuk mengisolasi bakteri yang bersifat koagulase positip, karena semua
yang bersifat koagulase positip akan tumbuh pada media ini. S. aureus mempunyai koloni
hitam sebagai akibat pengendapan hasil reduksi tellurite. Media di sekitar koloni akan
berubah menjadi kuning akibat fermentasi mannitol. Adanya lithium chloride: sangat
bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan bakteri lain termasuk E. coli. Namun
demikian media ini kurang mampu memilah S. aureus karena semua koagulase positip
dapat tumbuh termasuk S. epidermidisdan Proteus.
Cetrimide Agar Medium biasanya digunakan untuk isolasi Pseudomonas.
Kandungan cetrimide yang merupakan quarternary ammonium merupakan senyawa yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain, karena menyebabkan kebocoran unsur-
unsur di dalam sel, namun tidak terjadi pada Pseudomonas. Pada media cetrimide
konvensional beberapa bakteri dapat tumbuh sepertiKlebsiella, Proteus dan Providencia.
Untuk menghambat pertumbuhan mereka dapat ditambahkan cetrimide. Pada media
ini, P. aeruginosa dapat dibantu dengan menggunakan media Pseudomonas Selective
Medium yang mengandung Nalidixi acid untuk menghambat pertumbunan bakteri lain.
Simmon sitrat atau nama lainnya Simmons Citrate Medium mengandung amonium
dihidrogen fosfat, natrium klorida, natrium sitrat. Magnesium sulfat, agar, bromtimol
biru, aquades dan memiliki pH 6,9.
Triple Sugar Iron Agar medium, biasanya digunakan untuk konfirmasi pengujian E.
coli dan dapat digunakan untuk identifikasi bakteri gram negatif yang memfermentasi
dekstrosa/laktosa/sukrosa dan produksi H2S. Dari fungsi tersebut media ini dapat
diusulkan untuk konfirmasi Salmonella dan memilahkan dariPseudomonas yang tumbuh
pada media lain BSA dan BGA. Terjadinya fermentasi dekstrosa oleh Salmonella akan
menurunkan pH menjadi asam. Kondisi ini akan menyebabkan perubahan phenol
red (media merah) menjadi kuning. Sedangkan Pseudomonas karena tidak mampu
memfermentasi dekstrosa, maka media akan tetap berwarna merah. Dengan demikian
media ini dapat dengan mudah memilahSalmonella dari Pseudomonas.

Anda mungkin juga menyukai