Anda di halaman 1dari 9

Laporan Kasus

PITRIASIS VERSIKOLOR

Oleh:

Daru Setya Anantasisna

NIM. 2230912310017

Pembimbing:

dr. Erika Dewi Essary, Sp.DV.

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN ULM/RSUD ULIN
BANJARMASIN
September, 2023
LAPORAN KASUS
Pitriasis Versikolor

Daru Setya Anantasisna/2230912310017


SMF Kulit dan Kelamin
FK ULM/RSUD Ulin Banjarmasin
Pendahuluan
Pitiriasis versikolor atau dikenal dengan panu adalah infeksi jamur superfisial ditandai
dengan perubahan pigmen kulit akibat kolonisasi stratum korneum oleh ragi lipofilik dari
genus Malassezia, Malassezia furfur (dikenal juga sebagai Pityrosporum orbiculare,
Pityrosporum ovale, Malassezia ovalis). Malassezia furfur merupakan flora normal pada
kulit yang dapat berubah menjadi bentuk patogen dalam kondisi tertentu, seperti
lingkungan dengan suhu dan kelembaban tinggi, produksi kelenjar sebum dan keringat,
genetik, keadaan imunokompromais, dan keadaan malnutrisi. Malassezia menghasilkan
berbagai senyawa yang mengganggu melanisasi kulit sehingga menyebabkan perubahan
pigmentasi kulit1,2,3 Kelompok jamur ini dapat menetap pada lingkungan yang sifatnya
hangat dan lembab, terjadi karena terjadi inokulasi jamur pada tempat yang diserang,
biasanya di tempat yang lembab. 2
Flora normal kulit yang berhubungan dengan timbulnya pitiriasis versikolor adalah
Pityrosporum orbiculare atau Pityrosporum ovale. Keduanya dapat berubah menjadi
patogen apabila terjadi perubahan pada lingkungan hidupnya. Pitiriasis versikolor dapat
terjadi jika keadaan antara host dan flora jamur tak seimbang. Terdapat beberapa faktor
yang berkontribusi dalam mengganggu keseimbangan tersebut, yaitu faktor endogen dan
eksogen. Faktor endogen antara lain produksi kelenjar sebasea dan keringat, genetik,
malnutrisi, faktor immunologi dan pemakaian obat-obatan, sedangkan faktor eksogen
adalah suhu dan kelembaban kulit. Peningkatan sekresi sebum oleh kelenjar sebasea akan
mempengaruhi pertumbuhan berlebih dan organisme yang bersifat lipofilik ini. Insidensi
terjadi pada saat kelenjar sebasea paling aktif yaitu masa pubertas dan dewasa awal. Pada
orang dengan produksi keringat yang berlebih juga memiliki kecenderungan untuk terjadi
pertumbuhan jamur ini, stratum korneum akan melunak pada keadaan basah dan lembab
sehingga mudah dimasuki jamur. Pada keadaan malnutrisi dan pada penderita dengan
penekanan sistem imun akan memudahkan pertumbuhan jamur oportunis. Faktor terakhir,
yaitu suhu dan kelembaban yang tinggi akan meningkatkan produksi kelenjar sebum dan
keringat sehingga pertumbuhan M. furfur meningkat.4
Prevalensi Pitriasis versikolor di seluruh dunia mencapai 50% pada daerah panas,
lembab dan hanya 1,1%. Indonesia terletak pada garis ekuator dengan temperatur
sepanjang tahun sekitar 30°C dan kelembaban 70%. Pitriasis versikolor lebih banyak
dijumpai pada kelompok usia dewasa muda baik laki-laki maupun perempuan. Pada laki-
laki terbanyak dijumpai pada usia 21-25 tahun, sedangkan pada perempuan terbanyak
dijumpai pada usia 26-30 tahun. Di daerah tropis, laki-laki. cenderung lebih banyak
menderita Pitriasis versikolor dibandingkan dengan perempuan, yang dikaitkan dengan
jenis pekerjaan.5 Prevalensi di dunia sangat tinggi, dilaporkan mencapai 50% di daerah
yang panas dan lembab dan 1,1% di daerah yang dingin. Suhu yang panas dan
kelembaban yang tinggi merupakan faktor penyubur habitat jamur genus Malassezia.
Pada kondisi tersebut, terjadi peningkatan produksi keringat dan keadaan basah yang
menyebabkan stratum korneum melunak sehingga mudah dimasuki oleh jamur
Malassezia furfur. Di Indonesia, insidensinya belum akurat dan sulit diakses karena
banyak penderita yang tidak berobat ke petugas medis. Di Jakarta, sepanjang masa selalu
menempati urutan kedua setelah dermatitis. Di daerah lain seperti Padang, Bandung,
Semarang, Surabaya, dan Manado keadaannya kurang lebih sama, yaitu menempati
urutan kedua sampai keempat terbanyak dibandingkan golongan penyakit kulit lainnya.6
Faktor-faktor yang mempengaruhi diantaranya udara lembab, lingkungan yang padat,
sosial ekonomi yang rendah, adanya sumber penularan disekitarnya, obesitas, penyakit
sistemik penggunaan antibiotika dan obat steroid, dan higiene yang buruk. Penularan juga
dapat terjadi melalui kontak langsung dengan individu yang terinfeksi atau tidak langsung
melalui benda yang mengandung jamur, misalnya handuk, lantai kamr mandi, tempat
tidur hotel dan lain-lain.5
Pada pemeriksaan kulit dapat ditemukan makula dalam berbagai ukuran dan warna,
ditutupi sisik halus dapat muncul dengan rasa gatal atau tanpa keluhan dan hanya
gangguan kosmetik saja. Makula yang timbul dapat berupa hipopigmentasi, kecokelatan,
keabuan, atau kehitam-hitaman dalam berbagai ukuran dan skuama halus di atasnya.
Lokasi lesi dapat terjadi dimana saja di permukaan kulit, lipat paha, ketiak, leher,
punggung, dada, lengan, wajah, dan tempat tempat tak tertutup pakaian.4
Predileksi umumnya dimulai di dada atau punggung atas kemudian meluas ke bahu,
lengan atas, dan daerah perut. Bila penyakit tidak diobati, lesi akan meluas ke daerah
panggul, tungkai atas hingga fosa poplitea. Meskipun relatif jarang, lesi juga dapat
mengenai aksila, inguinal, atau fosa poplitea yang disebut sebagai tipe inversa; selain itu
juga terdapat pada telapak tangan dan genitalia.5
Bahan yang digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis adalah kerokan kulit dari
pusat lesi. Kerokan kulit diratakan pada kaca preparat, pertama dilarutkan dengan kalium
hidroksida 10-20% kemudian diwarnai dengan pewarnaan biru metilen, tinta parker atau
biru laktofenol. Ciri khas dari pemeriksaan mikroskopik pitiriasis versikolor adalah
gambaran “spaghetti and meat balls”. Sementara itu, morfologi koloni yang tumbuh pada
media kultur bervariasi tergantung pada spesies Malassezia. Permukaannya bisa kusam
atau berkilau, halus atau kasar, cembung atau rata dengan tepi yang sedikit berlipat atau
beralur. Teksturnya bisa gembur, kasar ataupun keras. Warnanya pun bervariasi dari krem
hingga putih. Pemeriksaan mikroskopis dari kultur jamur juga menunjukkan gambaran
yang bervariasi tergantung dari spesies Malassezia. Sel biasanya unipolar, bisa besar atau
kecil, bulat atau silindris.7
Tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah untuk melaporkan kasus Pitriasis
Versikolor yang memiliki gambaran klinis berupa kulit yang makula hiperpigmentasi
dengan squamous sirkumskripta dengan rasa gatal yang bersifat subjektif.

KASUS
Seorang pria berumur 71 tahun, bangsa Indonesia, suku Banjar, alamat di Jalan
Sutoyo Gang Bakti no. 24 Banjarmasin, pekerjaan pensiunan, sudah menikah, datang
berobat ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Ulin Banjarmasin pada tanggal pada
tanggal 6 Septemberr 2023 dengan keluhan gatal disertai bercak kehitaman dilengan atas,
bahu dan paha.

(I) ANAMNESIS
Pasien datang dengan keluhan gatal. Gatal dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan
gatal disertai dengan munculnya bercak kehitaman pada kulit pasien. Keluhan bercak
pertama kali muncul di kedua lengan atas, lalu menjalar dan melebar ke bahu dan muncul
juga di kedua paha pasien. Awalnya hanya bercak keputihan lama kelamaan berubah
warna menjadi agak hitam dan bersisik. Pasien merasakan bahwa gatal meningkat apabila
berkeringat dan ketika cuaca sedang panas. Pasien belum ada menggunakan obat untuk
mengatasi gatal dan hanya diatasi menyabuni bercak dengan sabun ketika mandi. Pasien
memiliki riwayat penyakit jantung dan rutin berobat setiap 1 bulan sekali.
(II) PEMERIKSAAN FISIK
STATUS PRESEN
Keadaan Umum : Baik RR : 20x/menit
Kesadaran : Compos Mentis Suhu : 36.1 oC
Tekanan Darah : 110/90 mmHg SpO2 : 98% (tanpa suplementasi O2)
HR : 83x/menit

STATUS GENERALIS
Kepala : normosefali, alopesia (-), rambut hitam putih tersebar normal
Mata : Konjungtiva anemis dextra et sinistra (-/-), sklera ikterik dextra et sinistra
(-/-, edema palpebra dextra et sinistra (+/+)
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Thorax : Jantung dalam batas normal, bising jatung (-), paru dalam batas normal,
vesicular, ronki (-), wheezing (-).
Abdomen : datar, spider nevi (-), benjolan (-), timpani, bising usus 6x/m, nyeri tekan (-)
Hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas: hangat edema - -


+ +
- -
+ +

STATUS DERMATO-VENEROLOGIK
Inspeksi dan Palpasi
1) Gambaran Umum :
Warna Kulit : Sawo Matang
Turgor kulit : Kembali cepat (normal)
Suhu : 36 oC
P

2) Gambaran khusus
Lokasi : regio brachialis dextra dan
sinistra, deltoidea, acrominal, scapular,
hingga dorsal sinistra, femoral hingga crural
UKK I : makula hiperpigmentasi
UKK II : Skuama halus
(III) DIAGNOSIS BANDING
1. Pitriasis Versikolor
2. Pitriasis rosea
3. Eritrasma

(IV) DIAGNOSIS SEMENTARA


Pitriasis Versikolor

(V) PEMERIKSAAN LAB/ USULAN PEMERIKSAAN


Kulit dengan pemberian
1. KOH 20%
2. Lampu Wood

(VI) DIAGNOSIS KERJA


Pitriasis Versikolor
(VII) PENGOBATAN
1. Ketoconazole 1x200 mg/hari
2. Ketokonazole krim 200 mg 2x/hari
(VIII) PROGNOSIS
1. Ad Vitam : ad bonam
2. Ad Sanactionam : dubia ad bonam
3. Ad Kosmetikum : dubia ad bonam

(IX) ANJURAN/SARAN
1. Mengurangi kelembaban tubuh penderita dengan menghindari pakainan yang panas
dan menggunakan pakaian yang menyerap keringat
2. Hindari menggaruk kulit secara berlebihan
3. Mengurangi aktivitas yang membuat keringat berlebihan
4. Hindari penggunaan handuk atau pakaian bersama dengan orang lain.
5. Menjaga kebersihan kulit dengan mandi secara rutin menggunakan sabun.

PEMBICARAAN
Diagnosis Pitiriasis versikolor ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang dari gejala klinis yang dikeluhkan oleh pasien. Berdasarkan
anamnesis, penderita diketahui adalah pria berusia 71 tahun. mengeluhkan gatal dengan
semakin bertambah ketika berkeringat. Keluhan pertama kali muncul pada bahu lalu semakin
lama semakin membesar atau lebar dengan makula hiperpigmentasi dibahu dan punggung
kiri dan sekarang muncul pitriasiformis squama sirkumskripta. Ruam selain hiperpigmentasi
ruam juga dapat berwarna maupun hipopigmentasi yang menyatu dengan yang lain sehingga
membentuk gambaran polisiklik. Dari gambaran anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat
diarahkan bahwa penderita mengalami Pitriasis Versikolor dengan ditambahkannya faktor
resiko seperti, tubuh yang berkeringat, hawa yang lembab, dan terdapat ruamnya pada area
tubuh yang tertutupi pakaian.5

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan menggunakan pewarnaan lampu wood


untuk mengetahui apakah benar pitriasis versikolor dengan hasil pewarnaan kuning keemasan
atau dapat melakukan pemeriksaan KOH dengan menunjukkan hifa atau miselia jamur yang
seperti putung rokok pendek, berbentuk seperti huruf i,j, dan v, serta spora bulat atau oval
dalam jumlah banyak dan cenderung bergerombol, sehingga memberi gambaran khas sebagai
spaghetti and meat ball atau banana and grapes.1,5

Diagnosis banding pitriasis roseae disingkirkan dengan melihat ruam yang terdapat
pada punggung pada awalnya bisa menyerupai tinea dengan tetapi dengan onset yang lebih
dari 3 minggu maka perkembangan ruam seharusnya apabila pada pitriasis rosea semakin
banyak searah jalur vertebrae sehingga dapat dikatakan pohon cemara terbalik dengan
terdapatnya herald patch bulat hingga oval squamous atau plak dengan pusat yang tertekan
dan tepi yang meninggi.9 Pada pemeriksaan lampu wood juga didapatkan pitriasis roseae
berwarna merah cerah atau merah bata.1
Diagnosis Eritrasma disingkirkan dengan anamnesis pemeriksaan fisik dan penunjang
yang dimana tidak didapatkan predileksi pada lipatan ketiak, paha dan payudara, etitrasma
disingkirkan karena pada anamnesis penderita tidak menderita rasa nyeri serta ketika
ditunjang dengan pemeriksaan penunjang dengan pewarnaan gram maka akan didapatkan
gram positif dari Corynebacterium minitussimum.10
Pengobatan antimikotik yang diberikan bersifat sistemik dan topikal dengan tujuan
untuk mengurangi pertumbuhan jamur Malessezia furfur.Terapi diberikan dengan
pertimbangan luas lesi, biaya, kepatuhan pasien, kontraindikasi, dan efek samping..11,12

RINGKASAN
Telah dilaporkan sebuah kasus Pitriasis Versikolor dengan keluhan utama gatal
disertai makula hiperpigmentasi gatal dengan semakin bertambah ketika berkeringat. Keluhan
pertama kali muncul kali muncul di kedua lengan atas, lalu menjalar dan melebar ke bahu dan
muncul juga di kedua paha dan juga disertai dengan skuam halus.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis serta


pemeriksaan penunjang bisa menggunakan lampu wood atau KOH 20%. Pengobatan yang
diberikan mengobati secara kausatif dengan Ketokonazol 1x200 mg/hari selama 10 hari dan
ketokonazol krim 2%. Prognosis penyakit ini ad bonam untuk quo ad vitam, dubia ad bonam
untuk quo ad sanactionam, dan dubia ad bonam untuk quo ad kosmetikum.

Dibacakan tanggal : 13 September 2023

Mengetahui :
DAFTAR PUSTAKA
1. Menaldi S, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7.
Jakarta: Badan Penerbit FK UI; 2017.

2. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (PERDOSKI). Panduan Praktik


Klinis: Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta: PERDOSKI;
2017.

3. Mahmoud YAG, Metwally MA, Mubarak HH, Zewawy NE. Treatment of tinea
versicolor caused by Malassezia furfur with dill seed extract: an experimental study.
2014;7:975-1491.

4. Pramono A.S., Soleha T.U., Pitiriasis Versikolor: Diagnosis dan Terapi. 2018;5:1

5. Karmila I.D., Verawaty L. Penatalaksanaan Pitiriasis Versikolor. [Denpasar]:


Universitas Udayana. 2015

6. Marlina D. Gambaran Karakteristik Pitriasis Versikolor di Poliklinik Kulit dan


Kelamin RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2015. 2016;3:165-170

7. Ibekwe P. Correlation of Malassezia species with clinical characteristics of pityriasis


versicolor [Munich]: Ludwig-Maximilians-Universitat; 2014

8. Yuksel M. Pityriasis Rosea Recurrence is Much Higher than Previously Known: A


Prospective Study. 2019;7:664-667

9. Casogi N, Putri G.T., Antifungal sebagai Pilihan Tatalaksana Eritrasma.2018;8:1

10. Badan POM Indonesia. Informatorium Obat Nasional Indonesia Cetakan tahun 2017.
Jakarta: Sagung Seto. 2017

11. Anggarini D.R., Astari L., Endraswari S. R. Uji Kepekaan Griseofulvin, Ketokonasol,
Itrakonasol, dan Terbinafin terhadap Spesies Dermatofit dengan Metode Mikrodilusi.
2015; 27:1

Anda mungkin juga menyukai