Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

“KONSEP DASAR METODOLOGI PEMBELAJARAN”

Laporan ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok

Mata Kuliah Metodologi Pembelajaran

Dosen Pengampu : Dr.Ikhrom, M.Ag

Disusun Oleh :

1. Imelia Sahda Salsabila (2203036134)


2. Qurrotun Ni`matul Lutfiyah (2203036135)
3. Muhammad Rifqi Denis Putra (2203036163)

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2024

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq, hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu guna
memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Metodologi Pembelajaran ini,
dengan judul “Konsep Dasar Metodologi Pembelajaran”. Semoga makalah yang
kami buat ini dapat memberikan manfaat dalam menambah wawasan dan ilmu
pengetahua, serta berguna bagi penulis khususnya dan para pembaca pada
umumnya.

Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Dr.Ikhrom, M.Ag selaku
dosen pengampu mata kuliah Metodologi Pembelajaran yang membimbing serta
memberikan tugas kepada kami. Kami juga sangat berterimakasih kepada semua
pihak yang turut membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak


kekurangan kekurangan baik pada segi penyusunan, materi, ataupun pada segi
teknis penulisan, dikarenakan keterbatasan pengetahuan serta pengalaman yang
kami miliki. Oleh karenanya kami sangat mengharapkan kritik, saran, serta
masukan yang sifatnya membangun dari berbagai belah pihak.

Semarang, 25 februari 2024

Pemakalah

2
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG..............................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................................5
C. TUJUAN PENULISAN...........................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. Pengertian metodologi pembelajaran.....................................................................................6
B. Model, pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran.........................8
C. Faktor - faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar..............30
D. Prinsip - prinsip belajar.........................................................................................38

BAB III...............................................................................................................................................40
PENUTUP..........................................................................................................................................40
A. Kesimpulan............................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................41

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam dunia metodologi pembelajaran sangat diperlukan
keberadaan guru sebagai tenaga pendidik yang merupakan bagian
terpenting dalam melaksanakan proses belajar mengajar didalam
pendidikan formal seperti halnya didalam pedidikan. Guru merupakan
motor penggerak dalam menerapkan metodologi pembelajaran kepada
anak didik. Oleh karena itu guru yang mengajar harus memahami dan
mengerti tentang metodologi pembelajaran sehingga guru yang mengajar
benar-benar memberikan didikan dan pembelajaran pada anak didik sesuai
dengan aturan yang berlaku terhadap kempotensi guru yang dimiliki.
Seorang guru yang memiliki kompetensi dalam menerapkan pembelajaran
benar-benar bisa menguasai tentang pembelajaran dan pengajaran kepada
anak didik sesuai meodologi pembelajaran disamping itu juga guru harus
menguasai bahan ajar,merencanakan pembelajaran dan dapat mengelola
kelas serta melaksanakan evaluasi pembelajaran. Dengan dimiliki
metodelogi pembelajaran guru mempunyai kompetensi dalam segi
pembelajaran sehingga guru tersebut memiliki kemampuan untuk belajar.
Kemampuan mengajar seorang guru merupakan proses bentuk
keterampilan yang dilandasi oleh ilmu pengetahuan dan keterampilan
mengajar yang profesional, dalam proses pembentukan mengajar guru
harus melakukan secara berkesinambungan dan struktur sesuai perencaan
pembelajaran yang telah dibuat dalam rangka untuk mencapai tujuan
yang diinginkan oleh anak
didik dan guru yang mengajar.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian metodologi pembelajaran?
2. Apa saja model, pendekatan, strategi, metode, dan teknik
pembelajaran?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pembelajaran?

4
4. Apa saja prinsip-prinsip metodologi pembelajaran?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk Mengetahui apa pengertian dari metodologi pembelajaran
2. Untuk Mengetahui apa saja model, pendekatan, strategi, metode,
dan teknik pembelajaran
3. Untuk Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pembelajaran
4. Untuk Mengetahui apa saja prinsip-prinsip metodologi
pembelajaran

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Metodologi Pembelajaran

Metodologi pembelajaran merupakan cara - cara dalam melakukan


aktivitas antara pendidik dan peserta didik ketika berinteraksi dalam proses
belajar. Pendidik perlu mengetahui dan mempelajari metode pengajaran agar
dapat menyampaikan materi dan dimengerti dengan baik oleh peserta didik.
 Pengertian Metodologi
Metodologi secara etimologi dari kata Method, dan Logos yang artinya
ilmu pengetahuan tentang metode. Metode adalah cara atau sistem
mengerjakan sesuatu. Dimaksudkan dengan metodologi disini adalah ilmu
pengetahuan yang membicarakan metode-metode ilmiah dalam rangka
research1
Metodologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata,
“Metodos” yang berarti cara atau jalan, dan “Logos” yang berarti ilmu. Secara
ringkas metodologi adalah ilmu (pembahasan) tentang metode atau
metodemetode. Sedangkan metode itu sendiri adalah cara yang paling tepat dan
cepat dalam melakukan sesuatu. Ada juga yang mengartikan bahwa metode
berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-
baik untuk mencapai maksud (tujuan). Sehingga dapat dipahami bahwa metode
berarti suatu cara yang harus dilalui untuk (dalam hal ini) menyajikan bahan
pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran. Metodologi berarti ilmu tentang
metode, sementara metode berarti cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guru dalam mencapai tujuan.2
Metodologi merupakan ilmu yang harus dipelajri dan dimiliki oleh setiap
tenaga pendidikan yang menerapkan dalam proses pembelajaran kepada peserta
didik , oleh kerena itu guru hurus memahami medotologi pembelajaran.

1
Safari Amam Asyari, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya: Usaha Nasional, t.th.), hlm. 66.
2
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (t.p., 2002), hlm. 87.

6
 Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan sebuah proses yang dilakukan seorang pendidik
agar peserta didik dapat melaksanakan proses belajar, dan peserta didik dapat
melaksanakan proses belajar dimana saja, kapan saja, dan dengan apa dia
belajar. Menurut Gagne, Briggs dan Wager (1992), pembelajaran adalah
serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses
belajar pada peserta didik. Pembelajaran menurut Sikun Pribadi Guru Besar
IKIP Bandung berpendapat bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang
menyangkut pembinaan anak segi kognitif, psikomotor semata-mata yaitu
supaya anak lebih banyak pengetahuannya, lebih cakap berpikir kritis,
sistematis dan objektif serta terampil dalam mengerjakan sesuatu.3
 Pengertian Metodologi Pembelajaran
Metodologi pembelajaran adalah ilmu yang membahas cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan pengajaran Agama Islam guna
mencapai tujuan yang ditentukan.Dalam pengertian ini Metodologi
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan suatu cabang ilmu tentang
mengajar.4
Metodologi pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah ilmu yang
membahas tentang cara untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan
ajaran Islam dan sesuai ketentuan-ketentuan dalam Al-Quran dan Hadits. Suatu
metode pengajaran agama Islam adalah cara yang paling tepat dan cepat dalam
mengajarkan agama Islam. Kata “tepat dan cepat” inilah yang sering
diungkapkan dalam ungkapan “efektif dan efesien”. Kalau begitu metode
pengajaran agama Islam ialah cara yang paling efektif artinya pengajaran yang
dapat dipahami murid secara sempurna.
Dalam ilmu pendidikan sering juga dikatakan bahwa pengajaran yang tepat
adalah pengajaran yang berfungsi pada urid. “berfungsi” artinya menjadi milik
murid. Pengajaran itu membentuk dan mempengaruhi pribadinya. Adapun
pengajaran yang cepat ialah pengajaran yang tidak memerlukan waktu lama.5

3
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 1.
4
Armai Arief., Op. Cit. hlm. 87.
5
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2008),
hlm. 9-10.

7
B. Model, Pendekatan, Strategi, Metode, dan Teknik Pembelajaran

1. Model Pembelajaran
 Model Pembelajaran Berbasis masalah (problem Based Learning)
a. Pengertian Metode Pembelajaran Berbasis Makalah
Model pembelajaran PBL merupakan suatu model yang
menempatkan masalah sebagai dasar dalam proses pembelajaran.
 Menurut Uden dan Beaumount (2006)
Suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah
sebagai konteks bagi siswa untuk memperoleh kemampuan
dalam pemecahan masalah dan pengetahuan.
 Boud & Felleti (1991)
PBL sebagai suatu pendekatan yang melibatkan sususan
kurikulum dengan melibatkan siswa dalam praktik menghadapi
masalah yang dapat memberikan stimulus untuk mereka
belajar.
 Secara umum
PBL adalah suatu pembelajaran yang berpusat pada siswa
dimana dalam proses pembelajaran siswa disajikan beragam
masalah nyata maupun yang tidak terstruktur untuk memotivasi
siswa dalam belajar dan mengarahkan siswa menuju
pemahaman yang lebih besar.
PBL merupakan model pembelajaran yang sangat baik
untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis karena dapat
berkembang sesuai dengan komponen berpikir kritis, yaitu :
1. PBL dapat memberikan pemahaman yang kuat dari
pengetahuan dasar faktual dan penerapan
2. Memberikan peluang bagi pengembangan kemampuan
berpikir kritis
3. Mendorong siswanya untuk bertanya
4. Dalam PBL guru tidak mendominasi aktivitas kelas, guru
mengarahkan siswa untuk belajar

8
Hal ini berarti bahwa pembelajaran Berbasis masalah berfokus
pada tantangan untuk membuat siswa berpikir dan tujuan dari
PBL adalah memperoleh kemampuan proses dan pemecahan
masalah6

b. Tujuan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah


 Departemen Pendidikan Nasional (2003)
Pembelajaran berbasis masalah membuat siswa menjadi
pembelajar yang mandiri, artinya ketika siswa belajar, maka
siswa dapat memilih strategi belajar yang sesuai, terampil
menggunakan strategi tersebut untuk belajar dan mampu
mengontrol proses belajarnya, serta termotivasi untuk
menyelesaikan belajarnya itu. Dari pengertian ini, dikatakan
bahwa tujuan utama pembelajaran berbasis masalah adalah
untuk menggali daya kreativitas siswa dalam berpikir dan
memotivasi siswa untuk terus belajar.
 Muslimin Ibrahim (2000:7)
Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk
membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya
kepada siswa, akan tetapi pembelajaran berbasis masalah
dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan
kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan
intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui
pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan
menjadi pembelajar yang mandiri. Dari pengertian ini kita
dapat mngetahui bahwa pembelajaran berbasis masalah ini
difokuskan untuk perkembangan belajar siswa, bukan untuk
membantu guru mengumpulkan informasi yang nantinya akan
diberikan kepada siswa saat proses pembelajaran.
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembelajaran Berbasis masalah (problem based learning)
bertujuan untuk:
6
Puspitawedana Dita, Jaelani Model Problem Based Learning Yogyakarta,2017 hal 2-5

9
1. Untuk meningkatkan keterampilan berpikir secara kritis dari
peserta didik dalam memilih dan memutuskan sesuatu.
2. Memberi pelatihan dalam menyelesaikan permasalahan secara
sistematis, matang dan terencana sehingga hasilnya positif.
3. Problem based learning digunakan untuk membantu peserta didik
memahami dengan benar peran orang dewasa di kehidupan.
4. Adanya dorongan terhadap peserta didik agar mampu menjadi
individu yang mandiri serta bertanggung jawab7

3. Sintak Model Pembelajaran Problem Based Learning

a. Pendidik Menyiapkan Pernyataan dan Penugasan

Sintak yang pertama adalah pendidik yang perlu


menyiapkan pernyataan dan penugasan. Pernyataan yang
dimaksud adalah penjelasan mengenai suatu hal yang
disesuaikan dengan Kompetensi Dasar tujuan pembelajaran.

Kemudian mencari masalah yang terjadi di lingkungan


sekitar atau di dunia nyata meski beda kota atau provinsi
yang sesuai materi tersebut. Baru kemudian memberi
penugasan dengan mengajukan pertanyaan kepada peserta
didik.

Misalnya, pendidik mencoba memberikan pernyataan


mengenai salah satu warga kampus atau sekolah yang
menderita penyakit pernafasan. Kemudian dikaitkan dengan
kebiasaannya merokok maupun dengan lingkungan sekitar
yang udaranya tercemar.

Selanjutnya, bisa mengajukan pertanyaan seperti “kenapa si


A kena penyakit pernafasan?” Melalui pertanyaan ini,
peserta didik akan menghadapi masalah mencari penyebab
dan solusinya. PBL pun bisa diterapkan.

7
Tim Kurikulum dan Pembelajaran Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Buku Kurikulum
Pendidikan Tinggi, h.63.

10
b. Pendidik Memberikan Masalah Kontekstual

Masih berhubungan dengan poin sebelumnya, sintak model


problem learning yang kedua adalah pendidik yang perlu
memberikan masalah kontekstual. Artinya adalah masalah
yang menjadi proyek bagi peserta didik harus nyata.

Selain itu juga berhubungan dengan keseharian mereka, atau


bisa dikatakan berhubungan langsung dengan peserta didik.
Jadi, sebaik-baiknya masalah yang diangkat pendidik dalam
penerapan PBL adalah masalah sehari-hari.

Sehingga pendidik pun perlu kritis dalam menganalisis


masalah di lingkungan sekitar dan dirasakan langsung
dampaknya oleh peserta didik. Sehingga bisa memberikan
masalah kontekstual agar PBL bisa berjalan dengan baik.

c. Menjalankan Peran sebagai Fasilitator

Selanjutnya, pendidik di dalam sintak model problem based


learning kemudian juga perlu menyadari perannya dalam
proses penerapannya. Yakni sebagai fasilitator, bukan lagi
sebagai pusat dari kegiatan pembelajaran.

Sekaligus bukan lagi pihak yang paling aktif dalam proses


pembelajaran. Sebab PBL diharapkan bisa meningkatkan
keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Sehingga mereka terbiasa belajar dan memahami hasil
belajar tersebut.

Maka pendidik hanya memberikan fasilitas. Misalnya dalam


bentuk memberikan arahan mengenai masalah ini seperti
apa, referensi untuk mencari solusi misalnya apa saja, dan
lain sebagainya.

d. Pendidik Membimbing Diskusi, Penyusunan Laporan, dan


Presentasi

11
Dalam penerapan PBL, pendidik kemudian diharapkan bisa
memberikan bimbingan dalam proses diskusi, membuat
laporan, dan presentasi. Pada dasarnya PBL menuntut
peserta didik berpikir sistematis dan ilmiah.

Masalah yang diberikan kepada mereka diharapkan bisa


diselesaikan secara ilmiah dengan mencari referensi
sekaligus melakukan penelitian dan pengamatan. Sehingga
bisa menemukan solusi yang memang tepat guna.

Dalam prosesnya mereka membutuhkan pembimbing yang


diperankan oleh pendidik. Sehingga tidak melakukan
kesalahan di setiap tahapnya. Mulai dari membimbing
diskusi, membuat laporan, dan mempresentasikannya di
kelas.

e. Pendidik Memberikan Dukungan Intelektual

Sintak model problem based learning juga berisi kewajiban


pendidik untuk memberi dukungan intelektual. Artinya
adalah penerapan PBL membuat pendidik perlu mendorong
pengembangan kecerdasan peserta didik.

Misalnya dengan memberikan arahan referensi yang bisa


digunakan untuk pemecahan masalah. Kemudian membuat
mereka membaca lebih banyak referensi, memahaminya,
dan menggunakannya untuk menyelesaikan proyek berbasis
masalah yang diberikan.

Sehingga dalam penerapan PBL, peserta didik tidak hanya


belajar menyelesaikan masalah. Akan tetapi juga belajar
berbagai materi berbentuk teori dalam proses menyelesaikan
masalah tersebut agar bisa diselesaikan secara ilmiah.

f. Pendidik Melakukan Evaluasi pada Proyek Peserta Didik

12
Sintak model problem based learning yang terakhir adalah
pendidik perlu melakukan evaluasi pada proyek yang
dipresentasikan dan diselesaikan peserta didik. Jadi, peserta
didik yang diberi masalah diwajibkan menentukan solusi.

Solusi ini kemudian dituangkan dalam laporan ilmiah,


sehingga ada kegiatan menyusun karya tulis ilmiah secara
sederhana. Karya tulis ilmiah ini kemudian dipresentasikan
di depan kelas.

Hasil presentasi diikuti proses tanya jawab dari peserta didik


lain dan pendidik mendampingi proses tersebut. Baru
kemudian melakukan evaluasi dengan memberi tanggapan
pada solusi yang disampaikan, kelebihan, dan
kekurangannya.

Sekaligus memberikan dorongan kepada peserta didik lain


untuk melakukan presentasi dan analisis masalah sama
baiknya atau lebih baik dari kelompok tersebut. Sehingga
peserta didik tahu solusi mereka sudah tepat atau belum.

4. Kekurangan dan Kelebihan Model Pembelajaran Problem


Based Learning

 Kelebihan Model Pembelajaran Problem Based Learning


a. Peserta didik dilatih untuk bisa selalu menggunakan
pikiran agar kritis dan bisa terampil dalam
menyelesaikan suatu permasalahan.
b. Agar dapat memicu adanya peningkatan aktivitas
dari peserta didik di dalam kelas, dengan
pembelajaran sambil mempraktekkan.
c. Adanya sistem pembelajaran ini membuat peserta
didik agar terbiasa untuk belajar tetapi menggunakan
sumber yang relevan.

13
d. Suatu kegiatan pembelajaran secara lebih kondusif
dan efektif, hal ini muncul karena peserta didik
diwajibkan untuk aktif.
 Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based Learning
a. Meski merupakan metode pembelajaran yang
diandalkan, tapi tak semua materi pembelajaran
dapat menerapkan sistem ini.
b. Memiliki waktu yang dibutuhkan dalam
menyelesaikan materi pembelajaran, tergolong cukup
lama dan tidak sebentar.
c. Bagi peserta didik yang tidak atau belum terbiasa
melakukan analisis suatu permasalahan, karena tidak
semua memiliki keinginan untuk mengerjakannya.
d. Guru akan kesulitan untuk bisa mengondisikan
pemberian tugas, hal ini muncul jika jumlah peserta
didik yang ada di dalam kelas terlalu banyak.

2. Model Pembelajaran Project Based Learning (PJBL)


1. Pengertian Project Based Learning (PJBL)
 Goodman dan Stivers (2010)
PJBL merupakan pendekatan pengajaran yang dibangun
diatas kegiatan pembelajaran dan tugas nyata yang
memberikan tantangan bagi peserta didik terkait dengan
kehidupan sehari-har untuk dipecahkan secara
berkelompok.
 Afriana (2015)
Model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan
memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi
peserta didik. Pengalaman beajar peserta didik maupun
konsep dibangun bedasarkan produk yang dihasilkan dalam
proses pembelajaran berbasis proyek
 Secara umum

14
PBL adalah model pembelajaran yangelibatkan peran
keaktifan peseta didik dalam memecahkan masalah,
dilakukan secara kelompok atau mandiri melalui tahapan
ilmiah dengan batasan waktu yang dituangkan dalam
sebuah proyek atau kegiatan sebagai media berupa produk
untuk selanjutnya untuk selanjutnya di presentasikan atau
di komunikasikan kepada orang lain.
Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi,
sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk
hasil belajar. Peserta didik secara konstruktif melakukan
pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset
terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot,
nyata, dan relevan, untukencapai kompetensi pengetahuan,
sikap, maupun keterampilan. Sehingga penekanan
pembelajaran terletak pada proses bagaimana memecahkan
masalah dengan berpikir kritis untuk suatu hasil atau
produk dan juga dengan menerapkan keterampilan proses
meneliti, menganalisis, membuat sampai
mempresentasikannya berdasarakan pengalaman mereka
sendiri yang nyata atau realistis.
Dari beberapa pendapat bahwa tujuan penerapan project
based learning dalam pembelajaran antara lain:
a. Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
pemecahan masalah proyek
b. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru
dalam pembelajaran
c. Membuat peseta didik lebih aktif dalam
memecahkan masalah proyek yang kompleks
dengan hasil produk nyata
d. Mengembangkan daneningkatkan keterampilan
peserta didik dalam mengelola bahan atau alat untuk
menyelesaikan tugas atau proyek

15
e. Meningkatkan kolaborasi peserta didik khususnya
pada project based learning yang bersifat kelompok8

2. Kelebihan dan Kekurangan PJBL


 Kelebihan PJBL
Menurut Daryanto dan Rahardjo, (2012:162) bahwa
pembelajaran Project Based Learning mempunyai kelebihan
sebagai berikut:
a. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik baik secara
motivasi instrinsik (motivasi dari dirinya sendiri)
maupun ekstrinsik (motivasi yang dipengaruhi orang
lain).
b. Meningkatkan kemampuan dalam pemecahan masalah.
c. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dengan
adanya kegiatan diskusi.
d. Meningkatkan kemampuan berkolaborasi atau bekerja
sama.
e. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan
mempraktikan keterampilan berkomunikasi saat
kegiatan presentasi.
f. Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam
mengelola sumber belajar.
g. Memberikan pengalaman kepada peserta didik ketika
pembelajaran praktik dalam mengorganisasi proyek,
membuat perencanaan alokasi waktu atau time schedule
dan sumber - sumber lain seperti perlengkapan alat dan
bahan untuk menyelesaikan tugas proyeknya.
h. Menyediakan pengalaman belajar yang tentunya
melibatkan peserta didik secara kompleks dan
dirancang untuk selalu berkembang sesuai dengan dunia
nyata yang mengalami perubahan secara dinamis.
8
Puji Dianawanti Eko Project Based Learning (PBL) Solusi Ampuh Pembelajaran Masa Kini,
Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia,Lombok Tengah,2022 hlm 31-35

16
i. Membuat suasana belajar lebih menarik dan
menyenangkan, sehingga peserta didik maupun
pendidik menikmati proses pembelajaran.
 Kekurangan PJBL
a. Menurut Widiasworo, (2016:189) adalah sebagai
berikut:
b. Pembelajaran berbasis proyek memerlukan banyak
waktu yang harus disediakan untuk menyelesaikan
permasalahan yang kompleks.
c. Banyak orang tua peserta didik yang merasa keberatan
karena tentunya menambah anggaran biaya proyek
untuk memasuki sistem baru.
d. Banyak guru yang merasa nyaman dengan kelas
konvensional, di mana guru memegang peran utama di
kelas. Ini merupakan perubahan tradisi yang sulit,
karena guru harus benar-benar meluangkan waktu
dalam membimbing proyek dan kemauan menguasai
teknologi dengan menjadi a smart teacher.
e. Adanya peralatan dan bahan proyek yang harus
disediakan
f. Peserta didik memiliki kelemahan motivasi maupun
keaktifan dalam kerja kelompok ketika percobaan dan
pengumpulan informasi9

3. Sintak Model PJBL

Tahapan Sintak PJBL

Di dalam pelaksanaanyaa, model pembelajaran berbasis proyek


memiliki langkah langkah yang mempunyai ciri khas yang
membedakanya dari model pembelajaran lain seperti model
pembelajaran penemuan dan model pembelajaran berdasarkan

9
Puji Dianawanti Eko Project Based Learning (PBL) Solusi Ampuh Pembelajaran Masa Kini,
Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia,Lombok Tengah,2022 hlm 35-37

17
masalah. Adapun langkah-langkah model pembelajaran PJBK yang
sesuai dengan permendikbud No. 103 tahun 2014 adalah : 1)
Menentukan pertanyaan dasar, 2) Membuat desain proyek, 3)
Menyusun penjadwalan, 4) Memonitor kemajuan proyek, 5) Penilaian
hasil, dan 6) Evaluasi pengalaman.

 Trianto ( 2011:71)
Tahapan sintak project based lourning antara lain:
a. guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
logistik yang di butuhkan,mengajukan fenomena atau
demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah
b. guru membantu peserta didik untuk mendenifikasikan
dan mengorganisasikan tugas belajar yang behubungan
dengan masalah tersebut
c. guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai melaksanaan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masala
d. tahap 4 guru membantu peserta didik merencanakan
dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan,video dan produk serta membantu mereka
untuk berbagi tugas dengan temanya
e. guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi
atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dari proses
proses yang mereka gunakan.

Dengan penerapan sintak model project based learning


dalam pembelajaran secara runtut akan menuntun peserta
didik disiplin dalam level perencanaan, pembahasan,
penerapan, penalaran,dan akhirnya mampu berinovasi
untuk mencipta suatu karya.10

10
Puji Dianawanti Eko Project Based Learning (PBL) Solusi Ampuh Pembelajaran Masa Kini,
Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia,Lombok Tengah,2022 hlm 38-39

18
3. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)
1. Pengertian Discovery Learning
Discovery learning adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk
mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis, sehingga
mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan
keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku.
 Hosnan (2014)
Suatu model untuk mengembangkan cara belajar aktif dengan
menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang
diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan. Model
discovery learning ini mengarahkan agar peserta didik dapat
meningkatkan proses kognitif dalam pembelajaran, dan pada
proses ini peserta didik melakukannya secara individual.
 Suphi (2016)
Kegiatan pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa
sehingga siswa dapat menemukan konsep atau prinsip secara

19
mandiri melalui proses mental. Discovery learning tidak
menghendaki adanya bantuan banyak yang diberikan guru
karena akan mengganggu proses alami yang digunakan siswa
untuk memanfaatkan pengalaman dalam membangun
pengetahuan barunya maka peran guru dalam hal ini sebagai
fasilitator. Discovery learning merupakan tempat pembelajaran
di mana peran guru lebih sesuai sebagai fasilitator yang
membantu siswa menemukan informasi dengan deduksi dan
konstruksi.

 Secara Umum
Suatu model untuk mengembangkan cara belajar peserta didik
menjadi aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri,
maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam
ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan belajar
penemuan, peserta didik juga bisa belajar berpikir analisis dan
mencoba memecahkan sendiri problem yang dihadapi.
Kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan sehari-hari baik
dilingkungan sekolah maupun sosial.
2. Kelebihan dan Kekurangan Discovery Learning
a) Kelebihan Discovery Learning
a. Metode ini dapat membantu peserta didik memperbaiki dan
meningkatkan keterampilan dan proses kognitif mereka.
b. Metode ini memungkinkan peserta didik berkembang
dengan cepat dan sesuai dengan kemampuan mereka
sendiri.
c. Karena adanya kegiatan diskusi, siswa jadi lebih saling
menghargai.
d. Memberikan rasa senang dan bahagia bila peserta didik
berhasil melakukan penelitian
e. Kegiatan pembelajaran menumbuhkan optimisme karena
hasil belajar atau temuan mengarah pada kebenaran yang
final dan lebih pasti.

20
b) Kekurangan Discovery Learning
a. Model ini mengharuskan peserta didik memiliki
pemahaman awal terhadap konsep yang dibelajarkan, bila
tidak maka mereka akan mengalami kesulitan dalam belajar
penemuan, bahkan bisa menyebabkan mereka merasa
kecewa.
b. Penerapan model ini membutuhkan waktu yang lama,
sehingga kurang sesuai untuk pembelajaran dengan durasi
waktu pendek dan juga kelas dengan peserta didik yang
besar.
c. Guru dan peserta didik harus terbiasa dengan model ini dan
harus konsisten dalam pelaksanaannya.
d. Model ini lebih sesuai digunakan untuk membelajarkan
konsep dan pemahaman (kognitif), dibandingkan aspek
lainnya.
e. Kemendikbud sepakat dengan Westwood bahwa kualitas,
kemampuan, dan pengalaman awal peserta didik
menentukan keberhasilan pembelajaran penemuan ini.
Artinya, bila peserta didik belum punya pengetahuan dasar
tentang konteks yang dibelajarkan maka akan sulit bagi
mereka untuk mengikuti prosedur pembelajaran ini.
3. Sintak Model Discovery Learning
a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Tahap stimulation merupakan tahap awal dalam pembelajaran
di mana peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk
tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan dari peserta
didik untuk menyelidiki sendiri. Selain itu guru sebagai
fasilitator memulai pembelajarannya dengan mengajukan
pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar
lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi

21
interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu
peserta didik dalam mengeksplorasi bahan.
b. Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)
Pada tahap problem statement guru memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
kejadian-kejadian dari masalah yang relevan dengan bahan
pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan
dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan
masalah).
c. Data collection (pengumpulan data)
Pada tahap data collection ini berfungsi untuk menjawab
pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan
demikian peserta didik diberi kesempatan untuk
mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca
sumber belajar, mengamati objek, wawancara dengan
narasumber, melakukan uji coba sendiri dan kegiatan lainnya
yang relevan.
d. Data Processing (pengolahan data)
Pada tahap data processing merupakan kegiatan mengolah data
dan informasi yang telah diperoleh para peserta didik baik
melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan.
Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan
sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan,
ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta
ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
e. Verification (Pembuktian)
Pada tahap verification ini peserta didik melakukan
pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis yang ditetapkan sebelumnya dengan
beberapa fenomena yang sudah diketahui, dihubungkan dengan
hasil data processing. Verification bertujuan agar proses belajar
akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan

22
kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu
konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh
yang ia jumpai dalam kehidupannya.
f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Pada tahap generalization ini merupakan proses menarik
sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan
berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi
maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.

2. Pendekatan Pembelajaran
a. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teacing Learning)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai
dengan tanya jawab (lisan) yang terkait dengan dunia nyata
kehidupan siswa (daily life modeling),sehingga akan terasa
manfaat dari materi yang akan disajikan, motivasi belajar muncul,
dunia pikiran siswa menjadi konkret dan suasana menjadi nyaman
dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah
aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya
menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan
sosialisasi.
Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual sehingga bisa
dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan
perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi - tujuan, pengarahan
petunjuk, rambu-rambu) questioning (eksplorasi, membimbing,
menuntun, mengarahkan, mengembangkan evaluasi, inkuri,
generalisasi) learning community (seluruh siswa partisipatif dalam
belajar kelompok atau individual, mencoba dan mengerjakan)
inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, conjector, generalisasi,
menemukan) konstruktivisme (membangun pemahaman sendiri,
mengkonstruksi konsep - aturan, analisis - sintesis) refleksi
(review, rangkuman, tindak lanjut) authentic assessment (penilaian

23
selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap
aktivitas usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian subjektif -
objektifnya dan berbagai aspek dengan berbagai cara)
b. Problem Solving
Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang
tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem
solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian
(menemukan pola, aturan atau algoritma) sintaknya adalah sajikan
permasalahan yang memenuhi kriteria di atas, siswa berkelompok
atau individual mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan,
siswa mengidentifikasi, mengeksplorasi, menginvestigasi,
menduga, dan akhirnya menemukan solusi.11
c. Pendekatan Saintifik (Scientific Approach)
D. Strategi Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran
Merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta
kemampuan yang harus dimiliki peserta didik. Sasaran tersebut dapat
terwujud dengan menggu- nakan metode-metode pembelajaran. Tujuan
pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang di-
harapkan dimiliki oleh peserta didik setelah mereka melaku- kan proses
pembelajaran tertentu.
2. Aktivitas dan Pengetahuan Awal Peserta didik
Belajar merupakan berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai
dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu strategi pembelajaran harus
dapat mendorong aktivitas pe- serta didik. Aktivitas tidak dimaksudkan
hanya terbatas pada aktifitas fisik saja akan tetapi juga meliputi aktivitas
yang ber- sifat psikis atau aktivitas mental.
3. Integritas Bidang Studi/Pokok Bahasan
Mengajar merupakan usaha mengembangkan seluruh pribadi peserta didik.
Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, tetapi
juga meliputi pengem- bangan aspek afektif dan aspek psikomotor. Karena

11
Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran, Yogyakarta, Aswaja Pressindo,hlm 230-232

24
itu strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek
kepribadian secara terintegritas.
4. Alokasi Waktu dan Sarana Penunjang
Waktu yang tersedia dalam pemberian materi pelajaran satu jam pelajaran
45 menit, maka metode yang dipergunakan selah dirancang sebelumnya,
termasuk di dalamnya perang kat penunjang pembelajaran, perangkat
pembelajaran itu da pat dipergunakan oleh guru secara berulang-ulang,
seperti transparan, chart, video pembelajaran, film, dan sebagainya.
5. Jumlah Peserta didik
Idealnya metode yang kita terapkan di dalam kelas perlu
mempertimbangkan jumlah peserta didik yang hadir, rasio guru dan
peserta didik agar proses belajar mengajar efektif, ukuran kelas
menentukan keberhasilan terutama pengelo laan kelas dan penyampaian
materi.
6. Pengalaman dan Kewibawaan Pengajar
Guru yang baik adalah guru yang berpengalaman, priba hasa mengatakan
"Pengalaman adalah guru yang baik", hal ini diakui di lembaga
pendidikan, kriteria guru berpengala man, dia telah mengajar selama lebih
kurang 10 tahun, maka sekarang bagi calon kepala sekolah boleh
mengajukan permo- honan menjadi kepala sekolah bila telah mengajar
minimal 5 tahun12
C. Metode Pembelajaran.
Sejauh ini buku ini telah berfokus pada metode-metode pembelajaran
kooperatif lengkap yang dapat digunakan dalam periode yang diperpanjang.
Akan tetapi, banyak guru yang telah merangkai kegiatan-kegiatan kooperatif
ke dalam pelajaran-pelajaran tradisio- nal lainnya atau menggunakannya
ketika mempresentasikan pelajaran dalam STAD, TGT, atau teknik-teknik
kooperatif lainnya. Sebuah gambaran dari beberapa kegiatan kooperatif
informal yang paling bermanfaat diberikan berikut ini.

1. Diskusi Kelompok Spontan

12
Mulyono, Strategi Pembelajaran Menuju Efektivitas Pembelajaran Diabad Global, Malang UIN
MALANG PRESS (Anggota IKAPI),2012. hlm 154-161

25
Apabila para siswa sedang duduk dalam kelompok, lebih mudah
untuk meminta mereka dalam waktu yang berbeda selama pe- nyampaian
pelajaran atau presentasi, untuk mendiskusikan apa maksud dari sesuatu,
mengapa sesuatu itu bisa bekerja, atau bagaimana cara terbaik dalam
menyelesaikan sebuah masalah, dan waktu yang diperlukan siswa untuk
melakukan tugas tersebut bisa bervariasi dari mulai hanya beberapa menit
sampai satu sesi pelajaran penuh.
2. Menomori Orang Bersama
Russ Frank, seorang guru pada Chaparral Middle School di Dia-
mond bar, California, sedang mengajar pelajaran tata bahasa. Dia
menuliskan satu buah kalimat pada alat proyektor dan bertanya, "Di mana
tanda koma harus diletakkan? Berkumpullah bersama kelompokmu dan
berembuklah." Para siswa melakukan persis seperti yang diminta. Di sana
ada suara dengungan pembicaraan yang semarak. Setelah beberapa saat
Russ mematikan lampu. Semuanya diam. Lalu dia menyebutkan sebuah
nomor. Tangan dari salah satu siswa dari tiap kelompok terangkat ke atas.
Russ memanggil salah satu dari perwakilan kelompok ini. Sebuah jawab-
an yang benar memberikan poin kepada tim itu.
Tiap siswa dalam sebuah kelompok mempunyai nomor dan para
siswa tersebut tahu bahwa hanya ada satu siswa yang akan dipanggil untuk
mewakili kelompoknya. Suara dengungan yang semarak dari diskusi
adalah usaha pada siswa untuk saling berbagi informasi supaya semua
orang tahu jawabannya. Dengan cara itu mereka akan menerima sebuah
poin tidak peduli nomor mana yang dipanggil.
Menomori Orang Bersama pada dasarnya adalah sebuah varian
dari Group Discussion; pembelokannya yaitu pada hanya ada satu siswa
yang mewakili kelompoknya tetapi tidak sebelum- nya tidak diberi tahu
siapa yang akan menjadi wakil kelompok tersebut. Pembelokan tersebut
memastikan keterlibatan total dari semua siswa. Metode Russ Frank ini
adalah cara yang sangat baik untuk menambahkan tanggung jawab
individual kepada diskusi kelompok.
3. Hasil Karya Tim

26
Mintalah supaya tim-tim siswa membuat sebuah pusat pembel- ajaran, esai
tertulis, menggambar sebuah mural, mengerjakan sebuah lembar kegiatan,
melakukan presentasi di depan kelas, merancang sebuah bentuk
pemerintahan yang lebih baik, mem- buat daftar solusi yang
memungkinkan terhadap masalah sosial, atau menganalisi puisi. Untuk
memelihara tanggung jawab indi- vidual, bagilah peran-peran khusus tiap
anggota tim atau wilayah tanggung jawab individualnya.
4. Mengulangi Pelajaran Secara Kooperatif
Satu hari sebelum ujian. Para siswa membuat pertanyaan-perta-
nyaan untuk mengulang pelajaran. Secara bergantian mereka mengajukan
pertanyaan kepada kelompok lain. Kelompok yang bisa menjawab
pertanyaan mendapat poin untuk pertanyaan tersebut. Kelompok yang
dipanggil pertama kali mendapatkan poin untuk jawaban yang benar. Lalu
kelompok kedua menda- patkan poin apabila bisa menambahkan informasi
penting kepada jawaban tersebut.
Dalam vasriasi terhadap mengulangi pelajaran secara koope ratif,
guru bisa membuat pertanyaan tambahan. Variasi lainnya
mengkombinasikan Menomori Orang Bersama dengan meng ulang
pelajaran secara kooperatif. Yaitu, apabila guru atau siswa menanyakan
pertanyaan ulangan, para siswa terlebih dahulu mendiskusikan jawaban
mereka bersama teman mereka. Setelah "rembuk bersama" yang singkat
ini, sebuah nomor dipanggil -1, 2, 3, atau 4. Siswa yang memiliki nomor
yang dipanggil punya kesempatan untuk maju dengan jawaban yang benar.
Nomor kedua dipanggil setelah diperoleh jawaban yang benar, dan siswa
lainnya dapat mengumpulkan poin untuk timnya dengan menambahkan
informasi pada jawaban benar awal. Bila guru merasa masih ada informasi
penting yang harus disebutkan, nomor ketiga boleh dipanggil, dan
seterusnya.
5. Berpikir-Berprasangka-Berbagi
Metode sederhana tetapi sangat bermanfaat dikembangkan oleh
Frank Lyman dari University of Maryland. Ketika guru menyam- paikan
pelajaran kepada kelas, para siswa duduk berpasangan dengan timnya

27
masing-masing. Guru memberikan pertanyaan kepada kelas. Siswa
diminta untuk memikirkan sebuah jawaban dari mereka sendiri, lalu
berpasangan dengan pasangannya untuk mencapai sebuah kesepakatan
terhadap jawaban. Akhirnya, guru meminta para siswa untuk berbagi
jawaban yang telah mereka sepakati dengan seluruh kelas. Untuk
informasi lebih lanjut me- ngenai Berpikir-Berpasangan-Berbagi, lihat
Lyman (1981).13

D. Teknik Pembelajaran
Teknik Pembelajaran untuk Mengaktifkan Individu

1. Teknik Membaca dengan Keras (Reading Aloud)


Teknik tersebut mempunyai efek pada memusatkan perhatian dan membuat
suatu kelompok yang kohesif. Prosedur dari teknik ini adalah sebagai
berikut:
a. Guru memilih sebuah teks yang cukup menarik untuk dibaca
dengan keras, misalnya tentang manasik haji. Guru hendaknya
membatasi dengan suatu pilihan teks yang kurang dari 500 kata.
b. Guru menjelaskan teks itu pada peserta didik secara singkat. Guru
memperjelas poin-poin kunci atau masalah-masalah pokok yang
dapat diangkat.
c. Guru membagi bacaan teks itu dengan alinea-alinea atau beberapa
cara lainnya. Guru menyuruh sukarelawan-sukarelawan untuk
membaca keras bagian-bagian yang berbeda.
d. Ketika bacaan-bacaan tersebut berjalan, guru menghen tikan di
beberapa tempat untuk menekankan poin-poin tertentu, kemudian
guru memunculkan beberapa pertanyaan, atau memberikan contoh-
contoh. Guru dapat membuat diskusi-diskusi singkat jika para
peserta didik menunjukkan minat dalam bagian tertentu. Kemudian
guru melanjutkan dengan menguji apa yang ada dalam teks tersebut.
2. Setiap Orang adalah Guru (Everyone is a Teacher Here)

13
E. Slavin Robert, Cooperative Learning Teori,Riset dan Praktik,Bandung,Penerbit Nusa
Media,2016.hlm256-257

28
Teknik ini memberikan kesempatan pada setiap peserta didik untuk
bertindak sebagai seorang "pengajar" terhadap peserta didik lain. Prosedur
dari teknik ini adalah:
a. Guru membagikan kartu indeks kepada setiap peserta didik. Guru
meminta para peserta menulis sebuah pertanyaan yang mereka
miliki tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari di dalam
kelas atau topik khusus yang akan mereka diskusikan di kelas.
b. Guru mengumpulkan kartu, mengocok dan membagikan satu pada
setiap peserta didik. Guru meminta peserta didik membaca diam-
diam pertanyaan atau topik pada kartu dan pikirkan satu jawaban.
c. Guru memanggil sukarelawan yang akan membaca dengan keras
kartu yang mereka dapat dan memberi respon
d. Setelah diberi respon, guru meminta pada yang lain di dalam kelas
untuk menambahkan apa yang telah disumbang oleh sukarelawan
tersebut.
e. Guru melanjutkan proses itu selama masih ada sukarelawan14
3. Menulis Pengalaman secara Langsung (Writing in The Here and Now)
Prosedur dari teknik ini adalah:
a. Guru memilih jenis pengalaman yang diinginkan untuk ditulis oleh
peserta didik. la bisa berupa peristiwa masa lampau atau yang akan
datang.
b. Guru menginformasikan kepada peserta didik tentang pengalaman
yang telah dipilih untuk tujuan penulisan reflektif. Guru
memberitahu mereka bahwa cara yang berharga untuk
merefleksikan pengalaman adalah mengenangkan atau
mengalaminya untuk pertama kali di sini dan saat sekarang.
c. Guru memerintahkan peserta didik untuk menulis, saat sekarang,
tentang pengalaman yang telah dipilih. Perintahkan mereka untuk
memulai awal pengalaman dan menulis apa yang sedang mereka
dan lainnya lakukan dan rasakan. Guru menyuruh peserta didik
untuk menulis sebanyak mungkin yang mereka inginkan tentang
14
Mulyono, Strategi Pembelajaran Menuju Efektivitas Pembelajaran Diabad Global, Malang UIN
MALANG PRESS (Anggota IKAPI),2012. hlm 120-123

29
peristiwa-peristiwa yang terjadi dan perasaan-perasaan yang
dihasilkannya.
d. Guru memberikan waktu yang cukup untuk menulis. Peserta didik
seharusnya tidak merasa terburu-buru Ketika mereka selesai, guru
mengajak mereka untuk membacakan tentang refleksinya.
e. Guru mendiskusikan hasil pengalaman peserta didik
tersebut bersama-sama."15

C. Faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar

Keberhasilan belajar mengajar merupakan hal yang sangat diharapkan


guru dalam melaksanakan tugasnya, namun guru bukanlah satu-satunya faktor
yang mempengaruhi keberhasilan belajar tersebut. Menurut Syaiful Bahri
Djamarah ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar yaitu:
“ Faktor tujuan, guru, peserta didik, kegiatan pengajaran, alat evaluasi, bahan
evaluasi dan suasana evaluasi” 16

1. Faktor Tujuan.
Tujuan adalah pedoman sekaligus sasaran yang akan dicapai dalam
kegiatan belajar mengajar. Tujuan pembelajaran menggambarkan bentuk
tingkah laku, kemampuan/kompetensi yang diharapkan dapat dimiliki
siswa setelah proses pembelajaran. Perumusan tujuan akan
mempengaruhi kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru dan akan
secara langsung berpengaruh pada kegiatan belajar peserta didik. Guru
dengan sengaja akan menciptakan lingkungan belajar guna mencapai
tujuan, jika kegiatan belajar anak didik dan kegiatan pengajaran guru
tidak searah maka tujuan pembelajaran akan gagal.

Menurut Arikunto “Untuk mencapai hasil yang optimal, tujuan


pembelajaran khusus harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga bersifat
sangat khusus, hanya menunjukan satu pengetahuan atau ketrampilan
saja. Berpusat kepada siswa, artinya menunjuk langsung kepada
kepentingan siswa, menunjuk pada situasi tertentu dalam kondisi apa
15
Muqomin, Strategi pembelajaran, Jum’at,29 juni 2007 01:42 ,Ibid
16
Syaiful Bahri Djamarah, Ibid. Hal.109

30
tujuan tersebut dapat tercapai serta menunjuk pada tingkat atau nukuran
yang telah ditentukan” 17

Dari rumusan tujuan pembelajaran khusus diatas dapat dijabarkan


kedalam komponentujuan pembelajaran, menurut Sunhaji ada beberapa
komponen-komponen tujuan pembelajaran yaitu: “ Siswa atau perfomer,
tingkah laku atau perbuatan, kondisi dan kriteria” 18
Siswa atau Perfomer.
Siswa atau subjek belajar yang melakukan kegiatan belajar, perumusan
tujuan hendaknya menyebutkan secara jelas siapa yang akan menunjukan
atau mendemonstrasikan hasil belajar, yakni yang melakukan kegiatan
belajar.
Tingkah laku atau perbuatan.
Perbuatan ini merupakan predikat dari subjek dan dinyatakan dengan kata
kerja operasional, perbuatan ini diharapkan terjadi apabila pelaku/subjek
telah melakukan suatu program pengajaran.
c. Kondisi.
Kondisi disini adalah syarat-syarat atau keadaan, suasana yang meliputi
perbuatan itu. Mungklin kita meminta anak agar perbuatan itu dapat
dilakukan dalam suasana atau kondisi tertentu menurut syarat-syarat
tertentu. Komponen kondisi ini memperjelas kedudukan suatu perbuatan
atau memberi keterangan dan dalam keadaan bagaimana, untuk
pemenuhan syarat-syarat apa, dimana dan bilamana dan seterusnya.
d. Kriteria.
Kondisi merupakan penjelasan dari suatu perbuatan, tetapi penjelasan itu
tidak final, artinya masih bisa dipertajam atau dipersempit, sehingga
memperoleh kepastian yang meyakinkan bahwa perbuatan tersebut benar-
benar dapat diukur. Kriteria merupakan keterangan dari komponen
kondisi, sebagai tuntutan minimal dan merupakan standar pengukuran
keberhasilan pencapaian tujuan.

17
Sunhaji, Strategi Pembelajaran, Grafindo Leteria Media, Yogyakarta, 2009.Hal.51
18
Sunhaji,Ibid, Hal.52

31
Karena sebagai pedoman sekaligus sasaran yang akan dicapai
dalam setiap kali belajar mengajar, maka guru selalu diwajibkan
merumuskan tujuan pembelajaran. Akhirnya tujuan merupakan satu
faktor yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
2. Faktor Pendidik.
Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2003, guru adalah
tenaga pendidik profesional yang bertugas, mendidik, mengajar, melatih,
membimbing dan mengevaluasi peserta didik. Guru adalah tenaga
pendidik yang berpengalaman dalam bidang profesinya yang memberikan
sejumlah ilmu pengetahuan, kepada siswanya di sekolah. Dengan ilmu
yang dimilikinya, guru dapat menjadikannya siswa yang menjadi cerdas
dan memiliki pribadi yang baik. Setiap guru mempunyai kepribadian
masing-masing sesuai dengan latar belakang kehidupan sebelum mereka
menjadi guru. Kepribadian guru diakui sebagai aspek yang tidak bisa
dikesampingkan dari keberhasilan belajar mengajar untuk mengantarkan
siswa menjadi orang yang berimu pengetahuan dan berkepribadian baik.
Ada beberapa aspek yang menentukan keberhasilan guru dalam
proses belajar mengajar, menurut Lukmanul Hakim “ Tiga aspek yang
mempengaruhi keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar
yaitu: kepribadian, pandangan terhadap anak didik dan latar belakang
guru”.19
a. Kepribadian
Hal ini akan mempengaruhi pola kepemimpinan yang guru
perlihatkan ketika melaksanakan tugas didalam kelas.
b. Pandangan terhadap anak didik
Proses belajar dari guru yang memandang anak didik sebagai mahluk
individual dengan yang memiliki pandangan anak didik sebagai
mahluk sosial akan berbeda. Karena prosesnya berbeda, hasil proses
belajarnya pun akan berbeda.
c. Latar belakang guru

19
Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, CV Wacana Prima, Bandung 2010.hal. 91

32
Guru pemula dengan latar belakang pendidikan keguruan lebih
mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah, karena ia
sudah dibekali dengan seperangkat teori sebagai pendukung
pengabdiannya. Tingkat kesulitan yang ditemukan guru semakin
berkurang pada aspek tertentu seiring dengan bertambahnya
pengalamannya.
3. Faktor Peserta Didik.
Anak didik adalah orang yang sengaja datang ke sekolah,
orang tuanya yang memasukkannya untuk didik agar menjadi orang
yang berilmu pengetahuan di kemudian hari. Tanggung jawab guru
tidak hanya terhadap seorang anak, tetapi dalam jumlah yang cukup
besar. Anak dalam jumlah yang cukup besar itu tentu saja dari latar
belakang kehidupan sosial keluarga yang berlainan dan mempunyai
karakter yang berbeda pula. Kepribadian mereka ada yang pendiam,
periang, suka bicara, kreatif, manja. Intelektual mereka juga dengan
tingkat kecerdasan yang bervariasi, keadaan biologi merekapun
berbeda. Karena itu, perbedaan anak pada sekolah biologis,
intelektual dan psikologis ini dapat mempengaruhi kegiatan belajar
mengajar. Anak yang menyenangi pelajaran tertentu dan kurang
menyenangi pelajaran yang lain adalah perilaku anak yang bermula
dari sikap minat yang berlainan. Biasanya pelajaran yang disenangi
akan dipelajari dengan senang hati. Sebaliknya, jika pelajaran yang
kurang disenangi jarang dipelajari sehingga tidak heran bila isi dari
pelajaran kurang dikuasai oleh siswa, akibatnya hasil ulangan siswa
tidak baik. Sederetan angka yang terdapat dibuku raport siswa adalah
buktinya dari keberhasilan proses belajar mengajar
Aspek dari anak didik yang mempengaruhi keberhasilan
belajar mengajar adalah :
a. Psikologis anak didik
b. Biologis anak didik
c. Intelektual anak didik
d. Kesenangan terhadap pelajaran

33
e. Cara belajar anak didik
Hal di atas yang menyebabkan perbedaan karakteristik anak
didik, misalnya pendiam, aktif, keras kepala, kreatif , manja dan
sebagainya. Anak yang dengan ciri-ciri mereka masing-masing
berkumpul di dalam kelas dan yang mengumpulkan tentu saja guru
atau pengelola sekolah. Banyak sedikitnya jumlah anak didik dikelas
akan mempengaruhi pengelolaan kelas.
Jenis jenis kecerdasan siswa sangat mempengaruhi pola
pembelajaran yang akan dilakukan guru, yang pada akhirnya akan
mempengaruhi hasil kegiatan pembelajaran. Menurut Howard
Gadner kecerdasan siswa dibagi menjadi “Spasial atau visual,
linguistik verbal, interpersonal, musikal/ritmik, naturalis,
badan/kinestetik, intrapersonal, logis/matematis”.20
a. Spasial/Visual, berpikir dalam citra dan gambar, melibatkan
kemampuan untuk memahami hubungan ruang dan citra mental,
secara akurat mengerti dunia visual.
b. Linguistik-verbal, berpikir dalam kata-kata, mencakup kemahiran
dalam berbahasa untuk berbicara, menulis, membaca,
menghubungkan dan menafsirkan.
c. Interpersonal, berpikir lewat berkomunikasi pada orang lain, ini
mengacu pada ketrampilan manusia, dapat dengan mudah
membaca, berkomunikasi, berinteraksi dengan orang lain.
d. Musikal-ritmik, berpikir dalam irama dan melodi, ada beberapa
peran yang dapat diambil individu yang cenderung musikal, dari
komposer hingga pendengar.
e. Naturalis, berpikir dalam acuan alam, kecerdasan ini menyangkut
pertalian seseorang dengan alam, yang dapat melihat pola dalam
dunia alamiah dan mengidentifikasi, berinteraksi dengan proses
alam.

20
Zulfiandri, Qualitan Teaching, Qualitama Tunas Mandiri, Jakarta 2010. Hal.80

34
f. Badan-kinestetik, berpikir melalui sensasi dan gerakan fisik,
merupakan kemampuan mengendalikan dan menggunakan badan
fisik dengan mudah dan cekatan.
g. Intrapersonal, berpikir secara refletif, ini mengacu pada
kesadaran rekfletif mengenai perasaan dan proses pemikiran diri
sendiri.
h. Logis-matematis, berpikir dengan penalaran, melibatkan
pemecahan masalah secara logis dan ilmiah dan kemampuan
matematis.
Selain jenis-jenis kecerdasan, hal lain yang mempengaruhi
keberhasilan pembelajaran adalah gaya belajar siswa. Secara umum
ada tiga gaya belajar yaitu: visual, auditorial dan kinestetik.
Walaupun menurut Thomas Amstrong ” Kita tidak dapat memberi
label kepada mereka sebagai pelajar visual, pelajar verbal maupun
pelajar kinestetis karena tujuan dari suatu kegiatan pembelajaran
adalah untuk memperluas dan mengembangkan
intelegensia/kecerdasan anak didik”.21 Tetapi modalitas VAK
(Visual, Audio dan Kinestetis) menguntungkan bagi guru dalam
proses pembelajaran jika guru dapat menyesuaikan pembelajaran
dengan kecenderungan yang ada, sehingga pembelajaran akan lebih
efektif. Menurut Zulfinadri “ Meskipun kebanyakan orang memiliki
akses pada ketiga modalitas (Visual, Audio, Kinestetis) hampir
semua orang cenderung pada satu modalitas saja, yang berperan
sebagai saringan untuk pembelajaran, pemrosesan dan
komunikasi”.22 Semua jenis kecerdasan dan gaya belajar anak sudah
semestinya menjadi pertimbangan guru dalam menentukan metode,
dan serta kegiatan pembelajaran lainnya.
Angka-angka dirapor menunjukkan bukti nyata dari
keberhasilan belajar mengajar. Hal ini sebagai bukti bahwa tingkat
penguasaan anak terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru,
karena itu dikenalilah tingkat keberhasilan maksimal (istimewa),
21
Suciati, Belajar dan Pembelajaran 2, Universitas Terbuka, Jakarta 2007. Hal 2.12
22
Zulfiandri, Ibid.Hal. 83

35
Optimal (baik sekali), minimal (baik) dan kurang untuk setiap bahan
yang dikuasai anak didik
4. Faktor Kegiatan Pengajaran.
Keberhasilan pembelajaran ditunjukan oleh dikuasainya
tujuan pembelajaran oleh siswa, salah satu faktor keberhasilan dalam
pembelajaran adalah faktor kemampuan guru dalam merencanakan
dan melaksanakan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang efektif
tidak dapat muncul dengan sendirinya, tetapi guru haarus dapat
menciptakan pembelajaran yang memungkinkan siswa mencapai
tujuan yang telah ditetapkan secara optimal. Pola umum kegiatan
pengajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dengan anak didik
dengan bahan pelajaran sebagai perantaranya. Guru yang mengajar,
anak didik yang belajar. Gaya mengajar guru mempengaruhi gaya
belajar anak didik.
Ada 3 aspek yang dapat dilihat dari kegiatan pengajaran
untuk keberhasilan belajar mengajar yaitu:
1. Gaya mengajar guru
a. Gaya mengajar klasik,
b. Gaya mengajar teknologis,
c. Gaya mengajar personalisasi
d. Gaya mengajar interaksional
2. Pendekatan guru
a. Pendekatan individual
Guru berusaha memahami anak didik dengan segala
persamaan dan perbedaannya
b. Pendekatan kelompok
Berusaha memahami anak didik sebagai mahluk
sosial. Perpaduan kedua pendekatan ini akan
menghasilkan hasil belajar mengajar yang lebih baik.
3. Strategi penggunaan metode
Penggunaan strategi belajar dapat digunakan lebih
dari satu metode pengajaran misalnya penggunaan

36
metode ceramah dengan metode tanya jawab. Jarang
guru menggunakan satu metode dalam melaksanakan
pengajaran, hal ini disebabkan rumusan tujuan yang
dibuat guru tidak hanya satu, tetapi bisa lebih dari
dua rumusan.
4. Faktor Bahan dan Alat Evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat didalam kurikulum yang
sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan atau evaluasi.
Biasanya bahan dikemas dalam bentuk buku paket, untuk dikonsumsi anak
didik. Bila masa evaluasi tiba, semua bahan yang sudah diprogramkan dan
harus sudah selesai dalam jangka waktu tertentu dijadikan sebagai bahan
dalam pembuatan item-item soal evaluasi.
5. Faktor Suasana Evaluasi.
Faktor suasana evaluasi merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan
belajar mengajar. Hal yang perlu diperhatikan dalam suasana evaluasi adalah:
a) Pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan di dalam kelas.
b) Semua murid dibagi menurut tingkatan masing-masing.
c) Besar sedikitnya anak didik dalam kelas.
d) Berlaku jujur, baik guru maupun anak didik selama evaluasi
tersebut.
e) Sikap pengawas yang berlebihan.
Semua hal tersebut mempengaruhi suasana evaluasi, pengelompokan anak
didik dalam jumlah besar, sangat mempengaruhi kenyamanan, begitu juga
pengacakan nomor tempat duduk, walaupun semua itu dimaksudkan untuk
kejujuran anak dalam mengikuti evaluasi, agar tidak ada kerja sama atau
nyontek bersama. Pengawas yang terlalu berlebihan dalam mengawasi
siswapun demikian. Akan tetapi pengawas yang cuek, membiarkan peserta
didik bekerja sama dalam mengerjakan soal evaluasi, atau membiarkan siswa
menyontek akan berakibat siswa malas belajar, dengan harapan dapat
melakukannya lagi pada evaluasi berikutnya.

37
D. PRINSIP – PRINSIP BELAJAR
Dari berbagai teori belajar, para ahli merumuskan beberapa prinsip belajar.
Prinsip23-prinsip ini perlu diketahui oleh siswa dan guru dalam belajar, agar
tidak menimbulkan kesalahan dalam memberikan bimbingan. Karena
kesalahan dapat menimbulkan kesulitan belajar. Prinsip itu akan memberi arah
bagaimana yang seharusnya dilakukan.
Disini penulis akan kemukakan prinsip-prinsip belajar antara lain:
a) Menurut Munzier Suparta. Dalam bukunya Metodologi Pengajaran Agama
Islam dikemukakan:
1. Pelajar harus mempelajarinya sendiri apapun yang dipelajartinya: tidak
ada seorang pun dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya.
2. Setiap pelajar helajar menurut tempo (kecepatan) nya sendiri dan
ssetiap kelompok umur memiliki variasi dalam kecepatan belajar.
3. Seorang pelajar akan belajar lebih banyak bilamana setiap langkah
belajar yang dilaluinya mendapat penguatan (reinforcement).
4. Penguasaan secara penuh terhadap setiap langkah memungkinkan.
belajar secara keseluruan lebih berarti.
5. Pelajar akan lebih termotivasi untuk belajar serta akan belajar dan
mengingat secaara lebih baik apabila ia diberi tanggung jawab untuk
belajar mandiri.

b) Menurut Daryanto dalam bukunya Belajar Mengajar, Prinsip-prinsip


belajar itu antara lain:
1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif,
meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan
intruksional. )
2. Belajar bersifat keseluruan dan materi itu harus memiliki struktur,
penyajian yang sederhana sehingga siswa mudah untuk menangkap
pengertiannya.
3. Belajart harus dapat menimbulkan motivasi yang kuat pada siswa
untuk mencapai tujuan instruksional.24
23
Munzier Suparta, hlm. 38.
24
Daryanto, Belajar Mengajar , ( Bandung : Yrama Wdya 2010), hlm. 24.

38
4. Belajar itu proses kontinyu maka maka harus tahap demi tahap
menurut perkembangannya.
5. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery.
6. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai
dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.
7. Belajar memerlukan sarana yang cukup sehingga siswa dapat belajar
dengan tenang.
8. Belajar perlu ada intraksi siswa dengan lingkungannya.
9. Belajar adalah proses hubungan antara pengertian yang satu dengan
pengertian yang lain, sehingga mendapat pengertian yang lain,
sehingga mendapat pengertian yang diharapkan, stimulus yang
dibaerikan response yang yang diharapkan.
10. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar
pengertian dan ketrampilan atau sikap itu mendalam pada siswa.
Kedua kelompok prinsip itu sebenarnya hampir sama, hal ini akan
memberi petunjuk kepada siswa, apa yang harus mereka lakukan dalam belajar
harus ada kemauan dan hasrat untuk mencapai sukses belajar.

BAB III
PENUTUP

39
A. KESIMPULAN

Metodologi pembelajaran adalah ilmu yang membahas cara kerja yang


bersistem untuk memudahkan pelaksanaan pengajaran Agama Islam guna
mencapai tujuan yang ditentukan. Juga terdapat beberapa Model, Pendekatan,
Strategi, Metode, prinsip, dan Teknik Pembelajaran, serta faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar didalam metodologi pembelajaran.
Adapun beberapa model dari metodologi pembelajaran ini diantaranya, model
Pembelajaran Berbasis masalah (problem Based Learning), model Pembelajaran
Project Based Learning (PJBL), model Pembelajaran Penemuan (Discovery
Learning).

Kritik & Saran

………………….

40
DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, Muhammad, ‘Jurnal Al-Aulia Volume 04 No 01 Januari-Juni 2018’, 04.01


(2018), 58–85

‘MAKALAH_PENDEKATAN_SAINTIFIK_SCIENTIFIC’

‘MODEL_PEMBELAJARAN_BERBASIS_MASALAH_PROB’

‘MODEL_PEMBELAJARAN_PENEMUAN_DISCOVERY_LE’

‘Model_Pembelajaran_Project_Based_Learnin’

Nisfa, Nia Lailin, Lita Latiana, Yuli Kurniawati Sugiyo Pranoto, and Diana Diana,
‘Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
Terhadap Kemampuan Sosial Dan Emosi Anak’, Jurnal Obsesi : Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 6.6 (2022), 5982–95
<https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i6.3032>

‘Pembelajaran_Kontekstual_atau_CTL_Contex’

‘Pengertian Metodologi_Pendidikan’

‘Project_Based_Learning_Model_Pembelajara’

41

Anda mungkin juga menyukai