Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH INTERMEDIATE TRAINING

TEMA K
Revitalisasi Analisis Kohati Terhadap Isu Keperempuanan
JUDUL :
“Peran KOHATI Terhadap Isu Kekerasan Berbasis Gender Online”
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Latihan Khusus Kohati
(LKK)
KOHATI Cabang Medan 13-20 Februari 2020

Disusun Oleh:
CICI CAHYA UTAMI

KORPS HMI-WATI
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
CABANG MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puja dan puji serta syukur selalu saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada saya dalam mengerjakan makalah ini. Shalawat beriring salam senantiasa kita sanjungkan
kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW. Semoga kita semua tergolong orang-orang yang berhak menerima
syafa’atnya. Aamiin.

Makalah dengan judul “Peran KOHATI Terhadap Isu Kekerasan Berbasis Gender Online “ disusun sebagai syarat
dalam Latihan Khusus KOHATI Tingkat Regional Sumatera Utara pada tanggal 13-20 Februari 2021

Semoga makalah ini dapat menjadi bahan evaluasi kritis dn diharapkan mampu memberikan solusi yang solutif untuk
himpunan tercinta ini. Akhirnya penulis mohon maaf atas segala kekurangn dan kekhilafan dalam penyusunan
makalah ini.

Billahitaufik wal hidayah

Wassalamu’alaikum wr wb

Medan, 29 Jumaidil Akhir 1442 H


11 Februari 2021 M
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................2


Daftar Isi ..........................................................................................................3

BAB 1 Pendahuluan ........................................................................................4

1.1 Latar Belakang............................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................5
1.3 Tujuan ........................................................................................................6
1.4 Manfaat ......................................................................................................6
1.5 Metode Penulisan........................................................................................6

BAB 2 Pembahasan .........................................................................................7

2.1 Revitalisasi..................................................................................................7
2.2 Analisis.......................................................................................................12
2.3 Korps HMI-Wati.........................................................................................14

BAB 3 Penutup ................................................................................................16

3.1 Kesimpulan.................................................................................................16
3.2 Saran ..........................................................................................................16
Daftar Pustaka ..................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Wacana tentang keperempuan bukanlah sebuah wacana tanpa nilai yang diwacanakan. Wacana terkait
dengan jenis kelamin ini terus terkuak akibat dari fenomena social yang menghendaki bahwa masalah
keperempuan perlu untuk disekapi secara serius baik dari kaum Adam atau Hawa itu sendiri. Masalah
keperempuan bukanlah masalah pada jenis kelamin tertentu tetapi harus ditegaskan bahwa masalah
keperempuanan adalah bagian dari masalah kemanusiaan. Melihat realitas saat ini secara global bangsa kita
dilanda keprihatian yang berkepanjangan. Terkait persoalan-persoalan sosial yang tidak kalah merajalelanya
adalah kasus-kasus perempuan, seperti masalah ekonomi dan kesejahteraan, Juga perkembangan teknologi yang
makin pesat seringkali perempuan menjadi korbannya. Salah satu kasusnya saat ini adalah banyaknya pelecehan
seksual yang dialami perempuan melalui media online.

Perempuan mempunyai peran yang sangat besar terhadap perkembangan suatu peradaban dan sayangnya
hal ini tidak begitu mendapatkan tempat dalam kesadaran masyarakat islam. Sementara itu, kita harus berbangga
karena islam sangat menjunjung tinggi keberadaan perempuan dan kaumnya.Islam mengangkat derajat dan
kaumnya. Islam mengangkat derajat dan hak posisi seorang perempuan. HMI sebagai organisasi mahasiswa islam
tertua di Indonesia punya respon terhadap persoalan yang menimpa perempuan. KOHATI adalah singkatan dari
Korp HMI-wati, yang merupakan salah satu badan khusus HMI yang bertugas membina, mengembangkan dan
meningkatkan potensi HMI-wati dalam wacana dan dinamika gerakan keperempuanan, KOHATI sebagai badan
khusus yang dibentuk oleh HMI tidak saja di adakan sekedar untuk kebutuhan perkembangan organisasi, akan
tetapi hal yang lebih substantif adalah sebagai sarana yang penting bagi media pembinaan kader HMI Wati dalam
peningkatan kualitas diri.1

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang di kemukakan diatas dapat diambil sebagai rumusan masalah:

1. Bagaimanakah isu keperempuanan kekerasan berbasis gender online?


2. Bagaimanakah peran kohati?
3. Bagaimanakah peran kohati terhadap isu keperempuanan?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui isu keperempuanan kekerasan berbasis gender online
2. Mengetahui peran kohati
3.Mengetahui bagaimana peran kohati terhadap isu keperempuanan

1.4 Manfaat
Tulisan ini diharapkan dapat menambah wawasasn pengetahuan kita bagaimana peran kohati terhadap isu
keperempuanan kekerasan berbasis gender online

1.6 Metode Penulisan


Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode library research (penelitian kepustakaan), studi
kepustakaan ini penulis gunakan untuk mendalami teori-teori dan hal lain yang ada dalam buku-buku serta tulisan-
tulisan lainnya yang berkaitan dengan judul yang dibahas dalam tulisan ini
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Revitalisasi
Pengertian Revitalisasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan suatu proses atau cara
atau perbuatan yang dilakukan untuk menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya belum terbedaya atau
tergunakan dengan baik. Maka revitalisasi dapat bermakna menjadikan perbuatan menjadi vital atau sangat penting
dan sangat diperlukan, sehingga revitalisasi dapat disimpulkan sebagai suatu cara yang digunakan untuk membuat
suatu hal yang crusial menjadi lebih terberdaya dan meningkat nilai vitalitasnya

2.2 Analisis

Dwi Prastowo Darminto dan Rifka Julianty (2002:52), mengatakan bahwa analisis adalah sebagai “Penguraian
suatu pokok ataas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri, serta hubungan antar bagian untuk
memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.” Wiradi (2006), mengatakan bahwa analasis
adalah “aktifitas yang memuat sejumlah kegiatan seperti mengurai, membedakan, memilah sesuatu untuk
digolongkan dan dikelompokkan kembali menurut kriteria tertentu kemudian dicari kaitannya dan ditafsirkan
maknanya.” Sehingga analisis merupakan suatu cara untuk mendapatkan informasi dengan menggunakan berbagai
metode.

2.3 Korps HMI-Wati

Korps HMI-Wati dengan singkatan KOHATI merupakan sebuah lembaga semi otonom yang didirikan oleh
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang terfokuskan untuk mengkader dan mewadahi perempuan-perempuan yang
tergabung dalam organisasi tersebut. KOHATI juga memposisikan diri sebagai organisasi mahasiswa keperempuanan
untuk mengantisipasi dan mempelopori terjawabnya persoalan-persoalan keperempuanan dan anak. KOHATI
didirikan di Kota Solo pada tanggal 17 September 1966. Aturan tentang KOHATI dituangkan dalam Pedoman Dasar
KOHATI (PDK) termasuk di dalamnya mengatur tentang tujuan KOHATI. Hal ini dimaksudkan agar memperjelas
arah gerak dan juang KOHATI. Dalam pasal 3 PDK disebutkan bahwa tujuan KOHATI adalah “Terbinanya
Muslimah yang Berkualitas Insan Cita”.Dalam memperjelas maksud dari tujuan tersebut, para HMI-Wati terpilih
yang mewakili setiap daerahnya merumuskan analisis tujuan KOHATI Pada Musyawarah Nasional KOHATI ke
XXIII di Ambon. Berikut ini adalah analisis dari tujuan KOHATI:2

Suatu organisasi harus memiliki tujuan yang jelas, sehingga setiap usaha dan aktifitas yang dilakukan
organisasi dapat dilaksanakan dengan teratur dan terarah. Tujuan organisasi KOHATI dipengaruhi oleh motivasi
dasar berdiri, status dan fungsinya dalam totalitas di manapun berada. Dalam totalitas perkaderan HMI, KOHATI
merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dalam mencapai tujuan HMI yaitu terbinanya insan akademis,
pencipta, pengabdi, yang bernafaskan islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang
diridhoi Allah SWT.

Pembentukan KOHATI dilandaskan pada kebutuhan pengembangan misi HMI secara luas dan kebutuhan
adanya pembinaan HMI-wati yang lebih intens. Awal berdirinya KOHATI merumuskan tujuan yaitu meningkatkan
kualitas dan peranan HMI-wati. Oleh karena itu, kualitas dan peranan HMIWati perlu didorong dan ditingkatkan.
Seiring perkembangan zaman, tujuan KOHATI mengalami perubahan yaitu “Terbinanya Muslimah Berkualitas Insan
Cita” berdasarkan rumusan tujuan tersebut, KOHATI memposisikan dirinya sebagai bagian integral dalam mencapai
tujuan HMI (5 kualitas insan cita), yang berspesialisasi pada pembinaan HMI-wati untuk menjadi muslimah
berkualitas insan cita.

Eksistensi KOHATI menjadi sangat penting, karena merupakan“laboratorium hidup” yang mewujudkan HMI-
wati berkualitas untuk menghadapi masa depan cemerlang. HMI-wati dituntut untuk memiliki kualitas sebagai
seorang putri bagi kedua orang tuanya, istri bagi suaminya, ibu bagi anaknya kelak serta kualitas terbaik sebagai
anggota masyarakat.

Proses pembinaan di KOHATI diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan peranannya sebagai bagian
integral HMI. Aktivitas HMI-wati tidak saja di KOHATI dan HMI, tetapi juga dalam dunia mahasiswa, masyarakat
luas terutama dalam merespon dan mengantisipasi masalah keperempuanan dan anak. Dengan demikian, maka jelas
bahwa tugas KOHATI adalah melakukan akselerasi pencapaian tujuan HMI.

Dalam menjalankan peranannya dengan baik, KOHATI harus membekali HMI-Wati dengan meningkatkan
kualitas dan peranannya, sehingga memiliki watak dan kepribadian yang teguh, kemampuan intelektual, kemampuan
profesional dan mandiri.

2.4 Peran KOHATI Terhadap Isu Keperempuanan Kekerasan Berbasis Gender Online
Permasalahan sosial merupakan suatu persoalan di masyarakat yang menyangkut nilai-nilai sosial dan moral.
Biasanya, masalah sosial muncul akibat adanya interaksi antar individu, individu dan kelompok, atau antar kelompok
yang mana interaksi tersebut memiliki perbedaan kebudayaan dan pandangan sehingga membahayakan. Masalah
sosial di Indonesia masih terbilang cukup kompleks dan masih menjadi hambatan dalam pembangunan negara.
Kemiskinan, konflik sosial, disintegrasi sosial, eksploitasi, kekerasan, diskriminasi, tuna sosial, penyimpangan
perilaku, dan kecacatan menjadi beberapa bagian dari masalah-masalah sosial yang membuat meningkatnya
penyandang masalah kesejahteraan sosial. Dari sekian kompleksnya permasalahan tersebut, perempuan memiliki
pontensi yang lebih tinggi mengalaminya dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini karena masih tingginya budaya
masyarakat yang menimpangkan posisi perempuan di dalam kehidupan negara. Masyarakat masih beranggapan
bahwa secara sosial perempuan dan laki-laki memiliki fungsi, peran maupun karakteristik yang berbeda. 3

Dari sekian kompleksnya permasalahan tersebut, perempuan memiliki pontensi yang lebih tinggi
mengalaminya dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini karena masih tingginya budaya masyarakat yang
menimpangkan posisi perempuan di dalam kehidupan negara. Masyarakat masih beranggapan bahwa secara sosial
perempuan dan laki-laki memiliki fungsi, peran maupun karakteristik yang berbeda biasanya digambarkan dengan
laki-laki sebagai sosok yang kuat, perkasa, tegar, dan rasional. Sedangkan perempuan digambarkan sebagai seseorang
yang lemah, penakut, emosional, rapuh, dan pemalu yang mengakibatkan peningkatan isu keperempuanan. 3

Islam sebagai sebuah ajaran memposisikan perempuan pada tempat yang mulia. Tidak ada dikotomi dan
diskriminasi peran antara laki-laki dan perempuan.. Berdasarkan QS. Al-Hujurat: 13, Artinya: “Hai manusia,
Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
Maha Mengenal” yang menjustifikasi dan menjelaskan bahwa antara perempuan dan laki-laki tidak ada perbedaan
dalam berkiprah dalam masyarakat dan Islam mengangkat derajat seorang wanita dan memberinya kebebasan,
kehormatan, serta kepribadian yang independen. 4 Bahkan dalam Al-Qur’an tidak ditemukan ayat yang menunjukkan
keutamaan seseorang karena faktor jenis kelamin atau karena keturunan suku bangsa tertentu, kemandirian dan
otonomi perempuan dalam tradisi Islam sejak awal terlihat begitu kuat. Ayat di atas juga menunjukkan bahwa semua
manusia berasal dari satu keturunan, karena itu tidak ada alasan untuk melebihkan seseorang atau satu kelompok dari
yang lainnya, amalan atau nilai ibadah seseorang tidak akan dikurangi hanya karena ia seorang perempuan. Al-
Qur‟an mengajarkan kedudukan orang beriman baik laki-laki maupun perempuan itu sama di hadapan Allah, oleh
karena itu mereka harus memperoleh status yang setara dimata Tuhan.5

Isu keperempuanan berarti segala bentuk permasalahan sosial yang terjadi oleh seorang perempuanan dimana
terjadi penyimpangan dan ketidakadilan yang hanya dialami oleh seorang perempuan itu sendiri. Isu keperempuanan
mengakibatkan terjadinya diskriminasi yang mengakibatkan seorang perempuan tersebut tidak dapat melakukan
aktivitas sebagaimana lelaki dan dapat merupakan suatu gangguan dalam menjalankan peran-peran yang seharusnya
dapat dilakukan tanpa hambatan. Banyak sekali isu keperempuanan yang terjadi di masyarakat saat ini seperti
bagaimana kesetaraan gender, peran perempuan dalam berpolitik dan menjadi pemimpin, bagaimana pelecehan
seksual yang kerap terjadi pada perempuan baik itu fisik maupun verbal dan segala bentuk eksploitasi yang dialami
perempuan.6

Dalam dunia virtual di masa ini, banyak anak dan remaja perempuan yang dilecehkan serta
mengalami Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO). Sebuah survei dari Plan International yang melibatkan
14.000 anak perempuan berusia 14-25 tahun di 22 negara, termasuk Brasil, Benin, Amerika Serikat (AS) dan
Indonesia menunjukkan bagaimana pelecehan yang mereka alami di platform media sosial mendorong mereka untuk
keluar dari ruang maya. Survei menunjukkan bahwa 58% dari perempuan mengalami sebuah bentuk pelecehan
secara online. Sebanyak 50% dari partisipan juga mengaku lebih banyak menghadapi pelecehan online daripada
offline.7
Survei Plan International mengemukakan bahwa di Indonesia sendiri, 38% responden mengalami KBGO.
Angka ini terlihat jauh di bawah angka rata-rata global di 58%. Meski demikian, angka kasus KBGO sendiri
meningkat. Catatan Tahunan (CATAHU) Komnas Perempuan yang memberi laporan akan kasus pelecehan terhadap
perempuan di tahun 2019 menunjukkan kenaikan pengaduan kasus cyber crime sebesar 300% (dari 97 kasus di tahun
2018 menjadi 281).7
Dari berbagai bentuk KBGO yang diadukan kepada Komnas Perempuan, kasus daring terbanyak berbentuk
ancaman dan intimidasi penyebaran foto dan video porno korban. Seperti dilansir dari Kompas, Mariana Amiruddin,
Komisioner Komnas Perempuan, menjelaskan bagaimana dalam kasus ini, kebanyakan pelaku merupakan orang-
orang yang berada di lingkungan terdekatnya seperti pasangan ataupun mantan pasangan korban. Maraknya kasus
KBGO sendiri ini menjadi alasan mengapa aktivis perempuan Indonesia mendesak pengesahan RUU PKS. Tanpa
RUU PKS, kasus seperti ini akan sulit untuk ditindaklanjuti di ranah hukum. HMI sebagai organisasi mahasiswa
islam tertua di Indonesia punya respon terhadap persoalan yang menimpa perempuan
KOHATI sebagai salah satu pilar HMI, memiliki fungsi dan peran khusus dalam menjalankan misi organisasi.
Bukan berarti menegasikan aspek gender, kekhususan gerakan KOHATI memang lebih tepat sebagai fasilitator
pembelajaran atau pendidikan (educations), penguatan dan pemberdayaan (empowering), serta pendampingan atau
pembelaan (advokasi) terhadap masyarakat khususnya kaum perempuan. Dalam hal ini peran KOHATI sangat
penting sebagai aktivis perempuan untuk menyuarakan suaran untuk melindungi sesama perempuan lainnya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kekerasan Berbasis Gender Online merupakan tindakan yang difasilitasi teknologi, memiliki niatan atau
maksud melecehkan korban berdasarkan gender atau seksual yang memicu dampak psikologis terhadap perempuan
yang mana dalam era digital saat ini, banyak perempuan yang mengalami pelecehan seksual di media online secara
virtual. Dalam menyikapi hal tersebut KOHATI berperan sebagai fasilitator pembelajaran atau pendidikan
(educations), penguatan dan pemberdayaan (empowering), serta pendampingan atau pembelaan (advokasi) terhadap
masyarakat khususnya kaum perempuan dalam menyikapi isu keperempuanan kekerasan berbasis gender online
(KGBO)
3.2 Saran
Penulis menyadari, dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sbagai
penyusun berharap agar ada kritik dan saran dari semua pihak. Penulis hanyalah manusia biasa. Jika ada kesalahan,
itu datangnya dari penulis sendiri. Dan jika ada kebenaran, itu datangnya dari Allah SWT.
Daftar Pustaka

1. Jurnal Melati, 2006-2008, KOHATI PB HMI Periode 2006-2008 (Jakarta), Hal 28 Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga HMI/Konstitusi HMI. Depok. 2010 Pedoman Dasar Kohati. Depok .2010
2. Hasil-Hasil Musyawarah Nasional Kohati XXIII di Ambon tanggal 14-24 Februari 2018M
3. Trisakti Handayani dan Sugiarti, 2002, Konsep dan Teknik Penelitian Gender, Malang : UMM Press, hlm 19
4. Abu Bakar al-Asyari. Tugas Wanita Dalam Islam, Media dakwah, Jakarta, 1996.
5. Dadang S. Anshori (dkk). Membincangkan Feminisme : Refleksi Muslimah Atas Peran Sosial Kaum Wanita,
Pustaka Hidayah, Bandung, 1997
6. Nurhayati Eti, Psikologi Perempuan Dalam Berbagai Perspektif. Jogyakarta: Pustaka Pelajar. 2012
7. DW. Pelecehan Online terhadap Perempuan Mendorong Mereka Keluar dari Medsos.
https://www.dw.com/id/kasus-pelecehan-terhadap-perempuan-secara-online/a-55170629. (Diakses pada 11
februari 2021)
“Dengan mengucapkan BISMILLAHI RAHMAANIRRAHIM, bahwa apa yang saya isi dalam formulir ini adalah
BENAR adanya”.

A. INFORMASI DIRI

1. Nama lengkap : CICI CAHYA UTAMI


2. Tempat & Tanggal Lahir : RAWANG LAMA,18 JANUARI 2021
3. Jenis Kelamin : PEREMPUAN
4. Alamat Asal : RAWANG LAMA DUSUN VI,KISARAN,ASAHAN
5. Alamat Tinggal Sekarang : JL.LORONG KABUNG NO.45
6. No Telpon : 082385164328

B. LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

1. Pendidikan Sekarang
a. Universitas :UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Fakultas :FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
c. Jurusan :PENDIDIKAN DOKTER GIGI
d.Angkatan :2018
2. Jenjang Pendidikan Sebelumnya
a. SD/MI :MIS MUHAMMADIYAH
b. SMP/MTS : SMP N 1 KISARAN
c. SMA/MAN : SMA N 1 KISARAN
d. Lainnya :

C. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Nama organisasi dan jabatan


a. HMI KOMISARIAT FKG USU WASEKUM PTKP

D. KONDISI FISIK / KESEHATAN

1. Riwayat Penyakit
:............................................................................................................................................................................
............
.............................................................................................................................................................................
............
..............................................................................................................................................

E. MOTIVASI MENGIKUTI LKK REGIONAL SUMUT

Seorang perempuan mempunyai peranan vital terhadap calon generasi karena merupakan madrasah
pertama anak. Perempuan merupakan pembina dan pendidik tunas muda sehingga seorang perempuan harus
memiliki intelektualitas yang baik sehingga diperlukan untuk mengikuti forum-forum training yang dapat
mengasah kemampuan dalam menganalisis dan berfikir terhadap suatu permasalahan khususnya dalam isu
keperempuanan. Dengan mengikuti training kita dapat mengasah kemampuan berfikir untuk mengatasi
permasalahan tersebut, sehingga dapat terlibat dan berpartisipasi secara aktif karena memiliki bekal dan
pemikiran dalam hal tersebut.

Medan, 11 Februari 2021

(CICI CAHYA UTAMI)

12

Anda mungkin juga menyukai