Anda di halaman 1dari 12

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS MARGAJAYA
Jl. Ciluluk No 58 Desa Margajaya Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang
Email : margajaya_berjaya@gmail.com. Kode Pos 45362

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MARGAJAYA


Nomor : 211/Admen/SK/PKM-MGJ/IX/2022
Lampiran : 1 (satu) berkas

TENTANG
PENYELENGARAAN IMUNISASI
UPTD PUSKESMAS MARGAJAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA PUSKESMAS MARGAJAYA

Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan


mempertahankan status kesehatan seluruh rakyat diperlukan
tindakan imunisasi sebagai tindakan preventif;
b. bahwa dalam rangka pemantapan kinerja pada kegiatan program UPTD
Puskesmas Margajaya,;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a
dan b maka perlu ditetapkan keputusan Kepala Puskesmas Margajaya
tentang Penyelenggaraan Imunisasi di UPTD Puskesmas Margajaya;

Undang – Undang Republik Indonesia nomor 25 tahun 2009 tentang


Pelayanan Publik;
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Mengingat : Kesehatan;
1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomr 72 tahun 2012 tentang
Sistem Kesehatan Nasional;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2014 tentang
Penanggulangan Penyakit Menular (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 1755);
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2016 tentang
Manajemen Puskesmas

4.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Imunisasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
5. 2017 Nomor 559);
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 43 tahun 2019
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MARGAJAYA TENTANG


PENYELENGGARAAN IMUNISASI UPTD PUSKESMAS
MARGAJAYA
KESATU : Tentang Imunisasi wajib, yang terdiri dari Imunisasi rutin, Imunisasi tambahan
dan Imunisasi khusus, Penyelenggaraan Imunisasi wajib, Penyediaan logistic,
distribusi, penyimpanan vaksin dan Tenaga
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian
KEDUA :
hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan di adakan perbaikan
sebagimana mestinya

Ditetapkan di : Margajaya
Pada tanggal : 15 September 2022
KEPALA PUSKESMAS MARGAJAYA

TITIM ADRIANINGSIH

Te
Lampiran : Keputusan Kepala Puskesmas
Margajaya
Nomor : 211 /Admen/SK/PKM-MGJ/IX/2022
Tentang : Penyelenggaraan Imunisasi

PENYELENGGARAAN IMUNISASI
UPTD PUSKESMAS MARGAJAYA

1. Perencanaan
Perencanaan merupakan kegiatan yang sangat penting sehingga harus dilakukan secara
benar dan tepat. Ketidak tepatan dalam perencanaan akan mengakibatkan terhambatnya
pelaksanaan program. Kegiatan perencanaan meliputi :
a. Penetapan sasaran
1) Sasaran imunisasi rutin, antara lain :
▪ Bayi pada imunisasi dasar
▪ Anak di bawah 2 tahun (baduta) pada imunisasi lanjutan
▪ Anak sekolah dasar pada imunisasi lanjutan
▪ Wanita Usia Subur (WUS) pada imunisasi lanjutan
2) Sasaran imunisasi tambahan, yaitu kelompok risiko (golongan umur) yang
paling berisiko terkena kasus
b. Perencanaan kebutuhan logistik
Logistik Imunisasi terdiri dari vaksin, Auto Disable Syringe dan safety box. Ketiga
kebutuhan tersebut harus direncanakan secara bersamaan dalam jumlah yang
berimbang (system bundling).
1) Perencanaan vaksin
Dalam menghitung jumlah kebutuhan vaksin, harus diperhatikan beberapa hal,
yaitu jumlah sasaran, jumlah pemberian, target cakupan 100% dan indeks
pemakaian vaksin dengan memperhitungkan sisa vaksin (stok) sebelumnya.

Kebutuhan = Jumlah sasaran x Jumlah pemberian x 100%


IP vaksin

Indek Pemakaian vaksin (IP) adalah pemakaian rata–rata setiap kemasan vaksin.
Cara menghitung IP adalah dengan membagi jumlah cakupan dengan jumlah vaksin
yang dipakai.
IP vaksin = Jumlah cakupan
Jumlah vaksin yang dipakai

2) Perencanaan Auto Disable Syringe


Alat suntik yang dipergunakan dalam pemberian Imunisasi adalah alat suntik
yang akan mengalami kerusakan setelah sekali pemakaian (Auto Disable
Syringe/ADS).
Ukuran ADS dan penggunannya
No Ukuran ADS Penggunaan
1 0,05 ml Pemberian imunisasi BCG
2 0,5 ml Pemberian imunisasi DPT-HB-Hib,
Campak, DT, Td, dan IPV
3 5 ml Untuk melarutkan vaksin BCG dan Campak

3) Perencanaan Safety Box


Safety box digunakan untuk menampung alat suntik bekas pelayanan imunisasi
sebelum dimusnahkan. Safety box ukuran 2,5 liter mampu menampung 50 alat
suntik bekas, sedangkan ukuran 5 liter menampung 100 alat suntik bekas.
Limbah Imunisasi selain alat suntik bekas tidak boleh dimasukkan ke dalam
safety box. Berdasarkan sistem bundling maka penyediaan safety box mengikuti
jumlah ADS. Safety box yang sudah berisi alat suntik bekas tidak boleh
disimpan lebih dari 2 x 24 jam.
4) Perencanaan kebutuhan cold chain
Vaksin merupakan bahan biologis yang mudah rusak sehingga harus disimpan
pada suhu tertentu (pada suhu 2 s/d 8 ºC untuk vaksin sensitif beku atau pada
suhu -15 s/d -25 ºC untuk vaksin yang sensitif panas). Untuk puskesmas sendiri
menggunakan refrigerator sebagai alat penyimpan vaksin.
Jenis standar minimal peralatan Imunisasi tediri dari :
• Voltage stabilizer
• Indikator pembekuan dan pemantau suhu panas
• Alat pencatat suhu kontinyu
• Termometer
• ADS (Auto Dysable Syringe)
• Safety Box
• Komputer
• Tabung pemadam kebakaran
• Tool kits
c. Perencanaan pendanaan
Sumber pembiayaan untuk imunisasi dapat berasal dari pemerintah dan sumber
pembiayaan lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Untuk Puskesmas Tanjungsari sendiri, pengadaan vaksin berasal dari alokasi Dinas
Kesehatan Kabupaten, sementara anggaran operasional pelaksanaan imunisasi,
seperti transport petugas, biaya pertemuan dianggarkan melalui Dana Alokasi
Khusus non Fisik atau BOK.

2. Penyediaan dan Distribusi Logistik


a. Penyediaan Logistik
Penyediaan logistik merupakan tanggungjawab pemerintah. Baik vaksin, ADS,
safety box, dan cold chain sudah disediakan oleh pemerintah melalui Dinas
Kesehatan, sehingga puskesmas menghitung kebutuhan logistik yang diperlukan
dan mengajukannya ke Dinas Kesehatan.
b. Pendistribusian
Seluruh proses distribusi vaksin program dari pusat sampai ketingkat pelayanan,
harus mempertahankan kualitas vaksin tetap tinggi agar mampu memberikan
kekebalan yang optimal kepada sasaran.
Untuk pendistribusian logistik dari Dinas Kesehatan melalui mekanisme :
1) Dilakukan dengan cara diantar oleh Dinas Kesehatan mealui unit Farmasi.
2) Dilakukan atas dasar permintaan resmi dari puskesmas dengan
mempertimbangkan stok maksimum dan daya tampung penyimpanan vaksin
(tercantum dalam formulir 23 dan formulir 24 terlampir).
3) Menggunakan cold box atau vaccine carrier yang disertai dengan cool pack.
4) Disertai dengan dokumen pengiriman berupa Surat Bukti Barang Keluar
(SBBK) (tercantum dalam formulir 21 dan formulir 22 terlampir) dan Vaccine
Arrival Report (VAR) (tercantum dalam formulir 21 dan formulir 22 terlampir).
5) Pada setiap cold box atau vaccine carrier disertai dengan indikator pembekuan.
Sementara untuk pendistribusian dari puskesmas ke tempat pelayanan imunisasi
melalui mekanisme :
1) Vaksin dibawa dengan menggunakan vaccine carrier yang diisi coolpack
dengan jumlah yang sesuai ke seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah
kerja puskesmas,
2) Dilakukan dengan cara diantar oleh puskesmas atau diambil oleh petugas yang
akan melaksanakan pelayanan imunisasi.
3. Penyimpanan dan Pemeliharaan Logistik
Untuk menjaga kualitas vaksin tetap tinggi sejak diterima sampai didistribusikan
ketingkat berikutnya (atau digunakan), vaksin harus selalu disimpan pada suhu yang
telah ditetapkan, yaitu:
a. Semua vaksin disimpan pada suhu 2°C s.d. 8°C pada vaccine refrigerator
b. Khusus vaksin Hepatitis B, pada bidan desa disimpan pada suhu ruangan, terlindung
dari sinar matahari langsung.
Beberapa ketentuan yang harus selalu diperhatikan dalam pemakaian vaksin secara
berurutan adalah :
a. Keterpaparan terhadap panas
Vaksin yang telah mendapatkan paparan panas lebih banyak (yang dinyatakan
dengan perubahan kondisi Vaccine Vial Monitor (VVM) A ke kondisi B) harus
digunakan terlebih dahulu meskipun masa kadaluwarsanya masih lebih panjang.
b. Masa kadaluwarsa vaksin
Apabila kondisi VVM vaksin sama, maka digunakan vaksin yang
lebih pendek masa kadaluwarsanya (Early Expire First Out/EEFO).
c. Waktu pendistribusian dan penerimaan
Vaksin yang terlebih dahulu diterima sebaiknya dikeluarkan terlebih dahulu.Hal ini
dilakukan dengan asumsi bahwa vaksin yang diterima lebih awal mempunyai
jangka waktu pemakaian yang lebih pendek.
d. Ketentuan pemakaian sisa vaksin
Vaksin sisa pada pelayanan statis bisa digunakan pada pelayanan hari berikutnya.
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi adalah:
1) Disimpan pada suhu 2°C s.d. 8°C
2) VVM dalam kondisi A atau B
3) Belum kadaluwarsa
4) Tidak terendam air selama penyimpanan
5) Belum melampaui masa pemakaian.

Masa Pemakaian Sisa Vaksin


Jenis Vaksin Masa Pemakaian Keterangan
Polio 2 minggu Cantumkan tanggal
IPV 4 minggu pertama kali vaksin
DT 4 minggu digunakan
Td 4 minggu
DPT-HB-Hib 4 minggu
BCG 3 jam Cantumkan waktu
Campak 6 jam vaksin dilarutkan

4. Penyediaan Tenaga Pelaksana Imunisasi


Untuk terselenggaranya pelayanan Imunisasi dan surveilans KIPI, maka setiap unit
pelayanan harus memiliki jumlah dan jenis ketenagaan yang sesuai dengan standar,
yaitu memenuhi persyaratan kewenangan profesi dan mendapatkan pelatihan
kompetensi.
a. Jenis dan jumlah ketenagaan
Agar puskesmas dapat melaksanakan pelayanan imunisasi sesuai standar, maka
dibuthkan tenaga-tenaga antara lain :
1) Untuk puskesmas induk dibutuhkan pengelola pelayanan imunisasi dan KIPI,
pengelola logistik imunisasi, dan pelaksana imunisasi
2) Untuk Puskesmas Pembantu dibutuhkan pelaksana imunisasi, dilaksanakan oleh
perawat atau bidan yang terlatih
3) Poskesdes dibutuhkan pelaksana imunisasi, dilaksanakan oleh bidan desa
Pengelola program imunisasi bertugas merencanakan, melaksanakan, melakukan
monitoring evaluasi program Imunisasi dan monitoring KIPI serta pencatatan
pelaporan. Pengelola logistik imunisasi bertugas untuk menyimpan,
mengelola, mendistribusikan, memelihara dan melaporkan vaksin, alat suntik, dan
peralatan cold chain serta logistik lainnya yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan
Imunisasi.
b. Peningkatan kapasitas petugas
Salah satu upaya untuk meningkatkan kompetensi dan kemampuan petugas dalam
memberikan pelayanan imunisasi di puskesams yaitu dengan upaya peningkatan
kompetensi bagi petugas. Upaya peningkatan kompetensi petugas dapat
dilaksanakan di puskesmas maupun oleh Dinas Kesehatan.

5. Pelaksanaan Pelayanan
Imunisasi Program dapat dilaksanakan secara perorangan atau massal dengan tetap
mengacu pada prinsip dan aturan pelaksanaan.
Berdasarkan tempat pelayanan, Imunisasi Program dibagi menjadi:
a. Pelayanan imunisasi di dalam gedung
Pelayanan imunisasi di Puskesmas Tanjungsari dilaksanakan setiap hari kerja,
mulai pukul 8.00 – 12.00. Adapun tempat pelaksanaan imunsiasi pada ruang
pelayanan rawat jalan kesehatan anak dan imunisasi yang berada di lantai dasar.
Alur pelayanan imunisasi di puskesmas adalah sebagai berikut :

Pasien datang

Pemeriksaan fisik

Informed Consent

Pemberian imunisasi

Monitoring KIPI 30 menit

Pasien pulang

b. Pelayanan imunisasi di luar Gedung


Pelayanan Imunisasi di luar gedung yang dimaksud adalah di posyandu, pos
pelayanan imunisasi, di sekolah, atau kunjungan rumah. Dalam pemberian
Imunisasi, harus diperhatikan kualitas vaksin, pemakaian alat suntik, dan hal–hal
penting saat pemberian imunisasi (dosis, cara dan tempat pemberian, interval
pemberian, tindakan antiseptik dan kontra indikasi).
Sebelum melaksanakan pelayanan imunisasi di luar gedung petugas perlu
melakukan koordinasi dengan aparat desa. Informasi pelayanan dilakukan
selambat-lambatnya 3 hari sebelum pelaksanaan. Selain itu petugas perlu
memastikan kesiapan tempat pelaksanaan, petugas pelaksana, distribusi dan
keamanan vaksin serta kepastian sasaran yang akan diimunisasi. Petugas dapat
melibatkan masyarakat atau kader kesehatan untuk membantu pelaksanaan
imunisasi, namun yang memberikan imunisasi harus petugas kesehatan yang sudah
terlatih.

Baik pelaksanaan di dalam maupun di luar gedung, hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pelaksanaan imunisasi adalah :
a. Kualitas vaksin
Seluruh Vaksin yang akan digunakan dalam pelayanan imunisasi harus sudah
memenuhi standard WHO serta memiliki Certificate of Release (CoR) yang
dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam menentukan kualitas dan keamanan vaksin adalah:
1) Vaksin belum kadaluwarsa
Secara umum vaksin dapat digunakan sampai dengan akhir bulan masa
kadaluwarsa vaksin.
2) Vaksin sensitif beku belum pernah mengalami pembekuan.
Apabila terdapat kecurigaan vaksin sensitif beku pernah mengalami
pembekuan, maka harus dilakukan uji kocok (shake test) terhadap vaksin
tersebut. Sebagai pembanding digunakan jenis dan nomor batch vaksin yang
sama
3) Vaksin belum terpapar suhu panas yang berlebihan.
Dalam setiap kemasan vaksin telah dilengkapi dengan alat pemantau paparan
suhu panas yang disebut Vaccine Vial Monitor (VVM).
4) Vaksin belum melampaui batas waktu ketentuan pemakaian vaksin yang telah
dibuka.
Vaksin yang telah dipakai pada tempat pelayanan statis
bisa digunakan lagi pada pelayanan berikutnya, sedangkan sisa pelayanan
dinamis harus dibuang.
b. Pemakaian alat suntik
Untuk menghindarkan terjadinya penyebaran penyakit yang diakibatkan oleh
penggunaan berulang alat suntik bekas, maka setiap pelayanan Imunisasi harus
menggunakan alat suntik yang akan mengalami kerusakan setelah sekali pemakaian
(Auto Disable Syringe/ADS), baik untuk penyuntikan maupun pencampuran vaksin
dengan pelarut.
c. Dosis, cara pemberian, dan tempat pemberian imunisasi
Jenis vaksin Dosis Cara Pemberian Tempat
Hepatitis B 0,5 ml Intra Muskuler Paha
BCG 0,05 ml Intra Kutan Lengan kanan atas
Polio 2 tetes Oral Mulut
IPV 0,5 ml Intra Muskuler Paha kiri
DPT-HB-Hib 0,5 ml Intra Muskuler Paha untuk bayi,
Lengan kanan untuk batita
Campak 0,5 ml Sub Kutan Lengan kiri atas
DT 0,5 ml Intra Muskuler Lengan kiri atas
Td 0,5 ml Intra Muskuler Lengan kiri atas

d. Interval pemberian
Jarak minimal antar dua pemberian antigen yang sama adalah satu bulan. Tidak ada
batas maksimal antar dua pemberian imunisasi.
e. Tindakan antiseptik
Setiap petugas yang akan melakukan pemberian imunisasi harus mencuci tangan
dengan sabun terlebih dahulu. Untuk tempat suntikan dilakukan tindakan aseptik
sesuai aturan yang berlaku.
f. Kontraindikasi
Pada umumnya tidak terdapat kontra indikasi imunisasi untuk individu sehat kecuali
untuk kelompok risiko. Pada setiap sediaan vaksin selalu terdapat petunjuk dari
produsen yang mencantumkan indikasi kontra serta
perhatian khusus terhadap vaksin.

6. Penanganan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)


Seiring dengan cakupan imunisasi yang tinggi maka penggunaan vaksin juga meningkat
dan sebagai akibatnya kejadian berupa reaksi simpang yang diduga berhubungan
dengan imunisasi juga meningkat.
Beberapa ketentuan dalam penanganan KIPI adalah:
a. Setiap KIPI yang dilaporkan oleh petugas maupun oleh masyarakat harus dilacak,
dicatat, dan ditanggapi oleh pelaksana imunisasi;
b. KIPI harus dilaporkan oleh pelaksana imunisasi ke tingkat administrasi yang lebih
tinggi;
c. Untuk setiap KIPI, masyarakat berhak untuk mendapatkan penjelasan resmi atas
hasil analisis resmi yang dilakukan Komda PP KIPI atau Komnas PP KIPI;
d. Hasil kajian KIPI oleh Komda PP KIPI atau Komnas PP KIPI dipergunakan untuk
perbaikan imunisasi; dan
e. Pemerintah dan pemerintah daerah turut bertanggung jawab dalam penanggulangan
KIPI di daerahnya atau sistem penganggaran lainnya.
Bila ditemukan KIPI pada saat pelaksanaan imunisasi maka petugas wajib melakukan
penanganan sesuai kompetensinya, bila diperlukan maka petugas meminta arahan dan
petunjuk dokter puskesmas. Apabila KIPI tidak dapat ditangani di tempat pelaksanaan
imunsiasi yang dilaksanakan di luar gedung, maka pasien dirujuk ke puskesmas. Dan
apabila memerlukan penanganan yang lebih adekut, maka puskesmas wajib merujuk
pasien ke rumah sakit setelah sebelumnya berkoordinasi dengan pihak rumah sakit.
7. Pengelolaan Limbah
Pelayanan imunisasi harus dapat menjamin bahwa sasaran memperoleh kekebalan
spesifik terhadap penyakit tertentu serta tidak terjadi penularan penyakit kepada petugas
dan masyarakat sekitar akibat limbah.
Limbah dari penyelenggaraan imunisasi diluar gedung harus dibawa kembali ke
puskesmas untuk kemudian dimusnakan bersama dengan limbah Imunisasi yang
dilaksanakan didalam gedung.
Adapun jenis limbah pelaksanaan imunisasi beserta pengelolaannya adalah sebagai
berikut :
a. Limbah infeksius
Limbah Infeksius kegiatan imunisasi merupakan limbah yang ditimbulkan setelah
pelayanan imunisasi yang mempunyai potensi menularkan penyakit kepada orang
lain. Yang termasuk limbah infeksius adalah alat suntik yang telah dipakai serta
limbah farmasi (sisa vaksin dalam botol, kapas pembersih/usap, vaksin dalam botol
atau ampul yang telah rusak karean pengaruh panas atau kadaluwarsa).
Untuk pengelolaan limbah infeksiu ini puskesmas menjalin Kerjasama
dengan pihak ketiga yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
pengelolaan limbah medis. Limbah infeksius yang telah digunakan ditampung
dalam safety box yang sudah disiapkan dan disimpan di tempat yang aman, dan
secara berkala limbah-limbah infeksius tersebut akan diambil oleh pihak ketiga.
b. Limbah non infeksius
Limbah non Infeksius kegiatan imunisasi merupakan limbah yang
ditimbulkan setelah pelayanan Imunisasi yang tidak berpotensi menularkan
penyakit kepada orang lain, misalnya kertas pembungkus alat suntik serta kardus
pembungkus vaksin.
Pengelolaan limbah non infeksius dilakukan oleh petugas Kesehatan
Lingkungan puskesmas.

8. Pemantauan dan Evaluasi


a. Pemantauan
Salah satu fungsi penting dalam manajemen program adalah pemantauan. Dengan
pemantauan kita dapat menjaga agar masing- masing kegiatan sejalan dengan
ketentuan program. Ada beberapa alat pemantauan yang dimiliki:
1) Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
2) Data Quality Self Assesment (DQS)
3) Effective Vaccine Management (EVM)
4) Supervisi suportif Surveilans KIPI
5) Recording and Reporting (RR)
6) Stock Management System (SMS)
7) Cold Chain Equipment System (CCES)
8) Survey cakupan imunisasi
b. Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui hasil ataupun proses kegiatan bila
dibandingkan dengan target atau yang diharapkan.

KEPALA PUSKESMAS MARGAJAYA

TITIM ADRIANINGSIH

Anda mungkin juga menyukai