Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KEPEMIMPINAN

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Teori dan Perilaku Organisasi Pendidikan.

Dosen Pengampu : Dr. Abdul Wahid, M.Ag.

Disusun oleh:

Albert Iqbal Nurussalam (2203036093)

Vinandia Fayza (2203036110)

Hanifatun Nazila (2203036116)

Rivaly Dhafin Hatmojo (2203036149)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamin Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul Kepemimpinan ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah Teori dan Perilaku Organisasi Pendidikan. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Abdul Wahid, M.Ag. selaku
dosen mata kuliah Teori dan Perilaku Organisasi Pendidikan yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 27 Agustus 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2

C. Tujuan.............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

A. Konsep Dasar Kepemimpinan Dalam Islam.....................................................................3

B. Aspek Personalitas Dalam Kepemimpinan........................................................................5

C. Tipe Tipe dan Gaya Kepemimpinan..................................................................................6

D. Kepemimpinan yang Efektif Dalam Islam......................................................................15

BAB III PENUTUP..................................................................................................................18

Kesimpulan...........................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepemimpinan adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia,
terutama dalam konteks organisasi dan masyarakat. Kepemimpinan tidak hanya
berkaitan dengan mengarahkan dan mengelola suatu kelompok atau organisasi, tetapi
juga melibatkan kemampuan untuk mempengaruhi, menginspirasi, dan membimbing
individu-individu menuju pencapaian tujuan bersama. Dalam berbagai konteks, konsep
kepemimpinan telah mengalami perkembangan dan transformasi yang beragam,
termasuk dalam perspektif Islam.

Dalam Islam, kepemimpinan memiliki makna yang mendalam dan mencakup


dimensi spiritual serta sosial. Konsep dasar kepemimpinan dalam Islam didasarkan pada
prinsip-prinsip agama yang mengajarkan nilai-nilai moral, keadilan, dan tanggung jawab
sosial. Seorang pemimpin dalam Islam diharapkan untuk menjadi teladan dalam perilaku
dan akhlak yang baik, serta bertanggung jawab dalam memimpin dengan adil dan
bijaksana. Konsep kepemimpinan dalam Islam juga mengajarkan tentang pemberian hak-
hak individu, kewajiban dalam menjaga kesejahteraan umat, serta mengedepankan
prinsip-prinsip persaudaraan dan saling tolong menolong.

Seorang pemimpin dalam Islam diharapkan memiliki karakter yang kuat dan
terpuji. Aspek personalitas dalam kepemimpinan mencakup sifat-sifat seperti kejujuran,
ketegasan, keadilan, dan kepedulian terhadap orang lain. Seorang pemimpin juga harus
menjadi teladan bagi bawahan dalam berperilaku, berbicara, dan berinteraksi. Dalam
ajaran Islam, pemimpin bertanggung jawab tidak hanya terhadap tugas-tugas
administratif, tetapi juga terhadap kondisi spiritual dan kesejahteraan bawahan.

Dalam Islam, tipe-tipe dan gaya kepemimpinan dapat bervariasi sesuai dengan
konteks dan kebutuhan. Ada pemimpin otoriter, yang mengambil keputusan tunggal
tanpa banyak konsultasi, dan ada juga pemimpin peternalistik, yang mendengarkan
pendapat dan kritik dari bawahan mereka sebelum mengambil keputusan. Pemimpin
partisipatif juga ditemukan dalam sejarah Islam, yang memberikan ruang untuk
partisipasi aktif dari yang dipimpinnya dalam proses pengambilan keputusan. Gaya
kepemimpinan yang efektif dalam Islam akan sangat tergantung pada konteks dan

1
kebutuhan, namun prinsip-prinsip seperti musyawarah (konsultasi) dan syura
(pengambilan keputusan kolektif) seringkali dijunjung tinggi.

Kepemimpinan yang efektif dalam Islam menggabungkan dimensi spiritual, moral,


dan praktikal. Seorang pemimpin yang efektif harus mampu menggabungkan kebijakan
yang adil dengan kepedulian kepada individu-individu dalam kelompok. Kepemimpinan
yang efektif juga melibatkan pemberdayaan anggota kelompok untuk berpartisipasi aktif
dalam mencapai tujuan bersama. Dalam Islam, kepemimpinan yang efektif juga diukur
dengan sejauh mana pemimpin mampu memenuhi hak-hak bawahan, memberikan
pelayanan, dan menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan.

Oleh karena itu, penulisan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan apa saja yang
berkaitan dengan Kepemimpinan. Penulisan ini meliputi konsep dasar kepemimpinan
dalam islam, aspek personalitas dalam kepemimpinan, tipe tipe dan gaya kepemimpinan,
kepemimpinan yang efektif dalam islam. Dengan adanya penulisan ini, diharapkan dapat
memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai apa saja yang berkaitan dengan
kepemimpinan. Sehingga dapat membantu masyarakat dalam memahami sebuah konsep
kepemimpinan. Penulisan makalah ini terdiri dari beberapa bab, dimulai dari bab 1 yaitu
pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan, bab 2 yaitu
pembahasan, bab 3 yaitu penutup yang meliputi kesimpulan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan yang telah dibahas pada latar belakang diatas, maka
muncullah permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep dasar kepemimpinan dalam islam?
2. Apa sajakah aspek personalitas dalam kepemimpinan?
3. Apa saja tipe-tipe dan gaya kepemimpinan?
4. Bagaimana kepemimpinan yang efektif dalam islam?

C. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan:

1. Untuk menjelaskan konsep dasar kepemimpinan dalam islam


2. Untuk mendeskripsikan aspek personalitas dalam kepemimpinan
3. Untuk mendeskripsikan tipe-tipe dan gaya kepemimpinan
4. Untuk menjelaskan kepemimpinan yang efektif dalam islam

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Kepemimpinan Dalam Islam


Secara etimologi kepemimpinan berarti Khilafah, Imamah, Imaroh, yang
mempunyai makna daya memimpin atau kualitas seorang pemimpin atau tindakan dalam
memimpin1. Sedangkan secara terminologinya adalah suatu kemampuan untuk mengajak
orang lain agar mencapai tujuan-tujuan tertentu yang telah ditetapkan 2. Dengan kata lain,
kepemimpinan adalah upaya untuk mentransformasikan semua potensi yang terpendam
menjadi kenyataan.

Pemimpin adalah seseorang yang dapat mempersatukan orang-orang dan dapat


mengarahkannya sedemikian rupa untuk mencapai tujuan tertentu3. Untuk mencapai
tujuan yang diinginkan oleh seorang pemimpin, maka ia harus mempunyai kemampuan
untuk mengatur lingkungan kepemimpinannya. Tugas dan tanggungjawab seorang
pemimpin adalah menggerakkan dan mengarahkan, menuntun, memberi motivasi serta
mendorong orang yang dipimpin untuk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan.Sedangkan
tugas dan tanggungjawab yang dipimpin adalah mengambil peran aktif dalam
mensukseskan pekerjaan yang dibebankannya tanpa adanya kesatuan komando yang
didasarkan atas satu perencanaan dan kebijakan yang jelas, maka rasanya sulit diharapkan
tujuan yang telah ditetapkan akan tercapai dengan baik. Bahkan sebaliknya, yang terjadi
adalah kekacauan dalam pekerjaan.

Dalam pandangan Islam, kepemimpinan merupakan amanah dan tanggungjawab


yang tidak hanya dipertanggungjawabkan kepada anggota-anggota yang dipimpinya, tetapi
juga akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah Swt. Jadi, pertanggungjawaban
kepemimpinan dalam Islam tidak hanya bersifat horizontal-formal sesama manusia, tetapi
bersifat vertical-moral, yakni tanggungjawab kepada Allah Swt di akhirat nanti. Seorang
pemimpin akan dianggap lolos dari tanggungjawab formal dihadapan orang-orang yang
dipimpinnya, tetapi belum tentu lolos ketika ia bertanggungjawab dihadapan Allah Swt.
Kepemimpinan sebenarnya bukan sesuatu yang mesti menyenangkan, tetapi merupakan

1
Muhammad Idris Marbawi, Kamus Idris Al-Marbawy, juz 1, (Mesir: Mustafa Al-Halaby wa Auladuhu, 1359 H),
hal. 28.
2
Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), hal. 120.
3
Bashori B, Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Mutu Layanan Pendidikan (Studi
Kasus di MAN Godean Sleman Yogyakarta, 2016), Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, 53(9), 1689–1699.

3
tanggungjawab sekaligus amanah yang amat berat yang harus diemban dengan sebaik-
baiknya. Allah Swt berfirman:

"dan orang-orang yang memelihara amanah (yang diembankannya) dan janji mereka, dan
orang-orang yang memelihara sholatnya." (QS.Al Mukminun 8-9)

Seorang pemimpin harus bersifat amanah, sebab ia akan diserahi tanggungjawab


untuk mengurus urusan orang lain. Dengan kata lain, pemimpin itu adalah orang yang
mendapat amanah untuk mengurus urusan rakyat. Jika ada pemimpin yang tidak mau
mengurus kepentingan rakyat, maka ia bukanlah pemimpin (yang sesungguhnya).
Pemimpin sering juga disebut khadimul ummah (pelayan umat) 4. Menurut istilah, seorang
pemimpin harus menempatkan diri pada posisi sebagai pelayan masyarakat, bukan minta
dilayani. Dengan demikian, hakikat pemimpin sejati adalah seorang pemimpin yang
sanggup dan bersedia menjalankan amanat Allah SWT untuk mengurus dan melayani
umat/masyarakat.

Itulah mengapa nabi Muhammad SAW juga mengingatkan agar menjaga amanah
kepemimpinan, sebab hal itu akan dipertanggungjawabkan, baik didunia maupun
diakhirat. Nabi bersabda: "setiap kalian adalah pemimpin, dan kalian akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya" (HR. Bukhori) 5. Nabi Muhammad SAW
juga bersabda: "Apabila amanah disia-siakan maka tunggulah saat kehancuran. Waktu itu
ada seorang shahabat bertanya: apa indikasi menyia- nyiakan amanah itu wahai
Rasulullah? Beliau menjawab: apabila suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan
ahlinya maka tunggulah saat kehancurannya" (HR. Bukhori)6.

Oleh karenanya, kepemimpinan mestinya tidak dilihat sebagai fasilitas untuk


menguasai, tetapi dimaknai sebagai sebuah pengorbanan dan amanah yang harus diemban
dengan sebaik-baiknya. Kepemimpinan juga bukan kesewenang-wenangan untuk
bertindak, tetapi kewenangan untuk melayani dan mengayomi dan berbuat dengan seadil-
adilnya. Kepemimpinan adalah sebuah keteladanan dan kepeloporan dalam bertindak.
Kepemimpinan semacam ini akan muncul jika dilandasi dengan semangat amanah,
keikhlasan dan nilai-nilai keadilan.

4
Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta: Gama University Press, 1993)
5
Muslich Shabir, Terjemah Riyadhus Shalihin, jilid 1, (Semarang: Karya Toha Putra, 2004), hal. 335
6
Raihan Putri, Kepemimpinan Perempuan Dalam Islam,cet 1, (Yogyakarta: AK Group, 2006), hal. 57.

4
B. Aspek Personalitas Dalam Kepemimpinan
Seorang pemimpin merupakan sentral figur dan profil panutan publik. Terwujudnya
kemaslahatan umat sebagai tujuan pendidikan Islam sangat tergantung pada gaya dan
karakteristik kepemimpinan. Dengan demikian kualifikasi yang harus dipenuhi oleh
seorang pemimpin mencakup semua karakteristik yang mampu membuat kepemimpinan
dapat dirasakan manfaat oleh orang lain.

Dalam konsep Syari’at Islam, kriteria yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin
telah dirumuskan dalam suatu cakupan sebagai berikut:

a. Pemimpin haruslah orang-orang yang amanah, amanah dimaksud berkaitan dengan


banyak hal, salah satu di antaranya berlaku adil. Keadilan yang dituntut ini bukan hanya
terhadap kelompok, golongan atau kaum muslimin saja, tetapi mencakup seluruh
manusia bahkan seluruh makhluk. Dalam al-Qur’an surah an-Nisa’: 58 dijelaskan:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang


berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
mendengar lagi Maha melihat” (al-Qur’an surah an- Nisa’: 58 )

Ayat di atas memerintahkan menunaikan amanat, ditekankannya bahwa amanat


tersebut harus ditunaikan kepada ahliha yakni pemiliknya.Ketika memerintahkan
menetapkan hukum dengan adil, dinyatakannya “apabila kamu menetapkan hukum di
antara manusia”.Ini bearti bahwa perintah berlaku adil itu ditunjukkan terhadap
manusia secara keseluruhan7.

b. Seorang pemimpin haruslah orang-orang yang berilmu, berakal sehat, memiliki


kecerdasan, kearifan, kemampuan fisik dan mental untuk dapat mengendalikan roda
kepemimpinan dan memikul tanggungjawab. Sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an
surah An-Nisa’: 83

“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun
ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya kepada
Rasul dan ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui
kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri) kalau
7
Al-Mawardi, Al-Ahkam Al-Sulthaniyah, (Bairut: Dar Al-Fikr, 1980), hal. 6.

5
tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut
syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).”( al-Qur’an surah An-Nisa’: 83).

Maksud ayat di atas adalah kalau mereka menyerahkan informasi tentang keamanan
atau ketakutan itu kepada Rasulullah Saw apabila bersama mereka, atau kepada
pemimpin-pemimpin mereka yang beriman, niscaya akan diketahui hakikatnya oleh
orang-orang yang mampu menganalisis hakikat itu dan menggalinya dari celah-celah
informasi yang saling bertentangan dan tumpang tindih8.

c. Pemimpin harus orang-orang yang beriman, bertaqwa dan beramal shaleh, tidak boleh
orang dhalim, fasiq, berbut keji, lalai akan perintah Allah Swt dan melanggar batas-
batasnya. Pemimpin yang dhalim, batal kepemimpinannya.

d. Bertanggung jawab dalam pelaksanaan tatanan kepemimpinan sesuai dengan yang


dimandatkan kepadanya dan sesuai keahliannya. Sebaliknya Negara dan rakyat akan
hancur bila dipimpin oleh orang yang bukan ahlinya. Sebagaimana sabda Rasulullah
Saw “Apabila diserahkan suatu urusan kepada yang bukan ahlinya maka tungguhlah
kehancuran suatu saat”.

C. Tipe Tipe dan Gaya Kepemimpinan


A). Tipe-Tipe Dan Gaya Kepemimpinan

Kepemimpinan yang efektif dan efisien akan terwujud apabila dijalankan


berdasarkan fungsi dan tujuan yang telah ditetapkan. Seorang pemimpin harus berusaha
menjadi bagian dari situasi kelompok atau organisasi yang dipimpinnya. Dalam
mewujudkan tujuan dan fungsi kepemimpinan secara internal maka akan berlangsung
suatu aktifitas kepemimpinan dan aktifitas tersebut akan dipilah-pilah maka akan
terlihat secara jelas kepemimpinan dengan pola masing-masing. Pemimpin sebagai
mahluk Tuhan yang mempunyai karakter yang berbeda-beda dapat menentukan
jalannya sendiri. Organisasi yang dipimpinnya dapat digotongkan da1am berbagai tipe
atau bentuk yang dikemukakan oleh beberapa pendapat dari para ahli sebagai berikut:

1. Tipe Otoritas (Autocrat)

Otokrat berasal dari perkataan "utus" (sendiri) dan "kratos" (kekuasaan) jadi
otokrat berarti penguasaan obsolut. Kepemimpinan otoritas berdasarkan diri pada
kekuasaan dan paksaan yang mutlak yang harus dipatuhi (Siagian, 2007). Dimana
8
Sayyid Quthb, Tafsir fi Zhilalil Qur’an, (terj), As’ad Yasin, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), hal. 54.

6
setiap perintah dan kebijakan yang ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan
bawahannya dan harus dilakukan.

Seorang pemimpin yang autokratik adalah seorang yang sangat egois,


egoisme yang sangat besar akan mendorongnya memutarbalikan kenyataan yang
sebenarnya sehingga sesuai dengan keinginannya apa yang secara subjektif
diinterprestasikan sebagai kenyataan. Menurut Terry, pemimpin yang bertipe
otoriter biasanya bekerja secara sungguhsungguh, teliti dan cermat. Dimana
pemimpin bekerja menurut peraturan kebijakan yang berlaku, meskipun sedikit
kaku dan segala intruksinya harus dipatuhi oleh para bawahan (Siswanto dan
Hamid. Dalam Mattayang, 2019)9. Para bawahan tidak berhak untuk
mengomentari apa yang dilakukan oleh seorang pemimpin karena pemimpin
menganggap bahwa dialah yang bertindak sebagai pengemudi yang akan
bertanggung jawab atas segala kompleksitas organisasi. Berdasarkan nilai-nilai
demikian, seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan berbagai sikap yang
menonjolkan "kekuasaan" antara lain:

1) Kencenderungan dalam memperlakukan para bawahan sama dengan alat-


alat lain dalam organisasi atau instansi lain.

2) Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa


mengkaitkan pelaksana tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para
bawahan.

3) Pengabaian peran bawahan dalam proses pengambilan keputusan

2. Tipe Peternalistik

Persepsi seorang pemimpin yang paternalistik tentang peranannya dalam


kehidupan organisasi dapat diwarnai oleh harapan para pengikutnya. Harapan itu
pada umumnya terwujud keinginan agar pemimpin mereka mampu berperan
sebagai bapak yang bersifat melindungi dan layaknya dijadikan sebagai tempat
bertanya dan untuk memperoleh petunjuk. Ditinjau dari segi nilai organisasi yang
dianut biasanya seorang pemimpin yang peternalistik mengutamakan nilai
9
B. Mattayang, Tipe dan Gaya Kepemimpinan: Suatu Tinjauan Teoritis, (JEMMA: Jurnal Of Economic,
Management and Accounting Vol. 2, No. 2, 2019) (Online)
(https://www.ojs.unanda.ac.id/index.php/jemma/article/view/247 diakses Tanggal 29 Agustus 2023)

7
kebersamaan, dalam organisasi yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang
peternalistik kepentingan bersama dan perlakuan terlihat sangat menonjol.
Artinya seorang pemimpin yang bersangkutan berusaha untuk memperlakukan
semua orang yang terdapat dalam organisasi seadil dan serata mungkin.

3. Tipe Kharismatik

Tipe kepemimpinan yang kharismatik ini pada dasarnya merupakan tipe


kepemimpinan yang didasarkan pada kharisma seseorang. Biasanya kharisma
seseorang itu dapat mempengaruhi orang lain. Dengan kharisma yang dimiliki
seseorang, orang tersebut akan mampu mengarahkan bawahannya. Seorang
pemimpin yang karismatik memiliki karakteristik khusus yaitu daya tariknya
yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang sangat besar
dan para pengikutnya. Seorang pemimpin yang kharismatik adalah seorang
pemimpin yang di kagumi oleh orang banyak pengikut tersebut tidak selalu
menjelaskan secara kongkrit mengapa tipe pemimpin yang kharismatik sangat
dikagumi. Orang cenderung mengatakan bahwa orangorang tertentu yang
memiliki "kekuatan ajaib" dan menjadikan orang-orang tertentu di pandang
sebagai pemimpin kharismatik. Dalam anggota organisasi atau instansi yang di
pimpin oleh orang kharismatik, tidak mempersoalkan nilai-nilai yang dianut,
sikap perilaku dan gaya yang digunakan oleh pemimpin yang kharismatik
mengunakan otokratik para bawahan tetap mengikuti dan tetap setia pada seorang
pemimpin yang kharismatik.

4. Tipe Kepemimpinan Demokratis

kepada para pengikutnya. Kepemimpinan demokratis menghargai potensi


setiap individu, mau mendengarkan nasihat dan sugesti bawahan. Seorang
pemimpin yang berdemokratis dihormati dan disegani bukan ditakuti karena
perilaku pemimpin demokratis dalam kehidupan organisasional mendorong pada
bawahannya menumbuh kembangkan daya inovasi dan
kreativitasnya.Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan
memberikan bimbingan yang efisien.

Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan


bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Kepemimpinan demokratis
menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasihat dan sugesti

8
bawahan. Seorang pemimpin yang berdemokratis dihormati dan disegani bukan
ditakuti karena perilaku pemimpin demokratis dalam kehidupan organisasional
mendorong pada bawahannya menumbuh kembangkan daya inovasi dan
kreativitasnya.

5. Tipe Militeristis

Tipe kepemimpinan yang biasa memakai cara yang lazim digunakan dalam
kemiliteran. Pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang
memiliki sifat-sifat sebagai berikut: a) Dalam mengerakan bawahan lebih sering
mempergunakan system perintah. b) Dalam mengerakan bawahan senang
bergantung kepada pangkat dan jabatannya. c) Senang kepada formalitas yang
berlebih-lebihan. d) Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan. e)
Sukar menerima kritikan dari bawahannya. f) Menggemari upacara-upacara untuk
berbagai keadaan.

6. Tipe Laissez Faire (laissez-faire style of leadership)

Pada tipe “laissez faire” ini, pemimpin memberikan kebebasan yang seluas-
luasnya kepada setiap anggota staf di dalam tata prosedur dan apa yang akan
dikerjakan untuk pelaksanaan tugas-tugas jabatan mereka. Mereka mengambil
keputusan dengan siapa ia hendak bekerjasama. Dalam penetapannya menjadi
hak sepenuhnya dari anggota kelompok atau staf lembaga pendidikan itu.
Pemimpin ingin turun tangan bilamana diminta oleh staf, apabila mereka
meminta pendapat-pendapat pemimpin tentang hal-hal yang bersifat teknis, maka
barulah ia mengemukakan pendapat-pendapatnya. Tetapi apa yang dikatakannya
sama sekali tidak mengikat anggota. Mereka boleh menerima atau mengolah
pendapat tersebut. Apabila hal ini kita jumpai disekolah, maka dalam hal ini bila
akan menyelenggrakan rapat guru biasanya dilaksanakan tanpa kontak pimpinan
(Kepala Sekolah), tetapi bisa dilakukan tanpa acara. Rapat bisa dilakukan selagi
anggota/guru-guru dalam sekolah tersebut menghendakinya.

9
B). Gaya Kepemimpinan Pendidikan

Gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu


perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin yang menyangkut kemampuannya
dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk
tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat
yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom dalam Aspizain Chaniago (2015).
Keduanya menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang
dipersepsikan atau diacu oleh bawahan tersebut dikenal sebagai gaya kepemimpinan.

Gaya kepemimpinan merupakan proses yang di dalamnya terdapat unsur


memengaruhi. Dengan adanya gaya kepemimpinan akan terjalin kerjasama serta
adanya visi dan misi untuk mencapai tujuan bersama di dalam organisasi. Gaya
kepemimpinan didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang dirancang untuk
mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.

Penelitian Irwan and Bahri (Dalam Sukarman Purba, 2021) 10 memberikan


gambaran bahwa gaya kepemimpinan pada lembaga pendidikan yaitu dinas pendidikan
lebih cenderung demokratis. Hal ini didukung oleh tingkat penyebaran informasi yang
berada pada kategori lancar, dan tingkat kewenangan pimpinan dalam memberikan
kebutuhan yang berada pada kategori terarah. Sedangkan gaya kepemimpinan pada
Lembaga Pendidikan sekolah lebih cenderung pada otokratis. Adapun gaya-gaya
kepemimpinan yaitu adalah sebagai berikut:

1) Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan demokratis adalah suatu kemampuan dalam


mempengaruhi orang lain agar dapat bersedia untuk bekerja sama dalam
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dengan berbagai cara atau kegiatan yang
dapat dilakukan dimana ditentukan bersama antara bawahan dan pimpinan.
Adapun ciri-ciri dari gaya kepemimpinan demokratis ini yaitu memiliki
wewenang pemimpin yang tidak mutlak, pimpinan bersedia dalam melimpahkan
sebagian wewenang kepada bawahan, kebijakan dan keputusan itu dibuat
bersama antara bawahan dan pimpinan, komunikasi dapat berlangsung dua arah

10
Sukarman Purba, dkk, Kepemimpinan Pendidikan, (Sumatera Utara: Yayasan Kita Menulis, 2021)

10
dimana pimpinan ke bawahan dan begitupun sebaliknya, pengawasan terhadap
(sikap, perbuatan, tingkah laku atau kegiatan) kepada bawahan dilakukan dengan
wajar, dan pimpinan akan memperhatikan dalam bertindak dan bersikap untuk
memunculkan saling percaya dan saling menghormati.

2) Gaya Kepemimpinan Delegatif

Gaya kepemimpinan delegatif memiliki ciri-ciri yaitu pemimpin akan


jarang dalam memberikan arahan, pembuat keputusan diserahkan kepada
bawahan, dan anggota organisasi tersebut diharapkan bisa menyelesaikan segala
permasalahannya sendiri. Gaya kepemimpinan delegatif ini memiliki ciri khas
dari perilaku pemimpin didalam melakukan tugasnya sebagai pemimpin. Dengan
demikian, maka gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan sangat dipengaruhi
adanya karakter pribadinya. Kepemimpinan delegatif merupakan sebuah gaya
kepemimpinan yang dijalankan oleh pimpinan untuk bawahannya yang
mempunyai kemampuan, agar bisa menjalankan aktivitasnnya yang untuk
sementara waktu tak bisa dilakukan oleh pimpinan dengan berbagai macam
sebab.

3) Gaya Kepemimpinan Birokratis

Gaya kepemimpinan birokratis ini dilukiskan dengan pernyataan


"Memimpin berdasarkan adanya peraturan". Perilaku memimpin yang ditandai
dengan adanya keketatan pelaksanaan suatu prosedur yang telah berlaku untuk
pemimpin dan anak buahnya. Pemimpin yang birokratis, secara umum akan
membuat segala keputusan itu berdasarkan dari aturan yang telah berlaku dan
tidak ada lagi fleksibilitas. Adapun beberapa ciri gaya kepemimpinan birokratis
ialah Pimpinan akan menentukan segala keputusan yang berhubungan dengan
seluruh pekerjaan dan akan memerintahkan semua bawahan untuk bisa
melaksanakannya, Pemimpin akan menentukan semua standar tentang bagaimana
bawahan akan melakukan tugas, Adanya sanksi yang sangat jelas kalau seorang
bawahan tidak bisa menjalankan tugas sesuai dengan standar kinerja yang sudah
ditentukan.

11
4) Gaya Kepemimpinan Laissez Faire

Gaya ini akan mendorong kemampuan anggota dalam mengambil inisiatif.


Kurang interaksi dan kontrol yang telah dilakukan oleh pemimpin, sehingga gaya
tersebut hanya dapat berjalan jika bawahan mampu memperlihatkan tingkat
kompetensi dan keyakinan dalam mengejar tujuan dan sasaran yangcukup tinggi.
Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin sedikit sekali dalam menggunakan
kekuasaannya atau sama sekali telah membiarkan anak buahnya untuk berbuat
dalam sesuka hatinya.

5) Gaya Kepemimpinan Otoriter/ Authoritarian

Gaya ini adalah gaya pemimpin yang telah memusatkan segala keputusan
dan kebijakan yang ingin diambil dari dirinya sendiri dengan secara penuh.
Segala pembagian tugas dan tanggung jawab akan dipegang oleh si pemimpin
yang bergaya otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya sekedar
melaksanakan tugas yang sudah diberikan.

Tipe kepemimpinan yang otoriter biasanya mengarah kepada tugas. Artinya


dengan adanya tugas yang telah diberikan oleh suatu lembaga atau suatu
organisasi, maka kebijaksanaan dari lembaganya ini mesti diproyeksikan dalam
bagaimana ia dalam memerintah kepada bawahannya agar mendapatkan
kebijaksanaan tersebut dapat tercapai dengan baik. Di sini bawahan hanyalah
menjadi suatu mesin yang hanya sekedar digerakkan sesuai dengan kehendaknya
sendiri, inisiatif yang datang dari bawahan sama sekali tidak pernah sekalipun
diperhatikan.

6) Gaya Kepemimpinan Kharismatik

Kelebihan dari gaya kepemimpinan karismatis ini ialah mampu menarik


orang. Mereka akan terpesona dengan cara berbicaranya yang akan
membangkitkan semangat. Biasanya pemimpin dengan memiliki gaya
kepribadian ini akan visionaris. Mereka sangat menyenangi akan perubahan dan
adanya tantangan. Mungkin, kelemahan terbesar dari tipe kepemimpinan model
ini dapat di analogikan dengan peribahasa Tong Kosong yang Nyaring Bunyinya.
Mereka hanya mampu menarik orang untuk bisa datang kepada mereka. Setelah
beberapa lama kemudian, orang-orang yang datang tersebut akan kecewa karena

12
adanya ketidak-konsistenan. Apa yang telah diucapkan ternyata tidak dilakukan.
Ketika diminta dalam pertanggungjawabannya, si pemimpin akan senantiasa
memberikan alasan, permintaan maaf, dan janji.

7) Gaya Kepemimpinan Diplomatis

Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini terdapat di penempatan


perspektifnya. Banyak orang seringkali selalu melihat dari satu sisi, yaitu pada
sisi keuntungan dirinya. Sisanya, melihat dari sisi keuntungan pada lawannya.
Hanya pemimpin dengan menggunakan kepribadian putih ini yang hanya bisa
melihat kedua sisi dengan jelas, Apa yang dapat menguntungkan dirinya dan juga
dapat menguntungkan lawannya. Kesabaran dan kepasifan merupakan kelemahan
pemimpin dengan menggunakan gaya diplomatis ini. Umumnya, mereka sangat
begitu sabar dan sanggup dalam menerima tekanan. Mereka dapat menerima
perlakuan yang tak menyenangkan tersebut, tetapi pengikut-pengikutnya tidak
menerimanya. Dan seringkali hal inilah yang membuat para pengikutnya akan
meninggalkan si pemimpin.

8) Gaya Kepemimpinan Moralis

Kelebihan dari gaya kepemimpinan moralis seperti ini ialah pada umumnya
Mereka hangat dan sopan untuk semua orang. Mereka mempunayi empati yang
tinggi terhadap segala permasalahan dari para bawahannya, juga sabar, murah
hati Segala bentuk kebajikan-kebajikan ada dalam diri pemimpin tersebut. Orang
— orang akan datang karena kehangatannya terlepas dari semua kekurangannya.
Kelemahan dari pemimpinan seperti ini ialah emosinya. Rata-rata orang seperti
ini sangatlah tidak stabil, terkadang dapat tampak sedih dan sangat mengerikan,
kadang pula bisa saja sangat begitu menyenangkan dan bersahabat.

9) Gaya Kepemimpinan Administratif

Gaya kepemimpinan tipe ini akan terkesan kurang inovatif dan telalu kaku
dalam memandang aturan. Sikapnya sangat konservatif serta kelihatan sekali
takut di dalam mengambil resiko dan mereka cenderung akan mencari aman.

13
10) Gaya Kepemimpinan Analitis (Analytical)

Dalam gaya kepemimpinan tipe ini, biasanya untuk pembuatan keputusan


didasarkan pada suatu proses analisis, terutama analisis logika dari setiap
informasi yang didapatkan. Gaya ini akan berorientasi pada hasil dan akan lebih
menekankan pada rencana-rencana rinci serta berdimensi jangka panjang.
Kepemimpinan model ini sangatlah mengutamakan logika dengan menggunakan
beberap pendekatanpendekatan yang masuk akal serta kuantitatif.

11) Gaya Kepemimpinan Entrepreneur

Gaya kepemimpinan ini sangatlah menaruh perhatian pada kekuasaan dan


hasil akhir serta kurang mengutamakan untuk kebutuhan akan kerjasama. Gaya
kepemimpinan model ini biasanya akan selalu mencari pesaing dan akan
menargetkan standar yang tinggi.

12) Gaya Kepemimpinan Visioner

Kepemimpinan visioner merupakan pola kepemimpinan yang ditujukan


untuk bisa memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu dijalankan secara
bersama-sama oleh para anggota perusahaan dengan cara memberikan arahan dan
makna pada suatu kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkandengan visi yang
jelas.

13) Gaya Kepemimpinan Situasional

Inti dari teori kepemimpinan situational ialah bahwa suatu gaya


kepemimpinan seorang pemimpin akan dapat berbeda-beda, tergantung dari
seperti apa tingkat kesiapan para pengikutnya. Pemahaman fundamen dari teori
kepemimpinan situasional ialah mengenai tidak adanya gaya kepemimpinan yang
paling terbaik. Teori kepemimpinan situasional akan bertumpu pada dua konsep
yang fundamental yaitu tingkat kesiapan/kematangan individu atau kelompok
sebagai pengikut dan gaya kepemimpinan.

14) Gaya Kepemimpinan Militeristik

Tipe pemimpin seperti ini sangatlah mirip dengan tipe pemimpin yang
otoriter yang merupakan tipe pemimpin yang senantiasa bertindak sebagai
diktator terhadap para anggota kelompoknya. Adapun sifat-sifat dari tipe

14
kepemimpinan militeristik yaitu lebih banyak dalam menggunakan sistem
perintah atau komando, keras dan sangat begitu otoriter, kaku dan seringkali
untuk kurang bijaksana; menghendaki adanya kepatuhan yang mutlak dari
bawahan; sangat menyenangi suatu formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-
tanda kebesaran yang terlalu berlebihan; menuntut adanya sebuah disiplin yang
keras dan kaku dari para bawahannya; tidak menghendaki adanya saran, usul,
sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya; dan komunikasi hanya dapat
berlangsung searah.

D. Kepemimpinan yang Efektif Dalam Islam


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 284) kata efektif mempunyai arti ada
efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan dapat membawa hasil,
atau berhasil guna. Dalam bahasa inggris “effective” menjadi kata sifat artinya berhasil,
tepat atau maju. Jadi efektif bisadiartikan tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dari
suatu cara atau usaha tertentu sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

Arti lain menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan. Suatu usaha dikatakan efektif
kalau usahanya itu mencapai tujuannya. Sedangkan efektifitas adalah adanya kesesuaian
antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju. Pemimpin yang efektif
adalah pemimpin yang dapat mencapai sasaran yang dituju atau berhasil mencapai tujuan
yang diharapkan. Adapun pendekatan kepemimpinan efektif diantaranya adalah:

Pertama, pendekatan berdasarkan sifat-sifat kepribadian, yang berusaha


mengidentifikasikan karakteristik khas (fisik, mental, kepribadian) yang dikaitkan dengan
keberhasilan kepemimpinan. Teori ini menekankan pada atribut-atribut pribadi dari para
pemimpin. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa beberapa orang merupakan pemimpin
alamiah dan dianugerahi beberapa ciri-ciri yang tidak dipunyai orang lain seperti energi
yang tidak habis-habisnya, intuisi yang mendalam, pandangan masa depan yang luar biasa
dan kekuatan persuasive yang tidak tertahankan. Teori kepemimpinan ini menyatakan
bahwa keberhasilan manajerial disebabkan karena memiliki kemampuan-kemampuan luar
biasa dari seorang pemimpin.

Kedua, berdasarkan pendekatan tingkah laku pemimpin. Teori kepemimpinan


perilaku mengeksplorasi pemikiran bahwa bagaimana seseorang berperilaku menentukan
keefektifan kepemimpinan seseorang. Daripada berusaha menemukan sifat-sifat, mereka
meneliti pengaruhnya pada prestasi dan kepuasan dari pengikut-pengikutnya,seperti

15
penelitian Fleishman di Ohio State University yang menghasilkan perkembangan teori dua
faktor dari kepemimpinan, disebut sebagai membentuk struktur dan konsiderasi.
Membentuk struktur adalah melibatkan perilaku di mana pemimpin mengorganisasikan
dan mendefinisikan hubunganhubungan di dalam kelompok, cenderung membangun pola
dan saluran kominikasi yang jelas, dan menjelaskan cara-cara mengerjakan tugas yang
benar. Pemimpin yang memiliki kecenderungan membentuk struktur yang tinggi akan
memfokuskan pada tujuan dan hasil. Sedangkan Konsiderasi adalah melibatkan perilaku
yang menunjukkan persahabatan, saling percaya, menghargai, kehangatan, dan
komunikasi antara pemimpin dan pengikutnya. Pemimpin yang memiliki konsiderasi
tinggi menekankan pentingnya komunikasi yang terbuka dan partisipasi.

Ketiga, Berdasarkan pendekatan kemungkinan (situasional), yaitu suatu pendekatan


terhadap kepemimpinan yang menyatakan bahwa pemimpin memahami perilakunya, sifat-
sifat bawahannya, dan situasi sebelum menggunakan suatu gaya kepemimpinan tertentu.
Pendekatan ini mensyaratkan pemimpin untuk memiliki keterampilan diagnostik dalam
perilaku manusia.

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi,


memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh, memerintah,
melarang dan bahkan menghukum (bila perlu), serta membina dengan maksud agar
manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan
administrasi secara efektif dan efisien.

Seseorang bisa menjadi pemimpin karena ditunjuk atau karena keinginan kelompok
atau karena adanya garis keturunan. Pemimpin yang efektif memiliki sifat-sifat dan
perilaku yang baik, seperti bersahabat, sederhana, menjaga keadilan, bertanggungjawab,
saling percaya, menghargai, memiliki kehangatan, adanya komunikasi antara pemimpin
dan pengikutnya serta memiliki keterampilan mempengaruhi bawahannya. Pemimpin yang
berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria. Kriteria tersebut tergantung pada sudut
pandang atau pendekatan yang digunakan apakah itu sifat kepribadiannya,
keterampilannya, bakatnya, sifat-sifatnya atau kewenangan yang dimilikinya.

Pemimpin efektif memiliki sifat kepribadian seperti vitalitas dan stamina fisik,
kecerdasan dan kearifan dalam bertindak, kemauan menerima tanggung jawab, kompeten
dalam menjalankan tugas, memahami kebutuhan pengikutnya, memiliki keterampilan
dalam berhubungan dengan orang lain, kebutuhan untuk berprestasi, mampu memotivasi

16
dan memberi semangat, mampu memecahkan masalah, meyakinkan, memiliki kapasitas
untuk menang, memiliki kapasitas untuk mengelola, memutuskan, menentukan prioritas,
mampu memegang kepercayaan, memiliki pengaruh, mampu beradaptasi atau memiliki
fleksibilitas.

Jadi kepemimpinan yang efektif adalah ia harus memiliki kepribadian yang baik dan
memiliki keterampilan yang mumpuni. Seperti menurut Hadari Nawawi 11, bahwa proses
kepemimpinan akan berlangsung efektif, bilamana kepribadian pemimpin memiliki aspek-
aspek sebagai berikut: mencintai kebenaran dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa,
dapat dipercaya dan mampu mempercayai orang lain, mampu bekerja sama dengan orang
lain, ahli dibidangnya dan pandangan yang luas yang didasari oleh kecerdasan yang
memadai, senang bergaul, ramah tamah, suka menolong dan memberikan petunjuk serta
terbuka pada kritik orang lain, memiliki semangat untuk maju, pengabdian, kesetiaan yang
tinggi, kreatif dan penuh inisiatif, bertanggungjawab dalam

11
Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta: Gama University Press, 1993)

17
BAB III PENUTUP

Kesimpulan
Dalam makalah ini, telah dibahas berbagai aspek yang berkaitan dengan kepemimpinan
dalam konteks Islam. Makalah ini menguraikan konsep dasar kepemimpinan dalam Islam,
aspek personalitas yang relevan dalam kepemimpinan, tipe-tipe dan gaya kepemimpinan,
serta faktor-faktor yang mendukung kepemimpinan efektif dalam pandangan Islam.

Konsep dasar kepemimpinan dalam Islam menunjukkan bahwa kepemimpinan tidak


hanya berfokus pada aspek kekuasaan dan otoritas, tetapi juga memiliki dimensi moral dan
spiritual yang kuat. Kepemimpinan dalam Islam lebih dititikberatkan pada pelayanan dan
tanggung jawab terhadap umat serta mencari ridho Allah. Aspek personalitas dalam
kepemimpinan memainkan peran sentral dalam membentuk pemimpin yang berkualitas.
Sifat-sifat seperti kejujuran, amanah, kedermawanan, kesabaran, dan keteladanan merupakan
inti dari kepemimpinan dalam Islam. Personalitas yang kuat dan beretika tinggi
memungkinkan seorang pemimpin untuk menginspirasi dan memimpin dengan adil dan
bijaksana.

Tipe-tipe dan gaya kepemimpinan membantu memahami bahwa tidak ada satu
pendekatan tunggal yang sesuai dalam semua situasi. Islam mengakui variasi dalam
kepemimpinan, termasuk kepemimpinan yang peternalistik, otoriter dalam konteks yang
tepat. Kepemimpinan yang efektif dalam Islam menekankan pada tanggung jawab dan
akuntabilitas. Seorang pemimpin harus mengutamakan kepentingan umatnya daripada
kepentingan pribadi atau kelompoknya. Efektivitas kepemimpinan dalam Islam diukur bukan
hanya dari hasil materi, tetapi juga dari dampak positif yang dihasilkan bagi perkembangan
individu dan masyarakat. Pemimpin yang efektif dalam Islam mampu membimbing,
memberdayakan, dan melindungi umatnya dengan penuh kebijaksanaan dan rasa tanggung
jawab.

Dalam kesimpulannya, kepemimpinan dalam Islam memiliki dimensi yang luas,


meliputi aspek spiritual, etika, dan praktis. Seorang pemimpin yang mengikuti prinsip-prinsip
Islam diharapkan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, amanah, dan akhlak mulia.
Dalam pandangan Islam, kepemimpinan bukanlah sekadar jabatan, tetapi amanah yang harus
diemban dengan tanggung jawab dan kesadaran akan akhirat, serta kepemimpinan juga
memerlukan pengembangan pribadi, akhlak mulia, serta pemahaman yang mendalam tentang

18
tugas dan tanggung jawab. Kepemimpinan yang efektif dalam Islam berakar pada prinsip-
prinsip agama dan mengedepankan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Dengan
menggabungkan konsep dasar kepemimpinan Islam, aspek personalitas, tipe-tipe dan gaya
kepemimpinan, serta prinsip-prinsip kepemimpinan yang efektif, seorang pemimpin dapat
memberikan kontribusi positif yang berkelanjutan dalam masyarakat sesuai dengan ajaran
Islam.

19
DAFTAR PUSTAKA
Marbawy, Muhammad Idris. (1359 H). Kamus Idris Al-Marbawy, juz 1. (Mesir: Mustafa Al-
Halaby wa Auladuhu.

Mujieb, Abdul. (1994). Kamus Istilah Fiqh. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Bashori, B. (2016). Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Mutu


Layanan Pendidikan (Studi Kasus di MAN Godean Sleman Yogyakarta). Ta’dib: Jurnal
Pendidikan Islam, 53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Nawawi, Hadari. (1993). Kepemimpinan Menurut Islam. Yogyakarta: Gama University


Press.

Shabir, Muslich. (2004). Terjemah Riyadhus Shalihin, Jilid 1. Semarang: Karya Toha Putra.

Putri, Raihan (2006). Kepemimpinan Perempuan Dalam Islam, Cetakan 1. Yogyakarta: AK


Group.

Al-Mawardi. (1980). Al-Ahkam Al-Sulthaniyah, Bairut: Dar Al-Fikr

Quthb, Sayyid. (2002). Tafsir fi Zhilalil Qur’an, (terj), As’ad Yasin. Jakarta: Gema Insani
Press.

Mattayang, B. (2019). Tipe dan Gaya Kepemimpinan: Suatu Tinjauan Teoritis. JEMMA:
Jurnal Of Economic, Management and Accounting Vol. 2, No. 2. (Online)
(https://www.ojs.unanda.ac.id/index.php/jemma/article/view/247 diakses Tanggal 29
Agustus 2023)

Sukarman Purba, dkk. (2021). Kepemimpinan Pendidikan. Sumatera Utara: Yayasan Kita
Menulis.

20

Anda mungkin juga menyukai