Kepemimpinan Fix
Kepemimpinan Fix
KEPEMIMPINAN
Disusun oleh:
2023
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
Kesimpulan...........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepemimpinan adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia,
terutama dalam konteks organisasi dan masyarakat. Kepemimpinan tidak hanya
berkaitan dengan mengarahkan dan mengelola suatu kelompok atau organisasi, tetapi
juga melibatkan kemampuan untuk mempengaruhi, menginspirasi, dan membimbing
individu-individu menuju pencapaian tujuan bersama. Dalam berbagai konteks, konsep
kepemimpinan telah mengalami perkembangan dan transformasi yang beragam,
termasuk dalam perspektif Islam.
Seorang pemimpin dalam Islam diharapkan memiliki karakter yang kuat dan
terpuji. Aspek personalitas dalam kepemimpinan mencakup sifat-sifat seperti kejujuran,
ketegasan, keadilan, dan kepedulian terhadap orang lain. Seorang pemimpin juga harus
menjadi teladan bagi bawahan dalam berperilaku, berbicara, dan berinteraksi. Dalam
ajaran Islam, pemimpin bertanggung jawab tidak hanya terhadap tugas-tugas
administratif, tetapi juga terhadap kondisi spiritual dan kesejahteraan bawahan.
Dalam Islam, tipe-tipe dan gaya kepemimpinan dapat bervariasi sesuai dengan
konteks dan kebutuhan. Ada pemimpin otoriter, yang mengambil keputusan tunggal
tanpa banyak konsultasi, dan ada juga pemimpin peternalistik, yang mendengarkan
pendapat dan kritik dari bawahan mereka sebelum mengambil keputusan. Pemimpin
partisipatif juga ditemukan dalam sejarah Islam, yang memberikan ruang untuk
partisipasi aktif dari yang dipimpinnya dalam proses pengambilan keputusan. Gaya
kepemimpinan yang efektif dalam Islam akan sangat tergantung pada konteks dan
1
kebutuhan, namun prinsip-prinsip seperti musyawarah (konsultasi) dan syura
(pengambilan keputusan kolektif) seringkali dijunjung tinggi.
Oleh karena itu, penulisan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan apa saja yang
berkaitan dengan Kepemimpinan. Penulisan ini meliputi konsep dasar kepemimpinan
dalam islam, aspek personalitas dalam kepemimpinan, tipe tipe dan gaya kepemimpinan,
kepemimpinan yang efektif dalam islam. Dengan adanya penulisan ini, diharapkan dapat
memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai apa saja yang berkaitan dengan
kepemimpinan. Sehingga dapat membantu masyarakat dalam memahami sebuah konsep
kepemimpinan. Penulisan makalah ini terdiri dari beberapa bab, dimulai dari bab 1 yaitu
pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan, bab 2 yaitu
pembahasan, bab 3 yaitu penutup yang meliputi kesimpulan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan yang telah dibahas pada latar belakang diatas, maka
muncullah permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep dasar kepemimpinan dalam islam?
2. Apa sajakah aspek personalitas dalam kepemimpinan?
3. Apa saja tipe-tipe dan gaya kepemimpinan?
4. Bagaimana kepemimpinan yang efektif dalam islam?
C. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan:
2
BAB II PEMBAHASAN
1
Muhammad Idris Marbawi, Kamus Idris Al-Marbawy, juz 1, (Mesir: Mustafa Al-Halaby wa Auladuhu, 1359 H),
hal. 28.
2
Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), hal. 120.
3
Bashori B, Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Mutu Layanan Pendidikan (Studi
Kasus di MAN Godean Sleman Yogyakarta, 2016), Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, 53(9), 1689–1699.
3
tanggungjawab sekaligus amanah yang amat berat yang harus diemban dengan sebaik-
baiknya. Allah Swt berfirman:
"dan orang-orang yang memelihara amanah (yang diembankannya) dan janji mereka, dan
orang-orang yang memelihara sholatnya." (QS.Al Mukminun 8-9)
Itulah mengapa nabi Muhammad SAW juga mengingatkan agar menjaga amanah
kepemimpinan, sebab hal itu akan dipertanggungjawabkan, baik didunia maupun
diakhirat. Nabi bersabda: "setiap kalian adalah pemimpin, dan kalian akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya" (HR. Bukhori) 5. Nabi Muhammad SAW
juga bersabda: "Apabila amanah disia-siakan maka tunggulah saat kehancuran. Waktu itu
ada seorang shahabat bertanya: apa indikasi menyia- nyiakan amanah itu wahai
Rasulullah? Beliau menjawab: apabila suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan
ahlinya maka tunggulah saat kehancurannya" (HR. Bukhori)6.
4
Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta: Gama University Press, 1993)
5
Muslich Shabir, Terjemah Riyadhus Shalihin, jilid 1, (Semarang: Karya Toha Putra, 2004), hal. 335
6
Raihan Putri, Kepemimpinan Perempuan Dalam Islam,cet 1, (Yogyakarta: AK Group, 2006), hal. 57.
4
B. Aspek Personalitas Dalam Kepemimpinan
Seorang pemimpin merupakan sentral figur dan profil panutan publik. Terwujudnya
kemaslahatan umat sebagai tujuan pendidikan Islam sangat tergantung pada gaya dan
karakteristik kepemimpinan. Dengan demikian kualifikasi yang harus dipenuhi oleh
seorang pemimpin mencakup semua karakteristik yang mampu membuat kepemimpinan
dapat dirasakan manfaat oleh orang lain.
Dalam konsep Syari’at Islam, kriteria yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin
telah dirumuskan dalam suatu cakupan sebagai berikut:
“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun
ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya kepada
Rasul dan ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui
kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri) kalau
7
Al-Mawardi, Al-Ahkam Al-Sulthaniyah, (Bairut: Dar Al-Fikr, 1980), hal. 6.
5
tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut
syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).”( al-Qur’an surah An-Nisa’: 83).
Maksud ayat di atas adalah kalau mereka menyerahkan informasi tentang keamanan
atau ketakutan itu kepada Rasulullah Saw apabila bersama mereka, atau kepada
pemimpin-pemimpin mereka yang beriman, niscaya akan diketahui hakikatnya oleh
orang-orang yang mampu menganalisis hakikat itu dan menggalinya dari celah-celah
informasi yang saling bertentangan dan tumpang tindih8.
c. Pemimpin harus orang-orang yang beriman, bertaqwa dan beramal shaleh, tidak boleh
orang dhalim, fasiq, berbut keji, lalai akan perintah Allah Swt dan melanggar batas-
batasnya. Pemimpin yang dhalim, batal kepemimpinannya.
Otokrat berasal dari perkataan "utus" (sendiri) dan "kratos" (kekuasaan) jadi
otokrat berarti penguasaan obsolut. Kepemimpinan otoritas berdasarkan diri pada
kekuasaan dan paksaan yang mutlak yang harus dipatuhi (Siagian, 2007). Dimana
8
Sayyid Quthb, Tafsir fi Zhilalil Qur’an, (terj), As’ad Yasin, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), hal. 54.
6
setiap perintah dan kebijakan yang ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan
bawahannya dan harus dilakukan.
2. Tipe Peternalistik
7
kebersamaan, dalam organisasi yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang
peternalistik kepentingan bersama dan perlakuan terlihat sangat menonjol.
Artinya seorang pemimpin yang bersangkutan berusaha untuk memperlakukan
semua orang yang terdapat dalam organisasi seadil dan serata mungkin.
3. Tipe Kharismatik
8
bawahan. Seorang pemimpin yang berdemokratis dihormati dan disegani bukan
ditakuti karena perilaku pemimpin demokratis dalam kehidupan organisasional
mendorong pada bawahannya menumbuh kembangkan daya inovasi dan
kreativitasnya.
5. Tipe Militeristis
Tipe kepemimpinan yang biasa memakai cara yang lazim digunakan dalam
kemiliteran. Pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang
memiliki sifat-sifat sebagai berikut: a) Dalam mengerakan bawahan lebih sering
mempergunakan system perintah. b) Dalam mengerakan bawahan senang
bergantung kepada pangkat dan jabatannya. c) Senang kepada formalitas yang
berlebih-lebihan. d) Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan. e)
Sukar menerima kritikan dari bawahannya. f) Menggemari upacara-upacara untuk
berbagai keadaan.
Pada tipe “laissez faire” ini, pemimpin memberikan kebebasan yang seluas-
luasnya kepada setiap anggota staf di dalam tata prosedur dan apa yang akan
dikerjakan untuk pelaksanaan tugas-tugas jabatan mereka. Mereka mengambil
keputusan dengan siapa ia hendak bekerjasama. Dalam penetapannya menjadi
hak sepenuhnya dari anggota kelompok atau staf lembaga pendidikan itu.
Pemimpin ingin turun tangan bilamana diminta oleh staf, apabila mereka
meminta pendapat-pendapat pemimpin tentang hal-hal yang bersifat teknis, maka
barulah ia mengemukakan pendapat-pendapatnya. Tetapi apa yang dikatakannya
sama sekali tidak mengikat anggota. Mereka boleh menerima atau mengolah
pendapat tersebut. Apabila hal ini kita jumpai disekolah, maka dalam hal ini bila
akan menyelenggrakan rapat guru biasanya dilaksanakan tanpa kontak pimpinan
(Kepala Sekolah), tetapi bisa dilakukan tanpa acara. Rapat bisa dilakukan selagi
anggota/guru-guru dalam sekolah tersebut menghendakinya.
9
B). Gaya Kepemimpinan Pendidikan
10
Sukarman Purba, dkk, Kepemimpinan Pendidikan, (Sumatera Utara: Yayasan Kita Menulis, 2021)
10
dimana pimpinan ke bawahan dan begitupun sebaliknya, pengawasan terhadap
(sikap, perbuatan, tingkah laku atau kegiatan) kepada bawahan dilakukan dengan
wajar, dan pimpinan akan memperhatikan dalam bertindak dan bersikap untuk
memunculkan saling percaya dan saling menghormati.
11
4) Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
Gaya ini adalah gaya pemimpin yang telah memusatkan segala keputusan
dan kebijakan yang ingin diambil dari dirinya sendiri dengan secara penuh.
Segala pembagian tugas dan tanggung jawab akan dipegang oleh si pemimpin
yang bergaya otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya sekedar
melaksanakan tugas yang sudah diberikan.
12
adanya ketidak-konsistenan. Apa yang telah diucapkan ternyata tidak dilakukan.
Ketika diminta dalam pertanggungjawabannya, si pemimpin akan senantiasa
memberikan alasan, permintaan maaf, dan janji.
Kelebihan dari gaya kepemimpinan moralis seperti ini ialah pada umumnya
Mereka hangat dan sopan untuk semua orang. Mereka mempunayi empati yang
tinggi terhadap segala permasalahan dari para bawahannya, juga sabar, murah
hati Segala bentuk kebajikan-kebajikan ada dalam diri pemimpin tersebut. Orang
— orang akan datang karena kehangatannya terlepas dari semua kekurangannya.
Kelemahan dari pemimpinan seperti ini ialah emosinya. Rata-rata orang seperti
ini sangatlah tidak stabil, terkadang dapat tampak sedih dan sangat mengerikan,
kadang pula bisa saja sangat begitu menyenangkan dan bersahabat.
Gaya kepemimpinan tipe ini akan terkesan kurang inovatif dan telalu kaku
dalam memandang aturan. Sikapnya sangat konservatif serta kelihatan sekali
takut di dalam mengambil resiko dan mereka cenderung akan mencari aman.
13
10) Gaya Kepemimpinan Analitis (Analytical)
Tipe pemimpin seperti ini sangatlah mirip dengan tipe pemimpin yang
otoriter yang merupakan tipe pemimpin yang senantiasa bertindak sebagai
diktator terhadap para anggota kelompoknya. Adapun sifat-sifat dari tipe
14
kepemimpinan militeristik yaitu lebih banyak dalam menggunakan sistem
perintah atau komando, keras dan sangat begitu otoriter, kaku dan seringkali
untuk kurang bijaksana; menghendaki adanya kepatuhan yang mutlak dari
bawahan; sangat menyenangi suatu formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-
tanda kebesaran yang terlalu berlebihan; menuntut adanya sebuah disiplin yang
keras dan kaku dari para bawahannya; tidak menghendaki adanya saran, usul,
sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya; dan komunikasi hanya dapat
berlangsung searah.
Arti lain menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan. Suatu usaha dikatakan efektif
kalau usahanya itu mencapai tujuannya. Sedangkan efektifitas adalah adanya kesesuaian
antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju. Pemimpin yang efektif
adalah pemimpin yang dapat mencapai sasaran yang dituju atau berhasil mencapai tujuan
yang diharapkan. Adapun pendekatan kepemimpinan efektif diantaranya adalah:
15
penelitian Fleishman di Ohio State University yang menghasilkan perkembangan teori dua
faktor dari kepemimpinan, disebut sebagai membentuk struktur dan konsiderasi.
Membentuk struktur adalah melibatkan perilaku di mana pemimpin mengorganisasikan
dan mendefinisikan hubunganhubungan di dalam kelompok, cenderung membangun pola
dan saluran kominikasi yang jelas, dan menjelaskan cara-cara mengerjakan tugas yang
benar. Pemimpin yang memiliki kecenderungan membentuk struktur yang tinggi akan
memfokuskan pada tujuan dan hasil. Sedangkan Konsiderasi adalah melibatkan perilaku
yang menunjukkan persahabatan, saling percaya, menghargai, kehangatan, dan
komunikasi antara pemimpin dan pengikutnya. Pemimpin yang memiliki konsiderasi
tinggi menekankan pentingnya komunikasi yang terbuka dan partisipasi.
Seseorang bisa menjadi pemimpin karena ditunjuk atau karena keinginan kelompok
atau karena adanya garis keturunan. Pemimpin yang efektif memiliki sifat-sifat dan
perilaku yang baik, seperti bersahabat, sederhana, menjaga keadilan, bertanggungjawab,
saling percaya, menghargai, memiliki kehangatan, adanya komunikasi antara pemimpin
dan pengikutnya serta memiliki keterampilan mempengaruhi bawahannya. Pemimpin yang
berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria. Kriteria tersebut tergantung pada sudut
pandang atau pendekatan yang digunakan apakah itu sifat kepribadiannya,
keterampilannya, bakatnya, sifat-sifatnya atau kewenangan yang dimilikinya.
Pemimpin efektif memiliki sifat kepribadian seperti vitalitas dan stamina fisik,
kecerdasan dan kearifan dalam bertindak, kemauan menerima tanggung jawab, kompeten
dalam menjalankan tugas, memahami kebutuhan pengikutnya, memiliki keterampilan
dalam berhubungan dengan orang lain, kebutuhan untuk berprestasi, mampu memotivasi
16
dan memberi semangat, mampu memecahkan masalah, meyakinkan, memiliki kapasitas
untuk menang, memiliki kapasitas untuk mengelola, memutuskan, menentukan prioritas,
mampu memegang kepercayaan, memiliki pengaruh, mampu beradaptasi atau memiliki
fleksibilitas.
Jadi kepemimpinan yang efektif adalah ia harus memiliki kepribadian yang baik dan
memiliki keterampilan yang mumpuni. Seperti menurut Hadari Nawawi 11, bahwa proses
kepemimpinan akan berlangsung efektif, bilamana kepribadian pemimpin memiliki aspek-
aspek sebagai berikut: mencintai kebenaran dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa,
dapat dipercaya dan mampu mempercayai orang lain, mampu bekerja sama dengan orang
lain, ahli dibidangnya dan pandangan yang luas yang didasari oleh kecerdasan yang
memadai, senang bergaul, ramah tamah, suka menolong dan memberikan petunjuk serta
terbuka pada kritik orang lain, memiliki semangat untuk maju, pengabdian, kesetiaan yang
tinggi, kreatif dan penuh inisiatif, bertanggungjawab dalam
11
Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta: Gama University Press, 1993)
17
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Dalam makalah ini, telah dibahas berbagai aspek yang berkaitan dengan kepemimpinan
dalam konteks Islam. Makalah ini menguraikan konsep dasar kepemimpinan dalam Islam,
aspek personalitas yang relevan dalam kepemimpinan, tipe-tipe dan gaya kepemimpinan,
serta faktor-faktor yang mendukung kepemimpinan efektif dalam pandangan Islam.
Tipe-tipe dan gaya kepemimpinan membantu memahami bahwa tidak ada satu
pendekatan tunggal yang sesuai dalam semua situasi. Islam mengakui variasi dalam
kepemimpinan, termasuk kepemimpinan yang peternalistik, otoriter dalam konteks yang
tepat. Kepemimpinan yang efektif dalam Islam menekankan pada tanggung jawab dan
akuntabilitas. Seorang pemimpin harus mengutamakan kepentingan umatnya daripada
kepentingan pribadi atau kelompoknya. Efektivitas kepemimpinan dalam Islam diukur bukan
hanya dari hasil materi, tetapi juga dari dampak positif yang dihasilkan bagi perkembangan
individu dan masyarakat. Pemimpin yang efektif dalam Islam mampu membimbing,
memberdayakan, dan melindungi umatnya dengan penuh kebijaksanaan dan rasa tanggung
jawab.
18
tugas dan tanggung jawab. Kepemimpinan yang efektif dalam Islam berakar pada prinsip-
prinsip agama dan mengedepankan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Dengan
menggabungkan konsep dasar kepemimpinan Islam, aspek personalitas, tipe-tipe dan gaya
kepemimpinan, serta prinsip-prinsip kepemimpinan yang efektif, seorang pemimpin dapat
memberikan kontribusi positif yang berkelanjutan dalam masyarakat sesuai dengan ajaran
Islam.
19
DAFTAR PUSTAKA
Marbawy, Muhammad Idris. (1359 H). Kamus Idris Al-Marbawy, juz 1. (Mesir: Mustafa Al-
Halaby wa Auladuhu.
Shabir, Muslich. (2004). Terjemah Riyadhus Shalihin, Jilid 1. Semarang: Karya Toha Putra.
Quthb, Sayyid. (2002). Tafsir fi Zhilalil Qur’an, (terj), As’ad Yasin. Jakarta: Gema Insani
Press.
Mattayang, B. (2019). Tipe dan Gaya Kepemimpinan: Suatu Tinjauan Teoritis. JEMMA:
Jurnal Of Economic, Management and Accounting Vol. 2, No. 2. (Online)
(https://www.ojs.unanda.ac.id/index.php/jemma/article/view/247 diakses Tanggal 29
Agustus 2023)
Sukarman Purba, dkk. (2021). Kepemimpinan Pendidikan. Sumatera Utara: Yayasan Kita
Menulis.
20