Anda di halaman 1dari 8

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, dengan

menggunakan pendekatan socio-legal. dimana dengan jenis penelitian kualitatif

ini tidak menggunakan angka-angka melainkan pendekatan yang dilakukan

langsung turun kelapangan, wawancara, dan analisis data. Penelitian kualitatif

membangun teori dari data atau fakta- fakta yang ada. Metode pendekatan

kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati. (Bodgan dan Taylor dalam Basrowi.& Suwandi: 21).

Bogdan dan Biklen menjelaskan bahwa penelitian kualitatif memiliki 5

ciri yaitu naturalistic, yang mana penelitian kualitatif mempunyai pengaturan

yang alami sebagai sumber data langsung dan peneliti sebagai instrument kunci,

descriptive data yaitu penelitian yang deskriptif, data yang dikumpulkan lebih

banyak dijelaskan dengan kata – kata atau gambar daripada angka. concern with

process, penelitian kualitatif lebih memperhatikan proses daripada produk. Hal ini

disebabkan oleh cara peneliti mengumpulkan dan memaknai data, setting atau

hubungan antar bagian ynag sedang diteliti akan lebih jelas jika diamati dalam

proses. Yang keempat ialah Inductive yang mana penelitian kualitatif mencoba

menganalisis data secara induktif. Peneliti tidak mencari data untuk membuktikan

hipotesis yang mereka asumsikan sebelum memulai penelitian, namun untuk

menyusun abstraksi. Dan yang terakhir meaning, lebih menitik beratkan pada

makna bukan sekedar perilaku yang tampak.

44
45

Penelitian hukum sosiologis atau empiris adalah penelitian hukum yang

terdiri dari penelitian terhadap identifikasi hukum (tidak tertulis) dan penelitian

terhadap efektivitas hukum (Soekanto, 2007: 51). Penelitian hukum sosiologis

atau socio legal research adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan bantuan

ilmu-ilmu sosial, penelitian di bidang hukum diperkaya dengan kemungkinan

dipergunakan semua metode dan teknik yang lazim dipergunakan di dalam

penelitian ilmu sosial. (Soekanto, 2007: 15). Penelitian hukum empiris

berpandangan bahwa permasalahan hukum tidak selalu bersifat normatif (law as

written in book) namun juga gejala sosial yang timbul di masyarakat yang

berkaitan dengan perilaku manusia, mengingat sifat dari norma hukum yang tak

dapat dipisahkan yaitu “ought to be”.

Penelitian ini diharapkan mampu mendeskripsikan tentang penanganan

Sistem Drainase Kota Semarang guna mengurangi permasalahan bajir yang ada,

dalam langkah yang diambil pemerintah untuk menegakan Peraturan Daerah

mengenai Sistem Drainase.

3.2. Jenis Penelitian

Penelitian ini tergolong dalam penelitian terhadap hukum yang

nondogmatis, karena melakukan pengkajian terhadap hukum secara deskriptif,

dan tidak preskriptif (Rahardjo, 1974:11). Menurut Satjipto Rahardjo, dalam

kajian seperti ini hukum dilihat sebagai variable tak mandiri, tetapi terkait dengan

subsistem lain dalam masyarakat. Oleh karena itu, yang di tekankan di sini adalah

membuat deskripsi tentang realitas yang di hadapi serta mencoba memahaminya,

karena setiap kejadian atau realitas di rekam dan di analisis untuk menemukan

keterhubungannya (Rahardjo, 1974:17).


46

Penelitian ini tidak saja merekam hal-hal yang tampak secara ekplisit saja

dalam arti Substansi Kebijakan, melainkan juga melihat secara implisit makna di

balik Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2014 tentang Rencana Induk Sistem Drainase

Kota Semarang Tahun 2011 – 2031 serta keseluruhan fenomena di balik fakta-

fakta tersebut. Dengan demikian konsekuensi metodologik dalam penelitian ini

berupa; menata dan mengembangkan unsur kajian, menetapkan informan dan

responden secara purposive dengan bertitik tolak pada data yang di butuhkan,

mengandalkan peneliti sendiri sebagai instrument utama penelitian, menganalisis

data secara kualitatif selama di lapangan maupun setelah pekerjaan lapangan.

3.3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Semarang dengan luas wilayah

kurang lebih 373,70 km2. Secara administrasi, Kota Semarang terdiri atas 16

wilayah kecamatan dan 177 kelurahan. Wilayah Kota Semarang dibatasi sebelah

utara oleh Laut Jawa dengan panjang garis pantai 13,6 km, sebelah timur

Kabupaten Demak dan Kabupaten Grobogan, sebelah selatan Kabupaten

Semarang, dan sebelah barat Kabupaten Kendal. Lokasi wilayah studi terletak di

dalam sistem drainase kota Semarang yang letak geografinya berada diantara garis

060 50’ sampai dengan 07010’ Lintang Selatan dan garis 1090 35’ sampai dengan

110 0 50’ Bujur Timur.

Kota Semarang sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah terdapat seluruh

unsur pemerintahan yang dapat menjadi sumber data mengenai proses

pembentukan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, hingga pelaksanaan kebijakan

tersebut.
47

3.4. Sumber Data

Penentuan sumber data, tergantung pada karakter data yang hendak dicari.

Secara umum, data yang di butuhkan mencakup data primer dan data sekunder.

Sumber data primer di tentukan secara purposive sampling, yakni pihak – pihak

yang di perhitungkan paling mengetahui kebijakan hukum mengenai rencana

sistem drainase Kota Semarang dan dampak penyimpangan dari kebijakan

tersebut antara lain: (1) Anggota Legislatif Kota Semarang selaku pembuat

kebijakan (2) Pemerintah Kota Semarang dalam hal Dinas terkait yang terdiri dari

Bappeda Kota Semarang, DPU Kota Semarang, Dinas Tata Ruang Kota

Semarang, Satpol PP Kota Semarang, dan Bagian Hukum dan Perundangan Kota

Semarang. Selain dari instansi maupun dinas terkait penulis menggunakan 10

responden yang merupakan warga masyarakat untuk memberikan informasi

terkait sistem drainase yang berada di daerah mereka.

Sumber data sekunder meliputi Undang-Undang No. 23 Tahun 2014

tentang Pemerintah Daerah, Undang – Undang No. 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang, Peraturan Daerah Kota Semarang No. 14 Tahun 2011 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang Tahun 2011 – 2031, Peraturan

Daerah Kota Semarang No. 7 Tahun 2014 tentang Rencana Induk Sistem

Drainase Kota Semarang Tahun 2011 – 2031, dan buku-buku hingga jurnal yang

menunjang penelitian ini.

3.5. Teknik Pengambilan Data

Sesuai jenis data dan sumber data sebagaimana di kemukakan terdahulu,

maka terdapat beberapa teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam

penelitian ini antara lain sebagai berikut :


48

1. Studi dokumen keputusan dan peraturan yang menyangkut persoalan

banjir berdasar pada sistem drainase di Kota Semarang.

2. Observasi lapangan untuk memperoleh data tentang sistem drainase

3. Wawancara dan observasi kepada informan untuk menggali data primer,

dengan peneliti sendiri sebagai alat penelitian utama.

Penggunaan metode pengumpulan data yang demikian ini, peneliti di arahkan

untuk mengungkapkan informasi lengkap dari semua sumber data.

3.6. Validitas Data

Semua data yang berhasil di kumpulkan, dianalisis secara kualititatif

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Terjun ke lapangan dengan pengelompokan data menurut unsur kajian

yang telah di tetapkan.

2. Uraian dan konsep-konsep berdasarkan data.

3. Mengkonfirmasi penafsiran tentang keterkaitan unsur kajian tersebut

dengan informan

4. Melakukan konseptualisasi untuk merumuskan hasil temuan.

Sebelum data hasil riset ini dianalisis lebih jauh, maka langkah yang paling awal

di tempuh adalah mengecek kelengkapan dan keabsahan data riset. Validitas

(Kesahihan) mengacu pada sejauh mana apa yang ingin dicapai dapat terlaksana,

yakni representasi autentik dari apa yang terjadi dilapangan. Validitas data dalam

riset ini di pertahankan dengan menggunakan 2 cara, yang pertama validitas,

mengenai penanganan sistem drainase yang berada di Kota Semarang dilakukan

dengan mencocokan kebenaran informasi yang disampaikan oleh narasumber

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang


49

permasalahan sistem drainase guna mengurangi persoalan banjir yang ada. Kedua,

validitas data implementasi kebijakan rencana induk sistem drainase Kota

Semarang yang di lakukan secara intensif bertemu dengan warga masyarakat Kota

Semarang maupun dengan para pengambil kebijakan hukum drainase guna

menegakkan Peraturan Daerah yang telah di buat.

Penelitian ini peneliti tidak mengikuti anjuran Shimahara (1988: 80-88)

untuk tinggal bersama dengan orang – orang yang di teliti selama suatu periode

tertentu. Hanya saja dalam riset ini peneliti berusaha secermat mungkin untuk

menentukan lokasi-lokasi atau kelompok warga yang daerahnya masih memiliki

drainase yang buruk. Lokasi-lokasi yang menjadi konsentrasi khusus dalam riset

ini adalah kawasan Semarang Barat dan Semarang Tengah.

Selain menjaga validitas data, upaya-upaya lain yang dilakukan untuk

menjaga dan meningkatkan reliabilitas (keterandalan) data dalam penelitian ini,

antara lain berkenaan dengan keterulangan temuan oleh peneliti yang berbeda dan

peneliti terdahulu atau pertama. Tingkat reliabilitas yang paling utama untuk

dipertahankan dari penelitian ini adalah reliabilitas internal, yakni menyangkut

kesesuaian antara deskripsi – deskripsi tentang realitas yang diamati dalam

penelitian yang sama. Upaya untuk mempertahankan reliabilitas dalam penelitian

ini adalah dengan mencatat data seperti apa adanya dan sedapat mungkin secara

verbatin, dan hasil temuan selalu di konfirmasikan dengan para informan. Strategi

tersebut ditempuh untuk menghindari deskripsi data yang bersumber hanya dari

perspektif peneliti dan tidak dari orang yang diteliti.

Reliabilitas data juga dilakukan dengan triangulasi. Triangulasi tersebut meliputi:


50

a. Triangulasi data, artinya data harus di kumpulkan dari beberapa waktu yang

berbeda, sumber yang berbeda, tempat yang berbeda dan dari orang yang

berbeda. Triangulasi data dilakukan dengan cara membandingkan data hasil

pengamatan dengan hasil wawancara, membandingkan apa yang dikatakan

orang di depan umum dengan apa yang di katakana secara pribadi,

membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan

dengan apa yang di katakana sepanjang waktu, membandingkan keadaan

dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan sesuai

kualifikasi tertentu, dan membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu

dokumen.

b. Triangulasi teori, artinya suatu topik penelitian di tinjau dari beberapa

perspektif teoritis sehingga menjadi lebih jelas. Dalam riset ini ditinjau dari

disiplin ilmu sosiologi, antropologi, dan hukum.

c. Triangulasi metode, artinya data yang diperoleh harus merupakan hasil

aplikasi dari beberapa metode pengumpulan data agar dapat memperkuat

keabsahan data. Untuk itu dalam penelitian ini peneliti memadukan metode

observasi partisipasi dan wawancara, serta ditunjang dengan metode

dokumentasi (Burgens, 1998: 189).

3.7. Analisis Data

Proses analisis data dimuali dengan menelaah semua data hasil olahan

tersebut kemudian dianalisis untuk menemukan makna-makna di balik

penanganan sistem drainase dan sekaligus pelaksanaan peraturan drainase di Kota

Semarang. Model analisis yang diterapkan di sini adalah model analisis isi

(content analysis model) untuk menganalisis substansi berbagai dokumen


51

peraturan perundang-undangan nasional dan daerah untuk mengetahui sejauh

mana pelaksanaan kebijakan.

Model analisis ini akan dipadukan dengan model analisis interaktif

(interactive analysis model) sebagaimana dikemukakan oleh Miles dan Haberman

(1992:11) untuk menganalisis data lapangan. Model analisis ini dimulai dengan

mereduksi dan menyajikan data lapangan yang sudah berhasil dikumpulkan untuk

menarik simpulan-simpulan. Simpulan-simpulan yang berhasil dirumuskan itu

belum di pandang sebagai sesuatu yang final, tetapi masih harus di konfirmasikan

kembali ke lapangan. Alur analisis yang demikian itu memungkinkan di

rumuskannya simpulan-simpulan baru yang benar-benar valid dan dapat di

pertanggung jawabkan secara ilmiah

Anda mungkin juga menyukai