Anda di halaman 1dari 12

Journal Reading

Studi Komparatif dari Ketoconazole oral versus


Irtaconazole dalam Pengobatan Tinea Versicolor
Oleh :
Daru Setya Anantasisna, S.Ked.
NIM. 2230912310017
Pembimbing:
dr.

DEPARTEMEN/KSM ILMU KESEHATAN KULIT DAN


KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN ULM/RSUD ULIN
BANJARMASIN
September, 2023
Begum S, Karim MN, Haque AR, Rahat
ML. A comparative study of oral
Ketoconazole versus Itraconazole in the
treatment of Tinea versicolor. Community
Based Medical Journal. 2020;9(2):26-33.
Introduksi
● Tinea versicolor (TV) atau disebut juga dengan pityriasis versicolor adalah infeksi kulit yang bersifak kronik dan
jinak yang disebabkan oleh jamur Malassezia.
● Tinea versicolor paling banyak ditemukan pada remaja dan dewasa muda. Karena kebutuhan lemak dari
Mallasezia, jamur ini jarang ditemukan pada kulit dari anak-anak dan orang tua, tetapi sering ditemukan ketika
produksi sebum tinggi.
● Tinea versikolor tidak menular; tetapi termasuk infeksi oportunistik endogen.
● Diagnosis dapat ditegakkan secara klinis dan dipastikan dengan lampu Wood’s dan pemeriksaan mikologi.
● Tinea versikolor terjadi di seluruh dunia, namun insiden tertinggi ditemukan di daerah beriklim tropis. Tinea
versikolor lebih sering terjadi di daerah dengan suhu yang lebih tinggi.
● Tinea versikolor berhasil diobati dengan berbagai obat seperti obat topikal dan oral.
● Terapi topikal telah digunakan sebagai profilaksis namun kepatuhan pasien lebih rendah
● Terapi oral juga efektif untuk tinea versicolor dan sering kali lebih disukai pasien karena lebih nyaman dan tidak
memakan waktu lama.
● Flukonazol, ketokonazol, dan itrakonazol merupakan obat oral pilihan. Berbagai regimen dosis telah digunakan.
● Penelitian ini dirancang untuk membandingkan efektivitas ketokonazol oral dosis 200 mg setiap hari selama 7 hari
dengan dosis tunggal itrakonazol 400 mg dalam pengobatan tinea versicolor.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan studi banding prospektif yang dilakukan di
Departemen Dermatologi dan Kelamin BSMMU pada bulan Juni 2019 hingga
November 2019. Pengambilan sampel dilakukan secara purposif. Sebanyak 64
(47 laki-laki dan 17 perempuan) pasien, berusia 18 hingga 50 tahun dipilih
secara acak & dilibatkan dalam penelitian ini. Pasien didiagnosis secara klinis
(berdasarkan eritema, skuama, pigmentasi) dan dikonfirmasi dengan
pemeriksaan lampu Wood dan mikroskop KOH. Semua pasien dibagi menjadi
kelompok A dan kelompok B secara merata. Persetujuan tertulis untuk
penelitian ini diperoleh dari semua pasien.
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi
Subjek termasuk mereka yang berusia 18 I. Sensitif terhadap ketokonazol dan
hingga 50 tahun yang memiliki itrakonazol
diagnosis klinis tinea versikolor yang II. Kandidiasis mukokutaneus kronis
dikonfirmasi dengan pemeriksaan lampu atau penyakit sistemik serius apa
Wood dan mikroskop KOH dan yang pun
memberikan persetujuan tertulis sebelum III. Imunosupresan yang disebabkan
dimasukkan ke dalam uji coba. oleh penyakit atau pengobatan,
IV. Penyakit atau kondisi lain yang
menurut pendapat peneliti harus
mengecualikan pasien dari
percobaan.
Hasil dan Diskusi
Distribusi berdasarkan usia Distribusi berdasarkan jenis kelamin

Dalam penelitian ini dari total 64 pasien, 47 (73,4%) pasien


berjenis kelamin laki-laki dan 17 (26,6%) pasien berjenis
Usia pasien berkisar antara 18 hingga 50 tahun
kelamin perempuan. Perbandingan rasio laki-laki dan
dengan usia rata-rata 28,7 (SD ±8,5) tahun. Usia rata-
perempuan sebesar 2,76:1.
rata pasien adalah 29,2 (SD ±8,6) tahun pada
kelompok-A; sedangkan usia pasien pada kelompok
B berkisar antara 18 hingga 50 tahun dengan usia
rata-rata 28,2 (SD±8,5) tahun.
Distribusi berdasarkan tipe morfologi lesi Distribusi berdasarkan durasi penyakit

Dalam penelitian ini, di antara total 64 pasien,


50 (78,1%) pasien mengalami hipopigmentasi Durasi penyakit berkisar antara 1 hingga 12
dan 14 (21,9%) pasien menderita tinea bulan dengan durasi rata-rata 3,9 (±2,7) ​bulan
versikolor tipe hiperpigmentasi. pada kelompok BA; sedangkan durasi penyakit
pada kelompok B berkisar antara 1 hingga 12
bulan dengan rata-rata 3,5 (±2,2) bulan.
Distribusi berdasarkan respon klinis (1 Distribusi berdasarkan respon klinis (2
bulan) bulan)

Respon klinis di kelompok-A adalah sembuh pada 25 pasien


(78,1%), membaik pada 5 pasien (15,6%) dan kegagalan pada Respon klinis dalam 2 bulan didapatkan di kelompok A tingkat
2 Pasien (6,2%); sedangkan respon klinis pada kelompok B sembuh pada 22 Pasien (68,8%), perbaikan pada 5 pasien
adalah sembuh pada 22 pasien (68,8%), membaik pada 7 (15,6%), kegagalan pada 3 (9,4%) dan kambuh pada 2 (6,2%)
pasien (21,87%) dan kegagalan pada 3 pasien (9,4%). pasien; sedangkan respons klinis di kelompok B sembuh pada
Perbandingan keberhasilan klinis secara keseluruhan (sembuh 18 pasien (56,2%), membaik pada 6 pasien (18,75%),
ditambah perbaikan) di antara kelompok A dan kelompok B kegagalan pada 4 pasien (12,5%) dan kambuh pada 4 pasien
adalah [30(93,75%) vs 29(90,62%)]. (12,5%). Keberhasilan klinis secara keseluruhan (penyembuhan
ditambah perbaikan) di antara kelompok A dan kelompok B
adalah [27 (84,37%) vs 24 (75,0%)]
Distribusi berdasarkan respon mikologi (1 Distribusi berdasarkan respon mikologi (2
bulan) bulan)

Respon mikologi dalam 1 bulan didapatkan


eradikasi pada 26 pasien (81,25%) dan persisten
Respon mikologi pada bulan ke-2 didapatkan pada
pada 6 pasien (18,75%) pada kelompok A; kelompok-A eradikasi pada 25 pasien (78,12%), persisten
sedangkan respon mikologi adalah eradikasi pada pada 5 pasien (15,62%) dan pemberantasan dengan infeksi
24 pasien (75,0%) dan persisten pada 8 pasien ulang pada 2 pasien (6,2%) pasien; sedangkan pada
(25,0%) pada kelompok B. kelompok B eradikasi pada 22 pasien (68,75%), persisten
pada 7 pasien (21,9%) dan pemberantasan dengan infeksi
ulang pada 3 pasien (9,4%).
Distribusi berdasarkan efek samping

Mengenai efek samping, penelitian ini menunjukkan bahwa 6


(18,75%) pasien pada kelompok ketokonazol dan 8 (25,0%)
kasus pada kelompok itrakonazol mengalami efek samping
selama masa pengobatan (p>0,05). ). Efek sampingnya adalah
vertigo (2), mual muntah (3) dan diare (1) pada kelompok
ketoconazole; sedangkan efek sampingnya adalah vertigo (5),
mual-muntah (3) pada kelompok itrakonazol.
Kesimpulan
Uji klinis komparatif ini menunjukkan bahwa ketoconazole 200 mg setiap
hari selama 7 hari dan itraconazole 400 mg dosis tunggal efektif dalam
pengobatan tinea versicolor dengan profil efikasi dan keamanan yang hampir
sama. Berdasarkan hasil penelitian ini, respon tingkat kekambuhan lebih
rendah terjadi ketoconazole dibandingkan itraconazol (tidak signifikan)
setelah penghentian obat.
Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai