Tugas Penyusunan Anasir Gigi
Tugas Penyusunan Anasir Gigi
Disusun Oleh :
Cici Cahya Utami(180600204)
Lisdianawati Hulu(180600008)
Afif Adillah(180600198)
Dhea Raihani(180600001)
PENDAHULUAN
d. Parotid duct dimana saat penyusunan gigi molar pertama rahang atas harus
ditempatkan di bawah orifice dari kelenjar parotis
e. Rugae, dimana permukaan labial kaninus biasanya 10,5 mm dari aspek lateral rugae
pertama dari rugae anterior.
f. Hidung, dimana jarak antara ujung taring sama dengan lebar pangkal hidung
g. Filtrum, dimana lebar gigi insisivus sentral mendekati lebar filtrum.
Landmark anatomi untuk rahang bawah yang dapat membantu penyusunan anasir gigi
tiruan yaitu:
a. Sudut mulut, Sebagai panduan anatomi yang paling sering digunakan untuk
mengembangkan bidang anterior oklusi.
b. Retro molar pads, Bidang oklusi posterior dilanjutkan dengan bidang oklusi anterior
yang meluas hingga ke 1/3 bagian atas dan tengah dari Retro molar pads secara
billatral. Hal ni akan menempatkan bidang oklusi pada tingkat yang sesuai dengan
lidah, namun apabila ini tidak dipertimbangkan maka dapat mengganggu pergerakan
lidah yang normal.
c. Residual Ridge, dimana gigi anterior rahang bawah disusun di puncak ridge karena
adanya pola resorpsi dari ridge. Gigi anterior rahang bawah tidak boleh dipasang
terlalu jauh dari tengah ridge untuk memastikan stabilitas gigi tiruan. Cusp lingual
posterior mandibula seharusnya tidak menjangkarkan pada pound line, pound line
adalah garis imajiner yang memanjang dari batas lingual retro molar pad ke sudut
mesial kaninus. Hal ini memungkinkan untuk aksi normal pada lidah.
• Anterior maksila
Aksis panjang gigi sedikit condong ke arah sumbu vertikal jika dilihat dari
depan. Tepi insisal berkontak dengan bidang oklusal (Gbr. 10.12A).
Gigi rahang atas memiliki kemiringan ke labial sekitar 15° jika dilihat dari samping
(Gbr. 10.12B). Angulasi 15° lebih terlihat di setengah insisal dari gigi insisivus sentral
dan margin serviks harus berada di dalam tepi oklusal rim. Posisi gigi insisivus sentral
jika dilihat ke arah lingual (Gbr. 10.12C) tidak lurus tetapi mengikuti bentuk lengkung.
Aksis panjangnya lebih miring ke arah garis tengah (midline), jika dibandingkan
dengan gigi insisivus sentral tepi insisal pendek sekitar 1 mm dari bidang oklusal
(Gbr.10.13A). Rotasi mesiolabial biasanya terlihat bagus pada pasien wanita atau
pasien dan disebut ‘soft’ lateral.
Untuk pria dan untuk efek yang lebih kuat, cobalah rotasi mesiolingual, yang disebut
‘hard’ lateral. Ini membuat gigi terlihat lebih lebar. Tempatkan gigi insisivus lateral
lebih tinggi dari pusat tergantung pada usia. Hal ini membuat tampilan 'garis senyum',
miring ke labial sekitar 20 ° jika dilihat dari samping (Gbr. 10.13B). Tampilan lingual
menunjukkan tumpang tindih margin distal gigi insisivus sentral dengan permukaan
mesial gigi insisivus lateral karena kemiringannya. Permukaan distal gigi insisivus
lateral mengikuti lengkungan (Gbr. 10.13C).
Aksis panjangnya sejajar dengan sumbu vertikal jika dilihat dari depan dan samping
(Gbr. 10.14A). Margin servikal kaninus lebih menonjol jika dibandingkan dengan gigi
insisivus sentral dan lateral. Ini kurang untuk pasien dengan wajah persegi dan lebih
jika wajah meruncing. Ujung kaninus bersentuhan dengan bidang oklusal. Jika dilihat
dari depan hanya lereng mesial gigi kaninus yang terlihat.
Penyusunan sejajar dengan sumbu vertikal jika dilihat dari samping (Gbr. 10.14B). Jika
dilihat dari sisi bukal hanya lereng distal gigi taring yang terlihat. Pada tampilan palatal,
susunannya mengikuti bentuk lengkung (Gbr. 10.14C).
Demikian pula gigi disusun di sisi yang berlawanan (Gbr. 10.15A). Penyusunan gigi
anterior rahang atas telah selesai (Gbr. 10.15B)
Hubungan glass plate dengan penyusunan gigi anterior rahang atas ditunjukkan pada
(Gbr 10.15C).
Margin servikal kaninus lebih tinggi dari pada gigi insisivus sentral dan lateral.
Lengkung yang simetris ditunjukkan pada susunan gigi di kedua sisi midline (Gbr.
10.15D).
• Anterior mandibula
Aksis panjangnya juga agak miring ke arah sumbu vertikal bila dilihat dari depan (Gbr.
Aksis panjangnya cenderung ke arah sumbu vertikal jika dilihat dari depan. Tepi insisal
adalah 2 mm di atas bidang oklusal (Gbr. 10.17A).
Jika dilihat dari samping kemiringannya lebih ke labial (Gbr. 10.17B) tetapi tidak
sedalam gigi insisivus sentral. Dari tampilan insisal mengikuti bentuk lengkung (Gbr.
10.17C).
Aksis panjangnya agak condong ke arah garis tengah (midline) jika dilihat dari depan
(Gbr. 10.18A). Margin servikal lebih menonjol daripada gigi insisivus. Margin insisal
adalah 2 mm di atas bidang oklusal.
Dari pandangan lateral, separuh insisal gigi kaninus agak miring ke lingual dan separuh
servikal lebih menonjol bila dilihat dari samping (Gbr. 10.18B). Dari pandangan
insisal, cusp sedikit lebih dari 2 mm di atas bidang oklusal. Penyusunan mengikuti
bentuk lengkung (Gbr. 10.18C).
Demikian pula gigi disusun di sisi lain dari lengkungan. Tepi insisal dari semua gigi
dari kaninus ke kaninus berada pada bidang yang sama (Gbr. 10.18D).
Dari pandangan insisal dari anterior rahang bawah, susunannya menunjukkan gigi
insisivus mengikuti bentuk lengkung. Gigi insisivus tidak membentuk garis lurus tetapi
melengkung sesuai dengan kelengkungan pada lengkung (Gbr. 10.18E).
Overjet dan overbite (Gbr. 10.19A) kira-kira 1–2 mm pada kasus klas I. Hubungan
kaninus dari gigi rahang atas dan rahang bawah dalam kasus susunan klas I adalah
bahwa lereng mesial kaninus maksila berhubungan dengan lereng distal dari gigi
kaninus mandibula.
Tampak depan lengkap dari susunan gigi anterior ditunjukkan pada (Gbr. 10.19B)
Posterior Maksila
Aksis panjang sejajar dengan sumbu vertikal jika dilihat dari depan dan samping
(Gbr.10.20A). Cusp bukalnya bersentuhan dengan bidang oklusal. Cusp palatal
sedikit di atas bidang oklusal. Permukaan bukal gigi premolar sejajar dengan
permukaan labial kaninus (Gbr. 10.20B).
Aksis panjangnya sejajar dengan sumbu vertikal mirip dengan gigi premolar satu. Cusp
bukal dan cusp palatal berhubungan dengan bidang oklusal (Gbr. 10.21A). Dari
pandangan oklusal, permukaan bukal yang gigi premolar pertama dan gigi premolar
kedua sejajar dengan permukaan labial kaninus (Gbr. 10.21B).
c. Penyusunan gigi molar satu maksila
Jika dilihat dari depan, aksis panjangnya miring ke arah bukal. Jika dilihat dari
samping, aksis panjangnya miring ke arah distal. Hanya cusp mesiopalatal yang
berkontak dengan bidang oklusal dan cusp mesiobukal hamper berkontak dengan
bidang oklusal (Gbr. 10.22A). Dari pandangan oklusal, permukaan bukal dua gigi
premolar dan molar pertama sejajar dengan permukaan labial kaninus (Gbr. 10.22B).
Jika dilihat dari depan, kemiringannya lebih ke arah bukal dari pada gigi molar pertama.
Jika dilihat dari samping, kemiringannya lebih ke arah distal daripada gigi molar
pertama. Tidak ada cusp yang berkontak dengan bidang oklusal tetapi cusp
mesiopalatal dekat dengan bidang oklusal (Gbr. 10.23A). Permukaan mesial gigi molar
dua harus sejajar dengan permukaan distal gigi molar pertama (Gbr. 10.23B).
Dari pandangan oklusal, permukaan bukal posterior rahang atas sejajar dengan lereng
distal kaninus kecuali cusp distobukal molar kedua. Tampak oklusal dari basis
percobaan rahang atas setelah penyusunan gigi ditunjukkan pada (Gbr. 10.23C).
Hubungan glass plate dengan gigi rahang atas yang menunjukkan kontak cusp pada
Basis gigi tiruan percobaan dengan susunan gigi rahang atas ditempatkan pada
artikulator dengan tampilan frontal yang menunjukkan penyusunan gigi insisivus
sentral rahang atas yang benar (Gbr. 10.25A dan B).
• Posterior Mandibula
Aksis panjang condong ke lingual jika dilihat dari tampilan depan dan condong ke
mesial jika dilihat dari sisi bukal (Gbr. 10.26A). Semua cusp berada pada daerah yang
lebih tinggi di atas bidang oklusal dibandingkan dengan gigi premolar kedua. Cusp
distal akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan cusp lainnya.
Cusp bukal dan distal lebih tinggi dari mesial dan lingual karena kemiringannya (Gbr.
10.26B).
Oklusi: cusp mesiopalatal maksila harus bertumpu pada fossa sentral molar pertama
mandibula yang membentuk bukal overjet. Cusp mesiobukal molar satu rahang atas
harus bersandar pada alur bukal (buccal groove) molar satu mandibula (Gbr. 10.26C).
Hal ini merupakan salah satu 'kunci oklusi'.
Aksis panjang sejajar dengan bidang vertikal jika dilihat dari depan dan samping (Gbr.
10.27A). Kedua cusp berada sekitar 2 mm di atas bidang oklusal dan mengikuti bentuk
lengkung (Gbr. 10.27B).
Oklusi: Ujung cusp bukal berkontak dengan mesial marginal ridge gigi premolar dua
maksila. Cusp mesiolingual berkontak dengan lereng distal dari cusp lingual premolar
satu rahang atas (Gbr. 10.27C).
c. Penyusunan gigi molar dua mandibula
Inklinasi lingual dan mesial aksis panjang gigi lebih besar daripada gigi molar satu.
Inklinasi cusp distal dan bukal lebih dari mesial dan lingual. Aksis Panjang gigi sejajar
dengan bidang vertikal jika dilihat dari depan dan mengikuti bentuk lengkung (Gbr.
Oklusi: Kontak dengan gigi molar maksila mirip dengan oklusi antara gigi molar satu
(Gbr. 10.28B).
Cusp bukal atau central groove posterior mandibula harus bertepatan dengan puncak
dari residual alveolar ridge yang akhirnya dipasang (Gbr. 10.29A).
Oklusi: Cusp bukal harus berkontak dengan mesial marginal ridge dari gigi premolar
satu maksila (Gbr. 10.29B).
Bagian Posterior mandibula yang tersisa disusun dengan cara yang sama di kuadran
lainnya. Perhatikan bahwa fossa sentral dari semua gigi posterior berada pada garis
lurus pada puncak ridge (Gbr. 10.29C). (Gbr 10.29D dan E) menunjukkan susunan
gigi yang lengkap pada hubungan rahang klas I.
Kunci oklusi
Cusp mesiobuccal molar satu maksila terletak pada mesiobuccal groove molar satu
mandibula pada oklusi sentris.
Pada klas II, maksila prognatik atau mandibula retrognatik dengan overjet
meningkat 5-6 mm. Prinsip penyusunan gigi yang sama diikuti, dengan sedikit
modifikasi.
1) Prinsip penyusunan gigi untuk anterior rahang atas (Gbr.10.30A) serupa untuk klas
2) Gigi anterior mandibula disusun dengan overjet yang meningkat 5-6 mm dan
overbite 2 mm (Gbr. 10.30B dan C).
3) Karena posisi retrusi mandibular ridge dengan ruang yang lebih sedikit untuk gigi,
premolar dihilangkan di lengkung rahang bawah (Gbr. 10.31A), sementara semua gigi
disusun di lengkung rahang atas (Gbr. 10.31B).
4) (Gbr 10.32A dan B) menunjukkan susunan gigi yang lengkap untuk hubungan
rahang klas II.
Pada klas III, mandibula prognatik atau maksila retrognatik; dengan demikian,
overjet dan overbite berkurang hingga hampir 0–1 mm. Prinsip penyusunan gigi
yang sama diikuti, dengan sedikit modifikasi.
Dalam hal penyusunan gigi anterior, prinsip penyusunan gigi sama kecuali untuk
overjet yang hampir dihilangkan (gigitan edge to edge) (Gbr. 10.33A) dan overbite
yang juga diminimalkan (Gbr. 10.33B). Untuk menyediakan ruang bagi gigi
posterior maksila, biasanya satu gigi premolar di trimming secara mesiodistal atau
dikeluarkan dari lengkung maksila.
(Gbr 10.33D) menunjukkan susunan lengkap untuk hubungan rahang klas III.
Gigi tiruan merupakan suatu tiruan dari gigi geligi yang berfungsi untuk mengembalikan oklusi
dan estetik dari gigi geligi yang telah hilang sebelumnya.Pemilihan dan penyusunan anasir gigi tiruan
harus dapat memperbaiki penampilan selain untuk memperbaiki fungsi lainnya dari gigitiruan.Penyusunan
anasir gigi tiruan agar terlihat natural terutama dalam hal penampilan (estetik) dan saat gigi tiruan
berfungsi (mis. bicara, tertawa, pengunyahan) merupakan penggabungan antara seni dan ilmu
pengetahuan.
Pada saat pembuatan rekam medis, penting untuk mencatat seluruh fitur pada wajah pasien baik
kondisi normal maupun abnormal. Penyusunan anasir gigi tiruan untuk mencapai estetik yang diharapkan
umumnya tergantung pada komposisi, ukuran, bentuk dan warna dari ke enam gigi anterior yang
dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin,kepribadian pasien, kosmetik dan refleksi artistik. Beberapa faktor
yang mempengaruhi pemilihan ukuran dan bentuk gigi anterior antara lain :
(1) usia;
(2) kebiasaan; (3) kompleksi wajah (complexion);
Pemilihan warna gigi tiruan dilakukandengan bantuan panduan warna (shade guide ) dengan cara
membasahi shade guide dengan air terlebih dahulu kemudian memposisikannya sedikit di dalam rongga
mulut pasien yangterbuka dengan bantuan pencahayaan alami.
-Pasang percobaan
Sebelum menyusun gigi-gigi anterior rahang bawah,perhatikan dahulu relasi gigi RA dan RB.
Overbite(vertical overlap) yaitu jarak antara insisal gigi anterior
RA terhadap insisal gigi anterior RB, ± 1 mm. Sedangkanoverjet (horizontal overlap) yaitu jarak antara
permukaanpalatal gigi anterior RA terhadap permukaan labial gigianterior RB, ± 2 mm. Permukaan labial
gigi anterior RBtidak menyentuh permukaan lingual gigi anterior RA saatrelasi sentris untuk menghindari
masalah yang timbul(mis. kontak prematur yang dapat menyebabkan
gigitidak stabil) saat pergerakan eksentris rahang yangdapat berakibat ketidakstabilan gigi tiruan.
-Urutan penyusunan gigi: pada rahang atas dimulai darigigi premolar pertama hingga molar kedua ( P1–
P2–M1–M2) sisi kanan kemudian berlanjut pada sisi kirinya,sedangkan pada rahang bawah dimulai dari
gigi molarpertama kemudian molar kedua lalu berlanjut ke gigipremolar kedua dan pertama (M2–M1–P2–
P1) pada sisi kanan dan kiri.
c.Tinggi gigi RA akan semakin tinggi (mendekatipuncak ridge) ke arah posterior sedangkan pada RB
mengikuti lengkung RA
d.Garis retromolar pad hingga ke distal gigi kaninusrahang bawah merupakan tempat kedudukan fissura
gigi RB.
c.Artikulasi : periksa working side (sisi kerja) yangdigunakan untuk mengunyah dan balancing side
(sisikeseimbangan) untuk keseimbangan agar tidakterjadi kontak prematur yang mengarah padatraumatik
oklusi dan ketidak stabilan GTP. Sesuaikandengan oklusi dinamik ideal GTP (bilateral
balancingocclusion/BBO)
5. Prinsip penyusunan anasir gigitiruan
o Hubungan horizontal terhadap linggir alveolaris
o Posisi vertical pada permukaan oklusal dan tepi insisal antara linggir
o Estetis
o Inklinasi oklusi
BAB III
KESIMPULAN
Penyusunan anasir gigi tiruan perlu dilakukan untuk mendapatkan oklusi harmonis sehingga dapat
meningkatkan retensi, stabilitas dan kontrol terhadap daya tekan pada gigi tiruan. Posisi gigi tiruan, sangat
bergantung pada keadaan, morfologi dan posisi daerah gigi tiruan yang ada di mulut pasien, dan diikuti beberapa
faktor yang mempengaruhi posisi anasir gigi tiruan yaitu hubungan permukaan insisal gigi dan dataran oklusal dari
oklusal rim.
Penyusunan anasir gigi tiruan untuk mencapai estetik yang diharapkan umumnya tergantung pada
komposisi, ukuran, bentuk dan warna dari ke enam gigi anterior yang dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin,
kepribadian pasien, kosmetik dan refleksi artistik. Penyusunan anasir gigi tiruan dibedakan sesuai dengan hubungan
rahang yaitu Klas I, Klas II, Klas III.
Urutan penyusunan anasir gigitiruan pada GTL diantaranya adalah Gigi anterior rahang atas, gigi anterior
rahang bawah, gigi posterior kanan rahang atas dan rahang bawah, gigi posterior kiri rahang atas dan rahang bawah,
dan pasang percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Krishna PD, Rajendra B, Anupama PD, Jason LN. Concepts Of Arranement Of Artificial Teeth Selective
Grinding And Balanced Occulison In Complete In Denture Prosthodontics. Nite University Journal of
Health Science (NUJHS), 2012:2(1);59
Rangarajan V, Padmanabhan TV. Textbook of Prosthodontics. 2nd ed. India: Elsevier, 2017.
Utari, Rita I. dkk.1994. Desain dan Teknik Mencetak Pada Pembuatan Geligi Tiruan Lengkap. Jakarta:
Hipokrates
Jubhari EH, Patilasarani AN. Management Of Occlusion in a full edentulous with abnormal jaw relation.
Makassar dental journal 2020;9(1):68-72.