Anda di halaman 1dari 29

TUGAS BLOK 20

“PENYUSUNAN ANASIR GIGI”

Disusun Oleh :
Cici Cahya Utami(180600204)

Lisdianawati Hulu(180600008)

Afif Adillah(180600198)

Dhea Raihani(180600001)

Fenita Aulia Putri Hasrimy(160600204)

Juwita Amalia Ramadhani(180600003)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

Pasien edentulus mengalami perubahan morfologi baik intraoral maupun ekstraoral.


Perubahan pada intraoral antara lain resorbsi prosesus alveolaris sedangkan dilihat dari
ekstraoral antara lain perubahan penampilan wajah. Perubahan-perubahan tersebut semakin
berlanjut dengan bertambahnya umur, apalagi jika disertai penyakit umum lainnya.Pada pasien
edentulus seluruhnya, alternatif perawatan untuk mencegah perubahan lebih lanjut adalah
dengan pembuatan gigitiruan penuh (GTP).
Pada penyusunan anasir gigitiruan diperlukan pedoman, salah satunya adalah dengan
menggunakan pedoman biometrik. Pedoman biometrik tersebut berguna untuk memperkecil
kemungkinan terjadinya kesalahan dalam menyusun anasir gigit iruan, seperti anasir gigi tiruan
anterior yang terlalu jauh dari prosesus alveolaris yang dapat mempengaruhi kestabilan
gigitiruan, fungsi pengunyahan dan bicara, serta estetis.Tanda anatomi pada intraoral yang
dapat dijadikan pedoman biometrik adalah papila insisivum.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Tujuan penyusunan anasir gigi tiruan


Anasir gigi tiruan adalah bagian dari gigi tiruan yang berfungsi menggantikan
gigi asli yang hilang. Dalam proses langkah kerja pada pembuatan gigi tiruan lengkap
terdapat proses penyusunan anasir gigi tiruan. Tujuan utama dari penyusunan anasir gigi
tiruan ini adalah untuk memenuhi persyaratan utama dari sebuah anasir gigi tiruan yaitu
memperbaiki penampilan dan dapat berfungsi dengan baik. Tujuan penyusunan anasir
gigi tiruan yang lain adalah rehabilitasi oklusi, pasien dapat berbicara dan makan
dengan baik dan seperti biasa, serta tidak mengiritasi jaringan di atas linggir alveolar.
Penyusunan anasir gigi tiruan perlu dilakukan untuk mendapatkan oklusi
harmonis sehingga dapat meningkatkan retensi, stabilitas dan kontrol terhadap daya
tekan pada gigi tiruan. Gigi tiruan harus ditempatkan dan disusun pada posisi yang
secara estetika dan anatomis dapat diterima oleh pasien dan dokter, secara fungsional
sehat dan selaras dengan struktur lain dari sistem pengunyahan. Dengan demikian,
pasien dapat merasa puas dan nyaman dalam memakai gigi tiruan.

2. Posisi anasir gigi tiruan


2.1.Faktor yang memperngaruhi posisi anasir gigi tiruan
Posisi gigi tiruan, sangat bergantung pada keadaan, morfologi dan posisi daerah
gigi tiruan yang ada di mulut pasien. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi posisi
anasir gigi tiruan yaitu hubungan permukaan insisal gigi dan dataran oklusal dari
oklusal rim, hubungan ini menentukan posisi gigi tiruan agar mencapai oklusi yang
harmonis, dan faktor berikutnya yaitu inklinasi, setiap gigi mempunyai 2 macam
kecondongan atau inklinasi yaitu inklinasi mesio-distal, inklinasi labio-palatal (antero
posterior) yang akan mempengaruhi posisi anasir gigi tiruam
2.2.Landmark anatomi
Dalam penyusunan anasir gigi tiruan terdapat landmark anatomi yang dapat
membantu menentukan posisi penyunan pada anasir gigi tiruan. Landmark anatomi
untuk rahang atas adalah incisive papilla, residual ridge, arch form, parotid duct, rugae,
nose, philtrum. Landmark anatomi untuk rahang bawah adalah bagian sudut mulut, retro
molar pads dan residual ridge
Landmark anatomi rahang atas yang dapat membantu penyusunan anasir gigi tiruan
yaitu:
a. incisive papilla dimana gigi insisivus rahang atas terletak 8-10 mm (kira-kira) di
anterior pada titik potong garis yang membagi dua garis tengah palatum secara
tegak lurus melalui papilla incisive.
b. Residual ridge dimana Gigi anterior rahang atas diposisikan pada labial ke ridge dan
cusp palatal lingual dari gigi posterior rahang atas harus dipusatkan di atas ridge
mandibula.
c. Arch form (bentuk lengkung) dimana ini berperan mempengaruhi susunan gigi
rahang atas dan aturan umumnya adalah mengikuti kontur lengkung. Ada tiga jenis
bentuk lengkung yaitu:
- Square Arch, maka usunannya berada dalam garis lurus dari kaninus ke kaninus
tanpa rotasi,

- Tappering Arch dimana susunannya ialah gigi insisivus sentral ditempatkan


lebih ke depan dan lebih rotasi ke distal lalu gigi insisivus lateral juga mengikuti
insisivus sentral dan leher gigi caninnus lebih menonjol dalam susunannya.
- Ovoid Arch dimana susunannya memiliki kelengkungan yang jelas namun tidak
sampai ke lengkungan yang meruncing, gigi kaninus tidak akan terlalu menonjol

d. Parotid duct dimana saat penyusunan gigi molar pertama rahang atas harus
ditempatkan di bawah orifice dari kelenjar parotis
e. Rugae, dimana permukaan labial kaninus biasanya 10,5 mm dari aspek lateral rugae
pertama dari rugae anterior.
f. Hidung, dimana jarak antara ujung taring sama dengan lebar pangkal hidung
g. Filtrum, dimana lebar gigi insisivus sentral mendekati lebar filtrum.

Landmark anatomi untuk rahang bawah yang dapat membantu penyusunan anasir gigi
tiruan yaitu:
a. Sudut mulut, Sebagai panduan anatomi yang paling sering digunakan untuk
mengembangkan bidang anterior oklusi.
b. Retro molar pads, Bidang oklusi posterior dilanjutkan dengan bidang oklusi anterior
yang meluas hingga ke 1/3 bagian atas dan tengah dari Retro molar pads secara
billatral. Hal ni akan menempatkan bidang oklusi pada tingkat yang sesuai dengan
lidah, namun apabila ini tidak dipertimbangkan maka dapat mengganggu pergerakan
lidah yang normal.
c. Residual Ridge, dimana gigi anterior rahang bawah disusun di puncak ridge karena
adanya pola resorpsi dari ridge. Gigi anterior rahang bawah tidak boleh dipasang
terlalu jauh dari tengah ridge untuk memastikan stabilitas gigi tiruan. Cusp lingual
posterior mandibula seharusnya tidak menjangkarkan pada pound line, pound line
adalah garis imajiner yang memanjang dari batas lingual retro molar pad ke sudut
mesial kaninus. Hal ini memungkinkan untuk aksi normal pada lidah.

3. Pedoman penyusunan gigi

3.1 Hubungan rahang Klas I

• Anterior maksila

a. Penyusunan gigi insisivus sentral maksila

Aksis panjang gigi sedikit condong ke arah sumbu vertikal jika dilihat dari
depan. Tepi insisal berkontak dengan bidang oklusal (Gbr. 10.12A).
Gigi rahang atas memiliki kemiringan ke labial sekitar 15° jika dilihat dari samping
(Gbr. 10.12B). Angulasi 15° lebih terlihat di setengah insisal dari gigi insisivus sentral
dan margin serviks harus berada di dalam tepi oklusal rim. Posisi gigi insisivus sentral
jika dilihat ke arah lingual (Gbr. 10.12C) tidak lurus tetapi mengikuti bentuk lengkung.

b. Penyusunan gigi insisivus lateral maksila

Aksis panjangnya lebih miring ke arah garis tengah (midline), jika dibandingkan
dengan gigi insisivus sentral tepi insisal pendek sekitar 1 mm dari bidang oklusal
(Gbr.10.13A). Rotasi mesiolabial biasanya terlihat bagus pada pasien wanita atau
pasien dan disebut ‘soft’ lateral.
Untuk pria dan untuk efek yang lebih kuat, cobalah rotasi mesiolingual, yang disebut
‘hard’ lateral. Ini membuat gigi terlihat lebih lebar. Tempatkan gigi insisivus lateral
lebih tinggi dari pusat tergantung pada usia. Hal ini membuat tampilan 'garis senyum',
miring ke labial sekitar 20 ° jika dilihat dari samping (Gbr. 10.13B). Tampilan lingual
menunjukkan tumpang tindih margin distal gigi insisivus sentral dengan permukaan
mesial gigi insisivus lateral karena kemiringannya. Permukaan distal gigi insisivus
lateral mengikuti lengkungan (Gbr. 10.13C).

c. Penyusunan gigi kaninus maksila

Aksis panjangnya sejajar dengan sumbu vertikal jika dilihat dari depan dan samping
(Gbr. 10.14A). Margin servikal kaninus lebih menonjol jika dibandingkan dengan gigi
insisivus sentral dan lateral. Ini kurang untuk pasien dengan wajah persegi dan lebih
jika wajah meruncing. Ujung kaninus bersentuhan dengan bidang oklusal. Jika dilihat
dari depan hanya lereng mesial gigi kaninus yang terlihat.

Penyusunan sejajar dengan sumbu vertikal jika dilihat dari samping (Gbr. 10.14B). Jika
dilihat dari sisi bukal hanya lereng distal gigi taring yang terlihat. Pada tampilan palatal,
susunannya mengikuti bentuk lengkung (Gbr. 10.14C).

Demikian pula gigi disusun di sisi yang berlawanan (Gbr. 10.15A). Penyusunan gigi
anterior rahang atas telah selesai (Gbr. 10.15B)
Hubungan glass plate dengan penyusunan gigi anterior rahang atas ditunjukkan pada

(Gbr 10.15C).

Margin servikal kaninus lebih tinggi dari pada gigi insisivus sentral dan lateral.
Lengkung yang simetris ditunjukkan pada susunan gigi di kedua sisi midline (Gbr.

10.15D).

• Anterior mandibula

a. Penyusunan gigi insisivus sentral mandibula

Aksis panjangnya juga agak miring ke arah sumbu vertikal bila dilihat dari depan (Gbr.

10.16A). Tepi insisal sekitar 2 mm di atas bidang oklusal.


Kemiringannya lebih ke labial jika dilihat dari samping (Gbr. 10.16B). Kemiringannya
lebih jelas pada separuh insisal insisivus sentral dan regio servikal di dalam lingkar
oklusal. Dari tampilan insisal, mengikuti bentuk lengkung (Gbr. 10.16C).
b. Penyusunan gigi insisivus lateral mandibula

Aksis panjangnya cenderung ke arah sumbu vertikal jika dilihat dari depan. Tepi insisal
adalah 2 mm di atas bidang oklusal (Gbr. 10.17A).

Jika dilihat dari samping kemiringannya lebih ke labial (Gbr. 10.17B) tetapi tidak
sedalam gigi insisivus sentral. Dari tampilan insisal mengikuti bentuk lengkung (Gbr.

10.17C).

c. Penyusunan gigi kaninus mandibula

Aksis panjangnya agak condong ke arah garis tengah (midline) jika dilihat dari depan
(Gbr. 10.18A). Margin servikal lebih menonjol daripada gigi insisivus. Margin insisal
adalah 2 mm di atas bidang oklusal.
Dari pandangan lateral, separuh insisal gigi kaninus agak miring ke lingual dan separuh
servikal lebih menonjol bila dilihat dari samping (Gbr. 10.18B). Dari pandangan
insisal, cusp sedikit lebih dari 2 mm di atas bidang oklusal. Penyusunan mengikuti
bentuk lengkung (Gbr. 10.18C).

Demikian pula gigi disusun di sisi lain dari lengkungan. Tepi insisal dari semua gigi
dari kaninus ke kaninus berada pada bidang yang sama (Gbr. 10.18D).

Dari pandangan insisal dari anterior rahang bawah, susunannya menunjukkan gigi
insisivus mengikuti bentuk lengkung. Gigi insisivus tidak membentuk garis lurus tetapi
melengkung sesuai dengan kelengkungan pada lengkung (Gbr. 10.18E).

Overjet dan overbite (Gbr. 10.19A) kira-kira 1–2 mm pada kasus klas I. Hubungan
kaninus dari gigi rahang atas dan rahang bawah dalam kasus susunan klas I adalah
bahwa lereng mesial kaninus maksila berhubungan dengan lereng distal dari gigi
kaninus mandibula.

Tampak depan lengkap dari susunan gigi anterior ditunjukkan pada (Gbr. 10.19B)
 Posterior Maksila

a. Penyusunan gigi premolar satu maksila

Aksis panjang sejajar dengan sumbu vertikal jika dilihat dari depan dan samping
(Gbr.10.20A). Cusp bukalnya bersentuhan dengan bidang oklusal. Cusp palatal
sedikit di atas bidang oklusal. Permukaan bukal gigi premolar sejajar dengan
permukaan labial kaninus (Gbr. 10.20B).

b. Penyusunan gigi premolar dua maksila

Aksis panjangnya sejajar dengan sumbu vertikal mirip dengan gigi premolar satu. Cusp
bukal dan cusp palatal berhubungan dengan bidang oklusal (Gbr. 10.21A). Dari
pandangan oklusal, permukaan bukal yang gigi premolar pertama dan gigi premolar
kedua sejajar dengan permukaan labial kaninus (Gbr. 10.21B).
c. Penyusunan gigi molar satu maksila

Jika dilihat dari depan, aksis panjangnya miring ke arah bukal. Jika dilihat dari
samping, aksis panjangnya miring ke arah distal. Hanya cusp mesiopalatal yang
berkontak dengan bidang oklusal dan cusp mesiobukal hamper berkontak dengan
bidang oklusal (Gbr. 10.22A). Dari pandangan oklusal, permukaan bukal dua gigi
premolar dan molar pertama sejajar dengan permukaan labial kaninus (Gbr. 10.22B).

d. Penyusunan gigi molar dua maksila

Jika dilihat dari depan, kemiringannya lebih ke arah bukal dari pada gigi molar pertama.
Jika dilihat dari samping, kemiringannya lebih ke arah distal daripada gigi molar
pertama. Tidak ada cusp yang berkontak dengan bidang oklusal tetapi cusp
mesiopalatal dekat dengan bidang oklusal (Gbr. 10.23A). Permukaan mesial gigi molar
dua harus sejajar dengan permukaan distal gigi molar pertama (Gbr. 10.23B).
Dari pandangan oklusal, permukaan bukal posterior rahang atas sejajar dengan lereng
distal kaninus kecuali cusp distobukal molar kedua. Tampak oklusal dari basis
percobaan rahang atas setelah penyusunan gigi ditunjukkan pada (Gbr. 10.23C).
Hubungan glass plate dengan gigi rahang atas yang menunjukkan kontak cusp pada

glass plate ditunjukkan pada (Gbr. 10.24A dan B).

Basis gigi tiruan percobaan dengan susunan gigi rahang atas ditempatkan pada
artikulator dengan tampilan frontal yang menunjukkan penyusunan gigi insisivus
sentral rahang atas yang benar (Gbr. 10.25A dan B).

• Posterior Mandibula

a. Penyusunan gigi molar satu mandibula

Aksis panjang condong ke lingual jika dilihat dari tampilan depan dan condong ke
mesial jika dilihat dari sisi bukal (Gbr. 10.26A). Semua cusp berada pada daerah yang
lebih tinggi di atas bidang oklusal dibandingkan dengan gigi premolar kedua. Cusp
distal akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan cusp lainnya.
Cusp bukal dan distal lebih tinggi dari mesial dan lingual karena kemiringannya (Gbr.

10.26B).

Oklusi: cusp mesiopalatal maksila harus bertumpu pada fossa sentral molar pertama
mandibula yang membentuk bukal overjet. Cusp mesiobukal molar satu rahang atas
harus bersandar pada alur bukal (buccal groove) molar satu mandibula (Gbr. 10.26C).
Hal ini merupakan salah satu 'kunci oklusi'.

b. Penyusunan gigi premolar dua mandibula

Aksis panjang sejajar dengan bidang vertikal jika dilihat dari depan dan samping (Gbr.

10.27A). Kedua cusp berada sekitar 2 mm di atas bidang oklusal dan mengikuti bentuk
lengkung (Gbr. 10.27B).
Oklusi: Ujung cusp bukal berkontak dengan mesial marginal ridge gigi premolar dua
maksila. Cusp mesiolingual berkontak dengan lereng distal dari cusp lingual premolar
satu rahang atas (Gbr. 10.27C).
c. Penyusunan gigi molar dua mandibula

Inklinasi lingual dan mesial aksis panjang gigi lebih besar daripada gigi molar satu.
Inklinasi cusp distal dan bukal lebih dari mesial dan lingual. Aksis Panjang gigi sejajar
dengan bidang vertikal jika dilihat dari depan dan mengikuti bentuk lengkung (Gbr.

10.28A). Cusp lingual berada di bawah bidang horizontal.

Oklusi: Kontak dengan gigi molar maksila mirip dengan oklusi antara gigi molar satu

(Gbr. 10.28B).

d. Penyusunan gigi premolar pertama mandibula

Cusp bukal atau central groove posterior mandibula harus bertepatan dengan puncak
dari residual alveolar ridge yang akhirnya dipasang (Gbr. 10.29A).
Oklusi: Cusp bukal harus berkontak dengan mesial marginal ridge dari gigi premolar
satu maksila (Gbr. 10.29B).

Bagian Posterior mandibula yang tersisa disusun dengan cara yang sama di kuadran
lainnya. Perhatikan bahwa fossa sentral dari semua gigi posterior berada pada garis
lurus pada puncak ridge (Gbr. 10.29C). (Gbr 10.29D dan E) menunjukkan susunan
gigi yang lengkap pada hubungan rahang klas I.

Kunci oklusi

Cusp mesiobuccal molar satu maksila terletak pada mesiobuccal groove molar satu
mandibula pada oklusi sentris.

3.2 Hubungan Rahang Klas II

Pada klas II, maksila prognatik atau mandibula retrognatik dengan overjet
meningkat 5-6 mm. Prinsip penyusunan gigi yang sama diikuti, dengan sedikit
modifikasi.

1) Prinsip penyusunan gigi untuk anterior rahang atas (Gbr.10.30A) serupa untuk klas

I dan II dan mengikuti konsep estetika dan dentogentik.

2) Gigi anterior mandibula disusun dengan overjet yang meningkat 5-6 mm dan
overbite 2 mm (Gbr. 10.30B dan C).
3) Karena posisi retrusi mandibular ridge dengan ruang yang lebih sedikit untuk gigi,
premolar dihilangkan di lengkung rahang bawah (Gbr. 10.31A), sementara semua gigi
disusun di lengkung rahang atas (Gbr. 10.31B).

4) (Gbr 10.32A dan B) menunjukkan susunan gigi yang lengkap untuk hubungan
rahang klas II.

3.3 Hubungan rahang klas III

Pada klas III, mandibula prognatik atau maksila retrognatik; dengan demikian,
overjet dan overbite berkurang hingga hampir 0–1 mm. Prinsip penyusunan gigi
yang sama diikuti, dengan sedikit modifikasi.

Dalam hal penyusunan gigi anterior, prinsip penyusunan gigi sama kecuali untuk
overjet yang hampir dihilangkan (gigitan edge to edge) (Gbr. 10.33A) dan overbite
yang juga diminimalkan (Gbr. 10.33B). Untuk menyediakan ruang bagi gigi
posterior maksila, biasanya satu gigi premolar di trimming secara mesiodistal atau
dikeluarkan dari lengkung maksila.
(Gbr 10.33D) menunjukkan susunan lengkap untuk hubungan rahang klas III.

4. Prosedur penyusunan anasir gigi tiruan

Gigi tiruan merupakan suatu tiruan dari gigi geligi yang berfungsi untuk mengembalikan oklusi
dan estetik dari gigi geligi yang telah hilang sebelumnya.Pemilihan dan penyusunan anasir gigi tiruan
harus dapat memperbaiki penampilan selain untuk memperbaiki fungsi lainnya dari gigitiruan.Penyusunan
anasir gigi tiruan agar terlihat natural terutama dalam hal penampilan (estetik) dan saat gigi tiruan
berfungsi (mis. bicara, tertawa, pengunyahan) merupakan penggabungan antara seni dan ilmu
pengetahuan.

Pada saat pembuatan rekam medis, penting untuk mencatat seluruh fitur pada wajah pasien baik
kondisi normal maupun abnormal. Penyusunan anasir gigi tiruan untuk mencapai estetik yang diharapkan
umumnya tergantung pada komposisi, ukuran, bentuk dan warna dari ke enam gigi anterior yang
dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin,kepribadian pasien, kosmetik dan refleksi artistik. Beberapa faktor
yang mempengaruhi pemilihan ukuran dan bentuk gigi anterior antara lain :

(1) ukuran wajah;


(2) jarak antaramaksila mandibular (interarch space)yang tersisa;
(3)pengukuran jarak antara distal gigi kaninus sisi kiri hingga distal gigi kaninus sisi kanan;

(4) panjang bibir;

(5) ukurandan relasi rahang.

Sedangkan warna gigi dipengaruhi oleh :

(1) usia;
(2) kebiasaan; (3) kompleksi wajah (complexion);

(4) warna pupil mata.

Pemilihan warna gigi tiruan dilakukandengan bantuan panduan warna (shade guide ) dengan cara
membasahi shade guide dengan air terlebih dahulu kemudian memposisikannya sedikit di dalam rongga
mulut pasien yangterbuka dengan bantuan pencahayaan alami.

 Urutan penyusunan anasir gigitiruan pada GTL

-Gigi anterior rahang atas

-Gigi anterior rahang bawah

-Gigi posterior kanan rahang atas dan rahang bawah

-Gigi posterior kiri rahang atas dan rahang bawah

-Pasang percobaan

Tahapan penyusunan anasir gigi anterior :


-Perhatikan! Gigi harus terletak di puncak residualalveolar ridge dan bidang labial galangan
gigitmerupakan bidang labial gigi.
-Perhatikan! Sumbu-sumbu masing-masing gigi dari aspeklabial dan proksimal dan relasi gigi-gigi
anterior rahangatas dengan rahang bawah.
-Urutan penyusunan : dimulai dari RA 11-12-13-21-22-2,berlanjut pada RB 41-42-43-31-32-33

Penyusunan gigi insisivus sentral RA:


1.Perhatikan! posisi garis median harus sejajar denganmedian wajah.
2.Incisal edge paralel dan menyentuh bidang oklusiatau galangan gigit RB nya (diketahuidengan bite
plane table artikulator).
3.Bila dilihat dari aspek labial : sumbu gigi 90° denganbidang oklusal dan bagian servikal gigisedikit
miring ke distal, sumbu gigi hampir paraleldengan garis median.
4.Permukaan labial I1 diposisikan berada 5-9 mm lebihanterior dari bagian tengah papilla oleh karena
polaresorpsi residual alveolar ridge RA umumnyamengarah ke atas dan ke belakang sehingga posisianasir
gigi anterior RA diletakkan lebih ke anteriordan inferior residual alveolar ridge untuk mengisiposisi gigi
aslinya.
5.Apabila dilihat dari aspek proksimal : gigi deviasi 8°terhadap bidang vertikal (protrusi) dan permukaan
labial gigi sama dengan permukaan labialgalangan gigit.

Penyusunan gigi insisivus lateral RA:


1.Incisal edge paralel dengan bidang oklusal tetapipermukaannya ± 0,5 mm di atas bidang oklusi(sedikit
mengambang)
2.aspek labial terlihat deviasi 10° terhadap garismedian, bagian servikal sedikit miring ke arah palatal
3.aspek proksimal ada deviasi 12° terhadap garismedian.

Penyusunan gigi kaninus RA


1.Incisal edge menyentuh bidang oklusi.
2.Aspek labial tampak sumbu gigi bervariasi padabagian servikalnya, dari tegak hingga sedikitmiring ke
arah distal. Sisi mesiolabial terlihat dariaspek labial dengan cara memiringkan servikal gigi ke arah distal
3.Aspek proksimal tampak sumbu gigi tegak dengan2/3 bagian servikal lebih menonjol kelabial untuk
memperlihatkan tonjolan kaninus

Sebelum menyusun gigi-gigi anterior rahang bawah,perhatikan dahulu relasi gigi RA dan RB.
Overbite(vertical overlap) yaitu jarak antara insisal gigi anterior
RA terhadap insisal gigi anterior RB, ± 1 mm. Sedangkanoverjet (horizontal overlap) yaitu jarak antara
permukaanpalatal gigi anterior RA terhadap permukaan labial gigianterior RB, ± 2 mm. Permukaan labial
gigi anterior RBtidak menyentuh permukaan lingual gigi anterior RA saatrelasi sentris untuk menghindari
masalah yang timbul(mis. kontak prematur yang dapat menyebabkan
gigitidak stabil) saat pergerakan eksentris rahang yangdapat berakibat ketidakstabilan gigi tiruan.

penyusunan gigi insisivus sentral RB


1.Incisal edge berada 1 mm di atas bidang oklusal.
2.Aspek labial terlihat sumbu gigi pararel dengan garis median.
3.Aspek proksimal terlihat sumbu gigi condong 5° kelateral dan terletak di puncak residual alveolar
ridge.

penyusunan gigi insisivus lateral RB


1.Incisal edge disesuaikan dengan incisal edge gigi 31dan 41.
2.Aspek labial tampak sumbu gigi pararel dengan garis median.
3.Aspek proksimal tampak gigi tegak atau condongsedikit ke labial.
Penyusunan gigi kaninus RB
1.Incisal edge sejajar dengan gigi insisivus sentral danlateral.
2.Aspek labial tampak sumbu gigi sedikit miring.
3.Aspek proksimal tampak sumbu gigi tegak ataucondong ke lingual dan bagian servikal sedikit menonjol

Tahapan penyusunan anasir gigi posterior :


-Perhatikan! Gigi harus terletak di puncak residualalveolar ridge dan bidang bukal galangan gigi
merupakan bidang bukal gigi.
-Perhatikan! Sumbu-sumbu masing-masing gigi dari aspekbukal dan proksimal serta relasi gigi-gigi
posterior rahangatas dengan rahang bawah.

-Urutan penyusunan gigi: pada rahang atas dimulai darigigi premolar pertama hingga molar kedua ( P1–
P2–M1–M2) sisi kanan kemudian berlanjut pada sisi kirinya,sedangkan pada rahang bawah dimulai dari
gigi molarpertama kemudian molar kedua lalu berlanjut ke gigipremolar kedua dan pertama (M2–M1–P2–
P1) pada sisi kanan dan kiri.

Penyusunan gigi premolar pertama rahang atas


Cusp bukal menyentuh bidang oklusi. Cusp palatinalberada ±0,5 mm di atas bidang oklusi. Aspek bukal
danproksimal terlihat sumbu gigi tegak lurus.

Penyusunan gigi premolar kedua rahang atas


Cusp bukal dan palatinal menyentuh bidang oklusi. Aspekbukal dan proksimal terlihat sumbu gigi tegak
lurus.
Penyusunan gigi molar pertama rahang atas
Cusp mesio palatinal menyentuh bidang oklusi. Cuspmesio bukal ± 0,5 mm di atas bidang oklusi. Cusp
distobukal ± 1 mm di atas bidang oklusi. Cusp disto palatinal± 0,5 mm di atas bidang oklusi. Aspek bukal
danproksimal terlihat kemiringan sumbu gigi 5° terhadapgaris vertikal.

Penyusunan gigi molar kedua rahang atas


Cusp mesio palatinal ± 1 mm di atas bidang oklusi. Cuspmesio bukal ± 1,5 mm di atas bidang oklusi.
Cusp distobukal ± 2 mm di atas bidang oklusi. Cusp disto palatinal± 1,5 mm di atas bidang oklusi. Aspek
bukal danproksimal terlihat kemiringan sumbu gigi 15° terhadapgaris vertikal.
Catatan : cusp palatinal gigi premolar dan molar pertamadan kedua terletak pada garis yang ditarik
dariretromolar pad hingga ke distal gigi kaninus padagalangan gigit rahang bawah. Garis tersebut
merupakan tempat kedudukan fissura gigi-gigi posterior rahangbawah

Penyusunan gigi posterior rahang bawah perludiperhatikan


a.Aspek bukal : relasi molar kelas 1 yaitu cusp mesiobukal M1 RA terletak pada fissura bukal (mesio
bukal–developmental groove) M1 RB.

b.Aspek proksimal : cusp palatinal gigi RA terletak padafissura gigi RB

c.Tinggi gigi RA akan semakin tinggi (mendekatipuncak ridge) ke arah posterior sedangkan pada RB
mengikuti lengkung RA

d.Garis retromolar pad hingga ke distal gigi kaninusrahang bawah merupakan tempat kedudukan fissura
gigi RB.

e. Penyusunan gigi-gigi posterior harus mengikuti garisanteroposterior curve/ curve of spee/garis


kompensasi sagital untuk tercapai stabilitas gigitiruan; garis lateral curve/curve ofwilson/garis kompensasi
lateral untuk mengikutigerakan mandibula saat mengunyah (cusppalatinal menyentuh bidang oklusi)

Periksa susunan gigi dalam artikulator :


a.Oklusi sentrik : lihat overbite dan overjet pada gigianterior dan teliti kontak antara gigi posterior RA
danRB

b.Gerakan protrusi mandibula : apabila mandibuladigerakkan ke arah anterior maka gigianterior


akanberada pada posisi edge to edge dan gigi-gigiposterior akan berada pada posisi cusp to cusp.
Padaartikulator free-plane, yang dilakukan adalahmemundurkan rahang atas agar tercapai gerakanprotrusi
mandibula.

c.Artikulasi : periksa working side (sisi kerja) yangdigunakan untuk mengunyah dan balancing side
(sisikeseimbangan) untuk keseimbangan agar tidakterjadi kontak prematur yang mengarah padatraumatik
oklusi dan ketidak stabilan GTP. Sesuaikandengan oklusi dinamik ideal GTP (bilateral
balancingocclusion/BBO)
5. Prinsip penyusunan anasir gigitiruan
o Hubungan horizontal terhadap linggir alveolaris
o Posisi vertical pada permukaan oklusal dan tepi insisal antara linggir
o Estetis
o Inklinasi oklusi
BAB III

KESIMPULAN

Penyusunan anasir gigi tiruan perlu dilakukan untuk mendapatkan oklusi harmonis sehingga dapat
meningkatkan retensi, stabilitas dan kontrol terhadap daya tekan pada gigi tiruan. Posisi gigi tiruan, sangat
bergantung pada keadaan, morfologi dan posisi daerah gigi tiruan yang ada di mulut pasien, dan diikuti beberapa
faktor yang mempengaruhi posisi anasir gigi tiruan yaitu hubungan permukaan insisal gigi dan dataran oklusal dari
oklusal rim.

Penyusunan anasir gigi tiruan untuk mencapai estetik yang diharapkan umumnya tergantung pada
komposisi, ukuran, bentuk dan warna dari ke enam gigi anterior yang dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin,
kepribadian pasien, kosmetik dan refleksi artistik. Penyusunan anasir gigi tiruan dibedakan sesuai dengan hubungan
rahang yaitu Klas I, Klas II, Klas III.

Urutan penyusunan anasir gigitiruan pada GTL diantaranya adalah Gigi anterior rahang atas, gigi anterior
rahang bawah, gigi posterior kanan rahang atas dan rahang bawah, gigi posterior kiri rahang atas dan rahang bawah,
dan pasang percobaan.
DAFTAR PUSTAKA

Krishna PD, Rajendra B, Anupama PD, Jason LN. Concepts Of Arranement Of Artificial Teeth Selective
Grinding And Balanced Occulison In Complete In Denture Prosthodontics. Nite University Journal of
Health Science (NUJHS), 2012:2(1);59

Rangarajan V, Padmanabhan TV. Textbook of Prosthodontics. 2nd ed. India: Elsevier, 2017.

Utari, Rita I. dkk.1994. Desain dan Teknik Mencetak Pada Pembuatan Geligi Tiruan Lengkap. Jakarta:
Hipokrates

Jubhari EH, Patilasarani AN. Management Of Occlusion in a full edentulous with abnormal jaw relation.
Makassar dental journal 2020;9(1):68-72.

Anda mungkin juga menyukai