Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PROYEKSI PETA, SISTEM WGS 1984, DAN TRANFORMASI


DATUM

DOSEN PEMBIMBING:

Muhammad El Hakim, S.T., M.T.

DisusunOleh:
NANCI SOVIA LORENTINA TOGATOROP
F1D121072

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2022

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peta merupakan gambaran bumi yang di skalakan menjadi lebih kecil dari
aslinya ke suatu bidang datar. Dalam peta harus dipenuhi syarat-syarat untuk
membuat peta tersebut ideal,yaitu mulai dari kesamaan bentuk, kesamaan jarak,
kesamaan sudut, hingga kesamaan luas. Dalam realitanya banyak cara dan metode
yang digunakan untuk proyeksi peta. Dalam makalah ini penulis akan memaparkan
tentang cara dan metode apa saja yang digunakan dalam proyeksi peta, hal-hal apa
saja yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan cara atau metode proyeksi peta
yang digunakan, serta metode proyeksi peta yang umumnya digunakan di
Indonesia.
Pada umumnya, pembuatan peta di Indonesia dilakukan menggunakan datum
global WGS’84. Namun, untuk mendukung kebijakan satu peta maka diperlukan
transformasi datum WGS’84 ke SRGI 2013. Sampai saat ini, evaluasi datum
WGS’84 dan SRGI 2013 belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi perbedaan koordinat titik kontrol horizontal pada
datum SRGI 2013 dan WGS’84.
Dalam sistem perhitungan dan pengambilan data dalam ilmu geodesi, terdapat
beberapa komponen yang penting dalamnya, dan salah satunya merupakan datum
geodesi. Pengertian datum sendiri merupakan besaran-besaran atau konstanta yang
dapat bertindak sebagai referensi atau dasar untuk hitungan besaran yang lain atau
dalam kata lain datum ini merupakan pokok perhitungan dalam sistem geodesi baik
di darat, air, udara, maupun luar angkasa. Dalam pengertian lain datum geodesi
merupakan sekumpulan konstanta yang digunakan untuk mendefinisikan siste
koordinat yang digunakan untuk kontrol geodesi.
Dalam menentukan suatu datum pada kondisi tertentu terdapat dua cara yang
paling dasar yang diantaranya adalah cara secara tradisional dan cara modern. Cara
tradisional ini cukup dasar karena hanya menggunakan 2 datum yang merupakan
datum vertikal dan datum horizontal. Sedangkan penentuan datum secara modern
yaitu berdasarkan titik-titik yang sudah terdefinisi biasanya menggunakan beberapa
titik yang kemudian digunakan untuk mendefinisikan suatu datum dapat dihitung

2
secara internasional yaitu menggunakan Internasional Terresterial Reference Frame
(ITRF) menjadi suatu kerangka yang fiducial.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan proyeksi peta, jenis – jenis dan cara pemilihan
proyeksi peta proyeksi peta ?
2. Bagaimana sistem dan penerapan WGS 1984 ?
3. Apa yang dimaksud dengan datum dan jenis- jenis datum dan manfaatnya ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan proyeksi
peta, jenis – jenis dan cara pemilihan proyeksi peta proyeksi peta
2. Untuk mengetahui dan memahami system dan penerapan WGS 1984
3. Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan datum atau
tranformasi datum dan jenis-jenisnya dan manfaatnya

3
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Pengertian Proyeksi Peta, Jenis – Jenis dan Cara Pemilihan Proyeksi Peta
Proyeksi Peta adalah prosedur matematis yang memungkinkan hasil
pengukuran yang dilakukan di permukaan bumi fisis bisa digambarkan diatas
bidang datar (peta). Karena permukaan bumi fisis tidak teratur maka akan sulit
untuk melakukan perhitungan-perhitungan langsung dari pengukuran. Untuk itu
diperlukan pendekatan secara matematis (model) dari bumi fisis tersebut. Model
matematis bumi yang digunakan adalah ellipsoid putaran dengan besaran-besaran
tertentu. Maka secara matematis proyeksi peta dilakukan permukaan ellipsoid
putaran ke permukaan bidang datar.
Proyeksi peta diperlukan dalam pemetaan pemukaan bumi yang mencakup
daerah yang cukup luas (lebih besar dari 30 km x 30 km) dimana permukaan bumi
tidak dapat diasumsikan sebagai bidang datar. Dengan sistem proyeksi peta, distorsi
yang terjadi pada pemetaan dapat direduksi sehingga peta yang dihasilkan dapat
memenuhi minimal satu syarat geometrik peta "ideal".
Jenis-jenis proyeksi peta
a. Proyeksi Kerucut
Jenis proyeksi ini memiliki kesalahan minimal pada area yang kecil. Biasanya
cocok dalam memetakan daerah pada lintang tengah.
b. Proyeksi Silinder
Garis meridian menjadi garis bujur permukaan silinder, garis pararel menjadi
garis horisontal (garis khatulistiwa). Sangat cocok untuk memetakan daerah
khatulistiwa, namun akan terjadi kesalahan besar pada pemetaan daerah kutub.
c. Proyeksi Planar / Azumuthal / Zenithal
Bentuk proyeksi seperti bidang datar. Garis meridian berupa garis lurus berpusat
di daerah kutub, garis lintang berupa lingkaran mengelilingi kutub. Sangat cocok
untuk memetakan daerah kutub.
Cara pemilihan proyeksi peta
▸Pemetaan topografi suatu wilayah memanjang dengan arah barat-timur,
umumnya menggunakan proyeksi kerucut, normal, konform, dan menyinggung di

4
titik tengah wilayah yang dipetakan. Proyeksi seperti ini dikenal sebagai proyeksi
LAMBERT.
▸ Pemetaan dengan wilayah yang wilayah memanjang dengan arah utara- selatan,
umumnya menggunakan proyeksi silinder, transversal, konform, dan menyinggung
meridian yang berada tepat di tengah wilayah pemetaan tersebut. Proyeksi ini
dikenal dengan proyeksi Tranverse Mercator (TM) atau Universal Tranverse
Mercator (UTM).
▸ Pemetaan wilayah di sekitar kutub, umumnya menggunakan proyeksi azimuthal,
normal, konform. Proyeksi ini dikenal sebagai proyeksi stereografis.
2.2 Sistem WGS 1984 dan Penerapannya
Elipsoid dengan dimensi tertentu yang digunakan untuk hitungan geodesi
dinamakan Elipsoid Referensi. Indonesia telah 2 kali mengganti elipsoid referensi
pemetaannya. Elipsoid Bessel 1841 telah digunakan pada masa kurun waktu 1862
– 1974. Selanjutnya pada tahun 1974, Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan
Republik Indonesia (Bakosurtanal) menggantinya dengan Geodetic Reference
System 1967 (GRS-67). Terakhir, pada tahun 1996 GRS-67 diganti dengan WGS-
84, kemudian pada tahun 2013 melalui Peraturan Kepala Badan Informasi
Geospasial Nomor 15 Tahun 2013, Elipsoida referensi yang digunakan adalah
WGS 84.
WGS84 dikelola oleh suatu Institusi di Amerika Serikat yang dikenal the
National Geospatial Intellegency Agency (NGA), yang sebelumnya the National
Imagery and Mapping Agency (NIMA) menggantikan the Defence Mapping
Agency (DMA). Dalam pengembangan WGS84 sebagai suatu system referensi
untuk pertama kali, DMA lah yang mendapat tanggungjawab, dan menginisiasi
realisasi kerangka referensi WGS84.
1. WGS-84 : Sistem Referensi Koordinat
Sebagai system referensi Koordinat Elipsoid WGS-84 dirancang agar sedekat
mungkin dengan ITRS, dimana sebagai sistem refrensi koordinat WGS-84 adalah
geosentrik dimana pusat (origin) elipsoid berimpit dengan pusat massa bumi,
dengan pengaturan sistem referensi koordinat dengan system koordinat kartesian
dan system koordinat geodetik sebagai berikut :
a. Sistem koordinat kartesiannya mengikuti aturan sebagai berikut.

5
▸ originnya merupakan pusat massa bumi, sehingga pusat elipsoid juga merupakan
pusat bumi
▸ sumbu z mengarah ke kutub utara rata-rata atau Conventional International
Origin (CIO), sebagaimana ditetapkan oleh International Earth Rotation Service
▸ sumbu x merupakan perpotongan bidang meridian acuan (Greenwich Mean
Astronomical Meridian, sebagaimana ditetapkan oleh Bureau International
l’Heure) dan bidang ekuator
▸ sumbu y menyesuaikan terhadap sumbu x dan z, dengan mengikuti aturan tangan
kanan.
b. Sistem koordinat geodetik mengikuti aturan sebagai berikut.
▸ Meridian elips yang melewati Observatorium Greenwich dipakai sebagai dasar
untuk menghitung salah satu unsur koordinat (bujur tempat), sedang bidang Ekuator
digunakan untuk menghitung unsur koordinat yang kedua (lintang tempat).
▸ Titik yang terletak di sebelah timur meridian Greenwich harga bujurnya diberi
tanda positif (+), sedang yang terletak di sebelah barat meridian acuan tersebut
diberi tanda negatif (-).
▸ Titik yang terletak di sebelah utara Ekuator harga lintangnya diberi tanda positif
(+), sedang yang terletak di sebelah selatan Ekuator diberi tanda negatif (-).
2. WGS 84 sebagai Elipsoida
WGS-84 merupakan bidang/model matematik yang saat ini dianggap paling
mendekati besar dan bentuk bumi. Elipsoid ini dipakai sebagai bidang referensi
pemetaan nasional di Indonesia. Ada empat parameter yang mendefinisikan WGS-
84 tersebut, yaitu sebagai berikut.
▸ Setengah sumbu panjang elipsoid = a = 6 378 137 meter.
▸Penggepengan (flattening) = f = 1 / 298,257 223 563.
▸Kecepatan angular bumi = ω = 7 292 115 x 10-11 rad/sekon.
▸ Konstanta gravitasi bumi (termasuk atmosfer) = G = 3 986 005 x 10-8 m3/sekon2
WGS-84 ini hampir identik dengan elipsoida the Geodetic Reference System 1980
(GRS80) yang sama-sama berkorelasi dengan ITRF. Perbedaan terdapat pada nilai
besaran nilai pegepengan atau flattening, yang tidak berpengaruh signifikan pada
aplikasi praktis. Parameter-parameter elipsoid WGS-84 dan GRS80

6
3. WGS-84 sebagai Kerangka Referensi
WGS-84 merupakan salah satu datum (acuan) bagi orbit satelit, sehingga oleh
U.S. Defense Mapping Agency dinyatakan sebagai model referensi geodetik global.
Kerangka referensi WGS84 adalah merupakan realisasi dari system referensi WGS-
84 melalui koordinat terdefinisi di 11 stasiun monitoring referensi yang terdistribusi
global dan nilai besaran kecepatan perubahan linier koordinat atau velocities ikut
diperhitungkan .Stasiun stasiun kontrol referensi ini, berikut nilai koordinatnya
selanjutnya diaplikasikan untuk menghitung orbit-orbitsatelit GPS pada
konstelasinya. Maka pada saat penentuan posisi dimuka bumi dengan
menggunakan metode pengamatan satelit GPS, nilai koordinat yang diperoleh
bereferensi pada kerangka referensi WGS-84.
Di mulai pada tahun 2014 atau tepatnya setelah 13 Oktober 2013, realisasi
terkini system WGS-84 adalah merupakan evolusi ke-enam dari rangkaian
realisasinya. Pada urutan realisasi WGS84 dibedakan oleh notasi GPS Week yang
menunjukkan kapan kerangka referensi diberlakukan, contoh : pada 8 Pebruari
2012 adalah GPS Week 1674, „WGS84(G1674)‟. Realisasi ke-enam kerangka
referensi WGS84 yang mengindikasikan sejak Januari 2002 ketidak-tentuan
(uncertainty) padapenentuan posisi dengan kerangka referensi WGS-84 relatif
terhadap ITRF2008 adalah « 2 cm. Selanjutnya untuk mengetahui tentang realisasi
WGS84 terkini, Wong et al., 2012 dan Malys et al., 2016 memberikan penjelasan
lebih detail. Di mana realisasi WGS84 (G1674) dan WGS84(G1762) di 11 stasiun
monitoring GPS yang terdistribusi global, disekutukan langsung ke nilai koordinat
ITRF2008 berikut velocities yang dipublikasi oleh IERS. Diimplementasikan oleh
the GPS Operational Control Segment (OCS) pada 8 Pebruari 2012
WGS84(G1674)‟ dan 13 Oktober 2013 „WGS84(G1762)‟, yang keduanya pada
epoch 2005.0.
Evolusi kerangka referensi ITRF dan WGS84 adalah bersifat dinamik tiada lain
adalah untuk menuju pada target akhir stabilitas realisasi „geocenter‟, pusat massa
gaya berat bumi, dengan tingkat ketelitian 0,1 mm/tahun dan stabilitas faktor-skala
0,01 ppb/tahun atau 0,1 mm/tahun (Blewitt, 2003). Pencapaian terkini, pada evolusi
sampai ITRF2008 stabilitas realisasi „geocenter‟ pada tingkat ketelitian 0,5
mm/tahun, dan stabilitas factor skala 0,2 mm/tahun.

7
Penerapan sistim WGS-1984 merupakan datum global dimana
penyimpangannya tehadap kondisi topografi setempat lebih besar dibanding
dengan sistim GRS 1967 yang lebih mendekati kondisi topografi setempat, namun
untuk perhitungan gravitasi normal relatif masih bisa diabaikan. Untuk memperoleh
keseragaman garavitasi normal transformasi koordinat antar kedua sistim tidak
terlalu sulit dilakukan sehingga diupayakan keseragaman anomali gravitasi sistim
datum lama dengan sistim anomali gravitasi baru yang bersifat lebih global tunggal.
Pemetaan anomali gravitasi sistim WGS 1984 lebih gampang disambungkan
dengan peta-peta sistim lainnnya sehingga dengan mudah membuat sistim basis
data anomali gravitasi yang tunggal.
2.3 Pengertian Datum atau Tranformasi Datum dan Jenis-Jenisnya dan
Manfaatnya
Datum adalah sekumpulan parameter yang mendefinisikan suatu sistem
koordinat dan menyatakan posisinya terhadap permukaan bumi. Datum geodesi
diukur menggunakan metode manual hingga yang lebih akurat lagi menggunakan

satelit. Tanpa datum, koordinat titik-titik batas tersebut sebenarnya sulit untuk
ditentukan lokasinya di lapangan. Jika negara yang bertetangga mengasumsikan
datum geodetik yang berbeda untuk nilai koordinat titik-titik batas, tentunyayang
akan diperoleh adalah dua lokasi yang berbeda untuk suatu titik yang sama. Berikut
adalah parameter datum yang digunakan untuk pendefinisian koordinat, serta
kedudukan dan orientasinya dalam ruang di muka bumi:
a. Parameter utama, yaitu setengah sumbu panjang ellipsoid (a), setengah
sumbu pendek (b), dan penggepengan ellipsoid (f).
b. Parameter translasi, yaitu yang mendefinisikan koordinat titik pusat
ellipsoid (Xo,Yo,Zo) terhadap titik pusat bumi.
c. Parameter rotasi, yaitu (εx, εy, εz) yang mendefinisikan arah sumbu-sumbu
(X,Y,Z) ellipsoid.
Prinsip transformasi datum adalah pengamatan pada titik-titik yang sama atau
disebut titik sekutu. Titik sekutu ini memiliki koordinat-koordinat dalam berbagai
datum. Dari koordinat koordinat ini dapat diketahui hubungan matematis antara
datum yang bersangkutan sehingga terdapat besaran-besaran yang menggambarkan
hubungan keduanya yang disebut dengan parameter transformasi.

8
Jenis-jenis datum dan pemanfaatannya
1. Datum lokal adalah datum geodesi yang menggunakan ellipsoid referensi yang
dipilih sedekat mungkin dengan bentuk geoid lokal (tidak luas) yang dipetakan -
datumnya menggunakan a b Meridian 0 Deg a b Xo, Yo, Zo 7. Konsep Geodesi
GIS 3/11 ellipsoid lokal. Indonesia (1862-1880) telah melakukan penentuan posisi
di pulau jawa dengan metode triangulasi. Penentuan posisi ini menggunakan
ellipsoid Bessel 1841, sebagai ellipsoid referensi, meridian Jakarta sebagai
meridian nol, dan titik awal (lintang) beserta sudut azimutnya diambil dari
triangulasi di puncak gunung Genock (dikenal sbg datum Gonock).
2. Datum regional adalah datum geodesi yang menggunakan ellipsoid referensi
yang dipilih sedekat mungkin dengan bentuk geoid untuk area yang relatif luas
(regional) datumnya menggunakan ellipsoid regional. Datum ini digunakan
bersama oleh beberapa negara yang berdekatan dalam satu benua yang sama.
Contoh datum regional: Amerika Utara 1983 (NAD83) digunakan bersama oleh
negara-negara yang terletak di benua amerika bagian utara. European datum 1989
(ED89) yang digunakan oleh negara-negara yang terletak di benua eropa,
Australian Geodetic Datum 1998 (AAGD98) yang digunakan bersama oleh negara
negara yang terletak di henua Australia.
3. Datum Global adalah datum geodesi yang menggunakan ellipsoid referensi yang
dipilih sedekat mungkin dengan bentuk geoid untuk seluruh permukaan bumi
datumnya menggunakan ellipsoid global. Contohnya, 1984 departemen pertahanan
amerika (DoD) mempublikasikan datum WGS84. Datum ini dikembangkan oleh
DMA (Defense Mapping Agency) merepresentasikan pemodelan bumi dari
standpoint gravitasional, geodetik, dan geometrik dengan menggunakan data
teknik, dan teknologi yang sudah ada.
4. Transformasi datum Untuk keperluan survey geodesi yang lebih luas, seperti
penentuan batas-batas antara negaranegara yang bersebelahan, maka diperlukan
datum bersama. Jika negara-negara ybs masingmasing menggunakan datum lokal
yang berbeda, maka masing-masing harus ditransformasikan ke datum yang sama.
Prinsip transformasi datum adalah pengamatan pada titik-titik yang sama.
Selanjutnya, titiktitik sekutu ini memiliki koordinat-koordinat dalam berbagai

9
datum. Dari koordinat-koordinat ini dapat diketahui hubungan matematis antara
datum-datum ybs.
5. Datum Horizontal Ellipsoid referensi yang paling sering digunakan sebagai
bidang untuk penentuan posisi horizontal (lintang dan bujur), yang dalumnya
dikenal sebagai datum horizontal. Koordinat posisi horizontal ini beserta tingginya
di atas permukaan ellipsoid dapat dikonversikan ke sistem koordinat kartesian 3D
yang mengacu pada sumbu-sumbu ellipsoid.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Proyeksi Peta adalah prosedur matematis yang memungkinkan hasil
pengukuran yang dilakukan di permukaan bumi fisis bisa digambarkan
diatas bidang datar (peta) dan jenis-jenis proyeksi peta adalah proyeksi
kerucut, proyeksi planar, proyeksi silinder.
2. Dalam pengembangan WGS84 sebagai suatu system referensi untuk
pertama kali, DMA lah yang mendapat tanggungjawab, dan menginisiasi
realisasi kerangka referensi WGS84. Dan Penerapan sistim WGS-1984
merupakan datum global dimana penyimpangannya tehadap kondisi
topografi setempat lebih besar dibanding dengan sistim GRS 1967 yang
lebih mendekati kondisi topografi setempat, namun untuk perhitungan
gravitasi normal relatif masih bisa diabaikan.
3. Datum adalah sekumpulan parameter yang mendefinisikan suatu sistem
koordinat dan menyatakan posisinya terhadap permukaan bumi sedangkan
transformasi datum adalah pengamatan pada titik-titik yang sama atau
disebut titik sekutu. Dan jens-jenis dari datum adalah datum local, datum
regional, datum global, tranformasi datum dan datum horizontal.
3.1 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini kita dapat lebih memahami dan
mengetahui tentang cara dan metode apa saja yang baik untuk pembuatan peta yang
ada di indonesia

11
DAFTAR PUSTAKA
Agung Sasongko. 2016. Jurnal Khatulistiwa Informatika, VOL 4(1).
Adnyana, dkk, 2007. "Delimitasi Batas Maritim antara Provinsi Bali dan Provinsi
Nusa Tenggara Barat: Sebuah Kajian Teknis" Yogyakarta: Jurusan
Teknik Geodesi dan Geomatika FT UGM.
Karit L. Gaol. 2007. Jurnal Sistem Geodetik Global 1984 (WGS 1984 ) Dalam
Menentukan Nilai Gravitasi Normal (Gn).Bandung, hal 29.
Prihandito, A. 1988. Proyeksi Peta. Penerbit Kanisius Yogyakarta.
Soedomo, Agoes S. (2004). Sistem dan Transformasi Koordinar. Bandung: ITB.

12

Anda mungkin juga menyukai