Anda di halaman 1dari 21

PEMERINTAH KABUPATEN BREBES

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS PEMARON
Jalan Raya Pemaron No. 2 Kec. Brebes, Brebes 52219
Telepon (0283) 6175808
Email : pskmpemaron@gmail.com

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS PEMARON


Nomor : /SK/XII /2017

TENTANG
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PELAKSANAAN PROGRAM
DAN PELAYANAN DI PUSKESMAS PEMARON

KEPALA PUSKESMAS PEMARON,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan


guna memberikan pelayanan yang aman,
meminimalkan risiko penyelenggaraan program dan
pelayanan terhadap pengguna pelayanan dan
lingkungan, perlu diterapkan manajemen risiko;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, agar pelaksanaan dapat
dilakukan dengan baik, maka dipandang perlu
menetapkan Keputusan Kepala Puskesmas tentang
Penerapan Manajemen Risiko;

Mengingat : 1. Undang–Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang–Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 298);
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 Tahun 2008
tentang Rekam Medik;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Laboratorium Puskesmas;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014
tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
9. Peraturan Menteri Kesehehatan Nomor 46 Tahun 2015
tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat
Praktik Mandiri Dokter dan Dokter Gigi;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS PEMARON TENTANG


PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM
PELAKSANAAN PROGRAM DAN PELAYANAN DI
PUSKESMAS PEMARON.
KESATU : Penyelengara Administrasi dan Manajemen Puskesmas,
Pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat dan Pelayanan
Klinis di Puskesmas Pemaron dalam melaksanakan
pelayanan kepada pengguna pelayanan kesehatan wajib
menerapkan manajemen risiko.
KEDUA : Panduan penerapan manajemen risiko sebagaimana
dimaksud pada diktum KESATU sebagaimana tercantum
dalam Lampiran keputusan ini yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari surat keputusan ini.
KETIGA : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan akan diadakan perbaikan/perubahan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Pemaron
Pada tanggal 2017

KEPALA PUSKESMAS PEMARON,

SARTONO
LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS
PEMARON
NOMOR /SK/XII/2017
TENTANG
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO
DALAM PELAKSANAAN PROGRAM
DAN PELAYANAN DI PUSKESMAS
PEMARON
TANGGAL

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PELAKSANAAN PROGRAM


DAN PELAYANAN DI PUSKESMAS PEMARON

PANDUAN MANAJEMEN RISIKO

BAB I DEFINISI
A. Pengertian Risiko
a. Risiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang akan berdampak
pada tujuan. Jenis-jenis risiko dalam pelayanan kesehatan:
o Corporate risk: kejadian yang akan memberikan dampak negatif
terhadap tujuan organisasi
o Non-clinical (physical) risk: bahaya potensial akibat lingkungan
o Clinical risk: bahaya potensial akibat pelayanan klinis
o Financial risk: risiko finansial yang secara negatif akan
berdampak pada kemampuan organisasi dalam mencapai
tujuan.
b. Manajemen risiko merupakan proses mengenal, mengevaluasi,
mengendalikan, meminimalkan risiko dalam suatu organisasi
secara menyeluruh
B. Pengertian Manajemen Risiko Klinis
a. Clinical Risk Management adalah meminimalkan risiko terhadap
pasien:
o dengan mengenal kesalahan atau kemungkinan kesalahan
selama mendapat asuhan klinis,
o mengenal faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadi
kesalahan/risiko,
o belajar dari pengalaman terhadap setiap adanya adverse
event,
o memastikan bahwa dilakukan tindakan untuk mencegah
terjadi kesalahan/risiko, dan membangun sistem untuk
mengurangi terjadinya risiko.
b. Manajemen Risiko Klinis adalah suatu pendekatan untuk
mengenal keadaan yang menempatkan pasien pada suatu risiko
dan tindakan untuk mencegah terjadinya risiko tersebut.
C. Pengertian Kejadian Risiko
a. Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah
setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat
dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan,
Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera dan Kejadian
Potensial Cedera.
b. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien.
c. Kejadian Nyaris Cedera(KNC) near miss adalah terjadinya insiden
yang belum sampai terpapar ke pasien.
d. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden
yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
e. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi
yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum
terjadi insiden.
f. Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian
atau cedera yang serius.
D. Pengertian Analisis Risiko
a. Severity Assesment adalah penilaian keparahan suatu kejadian dan
untuk memilih kejadian yang akan diinvestigasi.
b. RCA ( Root Couse Analysis / adalah Analisis Akar Masalah )
merupakan investigasi terstruktur yang bertujuan untuk
melakukan identifikasi penyebab masalah paling dasar dan untuk
menentukan tindakan agar kejadian yang sama tidak terjadi lagi.
c. FMEA ( Failur Mode and Effec Analysis ) adalah suatu alat mutu
untuk mengkaji suatu prosedur secara rinci, dan mengenali model-
model adanya kegagalan/kesalahan pada suatu prosedur,
melakukan penilaian terhadap tiap model kesalahan/kegagalan,
dengan mencari penyebab terjadinya, mengenali akibat dari
kegagalan/kesalahan, dan mencari solusi dengan melakukan
perubahan disain/prosedur.

BAB II RUANG LINGKUP

Lingkup manajemen risiko meliputi :


A. Lingkup Strategi dan Kebijakan
1. Strategi manajemen risiko: reaktif dan proaktif
2. Kebijakan dan prosedur untuk melaporkan setiap insiden
3. Kebijakan dan prosedur menangani komplain
4. Informasi penanganan komplain bagi karyawan
5. Kebijakan dan prosedur untuk menangani tuntutan
6. Kebijakan dan prosedur untuk mencegah kejadian yang
membahayakan (preventing harm) dan meminimalkan risiko (patient
safety)
B. Lingkup Program :
1. Risiko yang terkait dengan pelayanan pasien
2. Risiko yang mungkin dialami oleh tenaga klinis
3. Risiko yang mungkin dialami oleh tenaga kesehatan yang lain
4. Risiko yang terkait dengan sarana dan prasarana
5. Risiko financial
6. Risiko lain (yang lain, misalnya yang terkait dengan penggunaan
kendaraan/alat transportasi, misalnya ambulans, vans, sepeda
motor dsb)

BAB III TATA LAKSANA

Untuk dapat menanggulangi semua risiko yang mungkin terjadi,


diperlukan sebuah proses yang dinamakan sebagai manajemen risiko.

A. Tahapan Proses Manajemen Risiko


Tahapan proses manajemen risiko adalah sebagai berikut :
1. Menetapkan lingkup manajemen risiko
Tahapan pertama dalam proses manajemen risiko adalah tahap
menetapkan lingkup manajemen risiko seperti Risiko yang terkait
dengan pelayanan pasien, Risiko yang mungkin dialami oleh
tenaga klinis
2. Idensifikasi Risiko
Tahapan kedua dalam proses manajemen risiko adalah tahap
identifikasi risiko. Identifikasi risiko merupakan suatu proses yang
secara sistematis dan terus menerus dilakukan untuk
mengidentifikasi kemungkinan timbulnya risiko atau kerugian
terhadap kekayaan, hutang, dan personil perusahaan. Proses
identifikasi risiko ini mungkin adalah proses yang terpenting,
karena dari proses inilah, semua risiko yang ada atau yang
mungkin terjadi pada suatu pekerjaan, harus diidentifikasi.
Adapun proses identifikasi harus dilakukan secara cermat dan
komprehensif, sehingga tidak ada risiko yang terlewatkan atau
tidak teridentifikasi. Dalam pelaksanaannya, identifikasi risiko
dapat dilakukan dengan beberapa teknik, antara lain:
a. Audits
b. Complaints
d. Claims
e. Incidents

3. Analisa Risiko
Setelah risiko-risiko yang mungkin terjadi diidentifikasi,
selanjutnya dapat dilakukan suatu analisa untuk menganalisa
dampak risiko secara keseluruhan, dengan menggunakan matriks
evaluasi risiko. Analisis risiko merupakan upaya untuk menentukan
estimasi risiko secara kuantitatif atau kualitatif berdasarkan tehnik-
tehnik evaluasi maupun matematis. Analisis risiko merupakan
proses untuk mengenali bahaya yang mungkin terjadi dan
bagaimana potensi kegawatan dari bahaya tersebut. Analisa risiko
dengan cara : Severity analysis (analisis tingkat kegawatan, Failure
Mode and Effect Analysis (FMEA)/analisis terhadap kegagalan dan
efek prosedur, Root Cause Analysis (RCA)/ analisis akar penyebab
masalah.

3.1 Severity Analysis (Analisis Kegawatan/Bahaya)


Severity analysis dengan menggunakan parameter probabiltas
dan severity. Severity, meliputi minor, moderat,mayor dan
extreme. Severity assesment, menilai kegawatan / bahaya
dengan memadukan probability dan severity seperti pada tabel.

Langkah dalam severity assesment adalah menentukan :


a) Probability, meliputi sangat sering, kemungkinan besar,
mungkin, sepertinya tidak akan dan sangat kecil

Tabel Tingkat Probabilitas


DESKRIPSI INSIDEN
Hampir sering muncul dalam
Sangat Sering
waktu yang relative singkat
Kemungkinan besar Beberapa kali terjadi dalam 1
terjadi Tahun
Mungkin terjadi Terjadi kira – kira 1 – 2 Tahun
Sepertinya tidak akan Terjadi kira – kira 2 – 5 Tahun
terjadi
Sangat kecil Jarang terjadi (dapat terjadi dalam
kemungkinan terjadi > 5 - 30 Tahun)

b) Severity meliputi sangat gawat, gawat, sedang, tidak


begitu gawat dan tidak gawat
Tabel Severity
DESKRIPSI INSIDEN
Penderita meninggal tidak terkait
proses alami penyakit. Cth:
Sangat gawat meninggal kr persalinan, kesalahan
prosedur yg menyebabkan kematian
atau kerusakan saraf
Pasien dengan kerugian permanen
fungsi utama tubuh ( sensorik,
Gawat motorik,psikologi,intelegensi)
àcacat

Sedang Pasien dengan berkurangnya


permanen fungsi tubuh. Contoh:
cidera ringan sampai sedang ,
penambahan lama
perawatan/operasi
tambahan/prosedur tambahan

Pasien dengan peningkatan tingkat


Tidak begitu gawat perawatan termasuk review dan
evaluasi
Pasien tanpa cidera atau tanpa
Tidak gawat terkait perawatan/lama menginap

Tabel Assesment Severity catagory of incidents

Severity

Tidak
Sangat Tidak
Probability Gawat Sedang begitu
gawat gawat
gawat

Sangat Sering 1 1 2 2 3

Kemungkinan
1 2 3 3
besar terjadi 1
Mungkin
2 2 3 4
terjadi 1
Sepertinya
tidak akan 1 2 3 4 4
terjadi
Sangat kecil
kemungkinan 2 3 3 4 4
terjadi
Keterangan :
1 = extreme risk
2 = high risk
3 = moderate risk
4 = low risk
Kejadian yang masuk dalam katagori 1=extreme risk
(warna merah) dan katagori 2 = high risk (warna kuning)
adalah kejadian yang perlu dilakukan investigasi / RCA.

3.2 Root Couse Analysis (RCA)


Langlah RCA adalah sebagai berikut :
a) investigasi kejadian:
 menentukan masalah,
 mengumpulkan bukti-bukti yang nyata,
 melakukan wawancara,
 meneliti lingkungan kejadian,
 mengenali faktor-faktor yang berkontribusi
terhadap timbulnya kejadian,
 menggambarkan rantai terjadinya kejadian.
b) rekonstruksi kejadian :
 mengenali kejadian-kejadian yang mengawali
terjadinya adverse event ataupun near miss,
 melakukan analisis dengan menggunakan pohon
masalah untuk mengetahui kegiatan atau kondisi
yang menyebabkan timbul kejadian,
 lanjutkan sehingga dapat dikenali sistem yang
melatar belakangi timbulnya kejadian atau sampai
tidak beralasan lagi untuk melanjutkan
c) analisis sebab :
 mengidentifikasi akar-akar penyebab:
 Faktor manusia: kelalaian, incompetence,
sistem pengelolaan sumber daya manusia
termasuk reward system
 Sistem breakdown, system failure, system
incapability
 Sistem pengendalian
 Sumber daya (fasilitas dan peralatan) dan
manajemen sumber daya
 rumuskan pernyataan akar masalah
d) menyusun rencana tindakan :
 menetapkan strategi yang tepat untuk mengatasi
penyebab yang diidentifikasi, dan dapat diterima
oleh pihak yang terkait dengan kejadian.
 Rencana tindakan disusun untuk tiap akar
penyebab kejadian dan pengukuran untuk
menilai efektifitas tindakan thd akar penyebab
 Dapatkan persetujuan dari kepemimpinan dalam
organisasi
e) Melaporkan proses analisis dan temuan kepada
Kepala Puskesmas:
 Catat proses dan alat yang digunakan
 Biaya yang dibutuhkan
 Ringkasan kejadian
 Proses investigasi dan analisis
 Temuan

Diagram Root Couse


Masalah
ROOT COUSE

3.3 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)


Suatu alat mutu untuk mengkaji suatu prosedur secara
rinci, dan mengenali model-model adanya
kegagalan/kesalahan pada suatu prosedur, melakukan
penilaian terhadap tiap model kesalahan/kegagalan,
dengan mencari penyebab terjadinya, mengenali akibat dari
kegagalan/kesalahan, dan mencari solusi dengan
melakukan perubahan disain/prosedur
Langkah – langkah FMEA adalah sebagai berikut :
 Bentuk tim FMEA: orang-orang yang terlibat dalam
suatu proses
 Tetapkan tujuan, keterbatasan, dan jadual tim
 Tetapkan peran dari tiap anggota tim
 Gambarkan alur proses yang ada sekarang
 Kenalilah Failure modes pada proses tersebut
 Kenalilah penyebab terjadinya failure untuk tiap model
kesalahan/kegagalan
 Kenalilah apa akibat dari adanya failure untuk tiap
model kesalahan/kegagalan
 Lakukan penilaian untuk tiap model
kesalahan/kegagalan:
 Sering tidaknya terjadi (occurrence): (Occ)
 0 : tidak pernah, 10 sangat sering
 Kegawatannya (severity): (SV)
 0 : tidak gawat, 10 sangat gawat
 Kemudahan untuk terdeteksi: (DT)
 0 : mudah dideteksi, 10 : sangat sulit dideteksi
 Hitung Risk Priority Number (RPN) dengan mengkalikan:
Occ x SV x DT
 Tentukan batasan (cut-off point) RPN yang termasuk
prioritas
 Tentukan kegiatan untuk mengatasi (design
action/solution)
 Tentukan cara memvalidasi apakah solusi tersebut
berhasil
 Gambarkan alur yang baru dengan adanya solusi
tersebut
Saverity Rating Scale (SV)

Nilai Penjelasan Pengertian


10 Amat sangat Kesalahan yang dapat menyebabkan
berbahaya kematian pelanggan dan kerusakan
sistem tanpa tanda-tanda yang
mendahului

9 Sangat berbahaya Kesalahan yang dapat menyebabkan


8 cedera berat/permanen pada
pelanggan atau gangguan serius pada
sistem yang dapat menghentikan
pelayanan dengan adanya tanda yang
mendahului
7 Berbahaya Kesalahan yang dapat menyebabkan
cedera ringan sampai sedang dengan
tingkat ketidak puasan yang tinggi dari
pelanggan dan/atau menyebabkan
gangguan sistem yang membutuhkan
perbaikan berat atau kerja ulang yang
signifikan
6 Berbahaya sedang Kesalahan berakibat pada cedera
ringan dengan sedikit ketidakpuasan
5 pelanggan dan/atau menimbulkan
masalah besar pada system
4 Berbahaya ringan Kesalahan menyebabkan cedera sangat
sampai sedang ringan atau tidak cedera tetapi
3 dirasakan mengganggu oleh pelanggan
dan/atau menyebabkan masalah
ringan pada sistem yang dapat diatasi
dengan modifikasi ringan
2 Berbahaya ringan Kesalahan tidak menimbulkan cedera
dan pelanggan tidak menyadari adanya
masalah tetapi berpotensi
menimbulkan cedera ringan atau tidak
berakibat pada sistem
1 Tidak berbahaya Kesalahan tidak menimbulkan cedera
dan tidak berdampak pada sistem

Occurance Rating Scale (Occ)

Nilai Penjelasan Pengertian


10 Kemungkinan Kesalahan terjadi paling tidak sekali
terjadinya dapat sehari atau hampir setiap saat
dipastikan
9 Hampir tidak dapat Kesalahan dapat diprediksi terjadi atau
dihindarkan terjadi setiap 3 sampai 4 hari

8 Kemungkinan terjadi Kesalahan sering terjadi atau terjadi


7 sangat tingggi paling tidak seminggu sekali

6 Kemungkinan terjadi Kesalahan terjadi sekali sebulan


5 tinggi sedang
4 Kemungkinan terjadi Kesalahan kadang terjadi, atau sekali
3 sedang tiap tiga bulan

2 Kemungkinan terjadi Kesalahan jarang terjadi atau terjadi


rendah sekitar sekali seTahun

1 Kemungkinan terjadi Kesalahan hampir tidak pernah terjadi,


amat sangat rendah atau tidak ada yang ingat kapan
terakhir terjadi

Detection Rating Scale (Dt)

Nilai Penjelasan Pengertian


10 Tidak ada peluang Tidak ada mekanisme untuk
untuk diketahui mengetahui adanya kesalahan

9 Sangat sulit diketahui Kesalahan dapat diketahui dengan


8 inspeksi yang menyeluruh, tidak
feasible dan tidak segera dapat
dilakukan

7 Sulit diketahui Kesalahana dapat diketahui dengan


6 inspeksi manual atau tidak ada proses
yang baku untuk mengetahui, sehingga
ketahuan karena kebetulan

5 Berpeluang sedang Ada proses untuk double checks atau


untuk diketahui inspeksi tetapi tidak otomatis atau
dilakukan secara sampling

4 Berpeluang tinggi Dipastikan ada proses inspeksi yang


3 untuk diketahui rutin tetapi tidak otomatis

2 Berpeluang sangat Dipastikan ada proses inspeksi rutin


tinggi untuk diketahui yang otomatis
1 Hampir dipastikan Ada proses otomatis yang akan
untuk diketahui menhentikan proses untuk mencegah
kesalahan

Tabel FMEA

Failure Couse Effects Occ SV DT RPN Design Design


Mode of of Action/Solution Validati
Failure Failur on

4. Evaluasi Risiko
Setelah risiko-risiko yang mungkin terjadi diidentifikasi dan
dianalisa, langkah selanjutnya melakukan evaluasi risiko. Tim
manajerial menentukan apakah risiko memerlukan tindakan atau
tidak. Jika suatu risiko memerlukan tindakan maka tim manajerial
menyusun rencana aksi.
5. Tindakan / treatment terhadap risiko
Tim manajerial memformulasikan strategi penanganan risiko
yang tepat. Strategi ini didasarkan kepada sifat dan dampak
potensial / konsekuensi dari risiko itu sendiri. Adapun tujuan dari
strategi ini adalah untuk memindahkan dampak potensial risiko
sebanyak mungkin dan meningkatkan kontrol terhadap risiko.
Tindakan risiko bertujuan untuk menghilangkan atau
meminimalkan resiko yang mungkin timbul.
6. Monitoring
Monitoring dilaksanakan untuk mengamati dan meninjau
pelaksanaan tindakan, apakah pelaksana melaksanakan tindakan
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
7. Komunikasi
Komunikasi risiko dilakukan kepada stakeholders, tim manajerial
dan pelaksana agar proses manajemen risiko dapat diterapkan
dengan efektif.
B. Tim Manajemen Risiko
Tim manajemen risiko terdiri dari Risk Manager, Assistant Risk
Manager dan Health & Safety Manager.
 Risk Manager : Kepala Puskesmas
 Assistant Risk Manager : Wakil Manajemen Mutu/Ketua Tim
Mutu
 Health & Safety Manager :
- Koordinator Mutu bidang Upaya Kesehatan Perorangan
(UKP),
- Koordinator Mutu bidang Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM),
- Koordinator Mutu bidang Administrasi dan Manajemen
(Admen).
Tim manajemen risiko mempunyai peran memfasilitasi,
mengkoordinasi, memonitor kegiatan manajemen risiko baik klinis
maupun non-klinis dalam organisasi. Fungsi utama dalam
menjalankan peran adalah menyediakan dukungan, dan
meningkatkan kesadaran melalui pelatihan terhadap seluruh
karyawan tentang mengelola risiko
Uraian tugas dan Tanggung jawab tim manajemen risiko :
a. Risk Manager
Uraian tugas :
 Merumuskan,memelihara dan mereview secara periodik
efektivitas penerapan manajemen resiko
 Menetapkan kebijakan dan pedoman manajemen resiko
 Memberikan arahan strategis tentang penerapan manajemen
resiko

Tanggung jawab : bertanggung jawab dan akuntabilitas terhadap


keseluruhan manajemen risiko

b. Assistant Risk Manager


Uraian tugas Assistant Risk Manager adalah sebagai berikut :
 Mengkoordinasikan penetapan konteks risiko.
 Mengintegrasikan penerapan manajemen risiko pada lintas
fungsi organisasi.
 Memelihara efektivitas penerapan manajemen risiko secara
periodik.
 Mengelola risiko korporat yang berdampak strategis dan
risiko unit kerja yang signifikan.
 Memberikan saran mengenai penerapan manajemen risiko
kepada Risk Manager
 Melaporkan dan mengkomunikasikan secara periodik
tentang penerapan manajemen
 Meningkatkan kesadaran tantang manfaat penerapan
manajemen risiko di seluruh karyawan.
 Memfasilitasi kegiatan–kegiatan penerapan manajemen
risiko di lingkungan Puskesmas.
 Memfasilitasi kegiatan-kegiatan penerapan manajemen
risiko di unit–unit kerja.
 Memonitor penerapan manajemen risiko di unit-unit kerja.
 Melakukan tugas-tugas sebagai counterpart dalam
penerapan manajemen risiko.
 Mensosialisasikan penerapan manajemen risiko secara
efektif di lingkungan Puskesmas.
 Memfasilitasi pengembangan kompetensi para pihak yang
terkait dalam penerapan manajemen
Tanggung jawab Assistant Risk manager adalah bertanggung
jawab terhadap manajemen risiko pada semua tingkat
operasional pelayanan
c. Health & Safety Manager
Uraian tugas Health & Safety Manager adalah :
 Menerapkan manajemen risiko terhadap pencapaian
sasaran dan tujuan di unit kerjanya.
 Melakukan risk assessment yang meliputi identifikasi
risiko, analisis risiko, dan evaluasi risiko.
 Melakukan penanganan (mitigasi) terhadap risiko yang
menjadi tanggung jawab unit kerjanya.
 Melakukan monitoring dan reviu atas penerapan
manajemen risiko serta melakukan analisis terhadap
potensi timbulnya risiko baru.
 Mengkomunikasikan hasil penerapan manajemen risiko
kepada assistant risk manager
 Memelihara dan mendokumentasikan data pengelolaan
risiko.
C. Strategi Dalam Manajemen Risiko Klinis
Strategi dalam manajemen resiko klinis antara lain :
a. Strategi Proaktif :
o Prosedur operasional untuk mengangkat dan mengarahkan
isu-isu risiko klinis yang mungkin terjadi melalui kejelasan
tanggung jawab dan kendali pada semua lini pelayanan.
o Pemahaman terhadap tingkat dan proses pengambilan
keputusan sehingga tidak terjadi tumpang tindih
o Pendekatan multidisiplin dalam mengelola risiko
o Pelatihan orientasi bagi karyawan baru, terutama dalam
mengoperasikan peralatan medis/klinis
o Kebijakan dalam pemeliharaan peralatan yang dikerjakan
secara konsisten
o Kebijakan dalam:
o fire safety,
o infectious and non-infectious waste management,
o infection control
o occupational health
o Audit klinis yang dilaksanakan secara teratur dengan tindak
lanjut yang nyata.
o Pengelolaan dokumen rekam medik, pencatatan medik yang
akurat dan terjamin ketelursuran
o Komunikasi dalam tim medis, tim keperawatan terpelihara
dengan baik
o Serah terima dilakukan secara adekuat
o Adanya komunikasi yang terdokumentasi antara staff dan
pasien/keluarga mengenadi keputusan terapi/tindakan klinis
o Dokumentasi spesifik keadaan-keadaan medis tertentu,
misalnya alergi, dsb, pada rekam medik, yang secara legal
ditandatangani
b. Strategi Reaktif :
o Komplain dari pasien dan karyawan ditangani segera dan
optimal, dan dibuktikan dengan “consent” dari semua pihak
yang terkait
o Tinjauan terhadap morbiditas dan mortalitas dilakukan untuk
mengenal faktor-faktor yang dapat dicegah, dan menjamin
bahwa pelayanan yang terbaik diberikan
o Jika terjadi tuntutan, dilakukan pendekatan untuk mengenal
akar masalah (root cause) dan dilakukan dengan pendekatan
budaya tidak menyalahkan
o Adanya mekanisme untuk melaporkan terjadi adverse incident
baik klinis maupun non klinis, termasuk kejadian near miss,
dan dicatat dalam risk register untuk audit dan analisis
D. Penanganan terhadap KTD, KPC, KTC dan KNC
Langkah – langkah penanganan KTD, KPC, KTC dan KNC adalah
sebagai berikut:
1. Lakukan Severity analysis untuk menentukan prioritas
kegawatan/bahaya dari kejadian risiko;
2. Lakukan Root Couse Analysis (RCA) untuk mengetahui akar
penyebab masalah dan rencana tindak lanjut untuk kejadian risiko
yang masuk katagori extreem risk dan high risk;
3. Lakukan FMEA untuk menganalisis prosedur;
4. Lakukan Monitoring dan Komunikasi antara Kepala Puskesmas,
tim manajemen, dan pelaksana.

BAB IV DOKUMENTASI

Semua kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan manajemen


risiko harus didokumentasikan dan dikendalikan dengan baik sesuai
dengan form yang berlaku. Setiap penanggung jawab program/pelayanan
mencatat kejadian risiko pada buku catatan Kejadian Risiko.

Form dokumentasi kegiatan manajemen risiko sebagai berikut :

FORM ANALASIS AKAR MASALAH ( RCA)

1. Kejadian yang akandianalisa :

2. Tim RCA :
a. Ketua Tim :
b. Anggota ( pastikan semua area terkait terwakili)
c. Petugas notulen :
3. Tanggal pelaksanaan RCA : mulai……………………
selesai……………………..
4. Pengumpulan data dan informasi:
a. Observasi langsung:

b. Dokumen:

c. Wawancara:

d. Waktu kejadian (isi table dibawah ini:


WAKTU

Kejadian
Informasi
Tambahan
Good practice
(kalau ada)
Masalah
pelayanan

e. Staf yang terlibat ( pelaku) dan waktu:

Staf Waktu
pelaku

f. Identifikasi masalah dalam pengelolaan pelayanan pasien:

Masalah Penjelasan

5. Analisis Sebab Masalah :


a. TehnikMengapa:

Masalah:

Mengapa

Mengapa
Mengapa

Mengapa

Mengapa

Mengapa

b. Analisis Penyimpangan

Prosedur
Prosedur yang
yang Apakah terdapat bukti
dilakukan saat
Normal penyimpangan dalam proses
insiden
(SOP)

c. Analisis Barier

Barier apa saja Apakah barrier Mengapa barrier


yang sudah ada tersebut ada gagal, dan apa
terkait masalah /dilakukan dampaknya
ini

d. Fish bone analysis (gambarkan diagram tulang ikan )

e. Faktor-faktor yang berkontribusi :


1. Faktor diluar FKTP ( regulasi/peraturanperundangan,
ekonomi, sosial budaya dsb)
2. Faktor Organisasi dan manajemen:
a. Organisasi dan Manajemen:
b. Kebijakan Internal :
c. Prosedur :
d. Administrasi :
e. Budaya keselamatan:
f. SDM
g. Pendidikan/pelatihan/kompetensi

3. Faktor Lingkungan Kerja


a. Bangunan :
b. Lingkungan
c. Peralatan/perlengkapan:

4. Faktor Kontributor: Tim Kesehatan


a. Supervisi dan konsultasi
b. Konsistensi pelaksanaan tugas
c. Kepemimpinan dan tanggungjawab
d. Respons terhadap kejadian

5. Faktor contributor : Staf


a. Kompetensi
b. Stressor fisikdan mental

6. Faktor contributor: Tugas


a. Ketersediaan SOP
b. Ketersediaan dan akurasi hasil test
c. Faktor penunjang dalam validasi alat medis
d. Disaintugas

7. Faktor contributor : Pasien


a. Kondisi
b. Personal ( kepribadian, bahasa, kondisisosial,
keluarga)
c. Pengobatan
d. Riwayat
e. Hubungan staf dan pasien

8. Faktor kontibutor: Komunikasi


a. Komunikasi verbal/komunikasi tertulis

6. Rekomendasi dan Rencana Tindak Lanjut

Akar Tinda Tingka Penanggung Wak Sumber Bukti Par


Masa kan t jawab tu daya penyeles af
lah Pelaks yang aian
ana dibutuh
kan
7. Hasil Pelaksanaan dan pelaporan

FORM FAILURE MODE & EFFECT ANALYSIS (FMEA)

UNIT KERJA :

Tim FMEA:
d. Ketua Tim :
e. Anggota:

f. Petugas notulen:

g. Peran masing-masing

I. Gambarkan alur proses yang akan dianalisa:

II. Identifikasi failure mode :

III. Tujuan melakukan analisis FMEA:

IV. Identifikasi akibat jika terjadi failure mode untuk tiap-tiap


failure mode
V. Identifikasikan kemungkinan penyebab dari tiap failure mode,
dan deskripsikan upaya-upaya yang sudah dilakukan ( kalau
ada) untuk mengatasi failure mode:

VI. Lakukan penghitungan RPN ( Risk Priority Number) dengan


menggunakan matriks sbb:

Tahap Fail Akib S Kemungk O Upaya D RP


an ure at (Sever inan (Occurre kendal (detectab N
prose mod ity) sebab nce) i yg ility)
s e sdh
dilaku
kan

FORM IDENTIFIKASI RISIKO

Tindakan Rekomendasi
Unit Jenis Identifikasi
NO yang Tindakan
Pelayanan Pelayanan Risiko
sudah ada lain

FORM CATATAN KEJADIAN RISIKO

No Tanggal Tempat Ringkasan Kondisi Tindakan Usulan Paraf


Kejadian Kejadian Kejadian Korban yang rencana Penanggung
dilakukan Perbaikan jawab

Ditetapkan di Pemaron
Pada tanggal 2017
KEPALA PUSKESMAS PEMARON

SARTONO

Anda mungkin juga menyukai