Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DAN PENERAPANNYA


DALAM PEMBELAJARAN”

Dosen Pengampu:
INDAH SUKMAWATI, S.Pd,M.Pd

Disusun Oleh:

KELOMPOK 7
ANGGI PUTRA ARJUANA (22063027)
GISELLA INTAN DWI ARENTI (22063029)
LINGGA YULINO KURNIA (22063054)
NAUFAL ARZA PRATAMA (22063061)
FAREL FEBRIAN (22063069)
INDRA YONRIZUL (22073053)

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin. Segala puji beserta syukur kami ucapkan kepada Allah
Subhanahuwa ta’ala yang telah memberikan kemudahan kepada kami dalam menyusun
makalah yang berjudul “Pemrosesan Informasi Belajar”. Kemudian marilah kita bershalawat
kepada Nabi Muhammad Shalallahu’alayhi wasallam.

Makalah ini berisikan pemaparan materi pertemuan ke 8 pada kuliah psikologi Pendidikan yang
diampu oleh Ibuk INDAH SUKMAWATI, S.Pd,M.Pd. Dimana yang bertugas sebagaipenyaji
materi adalah kelompok 7 yang beranggotakan 6 orang.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki beberapa kekurangan karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami bersedia menerima kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca untuk menjadi bahan evaluasi pada penulisan
berikutnya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.

18 Oktober 2023

Kelompok 7

2
KELOMPOK 7
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 3
C. Tujuan .................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 4
A. Pengertian belajar menurut teori belajar behavioristik .................................. 4
B. Prinsip-prinsip belajar menurut teori belajar behavioristik ......................... 12
C. Penerapan dari teori belajar behavioristik dalam pembelajaran ................... 13
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 15
A. KESIMPULAN ..................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 16

3
KELOMPOK 7
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk
menghasilkan suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari bersikap buruk menjadi
bersikap baik, dari tidak terampil menjadi terampil. Sedangkan pembelajaran merupakan
suatu sistem yang membantu individu belajar dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Pada zaman sekarang ini, telah kita ketahui bahwa para pelajar khususnya mereka
yang menginjak usia remaja sering kali melakukan hal-hal yang tidak seharusnya dia
lakukan di usianya, seperti halnya merokok. Merokok pada saat ini nampaknya sudah
menjadi kebiasaan mereka yang sulit untuk dihindari. Hal tersebut dikarenakan faktor
lingkungan yang kurang baik. Oleh karena itu, guru di sekolah harusnya memberikan
pendidikan terhadap para pelajar bagaimana seharusnya mereka berprilaku dengan baik.
Dengan mempelajari teori Behavioristik, kita dapat mengetahui cara mengajar yang
baik agar para peserta didik tidak melenceng ke arah yang tidak seharusnya. Bahkan dalam
hal menghadapi peserta didik yang sudah menjadi perokok itu pun dapat kita ubah
perilakunya dengan memberikan pendidikan. Dalam hal ini, kita dapat melakukan
pendidikan dengan menggunakan teori Behavioristik. Untuk itu, mari kita pelajari
mengenai teori Behavioristik tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah Pengertian dari belajar menurut teori belajar behavioristik?
2. Bagaimana Prinsip-prinsip belajar menurut teori belajar behavioristik?
3. Apa saja Penerapan dari teori belajar behavioristik dalam pembelajaran?
C. TUJUAN
1. Menjelaskan Pengertian dari belajar menurut teori belajar behavioristik
2. Mampu memahami Prinsip-prinsip belajar menurut teori belajar behavioristik
3. Mampu menjelaskan Penerapan dari teori belajar behavioristik dalam pembelajaran

4
KELOMPOK 7
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang mempelajari tingkah laku
manusia.Menurut Desmita (2009:44) teoribelajar behavioristik merupakanteori belajar
memahami tingkah laku manusia yang menggunakan pendekatan objektif, mekanistik,
dan materialistik, sehingga perubahan tingkah laku pada diri seseorang dapat dilakukan
melalui upaya pengkondisian. Dengan kata lain, mempelajari tingkah laku seseorang
seharusnya dilakukan melalui pengujian dan pengamatan atas tingkah laku yang terlihat,
bukan dengan mengamati kegiatan bagian-bagian dalam tubuh. Teori ini mengutamakan
pengamatan, sebab pengamatan merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau
tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respons.
Seseorang dianggap telah belajar apabila dapat menunjukkan perubahan perilakunya.
Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output
yang berupa respons. Stimulus adalah sesuatu yang diberikan guru kepadasiswa,
sedangkan respons berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan
oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respons tidak penting
untukdiperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati
adalah stimulus dan respons, oleh karenaitu ,apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan
apa yang diterima oleh siswa (respons) harus dapat diamati dan diukur.
Teori behavioristik menekankan pada kajian ilmiah mengenai berbagai respon
perilaku yang dapat diamati dan penentu lingkungannya. Dengan kata lain, perilaku
memusatkan pada interaksi dengan lingkungannya yang dapat dilihat dan diukur. Prinsip-
prinsip perilaku diterapkan secara luas untuk membantu orang-orang mengubah
perilakunya ke arah yang lebih baik (King, 2010:15).Teori belajar behavioristik adalah
teori belajar yang menekankan pada tingkah laku manusia sebagai akibat dari interaksi
antara stimulus dan respon.Teori belajar behavioristik berpengaruh terhadap
pengembangan teori pendidikan dan pembelajaran yang dikenal dengan aliran

5
KELOMPOK 7
behavioristik.Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil
belajar.
Adapun Tokoh-tokoh dari teori behavioristik adalah
1. John B. Watson
Menurut Desmita (2009:44), behavioristik adalah sebuah aliran dalam pemahaman
tingkah laku manusia yang dikembangkan oleh John B. Watson (1878-1958), seorang
ahli psikologi Amerika pada tahun 1930, sebagai reaksi atas teori psikodinamika.
Perspektif behavioristik berfokus pada peran dari belajar dan menjelaskan tingkah laku
manusia.Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini bahwa tingkah laku
sepenuhnya ditentukan oleh aturan-aturan yang diramalkan dan dikendalikan. Menurut
Watson dan para ahli lainnya meyakini bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil
dari pembawaan genetis dan pengaruh lingkungan atau situasional.Tingkah laku
dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan yang tidak rasional.Hal ini didasari dari hasil
pengaruh lingkungan yang membentuk dan memanipulasi tingkah laku.
Manusia adalah makhluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktorfaktor
berasal dari luar.Salah satu faktor tersebut yairu faktor lingkungan yang menjadi
penentu dari tingkah laku manusia. Berdasarkan pemahaman ini, kepribadian individu
dapat dikembalikan kepada hubungan antara individu dan lingkungannya. Hal-hal yang
mempengaruhi perkembangan kepribadian individu semata-mata bergantung pada
lingkungan.Menurut teori ini, orang terlibat di dalam tingkah laku karena telah
mempelajarinya melalui pengalamanpengalaman terdahulu, menghubungkan tingkah
laku tersebut dengan hadiah-hadiah. Orang menghentikan tingkah laku, karena belum
diberi hadiah atau telah mendapatkanhukuman.Semua tingkah laku, baik bermanfaat
atau merusak merupakan tingkah laku yang dipelajari oleh manusia.
Menurut Watson (dalam Putrayasa, 2013:46), belajar sebagai proses interaksi
antara stimulus dan respons, stimulus dan respons yang dimaksud harus dapat diamati
dan dapat diukur. Oleh sebab itu seseorang mengakui adanya perubahan-perubahan
mental dalam diri selama proses belajar. Seseorang menganggap faktor tersebut
sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah
seorang behavioris murni, kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmuilmu lain
seperi fisika atau biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata,

6
KELOMPOK 7
yaitu sejauh dapat diamati dan diukur. Watson berasumsi bahwa hanya dengan cara
demikianlah akan dapat diramalkan perubahan-perubahan yang terjadi setelah
seseorang melakukan tindak belajar.
2. Ivan P. Pavlov
Paradigma kondisioning klasik merupakan karya besar Ivan P. Pavlov (1849-1936),
ilmuan Rusia yang mengembangkan teori perilaku melalui percobaan tentang anjing
dan air liurnya. Proses yang ditemukan oleh Pavlov, karena perangsang yang asli dan
netral atau rangsangan biasanya secara berulang-ulang dipasangkan dengan unsur
penguat yang menyebabkan suatu reaksi. Perangsang netral disebut perangsang
bersyarat atau terkondisionir, yang disingkat dengan CS (conditioned stimulus).
Penguatnya adalah perangsang tidak bersyarat atau US (unconditioned stimulus).
Reaksi alami atau reaksi yang tidak dipelajari disebut reaksi bersyarat atau CR
(conditioned response). Pavlov mengaplikasikan istilah-istilah tersebut sebagai suatu
penguat.Maksudnya setiap agen seperti makanan,yang mengurangi sebagaian dari
suatu kebutuhan. Dengan demikian dari mulut anjing akan keluar air liur (UR) sebagai
reaksi terhadap makanan (US). Apabila suatu rangsangan netral, seperti sebuah bel atau
genta (CS) dibunyikan bersamaan dengan waktu penyajian maka peristiwa ini akan
memunculkan air liur (CR) (Desmita, 2005:55)
Teori belajar pengkondisian klasik merujuk pada sejumlah prosedur pelatihan
karena satu stimulus dan rangsangan muncul untuk menggantikan stimulus lainnya
dalam mengembangkan suatu respon.Prosedur ini disebut klasik karena prioritas
historisnya seperti dikembangkan Pavlov. Kata clasical yang mengawali nama teori ini
semata-mata dipakai untuk menghargai karya Pavlov yang dianggap paling dahulu
dibidang conditioning (upaya pengkondisian) dan untuk membedakannya dari teori
conditioning lainnya. Perasaan orang belajar bersifat pasif karena untuk mengadakan
respon perlu adanya suatu stimulus tertentu, sedangkan mengenai penguat menurut
pavlov bahwa stimulus yang tidak terkontrol (unconditioned stimulus) mempunyai
hubungan dengan penguatan. Stimulus itu yang menyebabkan adanya pengulangan
tingkah laku dan berfungsi sebagai penguat (Zulhammi, 2015).

3. B.F. Skinner

7
KELOMPOK 7
Skinner adalah seorang psikolog dari Harvard yang telah berjasa mengembangkan
teori perilaku Watson.Pandangannya tentang kepribadian disebut dengan behaviorisme
radikal.Behaviorisme menekankan studi ilmiah tentang respon perilaku yang dapat
diamati dan determinan lingkungan.Dalam behaviorisme Skinner, pikiran, sadar atau
tidak sadar, tidak diperlukan untuk menjelaskan perilaku dan perkembangan. Menurut
Skinner, perkembangan adalah perilaku. Oleh karena itu para behavioris yakin bahwa
perkembangan dipelajari dan sering berubah sesuai dengan pengalamanpenglaman
lingkungan. Untuk mendemontrasikan pengkondisian operan di laboratorium, Skinner
meletakkan seekor tikus yang lapar dalam sebuah kotak, yang disebut kotak Skinner.
Di dalam kotak tersebut, tikus dibiarkan melakukan aktivitas, berjalan dan menjelajahi
keadaan sekitar. Dalam aktivitas itu, tikus tanpa sengaja menyentuh suatu tuas dan
menyebabkan keluarnya makanan. Tikus akan melakukan lagi aktivitas yang sama
untuk memperoleh makanan, yakni dengan menekan tuas. Semakin lama semakin
sedikit aktivitas yang dilakukan untuk menyentuh tuas dan memperoleh makanan.
Disini tikus mempelajari hubungan antara tuas dan makanan. Hubungan ini akan
terbentuk apabila makanan tetap merupakan hadiah bagi kegiatan yang dilakukan tikus
(Desmita. 2005:57).
Kondisioning operan juga melibatkan proses-proses belajar dengan menggunakan
otot-otot secara sadar yang memunculkan respons yang diikuti oleh pengulangan untuk
penguatan. Tetapi hal ini masih dipengaruhi oleh rangsangrangsang yang ada dalam
lingkungan, yakni kondisi dan kualitas serta penguatan terhadap rangsangnya
mempengaruhi jawaban-jawaban yang akan diperlihatkan. Oleh sebab itu, penguatan
pengulangan rangsang-rangsang diperlihatkan sesuatu jawaban tingkah laku yang
diharapkan merupakan hal penting pada kondisioning operan.Agar suatu jawaban atau
tingkah laku yang baru dapat terus diperlihatkan, diperlukan penguatan rangsangan
sekunder atau melalui penguatan rangsangan yang terencana.
Konsep-konsep dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep
para tokoh sebelumnya. Skinner menjelaskan konsep belajar secara sederhana, tetapi
lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respons yang
terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, kemudian menimbulkan perubahan
tingkah laku yang tidak sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh sebelumnya.

8
KELOMPOK 7
Menurutnya respons yang diterima seseorang tidak sesederhana demikian, karena
stimulusstimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus
tersebut yang mempengaruhi respons yang dihasilkan. Respons yang diberikan ini
memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi tersebut nantinya
mempengaruhi munculnya perilaku. Oleh karena itu,dalam memahami tingkah laku
seseorang secara harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya,
serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang
timbul akibat respons tersebut. Skinner juga mengemukakan dengan menggunakan
perubahan-perubahan mental sebagai alat menjelaskan tingkah laku yang hanya
menambah rumitnya masalah, sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan.
4. Edwin Ray Guthrie (1886 – 1959)
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti yaitu Contiguity dapat
diartikan sebagai rangkaian peristiwa, hal-hal atau benda-benda yang terus saling
berkait antara satu dengan lainnya. Teori ini dikembangkan oleh Edwin Ray Guthrie
(1886-1956). Guthrie menegaskan bahwa kombinasi stimulus yang muncul
bersamaan dengan satu gerakan tertentu, sehingga belajar adalah konsekuensi dari
asosiasi antara stimulus dan respon tertentu (Hitipew, 2009)

Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk


menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang
dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat
terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang
dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan
respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar pesertadidik perlu
sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih
kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang
peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat
akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.

5. Clark L. Hull (1884-1952)

Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon

9
KELOMPOK 7
untukmenjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori
evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah
lakubermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh
sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan
biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh
kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir
selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul
mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam
teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Gredler, 1991).
Prinsip-prinsip utama teorinya :
• Reinforcement adalah faktor penting dalam belajar yang harus ada. Namun fungsi
reinforcement bagi Hull lebih sebagai drive reduction daripada satisfied factor.
• Dalam mempelajari hubungan S-R yang diperlu dikaji adalah peranan dari
intervening variable (atau yang juga dikenal sebagai unsur O (organisme). Faktor
O adalah kondisi internal dan sesuatu yang disimpulkan (inferred),

efeknya dapat dilihat pada faktor R yang berupa output. Karena pandangan ini
Hull dikritik karena bukan behaviorisme sejati.
• Proses belajar baru terjadi setelah keseimbangan biologis terjadi. Di sini tampak
pengaruh teori Darwin yang mementingkan adaptasi biologis organisma.
• Hypothetico-deductive theory
Adalah teori belajar yang dikembangkan Hull dengan menggunakan metode
deduktif. Hull percaya bahwa pengembangan ilmu psikologi harus didasarkan
pada teori dan tidak semata-mata berdasarkan fenomena individual (induktif).
Teori ini terdiri dari beberapa postulat yang menjelaskan pemikirannya tentang
aktivitas otak, reinforcement, habit, reaksi potensial, dan lain sebagainya
(Lundin, 1991).

6. Albert Bandura (1925)


Bandura lahir di Canada, memperoleh gelar Ph. D dari University of Iowa dan
kemudian mengajar di Stanford University. Sebagai seorang behaviorist, Bandura
menekankan teorinya pada proses belajar tentang respon lingkungan. Oleh karenanya

10
KELOMPOK 7
teorinya disebut teori belajar sosial, atau modeling. Prinsipnya adalah perilaku
merupakan hasil interaksi resiprokal antara pengaruh tingkah laku, koginitif dan
lingkungan. Singkatnya, Bandura menekankan pada proses modelingsebagai sebuah
proses belajar.
Inti utama dalam teori ini adalah bahwa dalam belajar tidak hanya ada
reinforcement dan punishment saja, namun menyangkut perasaan dan pikiran. Teori
belajar sosial menyatakan tentang pentingnya manusia dalam proses belajar,yang
disebutnya dengan sebutan proses kognitif. Faktor-faktor yang berproses dalam
belajar observasi adalah: 1) perhatian, mencakup peristiwa peniruan dan

karakteristik pengamat; 2) penyimpanan atau proses mengingat, mencakup kode


pengkodean simbolik; 3) reproduksi motorik, mencakup kemampuan fisik,
kemampuan meniru, keakuratan umpan balik; 4) motivasi, mencakup dorongan
dari luar dan penghargaan terhadap diri sendiri (Kusmintardjo dan Mantja,
2011).Teori utama :
a. Observational learning atau modeling adalah faktor penting dalam proses
belajar manusia.
b. Dalam proses modeling, konsep reinforcement yang dikenal adlaah vicarious
reinforcement, reinforcement yang terjadi pada orang lain dapat memperkuat
perilaku individu. Self-reinforcement, individu dapat memperoleh
reinforcement dari dalam dirinya sendiri, tanpa selalu harus adaorang dari luar
yang memberinya reinforcement.
c. Menekankan pada self-regulatory learning process, seperti self-judgement,
self-control, dan lain sebagainya.
d. Memperkenalkan konsep penundaan self-reinforcement demi kepuasan yang
lebih tinggi di masa depan

B. Prinsip-prinsip belajar menurut teori belajar behavioristik

Teknik Behaviorisme telah digunakan dalam pendidikan untuk waktu yang lama
untuk mendorong perilaku yang diinginkan dan untuk mencegah perilaku yang tidak
diinginkan.

11
KELOMPOK 7
• Stimulus dan Respons
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya alat peraga,
gambar atau charta tertentu dalam rangka membantu belajarnya. Sedangkan
respons adalah reaksi siswa terhadap stimulus yang telah diberikanoleh guru
tersebut, reaksi ini haruslah dapat diamati dan diukur.
• Reinforcement (penguatan)
Konsekuensi yang menyenangkan akan memperkuat perilaku disebut penguatan
(reinforcement) sedangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan akan
memperlemah perilaku disebut dengan hukuman (punishment).
1) Penguatan positif dan negatif
Pemberian stimulus positif yang diikuti respon disebut penguatan positif.
Sedangkan mengganti peristiwa yang dinilai negatif untuk memperkuatperilaku
disebut penguatan negatif
2) Penguatan primer dan sekunder
Penguat primer adalah penguatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
fisik. Sedangkan penguatan sekunder adalah penguatan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan non fisik.
3) Kesegeraan memberi penguatan (immediacy)
Penguatan hendaknya diberikan segera setelah perilaku muncul karena akan
menimbulkan perubahan perilaku yang jauh lebih baik dari pada pemberian
penguatan yang diulur-ulur waktunya.
4) Pembentukan perilaku (Shapping)
Menurut skinner untuk membentuk perilaku seseorang diperlukan langkah-
langkah berikut :
a. Mengurai perilaku yang akan dibentuk menjadi tahapan-tahapan yang lebih
rinci;
b. menentukan penguatan yang akan digunakan;
c. Penguatan terus diberikan apabila muncul perilaku yang semakin dekat
dengan perilaku yang akan dibentuk.
5) Kepunahan (Extinction)
Kepunahan akan terjadi apabila respon yang telah terbentuk tidak mendapatkan

12
KELOMPOK 7
penguatan lagi dalam waktu tertentu.

C. Penerapan teori belajar behavioristik dalam pembelajaran


Penerapan Teori Belajar Behaviorisme dalam Pembelajaran (Studi Pada Anak)
Aliran psikologi belajar yang memberikan kontribusi besar terhadap arah pengembangan
teori dan praktek pembelajaran hingga kini adalah aliran teori behaviorisme. Teori belajar
behaviorisme ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil
belajar pada anak. Teori belajar behaviorisme yang menekankan adanya hubungan antara
stimulus dengan respon memiliki arti penting bagi anak untuk meraih keberhasilan dalam
belajar. Penerapannya adalah seorang guru hendaknya banyak memberikan rangsangan
(stimulus) kepada anak dalam pembelajaran sehingga anak dapat merespon secara positif
apalagi ketika didukung dengan adanya hadiah (reward) yang berfungsi sebagai penguatan
terhadap respon yang telah ditunjukkan oleh anak. Menurut Mukinan dalam (Irwan, 2015),
mengemukakan bahwa dalam pembelajaran ada beberapa prinsip umum yang harus
diperhatikan berdasarkan teori belajar behaviorisme ini, antara lain:
1. belajar adalah perubahan tingkah laku. Seorang anak dikatakan telah belajar jika
anak tersebut menunjukkan perubahan tingkah laku,
2. dalam belajar diperlukan adanya stimulus dan respon,
3. dibutuhkan reinforcement (penguatan) dalam pembelajaran karena penguatan ini
merupakan faktor yang dapat menguatkan timbulnya respon. Sebuah respon akan
semakin kuat apabila penguatan baik dalam bentuk positif dan negatif ditambah.

Penerapan teori belajar behaviorisme dalam pembelajaran agar tercapai tujuan secara
maksimal, ada dua hal yang perlu dipersiapkan oleh guru, yaitu:
(1) Menganalisis kemampuan awal dan karakteristik anak; agar anak memiliki
sejumlah kompetensi sebagaimana yang telah ditetapkan dalam standar
kompetensi dasar, maka perlu kiranya agar dianalisis kemampuan awal dan
karakteristiknya karena akan ada beberapa manfaat yang diperoleh guru jika
melaksanakan hal tersebut, antara lain:
a) guru akan memperoleh gambaran yang terperinci mengenai kemampuan awal
seorang anak yang nantinya akan berfungsi sebagai prasyarat bagi bahan baru
yang akan disampaikan,

13
KELOMPOK 7
b) guru akan mendapatkan gambaran dan jenis pengalaman yang telah dimiliki anak,
sehingga dapat memberikan bahan yang lebih relevan dan mudah dipahami oleh
anak,
c) guru dapat mengetahui sosio-kultural anak termasuk latar belakang keluarga,
ekonomi, dan lain-lain,
d) guru dapat mengetahui kebutuhan anak, mengetahui tingkat pertumbuhan dan
perkembangan anak, serta mengetahui tingkat penguasaan yang sebelumnya telah
diperoleh anak.
(2) Merencanakan materi pembelajaran yang akan diajarkan kepada anak; untuk
dapat memberikan layanan pembelajaran kepada semua kelompok siswa/anak,
guru setidaknya menggunakan dua pendekatan yaitu:
a) Anak menyesuaikan diri terhadap materi yang akan diberikan dengan cara guru
memberikan tes dan pengelompokan (tes dilakukan sebelum anak mengikuti
pembelajaran),
b) materi pembelajaran disesuaikan dengan keadaan anak. Kemudian, atas dasar
hasil analisis kemampuan awal siswa melalui tes tersebut, guru dapat
menganalisis tingkat persentase penguasaan materi pembelajaran dengan
membaginya menjadi dua yaitu sebagian anak yang sudah paham dan sebagian
anak yang belum paham terkait materi.

Selanjutnya, rencana strategis yang dapat dilakukan oleh guru terkait masalah tersebut
yaitu bagi anak yang sudah mengetahui materi, maka bisa dilakukan pembelajaran dalam
bentuk ko-kurikuler yaitu anak diminta menalaah dan membahas secara kelompok dan
mempersentasekan hasilnya sedangkan bagi anak yang belum mengetahui materi, maka
guru hendaknya menjelaskan sepenuhnya kepada anak di dalam kelas.

BAB IIIs
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Teori Behavioristik merupakan teori belajar yang sangat menekankan perilaku atau tingkah
laku yang dapat diamati. Menurut teori Behavioristik, belajar merupakan perubahan dalam

14
KELOMPOK 7
tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons. Tokoh aliran
Behavioristik ini yang sangat terkenal yaitu Thorndike dengan “Koneksionisme”, menurut
teori ini tingkah laku manusia tidak lain dari suatu hubungan antara perangsang-jawaban atau
stimulus-respons. Pavlov dan Watson dengan “Conditioning”, menurut teori ini belajar
merupakan suatu upaya untuk mengkondisikan pembentukan suatu perilaku atau respons
terhadap sesuatu. Skinner dengan “Operant Conditioning”, yaitu tipe perilaku belajar yang
dipengaruhi oleh adanya penguatan-penguatan.
Untuk itu Kebijakan Pendidikan yang bersifat behavioristik tidak sepenuhnyatidak baik.
Untuk mewujudkannya Pemerintah perlu melihat kenyataan dilapangan, untuk mengadakan
pendekatan inovatif untuk diupayakan keterlaksanaannya dalam proses pembelajaran. Namun
kesiapan dari berbagai unsur sistem pendidikan menjadi faktor penentunya. Oleh karena itu,
kebijakan pendidikan yang relevan dengan tuntutan perubahan harus didukung oleh semua
pelaku pendidikan termasuk komponen pendidikan yang lain.
Dengan demikian, maka tujuan dari teori behavioristik ini sebenarnya adalah untuk
menghilangkan tingkah laku yang salah dan membentuk tingkah laku baru yang dipengaruhi
oleh lingkungan.

15
KELOMPOK 7
DAFTAR PUSTAKA
Nahar, N. I. (2016) Penerapan teori belajar behavioristik dalam proses pembelajaran.

NUSANTARA: jurnal ilmu pengetahuan sosial, 1(1).


Asfar, A. M. I. T., Asfar, A. M. I. A., & Halamury, M. F. (2019). Teori Behaviorisme. Makasar:
Program Doktoral Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Makassar.
Irwan. (2015). Teori Belajar Aliran Behavioristik Serta Implikasinya dalam Pembelajaran
Improvisasi Jazz. Jurnal PPKn Dan Hukum, 10(2), 95–117.

16
KELOMPOK 7

Anda mungkin juga menyukai