Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN NY. T DENGAN DIAGNOSA RUPTUR TENDON


DI RUANG RR RSUD KANJURUHAN

Oleh :
SARAH ZALENA
P17211204125

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MALANG
2023
I. Definisi
Ruptur adalah robek atau putusnya jaringan lunak yang disebabkan karena
trauma dimana dapat terjadi secara parsial maupun komplit (William E. Prentice,
2016).
Tendon adalah struktur anatomis dalam tubuh yang berfungsi
menghubungkan otot ke tulang. Otot yang bertanggung jawab untuk
menggerakan tulang, dengan kata lain ototlah yang menghasilkan gerak sehingga
memungkinkan individu untuk melakukan aktivitas seperti duduk, berdiri,
berjalan, melompat, mengangkat, dan bahkan bergerak dalam banyak kombinnasi
cara (Arif Muttaqin, 2011).

II. Anatomi Ruptur Tendon


Mekanisme ekstensor pada tangan dan jari-jari adalah suatu struktur yang
sangat bergantung pada keseimbangan otot ekstrinstik dan instrinstik. Dua per
tiga dari seluruh cedera akut pada laserasi ekstensor tendon sangat berhubungan
dengan cedera pada kulit, Tulang dan sendi. Semua tendon ekstrinstik, sisi dorsal
dari jari ke satu hingga jari kelima dipersarafi oleh nervus radialis. Tendon
ekstensor berada dalam enam kompartemen yang tersusun dalam suatu ruang
yang di bentuk oleh jaringan fibroosseus, yang berfungsi untuk mencegah
terjadinya efek bowstring pada saat gerakan ekstensi.

III. Karakteristik Ruptur Tendon


a. Terdapat dua tendon pada jari telunjuk dan jari kelingking.
b. Memiliki struktur juncturae tendineum yang menghubungkan ekstensor
digitorum dan ekstensor digiti minimi.
Juncturae ini sangat penting dalam proses distribusi kekuatan dari
tendon,laserasi pada junturae akan menyebabkan subluksasi dari tendon pada
area persendian metacarpophalangeal ke arah sisi radial dan ulnar.
a. Sagital Band Struktur yang terletak pada level metacarpophalangeal joint
yang berfungsi memberikan efek sentralisasi pada ekstensor tendon dan struktur
ini melekat pada volar plate dan periosteum dari tulang phalanx proksimal.
b. Lateral Band Merupakan tempat bertemunya otot-otot instrinstik pada
setiap sisi dari jari, sisi terminal dari lateral band di stabilkan oleh triangular
ligament yang berinsersi pada area phalanx distal dari jari.

IV. Patofisiologi
Ruptur traumatic tendon dapat terjadi pada tendon ekstensor, tendon fleksor,
pronator dan abduktor akibat trauma tajam, seperti luka bacok yang mengenai
lengan baawah. Kondisi klinis rupture tendon menimbulkan berbagai keluhan,
meliputi nyeri tajam dan hebat, kerusakan jaringan lunak pasca-trauma,
penurunan pungsi lengan dalam mobilisasi meningkatkan risiko trauma dan
menimbulkan respons ansietas pada klien. Intervensi medis berupa bedah
perbaikan (repair tendon) menimbukkan nyeri pasca-bedah, risiko tinggi infeksi
dari luka pasca-bedah, risiko tinggi trauma, dan hambatan mobilisasi fisik.
V. Pathway
VI. Penatalaksanaan
Bedah perbaikan primer tidak boleh di coba jika luka terkontaminasi atau
jika ujung yang terpotong ditemukan dengan diseksi yang luas. Jahitan primer
mungkin dikontraindikasikan jika luka terkontaminasi, terdapat selang waktu
yang lama antara cedera dan perbaikan, banyak kehilangan kulit, atau fasilitas
operasi tidak memadai. Dalam keaadan ini, diperlukan perbaikan sekunder atau
pencangkokan tendon. Pada luka yang bersih dengan kulit penutup yang
memadai, perbaikan primer tertunda dapat dilakukan sampai 6 minggu setelah
cedera, tetapi jauh lebih baik dalam 3 minggu pertama (Sulenta, 2020).

VII. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien rupture tendon
adalah Laboratorium darah dan Radiologi.

VIII. Pengkajian Keperawatan


Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mngidentifikasi status kesehatan klien.
Pengkajian keperawatan merupakan dasar pemikiran dalam memberikan asuhan
keperawtaan sesuai dengan kebutuhan klien. Pengkajian yang lengkap, dan
sistematis sesuai dengan fakta atau kondisi yang ada pada klien sangat penting
untuk merumuskan suatu diagnosis keperawatan dan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan respons individu (Budiono & Sumirah, 2016).
Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantung pada tahap ini. Tahap ini
terbagi atas :
a. Pengumpulan Data
1) Identitas pasien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, Pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no register,
tanggal MRS, diagnose medis
2) Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri
tersebut bias akut atau kronik tergantung dari lamanya serangan. Untuk
memeperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri pasien digunakan :
a) Provoking incident : apakah ada pristiwa yang menjadi factor presipitasi
nyeri.
b) Quality of pain : seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
pasien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
c) Region: radiation, relief : apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
d) Severity (scale) of pain : seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan pasien,
bisa berdasarkan skala nyeri atau pasien menerangkan seberapa jauh rasa
sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
e) Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menetukan sebab dari fraktur, yang
nantinya membantu rencana tindakan terhadap pasien. Ini bisa berupa kronologi
terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang
terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena (Ignatavicius, Dona D, 2006).
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi
petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-penyakit
tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget’s yang menyebabkan fraktur
patologis yang sering sulit untuk menyambung.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan
salah satu factor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis,
yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulangyang cendrung
diturunkan secara genetik.
6) Riwayat Psikososial
Merupakan respon emosi pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan
peran pasien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya
dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga ataupun masyaakat.
7) Pola-Pola Fungsi Kesehatan
a) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus fraktur akan timbul ketidakuatan akan terjadinya kecacatan pada
dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu
penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup
pasien seperti penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu metabolisme
kalsium, dan apakah pasien berolahraga atau tidak.
b) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada pasien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-
harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk membantu
proses penyembuhan.
c) Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan
pasien menjadi berkurang dan kebutuhan pasien perlu banyak dibantu oleh
orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas pasien terutama
pekerjaan pasien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk
terjadinya fraktur.
d) Pola Hubungan dan Peran
Pasien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena
pasien harus menjalani rawat inap.
e) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang timbul pada pasien fraktur yaitu timbul ketidakuatan akan
kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan atau melakukan
aktivitas secara optimal dan pandangan terhadap dirinya salah.
f) Pola Sensori dan kognitif
Pada pasien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian
distal fraktur, sedang pada indra yang lain tidak timbul gangguan.begitu juga
pada kognitifnya tidak mengalami gangguan.
g) Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk pasien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan
baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri
dan keterbataan gerak pasien.

IX. Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status masalah
kesehatan aktual atau potensial. Tujuannya adalah mengidentifikasi masalah
aktual berdasarkan respon klien terhadap masalah. Manfaat diagnosa
keperawatan adalah sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan dan
menggambarkan suatu masalah kesehatan dan penyebab adanya masalah.
Menurut SDKI (2016) masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan
post op rupture tendon adalah nyeri akut.
a) Nyeri akut
b) Gangguan Mobilitas Fisik

X. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan kebutuhan aktivitas menurut Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (2018) adalah :

Kode
SDKI/Diagnosa Luaran Intervensi
Keperawatan
Nyeri akut Setelah dilakukan ❖ Manajemen nyeri
(D.0077) tindakan selama 3x24 (1.08238)
jam diharapkan Observasi
tingkat nyeri - Identifikasi lokasi,
menurun dengan karakteristik, durasi,
kriteria hasil sebagai frekuensi, kualitas,
berikut : intensitas nyeri
- Keluhan nyeri - Identifikasi skala nyeri
menurun - Identifikasi respon
- Meringis menurun nyeri non verbal
- Sikap protektif - Identifikasi faktor yang
menurun memperberat dan
- Gelisah menurun memperingan nyeri
- Kesulitan tidur
menurun Terapeutik
- Frekuensi nadi - Berikan teknik
normal nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis.
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain

Edukasi
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri

Kolaborasi
- Kolaborasi dalam
pemberian analgetik jika
perlu
Gangguan Setelah dilakukan  Dukungan Mobilisasi
Mobilitas Fisik tindakan selama 3x24 (I.05173)
[D.0054] jam diharapkan Observasi
mobilitas fisik  Identifikasi adanya
meningkat dengan nyeri atau keluhan
kriteria hasil sebagai fisik lainnya
berikut :  Identifikasi toleransi
fisik melakukan
1. Pergerakan pergerakan
ekstremitas  Monitor frekuensi
meningkat jantung dan tekanan
2. Kekuatan otot darah sebelum
meningkat memulai mobilisasi
3. Rentang  Monitor kondisi
gerak (ROM) umum selama
meningkat melakukan mobilisasi
Terapeutik
 Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu (mis: pagar
tempat tidur)
 Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
 Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
 Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
 Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis:
duduk di tempat tidur,
duduk di sisi tempat
tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
DAFTAR PUSTAKA

Abbasi, S. H. et al. (2018) ‘Ethnic Differences in the Risk Factors and Severity of
Coronary Artery Disease: a Patient-Based Study in Iran’, Journal of Racial and
Ethnic Health Disparities. Journal of Racial and Ethnic Health Disparities, 5(3),
pp. 623–631. doi: 10.1007/s40615-017-0408-3.
Aini, L., Reskita, R. 2018. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Penurunan
Nyeri pada Pasien Fraktur. Jurnal Kesehatan Volume 9, Nomor 2, Agustus 2018
ISSN 2086-7751 (Print), ISSN 2548-5695 (Online) http://ejurnal.poltekkes-
tjk.ac.id/index.php/JK
Andarmoyo. 2017. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Jogjakarta: Ar-Ruzz. Media
Brunner & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2.
EGC.

Anda mungkin juga menyukai