Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MAKALAH KOPERASI DAN USAHA KECIL MENEGAH

PERMODALAN KOPERASI DAN SHU


Dosen Pengampu: Bapak DARMADI S.E., M.M.

Disusun oleh :
Citra Levia Alwi ( 201010503255 )
Nur Aisyah Fadila ( 201010504099 )
Puja Yulianti ( 201010504343 )
Roy Setiawan ( 201010503079 )
Siti Rosiatul Farizha ( 201010502360 )

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
2023
KATA PENGANTAR
Assalamulaikum wr. wb.
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang. Puji
syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan kami kesehatan
jasmani dan rohani sehingga kami dapat mengerjakan tugas ini dengan baik. Sholawat
serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW.
Yang kita nanti – nantikan syafaatnya di yaumul qiyamah nanti Aamiin. Pada makalah
ini kami membahas tentang “Permodalan Koperasi”.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman tentang permodalan
koperasi itu, sehingga kami dapat mengetahui serta mengerti apa saja komponen-
komponen dalam Permodalan Koperasi, sekaligus untuk memenuhi tugas sebagai
mahasiswa melakukan presentasi. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing mata kuliah Manajemen Koperasi dan UKM yang dibimbing oleh Bapak
Darmadi S.E., M.M. yang telah memberikan tugas ini kepada kami agar kami lebih
memahami materi yang disampaikan.
Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Meskikami sadar
jika masih banyak hal yang perlu dikoreksi dari makalah ini. Mohon maaf apabila terdapat
hal yang tidak berkenan atau makalah ini kurang sempurna. Karena kesempurnaan hanya
milik Allah SWT. Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat. Terimakasih.
Wassalamu’alaikum wr. wb.

Pamulang, 23 September 2023

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................. 1
1.3 Tujuan .................................................................................................................... 1
BAB II .............................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3
2.1 Definisi Modal Koperasi .................................................................................... 3
2.2 Pentingnya Modal Koperasi ................................................................................. 5
2.3 Prinsip – prinsip Modal Koperasi ......................................................................... 5
2.4 Sumber – sumber Modal Koperasi ....................................................................... 6
2.5 Macam – macam Modal Koperasi ........................................................................ 8
2.6 Sisa Hasil Usaha (SHU) dalam koperasi ............................................................. 11
2.7 Contoh Studi Kasus. ............................................................................................. 13
BAB III ........................................................................................................................... 19
KESIMPULAN .............................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Koperasi dalam melaksanakan aktivitas usaha dan sebagai badan usaha sangat
ditentukan terhadap besar kecilnya modal yang digunakan. Sejak munculnya UU
koperasi Nomor 79 tahun 1958, nomor 12 tahun 1967 dan sekarang UU
Perkoperasian Nomor 25 tahun 1992, simpanan koperasi adalah merupakan
modal. Kalangan masyarakat mendefinisikan bahwa pengertian modal koperasi
dipersamakan dengan simpanan, sedangkan simpanan koperasi hanya meliputi
Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib.
Bagi bangsa Indonesia, koperasi sudah tidak asing lagi didengar. Banyak orang
yang mengambil modal untuk usahanya dari koperasi hanya syarat menjadi
anggota koperasi tersebut, karena selain mudah dan cepat, mengambil modal dari
koperasi tergolong yang lebih menguntungkan dibanding Bank. Koperasi
merupakan suatu Lembaga ekonomi yang sangat dibutuhkan dan penting untuk
diperhatikan karena koperasi merupakan suatu alat bagi orang-oraang yang ingin
meningkatkan taraf hidupnya. Di samping itu masih dibutuhkan sejumlah dana
yang akan digunakan membiayai pengeluaran selama dalam proses pendirian
koperasi tersebut yang disebut juga dana pengorganisasian. Modal jangka Panjang
diperlukan untuk penyediaan fasilitas fisik bagi koperasi, seperti untuk pembelian
tanah, gedung, mesin-mesin, dan kendaraan yang diperlukan oleh koperasi. Modal
jangka Pendek diperlukan oleh koperasi untuk membiayai kegiatan operasional
koperasi seperti gaji, pembelian bahan baku, pembiayaan pajak, asuransi dan lain
sebagainya. Hal tersebut adalah koperasi simpan pinjam, modal ini diperlukan
untuk pemberian pinjaman kepada anggota koperasi.
1.2 Rumusan Masalah
A. Bagaimana devinisi tentang modal koperasi?
B. Bagaimana pentingnya modal pada koperasi?
C. Bagaimana prinsip – prinsip permodalan koperasi?
D. Bagaimana sumber – sumber modal dalam koperasi?
E. Bagaimana macam – macam modal dalam koperasi?
F. Bagaimana Sisa Hasil Usaha (SHU) dalam koperasi
G. Bagaimana Contoh studi kasus SHU dalam koperasi
1.3 Tujuan
A. Untuk mengetahui definisi dari permodalan dalam koperasi.
B. Untuk mengetahui pentingnya modal pada koperasi.
C. Untuk memahami sekaligus mengetahui prinsip – prinsip permodalan
koperasi.
D. Untuk memahami sekaligus mengetahui sumber – sumber modal dalam
koperasi.

1
E. Untuk memahami sekaligus mengetahui macam – macam modal dalam
koperasi.
F. Untuk memahami dan mendalami SHU dalam koperasi.
G. Untuk mengetahui contoh studi kasus SHU dalam koperasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Definisi Modal Koperasi
Secara umum fungsi dari pada koperasi adalah keanggotaan sifatnya terbuka
dan sukarela. Koperasi ini dikelola secara mandiri dan demokratis. Kekuasaan
tertinggi ada pada rapat anggota. Laba koperasi dari Sisa Hasil Usaha (SHU)
diberikan kepada anggota secara adil sesuai kesepakatan. Sedangkan Fungsi
Koperasi Simpan Pinjam itu sendiri yang sangat penting bagi para anggota adalah
uang yang disimpan lebih aman, terjamin, dan produktif; uang simpanan menjadi
investasi; dapat diambil seluruhnya jika ingin berhenti menjadi anggota; dan yang
paling penting peran dan fungsi pinjaman adanya kredit pinjaman dari koperasi
akan membantu para anggota meningkatkan pendapatan dari usahanya, dan pada
akhirnya akan membantu mengentaskan kemiskinan. Proses pemberian kredit
kepada anggota lebih mudah dan cepat, tanpa agunan atau jaminan kredit.
Pemberian pinjaman dengan bunga yang sangat rendah kepada para anggota
koperasi.
Modal dalam arti sempit adalah sejumlah dana atau sejumlah nilai uang yang
dipergunakan dalam membelanjai semua keperluan usaha. Sedangkan dalam arti
luas modal adalah semua peralatan yang berupa uang atau barang yang diperlukan
untuk menjalankan usaha lebih lanjut. Menurut Prof. Meij dalam bukunya
Bambang Riyanto (2000 :18) “pengertian modal adalah kolektivitas dari barang-
barang modal yang terdapat dalam neraca sebelah debet, sedangkan yang
dimaksud dengan barang-barang modal ialah semua barang yang ada dalam rumah
tangga perusahaan dalam fungsi produktifnya untuk membentuk pendapatan.”
Dari rumusan modal diatas dapat kita simpulkan bahwa modal merupakan semua
kekayaan baik berupa uang, harta tetap maupun tidak tetap yang dapat dinilai
dengan uang serta dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan usaha.
Bagi organisasi koperasi pengertian modal adalah seperti pada pasal 41 ayat 1
UU No.25 Th 1992 tentang perkoperasian, bahwa modal koperasi terdiri dari
modal sendiri dan modal pinjaman. Pengertian modal koperasi menurut pasal
tersebut adalah pengertian modal ditinjau dari kedudukan atau statusnya, modal
sendiri merupakan modal yang menanggung resiko kerugian sedangkan modal
pinjaman juga merupakan modal yang ikut menanggung resiko kerugian. Agar
permodalan koperasi kuat, maka modal sendiri komposisinya harus lebih besar
dari modal pinjaman. Keberhasilan koperasi didalam melaksanakan perannya
sebagai badan usaha sangat tergantung pada kemampuan koperasi menghimpun
dan menanamkan modalnya dengan cara pemupukan berbagai sumber
keuntungan dan banyaknya jumlah anggota. Modal dari anggota bersumber dari
simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan hibah. Hal ini tercermin
bahwa koperasi sebagai badan usaha yang ingin mendorong diri sendiri dengan
kekuatan sendiri.

3
Modal sebagaimana diketahui adalah merupakan salah satu faktor produksi
yang sangat penting, tetapi hingga sekarang di antara para ahli belum terdapat
kesamaan pendapat tentang apa yang disebut dengan modal itu.
Adam Smithsalah seorang pelopor aliran klasik yang menulis buku berjudul,
“The Wealth of Nations” (1976) mengartikan modal sebagai bagian dari nilai
kekayaan yang saoat mendatangkan penghasilan. Dalam perkembangannya,
pengertian modal mengarah pada sifat non fisik, dalam arti ditekankan kepada
nilai, daya beli, atau kekuasaan memakai atau menggunakan yang terkandung
dalam barang modal.
Ada beberapa prinsip yang harus dipatuhi oleh koperasi dalam kaitannya
dengan permodalan ini, yaitu sebagai berikut :
a) Pengendalian dan pengelolaan koperasi harus tetap berada di tangan anggota
dan tidak perlu dikaitkan dengan jumlah modal yang dapat ditanam oleh
seseorang anggota dalam koperasi dan berlaku ketentuan satu anggota satu
suara.
b) Modal harus dimanfaatkan untuk usaha-usaha yang bermanfaat dan
meningkatkan kesejahteraan bagi anggota.
c) Modal hanya diberikan balas jasa yang terbatas
d) Koperasi pada dasarnya memerlukan modal yang cukup untuk membiayai
usahanya secara efisien.
e) Usaha-usaha koperasi harus dapat membantu pembentukan modal baru. Hal
ini bias dilakukan dengan menahan sebagian dari keuntungan atau sisa hasil
usaha (SHU) dan tidak membagikan semua kepada anggota. Perusahaan-
perusahaan di Amerika Serikat (AS) pada umumnya menahan lebih dari
separuh dari keuntungan ini (setelah dikurangi pajak), untuk ditanamkan
kembali dalam usaha-usaha. Pembiayaan usaha koperasi dengan
menggunakan modal yang diperoleh secara demikian ini, akan meringankan
beban biaya modal.
f)Kepada saham koperasi (di Indonesia ekuivalen dengan simpanan pokok),
tidak bias diberikan suatu premi di atas nilai nominalnya, meski seandainya
nilai bukunya bisa saja bertambah.
Koperasi juga bisa meminjam kepada para anggota sendiri atau dari Koperasi
lain atau lembaga-lembaga keuangan untuk tambahan modal. Apabila modal
semakin bertambah maka pemanfaatan bisa lebih banyak lagi dalam usaha
pengembangan Koperasi serta SHU yang didapat.
Koperasi mempunyai prinsip mamber based oriented activity, bukan capital
based oriented activity. Sehingga pembentukan modal sendiri (equity) tergantung
pada besarnya simpanan-simpanan para anggotanya dan jumlah anggota koperasi
tersebut. Apabila bentuknya koperasi primer, maka pada awalnya modal yang

4
terbentuk sangat terbatas jumlahnya. Dalam perkembangannya, bila usaha
koperasi tersebut berhasil, maka modal terpupuk dari cadangan-cadangan SHU
tiap tahunnya.
2.2 Pentingnya Modal Koperasi
Modal koperasi dibutuhkan untuk membiayai usaha dan organisasi koperasi,
jumlah modal yang diperlukan oleh suatu koperasi sudah harus ditentukan dalam
proses pengorganisasian atau pada waktu pendiriannya dengan rincian berapa
modal tetap dan berapa modal kerja yang diperlukan.
Modal tetap atau disebut juga modal jangka panjang diperlukan untuk
menyediakan fasilitas fisik koperasi, seperti untuk pembelian tanah, gedung, mesin,
dan kenderaan. Modal kerja yang disebut juga modal jangka pendek diperlukan
untuk membiayai kegiatan operasional koperasi seperti gaji, pembelian bahan baku,
pembayaran pajak, dan premi asuransi. Jika koperasi itu, koperasi simpan pinjam,
maka modal ini diperlukan untuk pemberian pinjaman kepada para anggota
(circulating capital).
Modal dalam koperasi,dapat digunakan dalam hal-hal sebagai berikut:
a.Untuk membiayai proses pendirian sebuah koperasi atau disebut biaya pra-
organisasi untuk keperluan" pembuatan akta pendirian atau anggaran dasar,
membayar biayaadministrasi pengurusan izin yang diperlukan, sewa tempat
bekerja, ongkos transportasi, dan lain-lain.
b.Untuk membeli barang-barang modal. Barang-barang modal ini dalam
perhitungan perusahaan digolongkan menjadi harta tetap atau barang modal
jangka panjang.
c.Untuk modal kerja. Modal kerja biasanya digunakan untuk membiayai operasiona
lkoperasi dalam menjalankan usahanya.
2.3 Prinsip – prinsip Modal Koperasi
Ada beberapa prinsip yang harus dipatuhi oleh koperasi dalam kaitannya
dengan permodalan ini, yaitu sebagai berikut.
1. Pengendalian dan pengelolaan koperasi harus tetap berada ditangan
anggota dan tidak perlu dikaitkan dengan jumlah modal yang dapat
ditanam oleh seseorang anggota dalam koperasi dan berlaku ketentuan
satu anggota satu suara.
2. Modal harus dimanfaatkan untuk usaha-usaha yang bermanfaat dan
meningkatkan kesejahteraan bagi anggota.
3. Kepada modal hanya diberikan balas jasa yang terbatas
4. Koperasi pada dasarnya memerlukan modal yang cukup untuk
membiayai usahanya secara efisien.
5. Usaha-usaha dari koperasi harus dapat membantu pembentukan modal
baru.hal ini bisa dilakukan dengan menahan sebagian dari
keuntungan/sisa hasil usaha (SHU) dan tidak membagikan semua kepada

5
anggota. Perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat (AS) pada
umumnya menahan lebih dari separuh dari keuntungan ini (setelah
dikurangi pajak) untuk ditanamkan kembali dalam usaha-usaha.
Pembiayaan usaha koperasi dengan menggunakan modal yang diperoleh
secara demikian ini, akan meringankan beban biaya modal.
6. Kepada saham koperasi (di Indonesia ekuivalen dengan simpanan
pokok) tidak bisa diberikan suatu premi di atas nilai nominalnya, meski
seandainya nilai bukunya bisa saja bertambah.
2.4 Sumber – sumber Modal Koperasi
Permodalan koperasi diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992
tentang perkoperasian. Setiap Koperasi atau perusahan untuk keberlangsungan
usahanya maka diperlukan modal, baik untuk modal sendiri maupun modal
pinjaman. Ada dua macam modal yaitu modal sendiri dan modal asing (Riyanto,
2001). Modal Sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri
(cadangan laba) atau berasal dari pengambil bagian, peserta atau pemilik (modal
saham, modal peserta). Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan
yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan
merupakan utang yang harus dibayar kembali.
Masalah permodalan dalam Koperasi menjadi bagian dari tugas pengurus. Pengurus
memikul tugas bagaimana dapat menjalankan Koperasi dengan cara 6 memperoleh
dana yang tidak merugikan Koperasi, dan menggunakannya seefektif dan seefisien
mungkin. Hal ini merupakan wujud dari tujuan manajemen keuangan Koperasi.
Tujuan tersebut adalah memaksimisasi laba (SHU) yang pada akhirnya dapat
memaksimisasi kesejahteraan anggota. Berbicara mengenai permodalan dalam
Koperasi, maka dapat dibedakan atas:
1) permodalan dari luar Koperasi
2) permodalan dari dalam Koperasi.
1) Permodalan dari Luar Koperasi
Makna dari luar Koperasi bukan berarti dari orang atau pihak di luar Koperasi.
Permodalan dari luar Koperasi menunjukkan sumber-sumber modal yang berasal
dari orang-orang atau pihak-pihak yang berkepentingan dengan Koperasi, baik
sebagai anggota Koperasi maupun bukan anggota seperti pihak perbankan atau
pemerintah. Permodalan dari luar Koperasi dapat dibedakan atas permodalan
sendiri dan permodalan asing.
Permodalan sendiri menunjukkan sumber modal yang merupakan atau menjadi
kekayaan sendiri Koperasi. Dengan kata lain modal yang berasal dari sumber
manapun (anggota atau non anggota) apabila sifatnya menjadi harta/kekayaan
Koperasi maka disebut dengan permodalan sendiri. Contoh:

6
 Dari anggota: simpanan pokok dan simpanan wajib anggota menjadi harta
Koperasi, karena simpanan pokok dan simpanan wajib tidak bisa diambil
selama yang bersangkutan menjadi anggota Koperasi.
 Dari non Anggota: hadiah atau bantuan modal dari pemerintah. Hadiah atau
bantuan modal yang tidak harus dikembalikan dan menjadi harta/kekayaan
Koperasi.
Permodalan asing menunjukkan sumber modal yang menjadi kewajiban atau
bersifat hutang bagi Koperasi. Dengan kata lain permodalan asing merupakan
sumber modal yang pada suatu saat harus dikembalikan kepada pemiliknya, baik
berasal dari anggota maupun bukan anggota. Contoh:
 Dari anggota:
o Simpanan sukarela, karena simpanan sukarela dapat diambil setiap
saat oleh anggota
o Pinjaman dari anggota, yang berarti apabila telah jatuh tempo harus
dikembalikan kepada pemiliknya (anggota).
 Dari non anggota: Pinjaman dari Bank atau pihak lainnya, yang apabila
sudah jatuh tempo harus dikembalikan kepada pemilik modal.
2) Permodalan Dari Dalam Koperasi
Permodalan dari dalam Koperasi menunjukkan sumber-sumber modal yang
berasal dari kemampuan atau kekuatan Koperasi dalam membentuk modal, yaitu
dari hasil kegiatan usaha yang telah dijalankannya. Semakin berhasil Koperasi
memperoleh laba yang besar, maka Koperasi akan dapat membentuk modal yang
besar pula. Sebaliknya, apabila dari kegiatan usaha yang dijalankan tidak
memperoleh hasil/laba, maka pembentukkan modal pun menjadi rendah dan
terhambat.
Ada dua jenis permodalan dari dalam Koperasi, yaitu:
1) permodalan intern; dan
2) permodalan intensif.
Permodalan intern adalah permodalan yang dibentuk dari 7 keuntungan yang
diperoleh Koperasi selama menjalankan usahanya, baik dalam bentuk dana
cadangan maupun jumlah SHU itu sendiri. Cadangan diperoleh dari alokasi dengan
persentase tertentu yang telah disepakati untuk pembagian SHU tahun berjalan.
Dalam PSAK No. 27 (Revisi Tahun 1998) dijelaskan bahwa pembentukan
cadangan dapat ditujukan antara lain untuk pengembangan usaha Koperasi,
menutup resiko kerugian, dan pembagian kepada anggota yang keluar dari
keanggotaan.
Dari uraian di atas, jelas bahwa cadangan diperuntukkan bagi pembentukkan modal
Koperasi. Semakin besar persentase SHU yang diperuntukkan bagi cadangan,
berarti semakin besar modal yang dapat dibentuk. Biasanya bagi Koperasi-koperasi
yang belum memiliki modal yang kuat seringkali mengalokasikan SHU untuk dana

7
cadangan dengan persentase yang cukup besar (bisa mencapai 50% – 75 % dari
SHU). Sebaliknya bagi Koperasi yang permodalannya sudah kuat dan mapan,
biasanya hanya mengalokasikan sekitar 20% - 30 % SHU untuk dana cadangan.
SHU yang diperoleh Koperasi dapat digunakan sebagai modal, baik SHU yang
belum dibagi/ditahan atau SHU yang tidak dibagi (dengan kesepakatan anggota).
Pengurus dapat saja meminta persetujuan anggota untuk tidak membagi SHU yang
menjadi hak anggota, misalnya karena Koperasi saat ini sedang membutuhkan
tambahan modal untuk ekspansi usaha. Atau dengan cara menahan sementara SHU
yang menjadi hak anggota dan hak-hak pihak lainnya untuk dipergunakan sebagai
tambahan modal usaha sampai Koperasi memiliki dana untuk membagikan atau
mengembalikannya.
Permodalan Intensif, merupakan permodalan yang berasal dari dana-dana
penyusutan atau penghapusan aktiva tetap. Akumulasi dana penyusutan aktiva tetap
yang belum dipergunakan untuk membeli aktiva yang akan digantikan, untuk
sementara dapat digunakan Koperasi sebagai modal usaha. Sampai saatnya akan
digunakan untuk membeli aktiva yang akan diganti, maka dana yang digunakan tadi
harus dikembalikan pada peruntukkannya yaitu membeli aktiva yang baru. Jadi
permodalan intensif merupakan pemanfaatan dana yang ada dalam Koperasi (dana
penyusutan) yang untuk sementara waktu belum digunakan, dipakai untuk modal
usaha.
2.5 Macam – macam Modal Koperasi
Berbicara mengenai permodalan otomatis akan pula membicarakan masalah
modal. Modal dapat dilihat dari berbagai aspek, sehingga dalam manajemen
keuangan dan akuntansi dikenal berbagai macam modal. Apabila ditinjau dari
laporan keuangan dalam bentuk neraca, maka akan dijumpai dua kelompok modal,
yaitu modal aktif dan modal pasif.
a) Modal Aktif.
Modal aktif terdapat atau dapat dilihat pada bagian Aktiva Neraca, yaitu yang
menunjukkan kekayaan atau penggunaan dana/modal. Modal aktif dapat dibedakan
atas: 1) modal atau aktiva lancar; dan 2) modal atau aktiva tetap.
Modal lancar disebut juga dengan modal jangka pendek, yaitu modal yang
berputar atau habis dalam waktu kurang dari satu tahun. Ada pula yang mengartikan
modal lancar sebagai modal kerja, yaitu sebagai modal kerja kuantitatif. (mengenai
modal kerja dijelaskan pada bagian lain dari buku ini). Modal lancar diwujudkan
dalam bentuk aktiva berupa kas dan sejenisnya, piutang serta persediaan barang.
Baik kas, piutang maupun persediaan biasanya berputar dengan waktu yang relatif
singkat, bila di ukur dengan waktu biasanya kurang dari satu tahun.
Modal tetap adalah kelompok modal atau kekayaan yang bersifat tahan lama.
Apabila di ukur dengan waktu maka masa perputarannya adalah lebih dari satu
tahun. Modal tetap dapat dibedakan atas: a) Modal yang tidak berputar atau tidak
habis, yaitu berupa tanah; dan b) Modal yang berangsur-angsur habis, yaitu modal

8
yang digunakan dalam suatu kegiatan (poduksi misalnya) yang lama kelamaan akan
aus atau usang sampai tidak dapat digunakan lagi. Contoh: mesin-mesin, alat-alat
perlengkapan kantor, gedung, kendaraan, dll. Karena modal tetap ini suatu saat akan
habis dan perlu diganti, maka untuk modal tetap yang berangsur-angsur habis perlu
ada dana penyusutan (depresiasi). Dana penyusutan ini dibentuk dengan cara
menyisihkan dana sebagai biaya yang dihitung dari nilai beli dan usia ekonomis
aktiva tersebut, sehingga saat usia ekonomisnya berakhir dana untuk membeli
aktiva yang baru telah siap.
b) Modal Pasif.
Modal pasif terdapat atau dapat dilihat pada sebelah Pasiva Neraca, yaitu yang
menunjukkan sumber-sumber modal yang diperoleh perusahaan (Koperasi). Modal
pasif dapat dibedakan atas:
(1) Dilihat dari masa pengembalian, modal pasif terdiri dari:
a) Modal jangka pendek, yaitu modal yang harus dikembalikan dalam waktu
singkat atau kurang dari satu tahun. Modal pasif jangka pendek disebut dengan
kewajiban atau hutang jangka pendek.
Contoh: - Pinjaman jangka pendek
- Simpanan sukarela
Dana sosial; dana pendidikan, dana pembangunan wilayah, dll.
b) Modal jangka panjang, yaitu modal yang harus dikembalikan dengan masa lebih
dari satu tahun. Modal pasif jangka panjang disebut pula dengan kewajiban atau
hutang jangka panjang.
Contoh: - Pinjaman jangka panjang ke bank atau ke perorangan
- Obligasi
(2) Dilihat dari sumber atau asal modal, modal pasif terdiri dari:
a) Modal pinjaman atau modal asing, yaitu modal yang menjadi kewajiban
perusahaan (Koperasi) untuk mengembalikannya apabila telah jatuh tempo.
Dengan kata lain modal asing adalah setiap modal yang sifatnya sama dengan
hutang.
Contoh: - Pinjaman dari bank atau lembaga keuangan bukan bank
- Simpanan sukarela
b) Modal sendiri atau ekuitas, yaitu modal yang menjadi harta atau
kekayaaperusahaan (Koperasi) dan menanggung resiko. Dengan kata lain modal
sendiri adalah modal yang sebagiannya menjadi harta perusahaan (Koperasi) dan
sebagian lagi merupakan modal yang harus dikembalikan kepada pemiliknya
apabila perusahaan (Koperasi) tersebut berakhir/bubar.

9
Contoh: - Cadangan
- Simpanan pokok dan wajib
- Hibah, hadiah, sumbangan, dll

Modal dalam Koperasi dijelaskan pada Pasal 41 UU No. 25 Tahun 1992, yaitu:
”Modal Koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman.” Yang dimaksud
dengan modal sendiri adalah modal yang menanggung resiko atau disebut dengan
modal ekuiti. Ayat 2 Pasal 41 UU No. 25 Tahun 1992 menjelaskan bahwa modal
sendiri Koperasi terdiri dari:
 Simpanan pokok, yaitu sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib
dibayarkan oleh anggota kepada Koperasi pada saat masuk menjadi
anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil selama yang bersangkutan
menjadi anggota Koperasi.
 Simpanan wajib, yaitu jumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama
yang wajib dibayar anggota kepada Koperasi dalam waktu dan kesempatan
tertentu. Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang
bersangkutan menjadi anggota Koperasi.
 Dana cadangan, yaitu sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa
hasil usaha (SHU), yang diperuntukkan bagi pemupukan modal sendiri
dan untuk menutup kerugian yang diderita Koperasi.
 Hibah, sumbangan atau hadiah, yaitu sejumlah uang diterima dari pihak
lain (pemerintah, lembaga atau perorangan) yang tidak harus dikembalikan
Koperasi kepada sipemberinya.
Ayat 3 Pasal 41 UU No. 25 Tahun 1992 dijelaskan bahwa untuk pengembangan
usahanya Koperasi dapat menggunakan modal pinjaman dengan memperhatikan
kelayakan dan kelangsungan usahanya. Modal Pinjaman Koperasi dapat berasal
dari:
o Anggota
o Koperasi lainnya dan/atau anggotanya
o Bank dan lembaga keuangan lainnya
o Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya
o Sumber lain yang sah.
Selain jenis-jenis modal di atas, untuk pengembangan usahanya Koperasi dapat
pula melakukan pemupukan modal yang berasal dari modal penyertaan. Penjelasan
Pasal 42 UU No. 25 Tahun 1992 menyatakan bahwa: Pemupukan modal dari modal
penyertaan, baik yang bersumber dari pemerintah maupun dari masyarakat
dilaksanakan dalam rangka memperkuat kegiatan usaha Koperasi terutama yang
berbentuk investasi. Modal penyertaan ikut menanggung resiko. Pemilik modal
penyertaan tidak mempunyai hak suara dalam rapat anggota dan dalam menentukan
kebijaksanaan Koperasi secara keseluruhan. Namun demikian, pemilik modal

10
penyertaan dapat diikutsertakan dalam pengelolaan dan pengawasan usaha
investasi yang didukung oleh modal penyertaannya sesuai dengan perjanjian.
2.6 Sisa Hasil Usaha (SHU) dalam koperasi
Sisa hasil usaha koperasi atau biasa dikenal dengan SHU adalah keuntungan bersih
yang diperoleh sebuah koperasi selama satu tahun. Laba bersih tersebut berasal dari
selisih hasil pendapatan koperasi terhadap penyusutan, biaya operasional, dan
pembayaran pajak lain.
Sesuai Undang-Undang No.25 tahun 1992 mengenai Sisa Hasil Usaha (SHU)
dalam pasal 45 mengatakan bahwa SHU koperasi merupakan pendapatan koperasi
yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan
kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan (Limbong,
2012; Rudianto, 2010). SHU setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada
anggota sebanding engan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota
dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan
keperluan lain dari koperasi, sesuai dengan eputusan rapat anggota. Besarnya
pemupukan dana cadangan ditetapkan dalam rapat anggota. Menurut Rudianto
(2010) SHU adalah sisa antara penghasilan yang diterima selama periode tertentu
dan pengorbanan yang dikeluarkan untuk memperoleh penghasilan itu. Pembagian
SHU harus dilakukan secara adil sesuai dengan besarnya jasa atau partisipasi dari
masing-masing anggota. Adapun pembagian Sisa Hasil Usaha yang dibayarkan
biasanya disepakati sesuai dengan hasil Rapat anggota tahunan setiap tahunnya
untuk: para anggota, dana pengurus, dana pegawai/karyawan, dana pendidikan
koperasi, dana sosial, dana pembangunan daerah kerja, dan cadanngan.
Iramani dan kristijati (2002), Nissa (2018) dan Qazbiany (2019) berpendapat bahwa
faktor-faktor yang memperngaruhi SHU yaitu pertama adalah jumlah anggota
koperasi, semakin banyak anggota koperasi yang menyimpan dananya pada
koperasi, diharapkan akan meningkatkan volume kegiatan koperasi sehingga akan
meningkatkan SHU yang akan diperoleh koperasi. Kedua, volume usaha,
peningkatan SHU dari suatu koperasi sangat tergantung pada kegiatan yang
dijalankannya, sehingga aspek volume usaha yang dijalankan oleh koperasi sangat
menentukan pendapatannya (Qazbiany, 2019). Ketiga, jumlah simpanan, simpanan
para anggota koperasi merupakan salah satu komponen yang turut serta
menentukan kegiatan perkoperasian di koperasi tersebut (Nilasari, 2019; Sumita
Dewik & Jember, 2016). Keempat, jumlah hutang (pinjaman), volume usaha yang
harus ditingkatkan oleh koperasi adalah modal yang mencukupi, baik yang berasal
dari para anggota maupun modal yang digali dari luar seperti hutang (Hapsari et al.
2018 (Ariesta & Yolamalinda, 2014; Wahyuning, 2013).
Dengan banyaknya jumlah pinjaman yang disalurkan kepada anggota menunjukan
bahwa besarnya anggota yang berpartisipasi aktif di Koperasi. Namun menginat
saat ini merupakan tahun pandemic karena karyawab sering melakukan WFH
partisipasi anggota menjadi menurun. Selain itu, kondisi pandemi covid saat ini
anggota lebih cenderung menyimpan uangnya di tabungan daripada meminjam di
koperasi sehingga penambahan modal pinjaman tidak berpengaruh terhadap

11
bertambahnya atau meningkatkan sisa hasil usaha (SHU), bahkan bisa jadi malah
mengurangi perolehan sisa hasil usaha karena harus menanggung beban bunga atau
bagi hasil yang lumayan signifikan.
Singkatnya, SHU adalah alat untuk memberikan keuntungan secara adil bagi
anggota koperasi. Makin besar jasa seorang anggota terhadap koperasi, maka
semakin besar pula SHU yang bisa didapatkan. Maka dari itu, memberikan
kontribusi besar kepada koperasi bisa menjadi cara meningkatkan sisa hasil usaha
yang bisa dilakukan bagi para anggota koperasi.
Pembagian SHU koperasi
Secara garis besar, pembagian SHU koperasi dilakukan secara adil menurut jasa
para anggotanya. Namun demikian, ada beberapa prinsip yang harus disertakan
dalam kegiatan pembagian SHU koperasi setiap tahunnya. Adapun empat macam
prinsip dalam pembagian SHU adalah sebagai berikut.
 SHU berasal dari anggota
SHU adalah keuntungan bersih yang berasal dari hasil usaha anggota
koperasi dan bukan merupakan pendapatan dari usaha koperasi. Pembagian
SHU koperasi berlaku secara adil karena selisih dari keuntungan hasil usaha
anggota dan biaya lainnya dibagikan kembali kepada para anggotanya.
 SHU berdasarkan imbal jasa
Pembagian SHU adalah bentuk imbal jasa kepada anggota yang
berkontribusi dalam kegiatan koperasi. Umumnya penanaman modal dan
bentuk transaksi melalui koperasi merupakan bentuk jasa suatu anggota.
Maka dari itu, aktif melakukan transaksi dengan koperasi merupakan cara
meningkatkan sisa hasil usaha yang patut dicoba.
 SHU bersifat transparan
Sebagai usaha kerakyatan, koperasi harus menyediakan data pembagian
SHU secara transparan. Penyajian data umumnya dilakukan dengan
mengadakan Rapat Anggota bagi anggota koperasi sebelum dilaksanakan
pembagian SHU koperasi secara resmi.
 SHU secara tunai
Bentuk dari SHU adalah uang tunai yang dibagikan kepada para anggota
koperasi. Sesuai dengan prinsip transparan dalam kegiatan berkoperasi,
pembagian SHU dalam bentuk tunai merupakan bentuk transparansi dan
keadilan lembaga tersebut.
Cara Menghitung SHU Koperasi
Secara umum, penghitungan SHU adalah selisih dari hasil keuntungan anggota
koperasi terhadap biaya operasional dan kewajiban pembayaran lainnya. Terdapat
beberapa perhitungan yang harus dilakukan sebelum menemukan jumlah SHU.
Cara menghitung SHU adalah:

12
SHUa (Sisa Hasil Usaha Anggota) = JUA (Jasa Usaha Anggota) + JMA (Jasa
Modal Anggota)
Berikut ini cara untuk mengetahui nilai dari JUA dan JMA:
Rumus Penghitungan JMA
JMA = (Simpanan anggota : Total simpanan koperasi) x % jasa modal x SHU
Rumus Penghitungan JUA
Terdapat dua jenis kontribusi yang bisa dilakukan oleh anggota koperasi yaitu jasa
pinjaman dan jasa penjualan. Anggota koperasi dapat melakukan pinjaman maupun
kegiatan pembelian dalam kegiatan koperasi sebagai cara meningkatkan sisa hasil
usaha.
Namun, umumnya rumus penghitungan JUA yang ada mencantumkan nilai
penjualan daripada nilai pinjaman. Berikut rumus JUA adalah:
JUA = (Penjualan anggota : Total penjualan koperasi) x % Jasa Modal
Anggota x SHU
Contoh Perhitungan Pajak SHU Koperasi
SHU adalah keuntungan bersih yang didapat dari hasil selisih pendapatan dan biaya
operasional serta kewajiban pajak lainnya. Oleh karena itu, ada pajak SHU koperasi
bagi setiap penerimaan SHU.
Perhitungan pajak SHU koperasi didasarkan pada UU Pasal 4 Ayat 1 tentang
Undang-Undang Pajak Penghasilan. Kemudian hal tersebut diatur secara detail oleh
PMK nomor 111/PMK.03/2010 yang berisi tentang cara pemotongan, penyetoran,
dan pelaporan pajak penghasilan berdasarkan dividen. Singkatnya, perhitungan
pajak SHU adalah sebesar 10%.
Adapun contoh perhitungan pajak SHU koperasi adalah sebagai berikut.
Seorang anggota koperasi mendapat SHU sebesar Rp 7.500.000,- untuk periode
2016-2017. Dividen yang dibebankan kepada anggota tersebut adalah 10% dari
SHU yang didapat. Oleh karena itu, anggota tersebut perlu membayar pajak
sebesar Rp 750.000,-.
Perlu diketahui bahwa pajak SHU tidak berlaku sejak pemberlakuan UU Cipta
Kerja di tahun 2020. Pengecualian SHU koperasi dari pembayaran pajak
penghasilan diatur oleh UU No. 11 Tahun 2020. Meskipun demikian, ada
baiknya Anda mengetahui contoh perhitungan pajak SHU koperasi agar
mengenal lebih banyak informasi tentang SHU koperasi.

2.7 Contoh Studi Kasus.

13
STUDI ATAS PENGARUH MODAL DAN PINJAMAN TERHADAP SISA
HASIL USAHA (SHU) DI KOPERASI KARYAWAN SUCOFINDO
Pasal 33 ayat 1 dalam Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa
perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan.
Salah satu bentuk usaha tersebut adalah koperasi. Lembaga usaha ini bersama-
sama mengutamakan kemakmuran pengurus maupun masyarakat yang
mendapatkan pelayanannya (Fikri et al., 2018). Sebagai penyokong
perekonomian nasional yang setara dengan BUMN dan Swasta, koperasi
berperan dominan membangun ekonomi kelas menengah kebawah. Dianggap
seperti sebuah perusahaan artinya koperasi harus mampu berdiri sendiri dalam
usahanya memperoleh laba. Sisa Hasil Usaha (SHU) merupakan istilah laba
dalam koperasi.
Dimana pada akhir periode, koperasi diharapkan dapat menghasilkan SHU
yang layak. SHU ini diperoleh dari hasil pengurangan pendapatan yang
diperoleh terhadap biaya, penyusutan dan kewajiban lain termasuk tahun buku
yang bersangkutan (Albana & Kusumantoro, 2015). Selain itu, tambahan modal
koperasi bisa berasal dari anggota koperasi, koperasi lain, Bank dan lembaga
keuangan lainnya maupun penerbitan obligasi dan surat utang berharga (Sofyan,
1988). Maka tidak heran apabila tujuan pengelolaan koperasi adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan para anggota secara khususnya dan masyarakat
secara umumnya.
Setiap badan usaha baik negeri maupun swasta mempunyai badan usaha
koperasi masing-masing. Koperasi PT Sucofindo dikenal dengan sebutan
KOPSUCOFINDO. Unit usaha diantaranya simpan pinjam, mini market, sewa
kendaraan, kantin dan usaha dagang lainnya. Selama beroperasi 11 tahun, sejak
tahun 2010, unit simpan pinjam koperasi mengalami peningkatan dan
penurunan. Penurunan paling terdampak terjadi sejak munculnya pandemic
Covid-19. Berdasarkan Anggaran Dasar koperasi, yang diperkenankan menjadi
anggota adalah pegawai tetap sehingga pegawai kontrak tidak dibenarkan
menjadi anggota. Artinya setiap pegawai tetap tidak diwajibkan menjadi anggota
koperasi karena koperasi bersifat sukarela.
Gambar 1 Perkembangan Sisa Hasil Usaha dan Modal Sendiri dalm puluhan juta
rupiah, dan Jumlah Anggota

14
Sumber: Laporan Keuangan KOPSUCOFINDO tahun 2010-2020
Berdasarkan Gambar 1 di atas, dapat dilihat terjadinya penurunan jumlah
anggota setiap tahun. Penurunan ini disebabkan oleh banyaknya pegawai yang
mengambil pensiun dini, pensiun normal, meninggal, dan mengundurkan diri.
Dampak akibat penurunan ini dapat mempengaruhi besarnya jumlah penyaluran
pinjaman kepada anggota. Berikut perkembangan jumlah pinjaman yang telah
disalurkan kepada anggota selama 11 tahun terakhir. Dari Gambar 1 tersebut di
atas memperlihatkan bahwa jumlah pinjaman anggota menunjukkan penurunan
setiap tahunnya, demikian juga dengan jumlah anggota yang meminjam
menunjukkan bahwa partisipasi anggota semakin lama semakin menurun.
Gambar 1 di atas menunjukkan perkembangan jumlah modal sendiri dan sisa
hasil usaha selama opersional koperasi tahun 2010 hingga 2020. Dari gambar di
atas, pendapatan dan Sisa Hasil Usaha (SHU) menunjukan peningkatan
kemudian penurunan setiap tahunnya selama lima tahun terakhir. Tentu hal ini
akan berdampak pada modal kerja kedepan. Terbatasnya modal kerja yang ada
dalam koperasi menyebabkan sulitnya Koperasi untuk mengembangkan unit-
unit usaha yang diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan anggotanya.
Selain itu, pemanfaatan modal yang kurang baik juga dapat menghambat
peningkatan volume usaha dalam koperasi (Dewi, 2009; Hudiyanto, 2003;
Sumita Dewik & Jember, 2016). Pendapatan (SHU) akan tercapai apabila
koperasi tersebut memiliki tersedia modal sendiri yang mencukupi dimana yang
berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, cadangan dan hibah (Sofyan,
1998; Abiyoga & Zaki, 2014; Rahmiyatun & Nainggolan, 2016). Modal
merupakan perolehan kekayaan suatu organisasi atau koperasi yang gunanya
dapat mengembangkan suatu usaha yang ada (Baboe, 2014).
Modal Sendiri dari KOPSUCOFINDO mengalami peningkatan setiap
tahunnya, hal ini disebabkan peningkatan jumlah simpanan wajib setiapkan yang
berasal dari setoran bulanan yang dibayarkan Anggota setiap bulannya. Perlu
diketahui bahwa Sejak awal tahun 2017 hingga tahun 2020, KOPSUCOFINDO
tidak lagi menggunakan dana yang bersal dari pihak ketiga atau Bank, melainkan
hanya yang berasal dari pinjaman anggota. Pinjaman yang berasal dari anggota

15
diberikan konpensasi atau bagi hasil yang lebih besar dari bank hal ini
dimaksudakan untuk menarik anggota agar anngota dapat aktif berpartisipasi.
Keberhasilan suatu koperasi tidak lepas dari adanya peran serta atau
partisipasi dari pada anggota melalui kebersamaan, orang tidak bersaing untuk
saling mematikan tetapi bermitra bersama-sama dalam suatu wadah yang disebut
koperasi. Jadi, sama-sama untung, dengan adanya partisipasi aktif dari anggota,
hal ini akan dapat merangsang tumbuh kebangnya koperasi karena tanpa
partisipasi dari anggota lambat laun koperasi akan runtuh (Prihatna et al., 2013).
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dialami oleh Koperasi
Pegawai PT Sucofindo (KOPSUCOFINDO) dapat mempengaruhi operasional
dalam masa jangka panjang. Oleh karena ini, penelitian ini bertujutun untuk
melihat bagaimana pengaruh variabel modal sendiri dan modal pinjaman
terhadap sisa hasil usaha dengan dimediasi oleh pinjaman anggota.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode ini
berlandaskan pada filsafat positivisme yang biasanya digunakan pada sebuah
populasi atau sampel tertentu (Sugiyono, 2017). Kesesuaian metode ini
didasarkan pada prosesnya yang sistematis, berurut dan terperinci. Sehingga
hasilnya diharapakan adalah sekumpulan data yang berisi informasi empiris.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen
dan variabel independen dengan penambahan variabel mediasi di dalamnya.
Variabel dependen tersebut adalah sisa hasil usaha (Y), sedangkan variabel
mediasinya adalah pinjaman anggota (Z). Pada variabel independen terdiri dari
modal sendiri (X1) dan modal pinjaman (X2).
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dimana
sumber data sekunder ini diperoleh atas hasil pengolahan data utama dan telah
diperiksa kemudian dipublikasikan. Fokus sampel pada penelitian ini adalah unit
usaha simpan pinjam yang dilakukan oleh koperasi di PT Sucofindo. Data yang
dianalisis diambil dari periode laporan keuangan selama 10 tahun sejak 2010-
2020. Secara spesifik, kriteria yang dapat digunakan dalam proses analisis
adalah 1) anggota koperasi aktif yang berpartisipasi menyimpan dan meminjam;
2) menghadiri rapat koperasi; dan 3) minimal masa keanggotan 6 (enam) bulan.
Kriteria ini dibuat untuk mengerucutkan hasil penelitian yaitu pengaruh jumlah
anggota terhadap sisa hasil usaha.
Dalam menganalisis penelitian dengan menggunakan analisis jalur, ada
beberapa langkah secara berurutan yang harus dijalankan untuk memenuhi
penelitian yang benar (Pardede & Manurung, 2014) yaitu dengan menentukan
diagram jalur antar variabel, persamaan struktural, dan menggunakan alat
analisis dalam hal ini SPSS. Interpretasi hasil perhitungan SPSS berdasarkan
analisis regresi, korelasi dan menentukan persamaan struktur berdasarkan
diagram jalur yang ditentukan. Terakhir, melakukan uji Sobel untuk menghitung
pengaruh tidak langsung.

16
Dengan menggunakan rumus persamaan dua jalur ditunjukkan seperti pada
gambar berikut:

Dari gambar di atas, dapat dibentuk persamaan seperti berikut:


Z = ρZX1 + ρZX2 +1 …………………………………………..(1)

Y = ρYX1 + ρYX2 + ρYZ+2 ………………….………………...(2)


Keterangan:
Y = Pencapaian Sisa Hasil Usaha
Z = Pinjaman anggota
X1 = Modal sendiri
X2 = Modal pinjaman
 = Pengaruh faktor lain
Pada persamaan (1) di atas diuji melalui pengujian hipotesis dengan
menggunakan uji sobel. Uji Sobel dilakukan untuk melihat menguji kekuatan
pengaruh tidak langsung variabel independe terhadap variabel dependen.
Asumsi uji sobel memerlukan jumlah sampel yang besar, jika jumlah sampel
kecil, maka uji sobel menjadi kurang konservatif (Ghozali, 2016). Selanjutnya
pada persamaan (2) dilakukan beberapa ujian seperti uji hipotesis, dalam ini
seperti uji koefisien determinasi, uji simultan, serta uji t (Pardede & Manurung,
2014). Pengujian hipotesis selanjutnya dilakukan melalui statistic uji F dengan
ketentuan tolak H0 jika Fhitung lebih besar dari Ftabel (Fhitung > Ftabel) dan
terima H0 jika Fhitung lebih kecil atau sama dengan Ftabel (Fhitung ≤ Ftabel).
Rumus perhitungan uji f adalah sebagai berikut:
𝐹 = (𝑛 − 𝑘 − 1)(𝑅 2 ) / 𝑘(1 − 𝑅2)
Pengujian secara simultan dilakukan untuk membuktikan apakah secara
bersamasama Modal sendiri, Modal pinjaman dan Pinjaman anggota
berpengaruh terhadap Partisipasi anggota.
SIMPULAN

17
Setelah dilakukan analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat
dibuat beberapa kesimpulan sebagai berikut. Modal Sendiri tidak berpengaruh
signifikan terhadap Pinjaman anggota. Modal Pinjaman berpengaruh signifikan
terhadap Pinjaman anggota. Modal Sendiri berpengaruh signifikan terhadap
pencapaian Sisa Hasil Usaha Anggota. Modal Pinjaman berpengaruh signifikan
terhadap pencapaian Sisa Hasil Usaha Anggota. Pinjaman Anggota berpengaruh
signifikan terhadap pencapaian Sisa Hasil Usaha Anggota. Pinjaman anggota
tidak dapat Memediasi hubungan antara Modal Sendiri dengan Sisa Hasil Usaha.
Pinjaman Anggota dapat memediasi hubungan antara Modal Pinjaman dengan
Sisa Hasil Usaha.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran
yang dapat dipertimbangkan untuk penelitian selanjutnya diantaranya akademisi
diharapkan penelitian ini bisa djadikan referensi bagi penelitian selanjutnya,
dengan menambahkan variabel bebas lainnya seperti volume usaha, perputaran
modal, dan lainnya dan juga variabel mediasi lainnya seperti tingkat pelayanan
dan lainnya. Untuk KOPSUCOFINDO, diharapkan dapat meningkatkan modal
sendiri, modal pinjaman, dan pinjaman anggota agar dapat meningkatkan Sisa
hasil usaha (SHU) dengan cara meningkatkan jumlah anggota yang
berpartisipasi aktif di dalam koperasi.

18
BAB III

KESIMPULAN

Dalam perkembangannya, pengertian modal mengarah pada sifat non fisik, dalam
arti ditekankan kepada nilai, daya beli, atau kekuasaan memakai atau menggunakan
yang terkandung dalam barang modal.
Modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri dapat
berasal dari: simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan hibah.
Sedangkan modal pinjaman dapat berasal dari: anggota, koperasi lainnya dan atau
anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan surat
hutang lainnya, serta sumber lain yang sah (UU No. 25 tahun 1992 Pasal 41 ayat 1
& 2). Dengan demikian permodalan koperasi tidak hanya mencakup modal yang
disetor oleh anggota, akan tetapi meliputi seluruh sumber pembelanjaan koperasi
yang dapat bersifat permanen maupun sementara. Pihak-pihak yang mempunyai
klaim terhadap sumber pembelanjaan koperasi terdiri dari kreditur, anggota/
pemilik dan badan usaha koperasi itu sendiri.
Sisa Hasil Usaha (SHU) adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam waktu
satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainya
termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan (UU No. 25 Tahun 1992 Pasal
1 & 2).
Maka dari itu, memberikan kontribusi besar kepada koperasi bisa menjadi cara
meningkatkan sisa hasil usaha yang bisa dilakukan bagi para anggota koperasi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Limbong, T. L. (2016, march 28). Makalah Permodalan Koperasi Kelompok 4. Diambil


kembali dari scribd.com: https://id.scribd.com/doc/306156377/Makalah-
Permodalan-Koperasi-Kelompok-4
nurulkomariyah346. (2019, november 24). MAKALAH PERMODALAN KOPERASI.
Diambil kembali dari coursehero.com:
https://www.coursehero.com/file/51030928/MAKALAH-PERMODALAN-
KOPERASI-KEL1docx/
Sattar, S. M. (2021). Buku Ajar Ekonomi Koperasi Evaluasi Keberhasilan Koperasi
Dilihat Dari Beberapa Aspek. Kalimantan: Deepublish.
WULANDARI, V. (2018). PERANAN ANGGOTA KOPERASI MAJU BERSAMA
BAGAN BATU DALAM MENINGKATKAN MODAL DAN PENDAPATAN
USAHA DITINJAU MENURUT EKONOMI ISLAM (Doctoral dissertation,
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau).
Budiwati, N. (2009). Manajemen keuangan dan permodalan koperasi.
Mardiana, M. Y., & Indrawati, A. (2021). Analisis Perhitungan Pembagian Sisa Hasil
Usaha (SHU) Anggota Pada Koperasi Simpan Pinjam Sentosa Samarinda P
Sulistiowati, W., & Kanto, D. S. (2022). Studi Atas Pengaruh Modal Dan Pinjaman
Terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Di Koperasi Karyawan
Sucofindo. Ekonomica Sharia: Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Ekonomi
Syariah, 8(1), 83-100. eriode 2016-2017. Ekonomia, 10(2), 216-222.

20

Anda mungkin juga menyukai