Diskusi 1 Kriminologi 48
Diskusi 1 Kriminologi 48
Soal :
Diskusikan:
Jawaban :
Reaksi sosial formal terhadap kasus korupsi dilakukan oleh aparat penegak hukum meliputi
penghukuman dan pembinaan. Penghukuman yang dapat dilakukan oleh aparat kepolisian
yakni dengan menjatuhkan hukuman pidanan berupa denda dan kurungan penjara, setelah
dimasukan kedalam penjara para koruptor akan di bina oleh Lembaga Pemasyarakatan.
Namun fakta yang terjadi di Lapas Suka Miskin banyak sekali ruang sel tahanan yang tidak
sesuai dengan lapas-lapas yang lain, yang intinya sel tahanan bagi para koruptor lebih
mewah.
Menurut tanggapan saya pemberian hukuman yang dilakukan oleh aparat penegak keadilan
tidak memuaskan yakni menjatuhi hukuman berupa denda atau kurungan penjara akan
tetapi hukuman yang diberikan terkadang tidak setimpal dengan perbuatan yang telah
dilakukan seperti ada yang hanya dihukum 12 tahun penjara, dll padahal mereka ini
mengkorupsi uang rakyat yang jumlahnya sangat besar. Lalu untuk proses binaan warga LP
yang fasilitas dan perlakuannya kepada para narapidana koruptor dibedakan, seperti
fasilitas LP yang seperti hotel bintang 3 atau juga mereka mungkin ada yang diberikan
fasilitas berupa handpone dan televisi, bahkan para koruptor dapat pergi ke luar kota. Solusi
saya pihak LP dalam pengawasan narapidananya lebih diperketat atau para petugas LP
bisa memberikan beberapa kegiatan yang lain seperti memberikan buku, kitab suci, atau
kegiatan lainnya. Dan ada juga cara yang lebih membuat para koruptor tersiksa yakni
dimiskinkan harta kekayaannya, saat ini sedang terjadi jaman viral di sosial media, dimana
masyarakat dapat membuka sosial media secara luas dan bisa mengulik harta para koruptor
yang istrinya sering flexing atau pamer harta di sosmed.
Ijinkan saya mencoba mendiskusikan terhadap bagaimana bentuk penghukuman dan pembinaan
sebagai perwujudan reaksi sosial formal atas kejahatan korupsi yang terjadi di Indonesia saat ini
tentu belum berjalan dengan maksimal walaupun sudah banyak tangkapan terhadap pelaku Tipikor (
tindak pidana korupsi) yang di lakukan oleh pihak kepolisian ataupun KPK. Dalam hal Tipikor ini tentu
kita harus melihat bahwa bukan terjadi karena pendidikan akademis yang kurang namun dari
pendidikan moral yang sungguh memprihatinkan, kita sepakati terlebih dahulu bahwa korupsi hanya
bisa dilakukan oleh oknum pemegang andil kekuasaan dalam pemerintahan yang tidak menjalankan
amanh sesuai dengan undang-undang, Jadi pendidikan tinggi penting namun moral dan etika dalam
berprilaku sungguh lebih penting dalam hal ini, integritas hanya sebuah kata yang usang jika semua
berujung dengan kesempatan melakukan korupsi dalam pekerjaannya. Contoh diatas juga membuat
kita sebagai masyarakat geram, bukan membantu masyarakat namun memperkaya diri dengan
proyek yang menguntungkan pribadi dan melakukan tindakn yang sudah dilanggar dalam undang-
undang pun tidak di indahkan. Menurut saya karena hukuman yang dijatuhkan tidak maksimal dari
apa yang didapat oleh oknum korupsi tersebut membuat masih banyak oknum yang berani
mencoba-coba untuk melakukan korupsi. Sempat ada wacana tentang hukuman mati jika terbukti
secara sah dan meyakinkan oknum korup tidak dapat dilaksanakan dikarenakan tidak sesuai dengan
HAM sampai mengembalikan atau memiskinkan mereka dari prilaku korupsi pun kurang berjalan
dengan maksimal. Ini menuntut pemerintah dalam hal ini lebih bekerja banyak dalam hal
perundang-undangan untuk semua kasus korupsi agar bangsa terbebas dari korupsi. Mengenai hal
apa yang ditawarkn menurut kami untuk hal korupsi pemerintah bersama dengan DPR yang
membuat undang-undang harus tegas dalam membuat undang-undang dalam tindak pidana korupsi
ini, dengan hukuman mati atau memiskinkan dan mengembalikan aset kepda negara dari semua
yang telah didapat dan harus di cek semua yang terlibat tanpa kecuali keluarga dan orang-orang
yang bekerja dirumah sekalipun, harus ada produk hukum yang lebih tegas lagi dalam hal ini. Dan
khusu bagi anggota legislatif yang dalam rekm jejak pernah melakukan korupsi atau residivis tidak
diperbolehkan lagi untuk mencalonkan diri dari partai manapun tanpa kompromi.
Namun demikian, penghukuman dan pembinaan perlu dilakukan secara adil dan
proporsional, dengan memperhatikan hak asasi manusia dan keadilan bagi semua
pihak yang terlibat.
Selain itu, perlu juga dilakukan reformasi sistemik dalam pencegahan dan
penindakan korupsi, seperti meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan
partisipasi publik dalam pengelolaan keuangan negara.
Sebuah studi oleh Pusat Studi Antikorupsi (PUSAK) Universitas Gadjah Mada
menunjukkan bahwa upaya pencegahan korupsi yang efektif melibatkan seluruh
elemen masyarakat, termasuk pemerintah, masyarakat sipil, dan swasta.
Selain itu, diperlukan peran aktif dari lembaga-lembaga penegak hukum dan
pengawas, seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), agar dapat melaksanakan
tugas dan wewenangnya secara profesional dan independen.
1. Penegakan hukum yang tegas dan adil terhadap para pelaku korupsi, termasuk
melalui peningkatan kualitas penyidikan dan pengadilan, serta pemberian sanksi
yang memadai.
Terima kasih.