Revisi Perbaikan Ke 2 KTI Serlin Halawa (1) Koreksi
Revisi Perbaikan Ke 2 KTI Serlin Halawa (1) Koreksi
Oleh :
SERLIN HALAWA
NIM :2013462051
PENDAHULUAN
untuk memberikan kode dengan huruf dengan angka yang mewakoli komponen
data. Pemberian kode atas diagnosis klasifikasi penyakit yang berlaku dengan
tindakan.(Gunarti, 2019)
memberikan kode dengan huruf atau angka atau kombinasi huruf dan angka yang
mewakili komponen data. Kegiatan dan tindakan serta diagnosis yang ada dalam
berkas rekam medis harus diberi kode dan selanjutnya di indeks agar meudahkan
huruf atau angka mewakili komponen data. Kegiatan dan tindakan serta diagnosa
yang ada didalam rekam medis harus diberi kode dan selanjutnya di indeks agar
yang berisi kode prosedur bedah/ operasi dan pengobatan non operasi seperti ST
nomor 36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan yang menyebutkan bahwa setiap
tenaga kesehatan rekam medis menjalankan pratik wajib memiliki Surat Tanda
Tangan Registrasi (STR) dan pasa 46 ayat (1) yang menyebutkan bahwa setiap
Seorang koder adalah petugas rekam medis yang mampu melaksanakan atau
Salah satu kompetensi utama yang harus dimiliki seorang perekam medis
yang sesuai dengan jenis dan kedalaman keterampilan yang diharapkan sebagai
koding rawat inap RSUD kota salatiga pada bulan mei-juni. Analisis data
hasil penelitian, semua petugas koding rawat inap di RSUD Kota Salatiga berlatar
belakang pendidikan DIII Rekam Medis dan sudah perna mengikuti pelatihan
tentang koding. Namun kelengkapan sarana dan prasarana koding bagi setiap
Penelitian terdahulu oleh Nur Maimun Tahun 2018 penelitian ini bertujuan
dokter menggunakan singkatan kata yang tidak standar, masih ada petugas blom
koder dalam penentuan kode penyakit dan tindakan rawat inap di rumah sakit
rekam medis rawat inap di rumah sakit umum fatmawati pada bulan juni-
desember 2016 mencapai 79,18% akurat dan 20,82% tidak akurat. Ketidak
kodefikasi tindakan pada kasus bedah didapat dari 100 sampel dan ditemukan
30% kode tindakan akurat dan 70% kode tidak akurat. Kode akurat banyak
ditemukan pada kasus bedah, sehingga koder lebih mudah untuk memberikan
kode dikarenakan sudah hafal. Kode tidak akurat banyak dijumpai pada kasus
bedah dengan penyebab kesalahan paling banyak karena kesalahan kategori dan
tidak spesifik. Faktor ketidak akurat kode salah satunya adalah kesulitan koder
dalam membaca tulisan dan singkatan yang dibuat oleh dokter (Priyadi, 2021)
Rumah Sakit Umum Imelda (RSU Imelda), sebuah rumah sakit swasta yang
berdiri sejak tahun 1983 dikota medan. Telah memiliki fasilitas penunjang
pelayanan kesehatan yang lengkap dan didukung oleh Sumber Daya Manusia
(SDM) yang berkualitas. Bukti kepercayaan dari publik, pemerintah juga telah
meningkatkan kelas RS. Imelda menjadi kelas B Non Pendidikan selain itu rumah
sakit imelda telah lulus akreditasi dari komite Akrditasi Rumah Sakit (KARS).
dari periode Oktober sampai November 2022 didapat 10 berkas rekam medis
ditemukan sebesar 6 berkas (60%) tingkat akurat dan 4 berkas (40%) tidak akurat.
Penentuan Kode Penyakit dan Tindakan Pada Kasus Bedah Digestive Pasien
indonesia bahwa masih terdapat atau masih ditemukan pengkodingan yang tidak
akurat sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini adalah melihat bagaimana
kompetensi koder dalam penentuan kode penyakit dan tindakan pada kasus bedah
digestive Pasien Rawat inap?
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
a) Bagi Peneliti
Kasus Bedah Digestive Pasien Rawat Inap Dirumah Sakit Imelda Pekerja
Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSAKA
2022 tentang rekam medis, rekam medis merupakan dokumen yang berisikan data
1. Tujuan primer
A. Bagi pasien
b. Bukti pelayanan
resiko.
diagnosa kerja).
a. Alokasi sumber
a. Mendokumentasikanunitpelayananyangmemungutbiaya pemeriksaaan
b. Menetapkan biaya yang harus dibayar
f. Menagani pengeluaran
2. Tujuan sekunder
1. Edukasi
c. Bahan pengajaran
2. Peraturan (Regulasi)
3. Riset
c. Menilai teknologi
4. Pengambilan kebijakan
a. Mengalokasikan sumber-sumber
5. Industri
apa bila kompetensi koder tidak terpenuhi maka kode penyakit atau tindakan yang
coder telah memiliki kualifikasi yang cukup terkait latar belakang pendidikan
maupun pelatihan, sehingga koder belum optimal dalam penentuan kode secara
pekerjaan yang dilandasi atau kompetensi dan pengetahuan serta didukung oleh
serta dilengkapi dengan daftar pokok bahasan, daftar masalah, daftar, daftar
pendidikan, serta evaluasi yang sesuai dengan jenis dan kedalaman keterampilan
2.1.4 Ketepatan
penagihan kembali biaya, beserta hal-hal lain yang berkaitan dengan asuhan dan
(Mangentang 2015).
Hal penting yang harus diperhatikan oleh petugas rekam medis adalah
ketepatan dalam memberikan kode diagnosa. Pengodean yang tepat dan akurat
membutuhkan rekam medis yang lengkap. Rekam medis yang berisi dokumen
yang akan diberi kode seperti; ringkassan masukdan keluar, lembar operasi dan
laporan tindakan, laporan patologi dan resume pasien keluar. Salah satu faktor
pada rekam medis saat melakukan kode diagnosis. Dampak yang terjadi jika
penulisan diagnosa yang salah adalah pasien mengeluarkan biaya yang sangat
besar, pasen yang seharunya tidak minum antibiotik tetap terus diberikan
antibiotik dan dampak yang lebih fatal yaitu mengancam nyawa pasien (Hatta,
2014).
Pemberian kode pada berkas harus dilakukan dengan sangat teliti, tepat dan
akurat sesuai dengan kode diagnosa yang ada dalam ICD-10. Jika terjadi
kesalahan dalam memberikan kode akan berdampak buruk pada pasien, rumah
dkk. 2016)
makanan. Proses tersebut dimulai dari rongga mulut, di dalam rongga mulut
makanan dipotong-potong oleh gigi seri dan dikunyah oleh gigi geraham,
belum dapat diserap oleh dinding usus halus. Karena itu, makanan harus diubah
menjadi sari makanan yang mudah larut. Dalam proses ini dibutuhkan beberapa
Amelia,2013)
Kondisi kelainan pada sistem pencernaan yang melibatkan organ dan jalur
Rahmawati 2018)
2.6 Coding
angka atau kombinasi huruf dalam mengambarkan huruf atau angka atau
digunakan untuk mengkode tindakan atau diagnosa, serta komputer (online) untuk
mengkode penyakit dan tindakan. Salah satu kendala kelengkapan dan ketepatan
1. Tentukan tipe pernyataan yang akan dikode, dan buka volume 3 Alphabetical
index (kamus). Bila pernyataan adalah istilah penyakit atau cedera atau
kondisi lain yang terdapat pada Bab I-XIX (Volume, 1), gunakanlah iya
yang dicari pada seksi I indeks (volum 3). Bila pernyataan adalah penyebab
luar (External cause) dari cedera (bukan nama penyakit) yang ada di Bab XX
(Vol. 1). Lihat dan cari kodenya pada seksi II di indeks (Vol. 3)
2. “Lead Term” (kata panduan) untuk penyakit yang cedera biasanya merupakan
menggunakan istilah kata benda anatomi, kata sifat atau kata keterangan
4. Baca istilah yang terdapat dalam tanda kurung “()” sesudah lead term (kata
dalam tanda kurung = modifier, tidak akan mempengaruhi kode). Istilah lain
yang ada dibawah lead term (dengan tanda (-) minus=idem =inend) dapat
diperhitungkan.
5. Ikuti secara hati hati rujukan silang (cross references) dan perintah see dan see
6. Lihat daftar tabulasi (volume 1) untuk mencari nomor kode yang paling tepat.
Lihat kode tiga karakter diindeks dengan tanda minus pada posisi keempat
yang berarti bahwa isian untuk karakter keempat itu ada didalam volume 1
dan merupakan posisi tambahan yang tidak ada dalam indeks (volume 3).
7. Ikuti padoman inclusion dan exclusion pada kode yang dipilih atau bagian
9. Lakukan analisis kuantitatif dan kualitatif data diagnosis yang dikode untuk
tenaga rekam medis) tidak tepat maka akan menyebabkan kerugian bagi rumah
2.7 ICD-10
Problems (ICD) dari WHO adalah sistem Klasifikasi penyakit dan masalah terkait
kesehatan yang komprehensif dan diakui secara internasional. Fungsi ICD sebagi
a) Volume 1
1. Pengantar
2. Pernyataan
6. Daftar tabulasi penyakit dan daftar kategori termasuk sub kategori empat
karakter
9. Defenisi-defenisi
1. Pengantar
5. Presentasi statistik
c)Volume 3
1. Pengantar
DigestiveSystem)
d) K40-K46 Hernia
penentuan kode penyakit dan tindakan pada kasus bedah digestive pasien rawat
Pelaksanaankodefikasi Kompetensikoder
1. Pengetahuan SDM 1. Kompeten
2. Ketepatan kode diagnosa 2. Tidak kompeten
3. Ketepatan kode tindakan
METODE PENELITIAN
bahan yang digunakan meliputi atas data primer dan data sekunder. Data primer
yang peneliti peroleh khususunya untuk data pasien atau melalui kuesioner dan
observasi secara langsung pada tempat penelitian dengan petugas rekam medis di
Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Data sekunder yang peneliti gunakan
sebagai sumber pengetahuan dalam tujuan pusaka adalah data yang berasal dari
buku dan jurnal penelitian yang berhubungan dengan Tinjaun kompetensi koder
beralamat di Jl. Bilal No.24, Pulo Brayan Darat I, Kec, Medan Tim, Kota Medan,
Sumatera Utara 20239. Saya memilih lokasi ini sebagai tempat penelitian karena
akses mudah dicapai sehingga penelitian ini dapat dilakukan dengan lancar. Selain
itu, Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia merupakan tempat PKL selama 2
penentuan kode penyakit dan tindakan pada kasus bedah digestive pasien rawat
inap dirumah sakit imelda pekerja indonesia dan sudah memahami permasalahan
dan karakteristik di lokasi tersebut.
Subjek dalam penelitian ini adalah petugas rekam medis yang bekerja
Objek dalam Penelitian ini adalah berkas rekam medis dengan Kasus Bedah
Digestive triwulan dimuali dari bulan maret sampai mei 2023 sebanyak 30 berkas
rekam medis.
tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut yang dianggap tahu
tentang apa yang kita harapkan atau dia mungkin sebagai penguasa sehingga akan
memudahkan peneliti menjelajahi objek atau situasi yang diteliti. Atau dengan
kompetensi koder.
3.4.2 Defenisi Operasional
Kesesuaian Observasi
3 Ketepatan diagnosa yang di Lembar secara
kode tetapkan dalam Observasi langsung di Ordinal
tindakan koding yang Rumah Sakit
tertulis pada rekam Imelda Pekerja
medis pasien sesuai Indonesia
dengan kaidah
ICD-10
adalah pedoman wawancara, observasi, alat tulis, leptop, kamera handphone yang
a. Pedoman wawancara
b. Alat tulis digunakan untuk mencatat dan melaporkan hasil penelitian, yang
c. Laptop
d. Kamera handphone
maslah penelitian.
padoman wawancara.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari jurnal hasil penelitian terdahulu sebagai bahan
referensi.
1. Pengumpulan data
Tindakan pada Kasus Bedah Digestive Pasien Rawat Inap Dirumah Sakit
2. Reduksi Data
dan transformasi data mentah yang dihasilkan dari proses pengumpulan data.
3. Penyajian Data
sementara, dan akan berubah selama proses pengumpulan data masih terus
berlangsung.
tindakan pada kasus bedah digestive pasien rawat inap dirumah sakit imelda
BAB 1V
4.1 HASIL
Kode Penyakit dan Tindakan Pada Kasus Bedah Digestive Pasien Rawat Inap
Indonesia Medan
Kelamin kerja
sudah berlatar belakang D-III Perekam Dan Informasi Kesehatan, terkait Umur
informan pertama dengan masa kerja 6 tahun, informan ke dua dengan masa 3
tahun dan informan ketiga, ke empat, lima, enam, tujuh dan delapan memiliki
masa kerja 1 tahun
Pekerja Indonesia
Dari hasil penelitian yang dilakukan Data diperoleh dari 8 Responden dari
data primer yang dapat dari pembangian kuesioner, maka penulis memperoleh
No Deskripsi Kategori
Dari tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa dari 8 Responden, 5 Responden
Tabel 4.3 Hasil ketepatan kode diagnosa dan tindakan pada kasus bedah Digestive
Kategori
No Deskripsi
Tepat Tidak tepat
Pada Tabel 4.3 dapat dilihat dari hasil ketepatan kode diagnosa dan
tindakan pada kasus bedah digestive di rumah sakit imelda pekerja indonesia
tahun 2023 dimana terdapat ketepatan kode diagnosa sebanyak 23 (71,8%) DRM
yang tepat dan 9 (28,1%) yang tidak tepat. Dari hasil kode tindakan kita bisa lihat
ketepatan kode tindakan 25 (78,1%) DRM dan 7 (21,8%) tidak tepat.
2023
Kompetensi Coder
Responden 1 Kompeten
Responden 2 Kompeten
Responden 3 Kompeten
Responden 4 Kompeten
1 Kompeten 4 50%
Total 8 100%
Hasil dari penelitian yang diberikan 8 Responden terhadap gambaran kompetensi
koder dalam penentuan kode penyakit dan tindakan pada kasus bedah digestive
pasien rawat inap. menunjukan bahwa 4 Responden yang kompeten dan 4 yang
pengkodingan.
Kompetensi Koder
4 Responden 4 Responden
Kompeten 4(50%)
Tidak Kompeten 4
(50%)
Total 8 100%
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengetahuan petugas koder di Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia
Medan
Kompetensi Koder Dalam Penentuan Kode Penyakit Dan Tindakan Pada Kasus
Bedah Digestive Pasien Rawat Inap Dirumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia
memiliki pengetahuan Baik 5 orang (62,5%) dan cukup 3 orang (37,5%) dan
responden D-III RMIK sebanyak 8 orang dan Yang berpendidikan S1 Non rekam
medis .
Kompetensi
No Tabulasi Pengetahuan
Kompeten Tidak kompeten
1 Baik 4 Kompeten
Total 8
penelitian terhadap kuesioner yang telah diisi oleh responden. Ketidak tepatan
koding klinis diakibatkan oleh PMIK yang kurang teliti terhadap kode diagnosa
utama.
Menurut Gamala Hatta (2014) Bahwa kualitas koding klinis menjadi salah
ditentukan oleh data klinis terutama kode diagnosa dan prosedur medis yang
dimasukan kedalam software INA CBG’ untuk proses klaim yang dibayarkan
sangat tergantung dari kode INA CBG’s sehingka kualitas maupun kuantitas kode
klinis maupun prosedur ini akan membawa dampak besar terhadap pendapatan
rumah sakit.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
ketepatan kode diagnosa dan tindakan pada dokumen rekam medis rawat inap
diperoleh lebih banyak dokumen yang tepat kode diagnosa 24 (75%) dari pada
yang tidak tepat 8 (25%) dokumen rekam medis dan bisa di simpulkan bahwa
kompetensi yang dimiliki oleh coder sangat baik sehingga banya koder yang
2.5 Saran