Anda di halaman 1dari 20

ANALISA KERUSAKAN SERAT KAPAS SECARA KUALITATIF

(selulosa 1, selulosa 2, selulosa 3)

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN DAN EVALUASI KERUSAKAN SERAT

diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktikum Pengujian dan Evaluasi Kerusakan Serat
yang ditujukan oleh
Dosen :
1) Luciana, S.Teks., M.Pd.
2) Mia K., S.ST.
3) Fauzi J., A.Md.

ditulis oleh

Yudha Puspa Chandra Puteri

NPM 22420032

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL

POLITEKNIK STTT BANDUNG


2022

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Maksud dan Tujuan Prakikum

A. Maksud
Mengidentifikasi jenis-jenis kerusakan serat selulosa, penyebab kerusakan serat
selulosa, dan gugus yang terkandung dalam jenis kerusakan selulosa tersebut.

B. Tujuan

1. Selulosa 1 (pengujian penggelembungan dengan NaOH dan pengujian pewarnaan


dengan congo red)
- Untuk membedakan kerusakan serat kapas karena zat kimia dan mekanik
2. Selulosa 2 (pengujian pewarnaan dengan cara uji horizon, perak nitrat amonikal, dan
pereaksi fehling)
- Untuk menunjukkan adanya gugus pereduksi pada serat selulosa yang rusak karena
zat kimia
3. Selulosa 3 (pengujian pewarnaan dengan cara pencelupan tolak, biru trumbull, Na-
Kromat, dan Metilen blue)
- Untuk menunjukkan adanya gugus karboksilat pada serat selulosa yang rusak karena
kimia
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Serat Kapas

Serat kapas merupakan serat alam yang dihasilkan dari tanaman Gossypium. Tanaman ini
tumbuh dengan baik di daerah lembab dan banyak disinari oleh sinar matahari. Sifat dan
kualitas kapas tergantung pada tempat kapas itu tumbuh dan berkembang. Komposisi serat
kapas yaitu :

Komposisi % pada serat % pada dinding primer


Selulosa 88-96 52
Pektin 0,7 - 1,2 12
Lilin 0,4 - 1 7,0
Protein 1,1 - 1,9 12
Abu 0,7 - 1,6 3
Senyawa organik 0,5 - 1,0 14

Serat kapas mempunyai bentuk penampang melintang yang sangat bervariasi dari elips
sampai bulat. Tetapi pada umumnya berbentuk seperti ginjal. Bentuk membujur serat kapas
adalah pipih seperti pita yang terpuntir. Berikut bentuk penampang melintang dan membujur
serat kapas:

Serat kapas umumnya tahan terhadap kondisi penyimpanan, pengolahan dan pemakaian
yang normal. Ada beberapa zat oksidasi atau penghidrolisa yang dapat menurunkan kekuatan
pada serat kapas. Kerusakan karena oksidasi ditandai dengan terbentuknya oksiselulosa yang
biasanya terjadi pada proses pemutihan yang berlebihan, penyinaran dalam kondisi lembab
dan pemanasan yang lama pada suhu 140° C. Beberapa asam menyebabkan hidrolisa ikatan-
ikatan glukosa dalam rantai selulosa dan membentuk hidroselulosa. Asam kuat dalam larutan
akan menyebabkan degradasi yang cepat, sedangkan larutan yang encer apabila dibiarkan
mengering pada serat akan menyebabkan penurunan kekuatan.
Struktur kimia serat kapas merupakan polimer linier yang tersusun dari kondensasi
molekul-molekul anhidro glukosa yang dihubungkan oleh jembatan oksigen. Selulosa
mempunyai rantai molekul yang panjang terdiri dari mata rantai terbuka yang terdiri dari
buah anhidrida glukosa sehingga susunan sebenarnya adalah n (C6 H10 O6 ) (n-1) H2O.
Struktur rantai molekul polimer selulosa

2.2 Sifat Serat Kapas

A. Sifat Fisika

 Warna
Warna kapas pada umumnya sedikit krem. Beberapa kapas yang seratnya
panjang, warnanya lebih krem dari pada jenis kapas yang serat-seratnya lebih
pendek. Warna krem ini disebabkan oleh pengaruh cuaca yang lama, debu atau
kotoran. Tumbuhnya jamur pada kapas sebelum pemetikan menyebabkan warna
putih kebiru-biruan yang tidak bisa dihilangkan dalam pengelantangan.
 Kekuatan
Kekuatan serat kapas sangat dipengaruhi oleh kadar selulosa yang
dikandungnya. Dalam keadaan basah serat kapas akan memiliki kekuatan yang
lebih besar dibandingkan dengan serat ketika dalam keadaan keringHal ini
disebabkan karena dalam keadaan basah, serat akan menggelembung sehingga
berbentuk silinder yang akan menyebabkan berkurangnya bagian-bagian serat
yang terpuntir, dalam kondisi seperti ini distribusi tegangan akan diterima di
sepanjang serat secara lebih merata. Kekuatan serat kapas dalam keadaan kering
berkisar 3,2-5,2 g/denier dan dalam keadaan basah lebih tinggi lagi.
 Mulur
Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi di antara, serat-serat selulosa
alam yang lainnya. Mulur serat kapas berkisar antara 4 - 13% tergantung dari
jenis serat kapasnya dan rata-rata mulurnya adalah 7%.
 Kekakuan
Kekakuan adalah daya tahan terhadap perubahan bentuk atau
perbandingan kekuatan saat putus dengan mulur saat putus.
 Moisture Regain
Serat kapas memiliki afinitas yang besar terhadap airdan air memiliki
pengaruh yang nyata pada sifat-sifat serat. Serat kapas yang sangat kering bersifat
kasar, rapuh dan kekuatannya rendah. Moisture Regain (MR) serat kapas
bervariasi sesuai dengan perubahan kelembaban relatif tertentu. MR kapas pada
kondisi standar berkisar antara 7-8,5%.
 Berat Jenis
Berat jenis kapas berkisar 1,50 - 1,56.
 Indeks Bias
Indeks bias kapas yang sejajar sumbu serat adalah 1,58 sedangkan yang
tegak lurus adalah 1,53.
 Keliatan
Keliatan adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan suatu benda untuk
menerima kerja.
B. Sifat Kimia

 Asam
Asam-asam menyebabkan hidrolisa ikatan ikatar. glukosa dalam rantai
selulosa membentuk hidroselulosaAsam, kuat dalam larutan menyebabkan
degradasi yang cepat sedangkan larutan yang encer apabila dibiarkan mengering
pada serat akan menyebabkan penurunan kekuatan.
 Alkali
Alkali mempunyai sedikit pengaruh pada kapas kecuali larutan alkali kuat
dengan konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan penggelembungan pada serat
seperti pada proses merserisasi. Pada kondisi ini dinding primer menanan
penggelembungan serat kapas keluar sehingga bagian lumennya sebagian
tertutup, irisan melintang menjadi lebih bulat, puntirannya berkurang dan serat
menjadi lebih berkilau. lebih kuat dan afinitas terhadap zat wama menjadi lebih
besar.
 Pelarut
Pelarut pelarut yang biasa digunakan untuk melarutkan kapas adalah
kupromonium hidroksida dan kuprietilen diamin. Viskositas larutan kapas pada
larutan - larutan ini merupakan cara yang baik untuk memperkirakan kerusakan
serat. Kapas mudah diserang oleh jamur dan bakteri terutama pada keadaan
lembab dan pada suhu yang hangat. Banyak modifikasi zat - zat kimia tertentu
saat ini digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat kapas seperti stabilitas dimensi,
tahan kusut, tahan air, tahan api, tahan jamur, tahan kotoran dan lain-lain.

2.3 Identifikasi Kerusakan Serat Kapas

2.3.1 Kerusakan Secara Kualitatif

A. Kerusakan Mekanika

Kerusakan mekanika adalah kerusakan yang menyebabkan terjadinya perubahan


fisik pada bahan atau serat sebagai akibat gerakan mekanik pada bahan tersebut.
Kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh serangan serangga, gesekan, putus karena
tarikan dan potongan serta tusukan.
 Serangan serangga
Serangan serangga dapat ditentukan dengan adanya bekas gigitan dan
jaring sarang serangga pada bagian serat yang nisak.
 Gesekan
Gesekan benang dapat terjadi selama proses pengerjaan benang sampai
menjadi kain. Pengamatan dibawah mikroskop menunjukkan benang yang
tergesek permukaannya lebih berbulu, serat tampak terpotong-potong, tersikat
atau terkoyak - koyak.
 Putus karena tarikan dan potongan
Kerusakan ini dapat dibedakan dengan melihat ujung serat di ubawah
mikroskop. Pada kerusakan karena tarikan ujung serat biasanya tercabik - cabik
dan terdiri dari campuran serat putus dan tidak putussedangkan serat terpotong
biasanya ujung seratnya rata.
 Tusukan
Kerusakan dapat dilihat dengan adanya tusukan atau lubang kecil pada
kain dalam suatu pola yang berulangDi bawah mikroskop terlihat adanya serat
yang terpotong-potong atau hancur.
B. Kerusakan Kimia
Kerusakan kimia adalah kerusakan yang menyebabkan penurunanan kekuatan
karena adanya zat kimia yang dapat ditimbulkan oleh adanya serangan jasad renik
(microorganisme), cahaya, panas dan pengerjaan dengan zat kimia. Pada umumnya
kerusakan serat karena kimia dapat dibedakan dari kerusakan mekanika dengan cara
pengukuran fluiditas serat dalam pelarut yang sesuai. Kerusakan karena jasad renik
(microbial damage) dapat mengakibatkan penurunan kekuatan yang tidak dapat
ditunjukkan dengan pengukuran fluiditas.
 Serangan jasad renik
Kerusakan disebabkan karena jasad renik tersebut mengeluarkan enzim
yang menyebabkan terjadinya kerusakan kimia.
 Cahaya
Kerusakan serat ditandai dengan terjadinya pemutusan ikatan primer pada
selulosa.
 Panas
Kerusakan oleh panas dapat terlihat dengan terjadinya perubahan pada
dinding primer selulosa.
 Pengerjaan zat kimia
Serat selulosa dapat rusak karena asam maupun zat oksidator. Asam dapat
menyebabkan terjadinya hidroselulosa yang mempunyai gugus pereduksi. Proses
oksidasi baik dalam suasana asam maupun basa menimbulkan oksiselulosa yang
mempunyai gugus pereduksi maupun karboksilat.
2.3.2 Cara Identifikasi Kerusakan Secara Kualitatif
 Penggelembungan Dengan NaOH
Dilakukan dengan cara memotong serat kapas pendek sekitar 0,5mm,
kemudian diletakkan di atas kaca objek lalu tetesi dengan larutan NaOH sebagai
medium penutup dengan penutup kaca, kemudian biarkan beberapa menit dan
amati dengan mikroskop.
 Pewarnaan Dengan Congo Red
Dilakukan dengan merendam contoh uji dalam larutan NaOH 2% pada
suhu kamar selama 5 menit lalu cuci dengan air mengalir hingga bebas NaOH
yang ditandai dengan contoh uji tidak licin kemudian direndam dalam larutan
congo red pada suhu kamar selama 5 menit lalu cuci bersih dan rendam lagi
dengan larutan NaOH 18% selama 5 menit kemudian amati dengan mikroskop.
 Pewarnaan Dengan Cara Uji Horizon
Dalam cara ini digunakan dua pelarut, yaitu larutan A (AgNO3 80 g/L)
dan larutan B (200 g Na2S2O3 dan 200 g NaOH) dalam 1 liter air. Dilakukan
dengan mencampurkan larutan A dan Larutan B ke dalam air lalu di didihkan
selama 5 menit kemudian dicuci dengan larutan B lalu cuci dengan air panas,
keringkan dan amati perubahan warnanya.
 Pewarnaan Dengan Cara Uji Perak Nitrat Amoniakal
Dilakukan dengan memanaskan contoh uji dalam larutan AgNO3
amoniakal selama 5 menit dan cuci dengan air dingin lalu cuci dengan larutan
amoniak 10%, keringkan dan amati perubahan warnanya.
 Pewarnaan Dengan Cara Uji Fehling
Dalam cara ini digunakan dua pelarut, yaitu larutan A (60 g/L CuSO4) dan
larutan B ( 346 g kalium natrium tartrat dan 100g NaOH/L air). Dilakukan dengan
mencampurkan larutan A dan larutan B lalu didihkan contoh uji selama 10 menit
dan cuci dengan air panas, keringkan dan amati perubahan warnanya.
 Pewarnaan Dengan Cara Pencelupan Tolak
Dilakukan dengan merendam contoh uji dalam larutan chlorazol sky blue
pada suhu mendidih selama 5 menit lalu cuci dengan air panas, keringkan dan
amati perubahan warnanya.
 Pewarnaan Dengan Cara Uji Biru Trunbull
Dilakukan dengan merendam contoh uji dalam larutan ferro sulfat selama
5 menit pada suhu kamar lalu cuci dengan air panas kemudian rendam kembali
pada larutan kalium ferri sianida selama 5 menit pada suhu kamar lalu cuci
dengan air panas, keringkan dan amati perubahan warnanya.
 Pewarnaan Dengan Cara Uji Na-Kromat
Dilakukan dengan merendam contoh uji dalam larutan Pb asetat selama 5
menit pada suhu kamar lalu bilas dengan air dingin kemudian rendam kembali
contoh uji dalam larutan Na kromat selama 5 menit pada suhu kamar lalu cuci
dengan air dingin, keringkan dan amati perubahan warnanya.
 Pewarnaan Dengan Cara Uji Metilen Blue
Dilakukan dengan merendam contoh uji dalam larutan Metilen biru
selama 5 menit pada suhu kamae lalu cuci dengan air mengalir, keringkan dan
amati perubahan warnanya.
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
1. Kerusakan Selulosa 1
Alat Bahan
1. Mikroskop A. Penggelembungan NaOH :
- larutan NaOH 18%
2. Kaca objek dan B. Pewarnaan congo red :
kaca penutup - larutan zat warna congo red 1%
3. Kertas hisap Berbagai macam kerusakan serat kapas

2. Kerusakan Selulosa 2
Alat Bahan
1. Tabung reaksi A. Uji horizon :
- Pelarut A (AgNO3 80 g/L)
- Pelarut B (Na2S2O3 200g, NaOH 200g)
dalam 1 liter air
2. Pembakar bunsen B. Pengujian Perak Nitrat Amoniakal :
- AgNO3 Amoniakal
- NH4OH 10%
C. Pengujian Pereaksi Fehling :
- Larutan A ( CuSO4 60g/L)
- Larutan B ( 346 Kalium natrium tartrat,
100g NaOH, 1 liter air)
Berbagai macam kerusakan serat kapas

3. Kerusakan Selulosa 3
Alat Bahan
1. Tabung reaksi A. Pewarnaan dengan Pencelupan Toalk :
- Larutan chlorazol sky blue FF (CI direct
blue 1) 5g/L
2. Pemanas listrik B. Pewarnaan dengan Biru trunbull :
- Larutan ferro sulfat 10g/L
- Larutan kalium ferri sianida 10g/L
C. Pewarnaan dengan Na-Kromat :
- Larutan Natrium kromat
- Larutan Pb asetat 10g/L
D. Pewarnaan dengan Metilen blue :
- Larutan metilen blue
Berbagai macam kerusakan serat kapas

3.2 Prosedur / cara kerja


3.2.1 Kerusakan Selulosa 1
A. Uji penggelembungan dengan NaOH
1. Potong serat kapas pendek-pendek kira-kira 0,5mm
2. Letakkan diatas kaca objek, tetesi dengan NaOH sebagai medium tutup
dengan kaca penutup
3. Biarkan beberapa menit
4. Amati dibawah mikroskop
Hasil evaluasi :
- Adanya kepala jamur (dumbel) pada ujung serat menunjukkan serat baik atau
serat yang mengalami kerusakan mekanik
- Serat yang tidak memiliki dumbel pada ujung serat menunjukkan kerusakan
kimia yang hebat
- Besar kecilnya kepala jamur menentukan derajat kerusakan kimia dari serat

B. Uji pewarnaan dengan congo red


1. Contoh uji direndam dalam larutan NaOH 2% selama 5 menit
2. Kemudian dicuci dengan sampai bebas NaOH ditandai dengan contoh uji
tidak licin
3. Contoh uji dikeringkan dengan kertas penghisap
4. Contoh uji tersebut kemudian direndam dalam larutan congo red selama 5
menit
5. Contoh uji dicuci bersih dengan air
6. Selanjutnya contoh uji direndam dalam larutan NaOH 18% selama 5 menit
7. Contoh uji yang telah dipreparasi diamati di bawah mikroskop dengan
pembesaran tertentu.
Hasil evaluasi :
- Pada kapas yang rusak karena mekanika akan terlihat adanya serat yang sobek
atau putus, terbentuk dumbel dan serat berwarna merah
- Pada kapas yang rusak karena kimia akan terlihat retakan memanjang, tidak
terjadi dumbel dan adanya bagian-bagian serat berwarna merah
- Pada kapas yang rusak karena jasad renik, permukaannya aus atau tampak
filamen jasad renik
- Kerusakan karena panas akan menghasilkan noda spiral pada serat, tetapi pola
ini bias tampak pula pada kerusakan oleh zat kimia

3.2.2 Kerusakan Selulosa 2


A. Pengujian Pewarnaan Horizon
1. Larutan A (AgNO3 80 g/L) sebanyak 1 ml dicampurkan dalam 20 ml air
dengan 2 ml larutan B ( 200g Na2S2O3 + 200g NaOH/L) dalam 20 ml air
2. Contoh uji di didihkan dalalm 2-5 ml campuran tersebut selama 5 menit
3. Contoh uji dicuci dalam larutan B (1ml dalam 10ml air)
4. Kemudian contoh uji dicuci dengan air panas suhu 70℃
5. Diamati warna yang terjadi
Hasil evaluasi :
- Adanya endapan abu-abu atau hitam pada serat menunjukkan adanya gugus
aldehid

B. Pengujian Pewarnaan Perak Nitrat Amoniakal


1. Contoh uji direndam dan dipanaskan dalam larutan AgNO3 ammoniakal
pada suhu 80 °C selama 3-5 menit
2. Kemudian dicuci dengan air dingin
3. Contoh uji dibilas kembali dengan larutan ammonia 10%
4. Diamati warna yang terjadi
Hasil Evaluasi:
- Serat yang rusak akan berwarna kuning atau coklat bergantung tingkat
kerusakannya, sedangkan serat yang baik warna akan hilang setelah dilakukan
proses pencucian

C. Pengujian Pewarnaan Pereaksi Fehling


1. Larutan Fehling A sebanyak 5 ml dan larutan Fehling B sebanyak 5 ml
dicampurkan (larutan dapat diencerkan dengan ditambahkan 10 ml air
suling)
2. Contoh uji dididihkan dalam 2-5 ml campuran larutan tersebut selama 10
menit
3. Contoh uji dicuci dengan air panas 70 °C
4. Kemudian warna yang terjadi pada contoh uji diamati
Hasil Evaluasi:
- Adanya gugus karboksilat ditunjukkan dengan tidak terjadinya pewarnaan atau
adanya titik warna muda pada daerah yang rusak.

3.2.3 Kerusakan Selulosa 3


A. Pengujian Pencelupan Tolak
1. Contoh uji direndam dalam larutan Chlorazol Sky Blur FF pada suhu
mendidih selama 5 menit
2. Contoh uji kemudian dicuci dengan iar panas pada suhu 70℃
3. Contoh uji diamati perubahan warnanya
Hasil Evaluasi:
- Adanya gugus karboksil ditunjukkan dengan tidak terjadinya pewarnaan atau
adanya titik warna muda pada daerah yang rusak

B. Pengujian Pewarnaan Biru Trunbull


1. Contoh uji direndam dalam larutan ferro dulfat selama 5 menit pada suhu
kamar
2. Contoh uji dicuci dengan air pada suhu 70℃
3. Contoh uji direndam dalam larutan kalium ferri sianida selama 5 menit pada
suhu kamar
4. Kemudian dicuci kembali dengan iar pada suhu 70℃
5. Perubahan warna pada contoh uji diamati
Hasil Evaluasi:
- Warna biru pada contoh uji menunjukkan adanya gugus karboksilat pada bahan

C. Pengujian Pewarnaan Na-Kromat


1. Contoh uji direndam dalam larutan Pb asetat selama 5 menit pada suhu
kamar
2. Contoh uji dibilas dengan air dingin
3. Kemudian contoh uji dipindahkan ke dalam larutan Na-Kromat dan
direndam dalam larutan tersebut selama 5 menit pada suhu kamar
4. Contoh uji kemudian dicuci dengan air dan dikeringkan
5. Perubahan warna pada contoh uji diamati
Hasil Evaluasi:
- Adanya gugus karboksilat ditunjukkan oleh warna kuning tua, sedangkan
adanya gugus pereduksi memberikan warna cream

D. Pengujian Pewarnaan Metilen Blue


1. Contoh uji direndam dalam larutan metilen biru selama 5 menit pada suhu
kamar
2. Contoh uji dibilas dengan air dingin
3. Contoh uji kemudian dicuci dengan air dan dikeringkan
4. Perubahan warna pada contoh uji diamati
Hasil Evaluasi:
- Warna biru tua menunjukkan adanya gugus karboksilat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum


4.1.1 Kerusakan Selulosa 1
Terlampir
4.1.2 Kerusakan Selulosa 2
Terlampir
4.1.3 Kerusakan Selulosa 3
Terlampir

4.2 Pembahasan
A. Kerusakan Selulosa 1
 Pengujian Penggelembungan Dengan NaOH
Praktikum kali ini merupakan praktikum untuk membedakan kerusakan serat
karena zat kimia dan mekanika menggunakan mikroskop. Larutan NaOH dalam
praktikum ini berfungsi untuk menggelembungkan serat selulosa. Saat diamati dengan
mikroskop adanya kepala jamur (dumble) terdapat pada ujung serat yang baik atau
serat yang mengalami kerusakan mekanik,sedangkan jika tidak ada kepala jamur atau
dumbel pada ujung serat menunjukkan kerusakan kimia yang hebat.
Pada pengujian penggelembungan dengan NaOH 18% dinding primer pada kapas
baik akan menggelembung dengan sempurna serta menonjol keluar dari ujung
potongan serat dan membentuk kepala jamur atau dumble. Pada kapas yang rusak
oleh zat kimia, maka dinding primernya akan menjadi lemah dan tidak tahan mampu
menahan tekanan yang ditimbulkan oleh dinding sekunder yang menggelembung,
sehingga seratnya akan robek atau pecah. Besar kecilnya kepala jamur pada ujung
potongan serat menentukan besarnya kerusakan kimia pada serat tersebut. Pada serat
kapas yang rusak oleh pukulan akan terlihat penggelembungan serat yang tidak rata.
Dalam praktikum ini, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil praktikum
adalah tidak telitinya praktikan saat mengamati serat pada miskroskop, sehingga
dapat menimbulkan kekeliruan saat mengevaluasi serat. Faktor yang dapat
mempengaruhi hasil pengamatan ini tidak terlalu banyak, karena pengerjaanya yang
cukup mudah

 Pengujian Pewarnaan Dengan Congo Red


Praktikum kali ini dilakukan dengan merendam serat kapas dalam larutan NaOH
yang berfungsi untuk menggelembungkan serat selulosa sehingga larutan zat warna
congo red dapat mewarnai dinding serat selulosa. Setelah direndam dengan NaOH,
serat dicuci dengan air mengalir sampai bebas NaOH yang ditandai dengan
permukaan seratnya yang tidak licin.
Pada pengujian pewarnaan dengan Congo Red, serat kapas yang rusak oleh
mekanik akan terlihat adanya penampang serat yang sobek atau putus. Pada serat
kapas yang rusak oleh zat kimia akan terlihat adanya retakan memanjang yang
ditandai dengan celah-celah atau ada bagian serat yang berwarna merah dan tidak
terdapat dumbel, dinding sekundernya yang telah menggelembung akan terwarnai
lebih tua dibandingkan kerusakan mekanik. Pada serat yang rusak karena jamur,
timbul bintik-bintik jamur dan permukaan serat yang aus. Pada serat yang rusak
karena panas terlihat adanya noda spiral pada serat.
Dalam praktikum ini terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil
praktikum yaitu saat pencucian NaOH yang tidak dicuci bersih sampai bebas NaOH
sehingga serat masih mengandung NaOH dan permukaanya masih licin, faktor yang
kedua adalah saat mengamati serat pada mikroskop, praktikan kesulitan mencari
dumbel pada ujung serat dan retakan merah memanjang serta noda spiral, sehingga
dapat mempengaruhi hasil evaluasi.

B. Kerusakan Selulosa 2
 Pengujian Pewarnaan Dengan Cara Uji Horizon
Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian evaluasi kerusakan kapas dengan
pewarnaan uji horizon yang bertujuan untuk mengetahui kandungan gugus aldehid
yang ditunjukkan dengan adanya endapan abu-abu atau hitam yang disebabkan oleh
oksiselulosa dan hidroselulosa. Larutan Horrizon akan berikatan dengan gugus
aldehid sehingga menghasilkan endapan abu-abu atau hitam yang berasal dari
endapan Ag. Banyaknya endapan yang terbentuk dalam serat menunjukkan besar
banyaknya gugus pereduksi yang terdapat pada serat dan menunjukkan besarnya
kerusakan kimia yang dialami oleh serat.
Dalam praktikum ini, salah satu faktor yang dapat memepengaruhi hasil
praktikum adalah saat proses pencucian tidak dilakukan dengan benar, sehingga
endapan abu-abu masih menempel pada serat yang tidak memiliki gugus aldehid.

 Pengujian Pewarnaan Dengan Perak Nitrat Amoniakal


Pada praktikum ini dilakukan pengujian kerusakan kapas dengan pewarnaan uji
perak nitrat amoniakal,yang mana bertujuan untuk menunjukkan adanya gugus
reduksi. Pada hasil pengujian ini serat yang rusak akan terbentuk warna kuning atau
coklat, hal ini disebabkan oleh gugus pereduksi akan mengikat Ag sehingga warna
yang terbentuk tidak hilang setelah dicuci. Sedangkan untuk serat yang baik, warna
kuning yang menempel akan hilang saat proses pencucian. Warna coklat ini
menandakan adanya gugus pereduksi pada serat selulosa yang menyebabkan
kerusakan pada serat. Semakin banyak gugus pereduksi semakin kuat warna yang
terbentuk.
Dalam praktikum ini, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil evaluasi
yaitu pada proses pencucian yang tidak dilakukakan dengan benar, sehingga warna
kuning atau coklat pada serat yang baik tidak hilang setelah proses pencucian dan
mengakibatkan kekeliruan praktikan dalam mengevaluasi serat.

 Pengujian Pewarnaan Dengan Fehling


Pada praktikum pengujian fehling bertujuan untuk menunjukkan gugus pereduksi
pada serat selulosa. Dalam pengujian fehling ini akan terbentuk endapan warna merah
atau merah muda yang menandakan adanya gugus pereduksi pada serat yang rusak.
Semakin banyak warna merah muda atau merah yang terbentuk maka semakin
banyak gugus pereduksinya sehingga serat selulosa tersebut semakin rusak oleh zat
kimia.
Dalam praktikum ini, sebagai praktikan harus dapat mengamati hasil evaluasi
dengan teliti, karena endapan merah yang terbentuk pada serat berwarna sangat pudar
sehingga saat mengevaluasinya memerlukan ketelitian.

C. Kerusakan Selulosa 3
 Pengujian Pewarnaan Dengan Pencelupan Tolak
Pada pengujian kali ini dilakukan pengujian pewarnaan dengan uji pencelupan
tolak yang bertujuan untuk menunjukkan adanya gugus karboksilat pada serat
selulosa yang rusak karena zat kimia. Dengan adanya gugus karboksil pada serat akan
menolak pencelupan yang akan menimbulkan titik - titik muda pada daerah serat yang
rusak. Semakin muda warna pencelupan menunujukkan semakin besar daerah serat
yang rusak. Gugus pereduksi ini dapat menyebabkan kerusakan hidroselulosa dan
oksiselulosa.
Pada percobaan kali ini serat yang rusak oleh asam memiliki daerah serat yang
rusak sangat besar, karena daerah pada serat yang berwarna mudanya sangat besar
dan warna biru nya terlihat lebih muda dibandingkan dengan serat lainnya. Dari hasil
evaluasi, serat yang memiliki titik warna muda adalah serat asam, alkali, jamur dan
panas sehingga terdapat gugus karboksilat di dalamnya.
Dalam praktikum ini tidak banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil evaluasi
karena pengujiannya cukup mudah untuk dilakukan. Namun pada saat proses
pencucian perlu dilakukan dengan benar agar perubahan warnanya dapat terlihat
sehingga tidak sulit untuk menentukan mana serat yang rusak dan serat yang tidak
rusak.
 Pengujian Pewarnaan Dengan Biru Trunbull
Pengujian pewarnaan dengan biru trunbull bertujuan untuk menunjukkan gugus
karboksilat pada serat selulosa yang rusak karena zat kimia. Warna biru tua
menunjukkan adanya gugus karboksilat pada serat. Semakin tua warna yang
dihasilkan semakin banyak gugus karboksil yang terdapat pada serat, ditunjukkan
oleh serat yang rusak karena alkali dan jamur.
Dalam praktikum ini tidak banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil evaluasi
karena pengujiannya cukup mudah untuk dilakukan. Namun pada saat proses
pencucian perlu dilakukan dengan benar agar perubahan warnanya dapat terlihat
sehingga tidak sulit untuk menentukan mana serat yang rusak dan serat yang tidak
rusak.

 Pengujian Pewarnaan Dengan Na-Kromat


Pengujian pewarnaan dengan Na-Kromat dilakukan untuk menujukkan adanya
gugus karboksilat pada serat yang di uji, yaitu ditunjukkan dengan adanya perubahan
menjadi warna kuning tua, sedangkan perubahan serat menjadi warna cream
menunjukkan serat tersebut memiliki gugus pereduksi.
Pada percobaan warna cream terjadi pada serat yang rusak oleh asam dan jamur.
Sedangkan untuk pengujian khromat pada serat kapas rusak karena hipoklorit dan
panas menghasilkan warna kuning tua menunjukkan adanya gugus karboksilat. Hal
ini karena telah terjadi proses oksiselulosa.
Dalam praktikum ini tidak banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil evaluasi
karena pengujiannya cukup mudah untuk dilakukan. Namun pada saat proses
pencucian perlu dilakukan dengan benar agar perubahan warnanya dapat terlihat
sehingga tidak sulit untuk menentukan mana serat yang rusak dan serat yang tidak
rusak.

 Pengujian Pewarnaan Dengan Metilen Blue


Pada pengujian pewarnaan dengan metilen blue bertujuan untuk menunjukkan
adanya gugus karboksilat yang ditunjukkan dengan warna biru tua pada serat. Pada
pengujian ini dapat dilihat dengan adanya perubahan warna serat kapas dari berwarna
putih menjadi berwarna biru tua. Pada hasil pengujian didapatkan hasil yang
mendominasi warna biru muda.
Pada percobaan, warna biru tua ditunjukkan oleh serat yang rusak oleh H2O2,
KMnO4, pukulan dan panas. Adanya gugusan karboksil dalam selulosa dapat
diketahui dengan absorpsi metilen biru.
Dalam praktikum ini tidak banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil evaluasi
karena pengujiannya cukup mudah untuk dilakukan. Namun pada saat proses
pencucian perlu dilakukan dengan benar agar perubahan warnanya dapat terlihat
sehingga tidak sulit untuk menentukan mana serat yang rusak dan serat yang tidak
rusak.
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan analisa kualitatif pada kerusakan serat selulosa (kapas) dapat
disimpulkan bahwa :
4.1 Kerusakan Serat Selulosa 1
 Pengujian penggelembungan dengan NaOH 18%
- Serat dengan kerusakan kimia tidak terdapat kepala jamur pada ujung serat,
yaitu : kerusakan kapas oleh reduktor, kaporit, H2O2, asam dan alkali
- Serat dengan kerusakan mekanik terdapat dumbel pada ujung serat, yaitu:
keruskan kapas oleh panas, jamur, pukulan
 Pengujian pewarnaan dengan congo red
- Serat kapas dengan kerusakan kimia tidak terjadi dumbel dan adanya bagian-
bagian serat yang berwarna merah, yaitu: kerusakan kapas oleh KMnO4, H2O2,
kaporit, alkali dan asam
- Serat kapas dengan kerusakn mekanik akan terlihat adanya serat yang sobek dan
putus, terbentuk dumbel dan serat berwarna merah, yaitu: kerusakan serat oleh
pukulan
- Kerusakan karena panas akan menghasilkan noda spiral pada serat

4.2 Kerusakan Serat Selulosa 2


 Pengujian Pewarnaan Horizon
- Serat yang rusak akan berwarna kuning/coklat bergantung tignkat kerusakannya
sedangkan serat yang baik, warna akan hilang setelah dilakukan pencucian,
yaitu: kerusakan serat oleh jamur, hipoklorit dan kapas baik
 Pengujian Pewarnaan Perak Nitrat Amoniakal
- serat yang rusak ditandai dengan endapan pink/merah sehingga terdapat gugus
karboksilat, yaitu : kerusakan serat oleh jamur, asam, dan H2O2
 Pengujian Pewarnaan Fehling
- Serat yang mengandung gugus aldehid ditandai dengan endapan abu-abu/hitam
yaitu: kerusakan serat oleh H2O2, alkali, asam, pukulan, hipoklorit, kaporit dan
KMnO4
4.3 Kerusakan Serat Selulosa 3
 Pengujian Pewarnaan Pencelupan Tolak
- Serat yang rusak ditandai dengan warna biru muda yang menandakan adanya
gugus karboksilat, yaitu : kerusakan serat oleh asam, alkali, jamur dan panas
 Pengujian Pewarnaan Biru Trunbull
- Serat yang berwarna biru menunjukkan adanya gugus karboksilat, yaitu :
kerusakan serat oleh H2O2, kaporit, jamur, hipoklorit, asam, alkali dan panas
 Pengujian Pewarnaan Na-Kromat
- Serat yang berwarna kuning tua menandakan adanya gugus karboksilat, yaitu :
kapas baik, kerusakan serat oleh hipoklorit, alkali, KMnO4 dan panas
- Sedangkan serat yang berwarna cream menandakan adanya gugus pereduksi,
yaitu : kerusakan serat oleh H2O2, kaporit, asam, jamur dan pukulan
 Pengujian Pewarnaan Metilen Blue
- Serat yang berwarna biru tua menunjukkan adanya gugus karboksilat, yaitu :
kerusakan serat oleh H2O2, KMnO4, pukulan dan panas.
DAFTAR PUSTAKA

Rahayu, Hariyanti,Dkk. Bahan Ajar Praktikum Evaluasi Kimia 1 Analisa Kualitatif Dan
Kuantitatif Kerusakan Serat Tekstil. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil . Bandung:2005

https://www.scribd.com/document/450600589/Laporan-Pengujian-dan-Evaluasi-Kerusakan-
Serat-1-Kerusakan-Selulosa

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fevgust.wordpress.com
%2F2011%2F02%2F22%2Fserat-kapas-cotton fiber
%2F&psig=AOvVaw36Trcm8CGfNTAF1WRe2zDZ&ust=1696781834121000&source=images
&cd=vfe&opi=89978449&ved=0CBEQjRxqFwoTCJiMnP6p5IEDFQAAAAAdAAAAABAE

https://www.studocu.com/id/document/politeknik-negeri-bandung/teknik-sipil/laporan-1-
bersama/42759699

Anda mungkin juga menyukai