Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HADIST AHKAM A
”HADIST TENTANG SYARAT-SYARAT NIKAH”
Dosen pengampu: Munirah, M. Hum

Penyusun : Kelompok 7
Anggota :-Ahmada Amin
-Muhammad Misrani
Lokal : A/1

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


RASYIDIYYAH KHALIDIYYAH (RAKHA) AMUNTAI
PRODI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirabbil ‘alamin, Segala Puji dan Syukur Kehadirat Allah SWT


Yang mana Berkat Limpahan Rahmat dan Karunia-Nyalah Kami dapat
menyelesaikan tugas Makalah hadist ahkam ini dengan materi “Hadist Syarat-syarat
nikah ”.
Shalawat serta Salam tak lupa juga selalu kita haturkan keharibaan junjungan
kita Nabi Besar Muhammad SAW, Berkat Kegigihan dan Kerja keras beliaulah, kita
terhindar dari Zaman kebodohan Dan Menapaki Zaman penuh ilmu pengetahuan.
Kami meminta maaf yang sebesar-besarnya jikalau nanti didalam makalah ini
terdapat kekeliruan dan kekhilafan yang disengaja maupun tidak disengaja karena
sesungguhnya yang baik itu datangnya dari Allah SWT dan yang buruk itu datangnya
dari kami semata. Terima kasih.
Wassalmualaikum warahmatulaahi wabarakaatuh.

Amuntai, September 2019

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
a. Latar Belakang ............................................................................................. 1
b. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 2
a. Memenuhi Persyaratan Dalam Nikah .......................................................... 2
b. Analisa Hadis ............................................................................................... 4
c. Janda Harus Berbicara, Sedangkan Gadis Cukup Dengan Diam Dalam Masalah
Nikah............................................................................................................ 5
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dalam setiap masyarakat sepanjang sejarah umat Islam, anak-anak yatim,
orang-orang yang kurang akal juga anak-anak yang terbelakang diperlakukan secara
tidak wajar, bahkan dianiaya. Orang yang memperturutkan hawa nafsunya, termasuk
kaum kerabat telah meyalahgunakan harta orang-orang yang malang ini. Dalam
masyarakat Jahiliyah sebelum Islam, kasus penyelewengan dan penggelapan itu
cukup merajalela. Itulah masyarakat di mana kekuatan adalah kebenaran dan hukum
yang lazim didapat hanyalah hukum rimba. Akibatnya, para wali yang ditunjuk dari
antara anggota keluarga anak-anak yatim, orang-orang yang lemah pikiran serta
terbelakang, justru merekalah yang selalu melahap hak milik orang-orang nestapa ini.
Dengan diperkenalkannya Islam yang memberikan perhatian khusus guna
melindungi kepentingan mereka yang melarang ini maka ditetapkanlah ketentuan
untuk mengurangi rongrongan yang pada umumnya mengeksploatasi pribadi dan
harta mereka. Dalam syariat, tidak diperlukan adanya penunjukkan seseorang yang
mampu untuk bertindak sebagai seorang wali secara formal.

B. Rumusan masalah
a. Apa saja yang memenuhi persyaratan dalam nikah?
b. Bagaimana kedudukan dan jenis mahar dalam pernikahan serta hukumnya?
c. Bagaimana kedudukan perwalian dalam nikah itu?
d. Bagaimana perbedaan izin dan persetujuan dalam nikah antara gadis dengan
janda?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Memenuhi Persyaratan Dalam Nikah

ْ ‫ ا َ َح ُّق الس ُُّر ْو ِط‬.‫سلَّ َم‬


‫ان ت ُ ْوفُ ْوا ِب ِه‬ َ ‫صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:َ‫ى هللاُ َع ْنهُ قَال‬
َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ ِ ‫ع ْق َبةَ ب ِْن َعا ِم ٍر َر‬
َ ‫ض‬ ُ ‫ْث‬ ُ ‫ّح ِدي‬
‫ ِب ِه ْالفُ ُر ْو َج‬. ‫َماا ْستَحْ لَ ْلت ُ ْم‬
Artinya:
“Hadis ‘Uqbah bin Amir ra. di mana ia berkata: “Rasulullah Saw bersabda:
“Syarat yang paling berhak untuk dipenuhi adalah apa yang menyebabkan kemaluan
itu menjadi halal (yakni maskawin).1
Menurut bahasa nikah yaitu mengumpulkan, menggabungkan, menjodohkan
atau bersenggama. Sedangkan menurut istilah kawin ialah ikatan lahir batin antara
seorang pria dan wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Ijab
adalah suatu pernyataan berupa penyerahan dari seseorang wali perempuan atau
wakilnya kepada seorang laki-laki dengan kata-kata tertentu maupun syarat dan rukun
yang telah ditentukan oleh syara’. Qabul adalah suatu pernyataan penerimaan oleh
pihak laki-laki terhadap pernyataan wali perempuan atau wakilnya sebagaimana
maksud di atas.2
Mahar adalah pemberian calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita,
baik berbentuk barang, uang atau jasa yang tidak bertentangan dengan hukum Islam.
hukumnya wajib bagi laki-laki memberi mahar (maskawin) kepada wanita calon
isterinya, baik berupa uang, barang maupun jasa.
Sebagaimana difirman Allah SWT:
ً ‫َشء مِّنْ ُه َن ْف ًسا فَ ُُكُوهُ َهن‬
ً ‫ِّيئا َّمر‬ َ َ ُ َ َْ َ ًَْ َ ُ َ َ َ ُ
‫يئا‬ِّ ٍ ْ ‫اء صدقات ِّ ِّه َّن ِِّنلة ًۚ فإِّن طِّْب لك ْم عن‬ ‫َوآتوا النِّس‬

1
Fuad, M. Baqi Abdul, Al-Lu’lu wal Marjan, (TT: al-Ridha: Semarang, 1993), hal. 224
2
Zuhdi Mahoor, Memahami Hukum Perkawinan (NIkah, Talak, Cerai dan Rujuk), (TT: Al-Bayaat, 1994), hal. 40

2
Artinya:
“Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai
pemberian dengan penuh kerelaan. (QS. An-Nisa’: 4).
Adapun rukun perkawinan menurut Islam adalah :
a. Calon pengantin pria
b. Calon pengantin perempuan
c. Wali nikah
d. Dua orang saksi
e. Sighat (akad)
f. Ijab dan kabul.
Sedangkan syarat-syarat perkawinan adalah Untuk calon pengantin pria syaratnya:
a. Beragama Islam
b. Laki-laki (bukan banci)
c. Tertentu/ jelas orangnya.
d. Tidak terkena halangan perkawinan.
e. Cakap bertindak hukum untuk hidup berumah tangga.
f. Tidak sedang mengerjakan haji atau umrah.
g. Belum mempunyai empat orang isteri.
Untuk calon pengantin perempuan, syaratnya:
a. Beragama Islam (dulu termasuk wanita ahli kitab).
b. Perempuan (bukan banci).
c. Tertentu/ jelas orangnya.
d. Dapat diminta persetujuan.
e. Tidak terkena halangan perkawinan
f. Di luar iddah (bagi janda).
g. Tidak sedang mengerjakan haji atau umrah
Untuk wali, syaratnya:

3
a. Beragama Islam
b. Laki-laki
c. Adil (tidak fasiq)
d. Mempunyai hak atas perwaliannya
e. Tidak terkena halangan menjadi wali
f. Tidak sedang mengerjakan haji atau umrah
Untuk saksi, syaratnya:
a. Dua orang laki-laki
b. Beragama Islam
c. Mengerti maksud akad perkawinan
d. Hadir pada saat ijab Kabul berlangsung.

B. Analisa Hadis
Seluruh mazhab sependapat bahwa akad dengan menggunakan bahasa non-arab
adalah sah bila yang bersangkutan tidak bisa melakukannya dalam bahasa arab. Akan
tetapi terdapat perbedaan pendapat apabila dia bisa melakukannya. Hanafi, Maliki,
dan hambali menyatakan sah, sedangkan Syafi’I memandangnya tidak sah, demikian
pula mazhab Imamiyah. Imamiyah, Hambali dan Syafi’I berpendapat akad dengan
tulisan tidak sah. Hanafi menyatakannya sah manakala orang yang dilamar dan
melamar tidak berada di satu tempat (yang sama). Semua mazhab sependapat bahwa
orang bisu cukup dengan memberikan isyarat secara jelas yang menunjukkan maksud
nikah, manakala dia tidak pandai menulis. Sedangkan mahar merupakan suatu
pemberian dalam perkawinan dari mempelai lelaki kepada mempelai perempuan dan
khusus menjadi harta miliknya sendiri. Pembayaran mahar oleh pihak suami
sebaiknya sesuai dengan permintaan si isteri, karena dialah yang menjadi pemilik
harta tersebut dalam perkawinannya, meskipun sebelum ia tak memiliki hak apapun.
Tujuan mahar diberikan adalah sebagai tanda penghormatan kepadanya. Mahar harus
dibayarkan baik pada waktu perlaksanaan pernikahan itu ataupun sesudahnya. Dalam

4
hal ini jumlah mahar itu tergantung pada keadaan pihak suami serta kedudukan si
isteri. Jelaslah bahwa mahar itu dapat ditentukan (bentuk atau jumlahnya) atau juga
bisa ditetapkan. Mahar yang ditentukan merupakan jumlah yang disepakati kedua
belah pihak pada saat perkawinan atau sesudahnya, itulah yang sebaiknya. Dan
jelaslah bahwa maskawin itu merupakan suatu unsure penting dalam pernikahan yang
Islami yang tanpanya maka ikatan perkawinan itu tidak sempurna.

C. Janda Harus Berbicara, Sedangkan Gadis Cukup Dengan Diam Dalam Masalah
Nikah
Hadis Pertama:
. َ‫ َو ََلتُ ْن َك ُح ْالبِ ْك ُر َحتَّى ت ُ ْست َأ ْ ذَن‬,‫ ََلت ُ ْن َك ُح ْاْل َ ِيِّ ُم َحتَّى ت ُ ْستَأ ْ َم َر‬:َ‫سلَّ ِم قَال‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫ى‬ ُ ‫َح ِدي‬
َّ ِ‫ ا َ َّن النَّب‬,َ ‫ْث اَبِى ه َُري َْرة‬
َ‫ ا َ ْن ت َ ْس ُكت‬:َ‫ْف اِذْنُ َها؟ قَال‬َ ‫س ْو َل هللاِ! َو َكي‬ َ َ‫ ي‬:‫قَالُ ْوا‬.
ُ ‫ار‬

Artinya:“Hadis Abu Hurairah, bahwasanya Nabi Saw bersabda: “Janda tidak


bisa dinikahkan sehingga ia diminta persetujuannya, dan gadis tidak bisa dinikahkan
sehingga ia diminta izinnya”. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana
(tanda) izin itu?”. Beliau bersabda: “Bila gadis itu diam.”
Hadis Kedua:
‫ فَإ ِ َّن‬: ُ‫ قُ ْلت‬,‫ نَعَ ْم‬:َ‫ضا ِع ِه َّن؟ قَال‬ َ ِِّ‫س ْو َل هللاِ! يُ ْست َأ ْ َم ُرالن‬
َ ‫سا ُء فَى ا َ ْب‬ َ َ‫ قُ ْلتُ ي‬: ُ‫ قُ ْلت‬,‫ى هللاُ َع ْن َها‬
ُ ‫ار‬ ِ ‫شةَ َر‬
َ ‫ض‬ َ ِ‫ْث َعائ‬ ُ ‫َحدي‬
ُ :َ‫ قَال‬, ُ‫البِ ْك َرت ُ ْست َأ ْ َم ُر فَتَ ْست َِحى فَت َ ْس ُكت‬.
‫سكَات ُ َها اذْنُ َها‬ ْ

Artinya:“Hadis Aisyah ra. di mana ia berkata:”Saya bertanya: “Wahai


Rasulullah, apakah para wanita itu dimintai persetujuan dalam perkawinan mereka?”.
Beliau menjawab: “Ya”. Saya berkata: “Sesungguhnya gadis itu bila dimintai
persetujuan, ia akan malu lalu diam”. Beliau bersabda: “Diamnya itu menunjukkan
izin (persetujuan)nya”.

5
Suatu ketentuan hukum bahwa wali dapat dipaksakan kepada orang lain sesuai
dengan bidang hukumnya. Ada wali yang umum dan ada yang khusus. Wali yang
khusus adalah yang berkenaan dengan manusia dan harta benda.3
Wali nikah ada empat macam yaitu:
1. Wali Nasab
Wali nasab adalah wali nikah karena ada hubungan nasab dengan wanita yang
akan melangsungkan pernikahan. Wali nasab dibagi dua yaitu wali aqrab (dekat) dan
wali ab’ad (jauh). Dalam urutan diatas yang termasuk wali aqrab adalah wali nomor
urut 1, sedangkan nomor 2 menjadi wali ab’ad. Jika nomor 1 tidak ada, maka nomor
2 menjadi wali aqrab, dan nomor 3 menjadi wali ab’ad dan seterusnya.
Adapun perpindahan wali aqrab kepada wali ab’ad adalah apabila wali
aqrabnya non muslim, fasik, belum dewasa, gila, dan bisu/ tuli.
2. Wali Hakim
Wali hakim adalah wali nikah dari hakim atau qadli. Adanya wali hakim
apabila terjadi hal-hal sebagai berikut:
1. Tidak ada wali nasab.
2. Tidak cukup syarat-syarat pada wali aqrab atau wali ab’ad
3. Wali aqrab gaib atau pergi dalam dua hari perjalanan.
4. Wali aqrab dipenjara dan tidak bisa ditemui.
5. Wali aqrab adol
6. Wali aqrabnya berbelit-belit (mempersulit)
7. Wali aqrabnya sedang ihram.
8. Wali aqrabnya sendiri yang akan menikah
9. Wanita yang akan dinikahkan gila, tetapi sudah dewasa dan wali mujbir tidak ada.

3
Aminuddin, Fiqh Munakahat, (TT: Pustaka Setia, 1999), hal. 83

6
3. Wali Tahkim
Wali Tahkim yaitu wali yang diangkat oleh calon suami dan atau calon isteri.
Wali tahkim terjadi apabila wali nasab tidak ada, gaib (berpergian jauh), dan tidak
ada Qadi atau pegawai pencatat nikah, talak, dan rujuk (NTR).
4. Wali Maula
Wali maula yaitu wali yang menikahkan budaknya, artinya majikannya sendiri.
Laki-laki boleh menikahkan perempuan yang berada dalam perwaliannya, bilamana
perempuan itu rela menerimanya. Malik berkata, “Andaikata seorang janda berkata
kepada walinya, nikahkanlah aku dengan lelaki yang engkau sukai oleh perempuan
yang bersangkutan, maka sahlah nikahnya walaupun calon suaminya itu tidak dikenal
sebelumnya. Pendapat senada juga disebutkan oleh Hanafi, Lais Sauri, dan Auza’i.
Sedang Syafi’I berkata, “Yang menikahkannya haruslah hakim atau walinya
yang lain, baik setingkat dengan dia atau lebih jauh. Sebab wali termasuk syarat
pernikahan. Jadi, pengantin tidak boleh menikahkan dirinya sendiri sebagaimana
penjual yang tidak boleh membeli barangnya sendiri.
Ibnu Hazm tidak sependapat dengan Imam Syafi’I dan Abu Dawud, ia
mengatakan bahwa kalau masalah ini diqiyaskan dengan seorang penjual tidak boleh
membeli barangnya sendiri adalah suatu pendapat yang tidak benar. Sebab jika
seorang dikuasakan untuk menjual suatu barang kali membelinya sendiri, asal ia tidak
melalaikan maka hukumnya diperbolehkan.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Nikah ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami
isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Ijab adalah suatu pernyataan berupa
penyerahan dari seseorang wali perempuan atau wakilnya kepada seorang laki-laki
dengan kata-kata tertentu maupun syarat dan rukun yang telah ditentukan oleh syara’.
Qabul adalah suatu pernyataan penerimaan oleh pihak laki-laki terhadap pernyataan
wali perempuan atau wakilnya sebagaimana maksud di atas. Mahar adalah pemberian
calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita, baik berbentuk barang, uang
atau jasa yang tidak bertentangan dengan hukum Islam. hukumnya wajib bagi laki-
laki memberi mahar (maskawin) kepada wanita calon isterinya, baik berupa uang,
barang maupun jasa.
Gadis dengan janda adalah wanita yang baligh dan berakal sehat. Masih gadis
ataupun sudah janda, mereka sebenarnya ada hak mengawinkan dirinya, wali mereka.
Karena wali itu termasuk dalam rukun nikah. Akan tetapi ada perbedaannya dari
kedua tersebut, wanita yang masih gadis mengetahui persetujuannya dengan
mengetahui wanita tersebut hanya diam saja berdasarkan hadis Nabi, sedangkan janda
itu mengetahui persetujuannya dengan izinnya sendiri. Karena derajatnya yang janda
ini sudah terlepas dengan walinya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Fuad, M. Baqi Abdul, Al-Lu’lu wal Marjan, (TT: al-Ridha: Semarang, 1993), hal.
224
Zuhdi Mahoor, Memahami Hukum Perkawinan (NIkah, Talak, Cerai dan Rujuk),
(TT: Al-Bayaat, 1994), hal. 40
Aminuddin, Fiqh Munakahat, (TT: Pustaka Setia, 1999), hal. 83.

Anda mungkin juga menyukai