Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH MANAJEMEN USAHA PERIKANAN TANGKAP

KAPAL JARING INSANG (GILLNET)

OLEH:
DUVAN OKTAVIANUS DOLOKSARIBU

1904112866

PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

LABORATORIUM BIOLOGI PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Gill net sering diterjemahkan dengan “jaring insang”, “jaring rahang”, dan lain

sebagainya. Istilah “gill net” didasarkan pada pemikiran bahwa ikan-ikan yang tertangkap

“gilled-terjerat” pada sekitar operculum nya pada mata jaring. Gill net dioperasikan dimana

kedudukan jaring pada fishing ground direntangkan pada permukaan maupun dasar laut,

yang disesuaikan dengan ikan swimming layer ikan target.

Dalam bahasa Jepang gill net disebut dengan istilah “sasi ami”, yang berdasarkan

pemikiran bahwa tertangkapnya ikan-ikan pada gill net ialah dengan proses bahwa ikan-

ikan tersebut “menusukkan diri-sasu” pada “jaring-ami”. Di Indonesia penamaan gill net

ini beraneka ragam, ada yang menyebutkan nya berdasarkan jenis ikan yang tertangkap

(jaring kuro, jaring udang dsb nya), ada pula yang disertai dengan nama tempat (jaring

udang Bayeman), dan lain sebagainya. Tertangkapnya ikan ikan-ikan dengan gill net ialah

dengan cara bahwa ikan-ikan tersebut terjerat (gilled) pada mata jaring atupun terbelit-belit

(entangled) pada tubuh jaring.

Semakin berkembangnya usaha penangkapan ikan, maka berkembang pula bentuk

macam alat penangkap ikan yang makin maju ke arah spesifikasi. Gill Net merupakan

salah satu jenis yang banyak digunakan oleh nelayan dan usaha penangkapan ikan karena

merupakan alat tangkap yang selektif dibanding alat tangkap lainnya. Setelah

dikeluarkannya Keppres No. 39 Tahun 1980 Tentang Pelarangan Penggunaan Alat

Tangkap Trawl, maka semakin banyak alat tangkap lain yang digunakan oleh nelayan

tradisional, salah satunya alat tangkap jenis Bottom Gill Net.


Prinsip menangkap ikan dengan gillnet adalah dengan membiarkan ikan secara pasif

untuk melewati jaring gillnet yang terbentang. Sehingga dapat dikatakan alat tangkap ini

merupakan alat tangkap pasif yang sangat bergantung pada pergerakan ikan target. Fungsi

mata jaring dan jaring adalah sebagai penjerat ikan dinding penghadang, dan bukan sebagai

dinding penghadang seperti pada alat tangkap purse seine.

Prospektif gill net dasar atau bottom gill net di Indonesia sangat baik, hal ini

dikarenakan secara kuantitatif, jumlahnya cukup besar di Indonesia. Hal-hal yang

mempengaruhi besarnya bottom gill net secara kuantitatif di Indonesia:

(a) Bahan dasar (material) pembuatan bottom gill net mudah diperoleh;

(b) Proses pembuatan bottom gill net mudah

(c) Harganya relatif murah

(d) Fishing method dari bottom gill net mudah

(e) Biaya relatif murah sehingga dapat dimilliki oleh siapa saja.

Jaring insang termasuk alat tangkap potensial. Terutama jika materialnya adalah

monofilamen karena benangnya sangat licin sehingga bila ada kotoran yang menempel

mudah dibersihkan , maka jaring mudah membuka. Selain itu alat tangkap ini bersifat

selektif yaitu besar mata jaring dapat disesuaikan dengan ukuran ikan yang akan ditangkap,

sehingga alat tangkap ini sering dijadikan standart perhitungan selektivitas alat tangkap

yang lainnya.
Sasaran akhir yang dituju dalam studi gillnet adalah pengungkapan dan

pemahaman pengoperasian salah satu alat tangkap yang terbuat dari jaring yang akan

mengarah pada selektivitas alat tangkap. Ini adalah landasan dasar dari upaya

optimalisasi penguasaan materi tentang efektivitas dan keramahan pengoperasian suatu alat

tangkap.

I.2. Tujuan Penulisan

Adapun penulisan makalah ini memiliki tujuan, diantaranya yaitu:


1. Mengetahui deskripsi alat tangkap gillnet;
2. Mengetahui dimensi alat tangkap gillnet;
3. Mengetahui metoda penangkapan (setting dan howling) pada alat tangkap gillnet;
4. Mengetahui hasil tangkapan dan ikan target dari penggunaan alat tangkap gillnet;
5. Mengetahui alat bantu dan kelengkapan pada alat tangkap purse gillnet;
6. Sebagai bahan acuan untuk presentasi.
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Definisi Gillnet

Gill Net berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung,

pemberat ris atas, ris bawah (kadang tanpa ris bawah). Seluruh mata jaring sama

ukurannya,lebar jaringnya lebih pendek dibanding panjangnya. Pada lembaran-lembaran

jaring, pada bagian atas diletakkan pelampung (pelampung) dan pada bagian bawah

dilekatkan pemberat (pemberat). Pada kedua ujung jaring diikatkan jangkar, sehingga

letak jaring telah tertentu. Posisi jaring dapat diperkirakan pada pelampung

berbendera / bertanda yang dilekatkan pada kedua bagian ujung jaring, tetapi tidak dapat

diketahui baik buruknya rentangan jaring itu sendiri, karena letaknya di dasar laut.

Besar mata jaring pada alat tangkap gillnet bervariasi, disesuaikan dengan sasaran

yang akan ditangkap (selektif) seperti untuk ikan , udang. Jaring ini terdiri dari satuan–

satuan jaring disebut tinting / piece. Dalam operasi penangkapannya terdiri dari beberapa

tinting yang digabung menjadi satu unit yang panjangnya (300 – 500 m). Ikan –ikan

yang ditangkap gill net umumnya tersangkut/ terjerat (gilled) pada tutup insangnya, jika

ikannya besar maka akan terpuntal / terbelit – belit (entangled) pada tubuh jaring.

Menurut FAO (Nedelec & Prado, 1990) gillnet merupakan jaring berdinding tunggal

dengan ukuran bukaan mata jaring yang ukurannya disesuaikan dengan ukuran ikan yang

menjadi target spesies. Alat tangkap ini merupakan alat tangkap pasif namun ikan-ikan

dapat digiring menujunya. Jaring dapat digunakan secara tunggal atau dalam satuan jumlah

besar (fleets).
Menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI No. 06/MEN/2010, gillnet

atau kelompok jaring insang merupakan kelompok jaring yang berbentuk empat persegi

panjang yang dilengkapi dengan pelampung, pemberat, tali ris atas dan talu ris bwah

untuk menghadang ikan sehingga ikan tertangkap dengan cara terjerat dan/atau terpuntal

dioperasikan di permukaan, pertengahan dan dasar secara menetap, hanyut dan melingkar

dengan tujuan menangkap ikan pelagis dan demersal (SNI 7277.8: 2008).

II.2. Klasifikasi Gillnet

Menurut FAO (Nedelec & Prado, 1990), gillnet diklasifikasikan menjadi 4 jenis, yaitu:

a. Set gillnets (dioperasikan di dasar laut, kadang dihanyutkan.

b. Driftnets (dengan atau tanpa kapal motor)

c. Dragged gillnets

d. Encircling gillnets (ikan diarahkan menuju jaring, umumnya menggunakan

rangsangan bunyi).

Menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI No. 06/MEN/2010, gillnet

atau jaring insang diklasifikasikan menjadi:

a. Jaring insang tetap (set gillnets (anchored)) atau Jaring Liong Bun

b. Jaring insang tetap (set gillnets (anchored)) atau Jaring Liong Bun

c. Jaring insang hanyut (Driftnets) atau jaring gillnet oseanik

d. Jaring insang lingkar (Encircling gillnets)

d. Jaring insang berpancang (Fixed gillnets on stakes)

e. Jaring insang berlapis (trammel nets) atau jaring klitik

f. Combined gillnets – trammel nets


Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan . No.

PER.08/MEN/2008 Kegiatan penangkapan ikan di perairan Zona Ekonomi Eksklusif

Indonesia (ZEEI) dapat dilakukan dengan menggunakan 2 jenis jaring insang:

a. Jaring insang hanyut (drift gillnets)

b. Jaring insang tetap (set gillnets)


III. METODOLOGI

III.1. Jenis Penulisan

Penulisan makalah ini bersifat deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis adalah

metode atau cara kerja dalam suatu pemecahan masalah dengan cara mendeskripsikan,

menggambarkan, menjelaskan dan menganalisis situasi dan kondisi suatu obyek

permasalahan dari sudut pandang penulis berdasarkan hasil telaah pustaka yang

menunjang (studi literatur).

III.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan pada studi ini adalah sumber data sekunder. Data

sekunder dapat diperoleh dari pustaka yang menunjang seperti textbook, jurnal,

dokumentasi, data lembaga penelitian maupun data instansi terkait yang relevan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Bahan Gillnet

4.1.1 Persyaratan
Bahan dari gill net harus mempunyai daya tampak sekecil mungkin dalam air,

terutama sekali untuk penangkapan di siang hari pada air jernih. Serat jaring juga harus

sehalus dan selunak mungkin untuk mengurangi daya penginderaan dengan organ side

line. Serat jaring yang lebih tipis juga kurang terlihat. Sebaliknya bahan harus cukup kuat

untuk menahan rontaan ikan yaang tertangkap dan dalam upayanya untuk membebaskan

diri.

Selain itu diperlukan kemuluran dan elastisitas yang tepat untuk menahan ikan yang

terjerat atau terpuntal sewaktu alat dalam air atau sewaktu penarikan keatas kapal tetapi

tidak menyulitkan sewaktu ikan itu diambil dari jaring. Bahan yang daya mulurnya tinggi

untuk beban kecil tidak sesuai untuk gull net karena ukuran ikan yang terjerat pada insang

tergantung pada ukuran mata jaring. Jaring perlu memiliki kekuatan simpul yang stabil

dan ukuran mata jaring tidak boleh dipengaruhi air.

4.1.2. Macam dan Ukuran benang

PA continous filament adalah bahan yang paling lunak dari semua bahan sintetis

dalam kondisi basah, warna putih mengkilat yang alami adalah jauh lebih terlihat dalam

air jernih. Warna hijau, biru, abu-abu dan kecoklatan merupakan warna-warna yang

nampak digunakan paling umum pada perikanan komersial.


Sebab banyaknya macam dari gill net sesuai dengan ukuran, ukuran mata jaring, jenis

ikan, pola operasi, kondisi penangkapan, dll tidak mungkin memberi rekomendasi yang

menyeluruh untuk seleksi bahan jaring. Semua nilai R tex adalah nominal dan berkenaan

dengan netting yarn yang belum diselup dan belum diolah.

4.1.3. Warna Jaring

Warna jaring yang dimaksudkan disini adalah terutama dari jaring. Warna pelampung,

tali, pemberat dan lain-lain diabaikan, mengingat bahwa bagian terbesar dari gill net

adalah jaring. Pada synthetic fibres, perawatan jaring dalam bentuk pencelupan telah

tidak diperlukan, kemudian pula warna dari pilinan dapat dibuat sekehendak hati, yang

dengan demikian kemungkinan mengusahakan warna jaring untuk memperbesar

kemampuan menangkap akan dapat lebih ditingkatkan. Dengan perkataan lain, warna

jaring yang sesuai untuk tujuan menangkap jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan dapat

diusahakan.

Warna jaring dalam air akan dipengaruhi oleh faktor-faktor kedalaman perairan,

transparansi, sinar matahari, sinar bulan dan lain-lain faktor, dan pula sesuatu warna akan

mempunyai perbedaan derajat “terlihat” oleh ikan –ikan yang berbeda-beda. Karena

tertangkapnya ikan-ikan pada gill net ini ialah dengan cara gilled (terjerat) dan entangled

(terpuntal), yang kedua-duanya ini barulah akan terjadi jika ikan tersebut menubruk atau

menerobos jaring, maka hendaklah diusahakan bahwa efek jaring sebagai penghadang,

sekecil mungkin.
IV.2. Jaring insang hanyut (Drift gillnets)

IV.2.1. Karakteristik

Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI No. PER.08/MEN/2008

tentang penggunaan alat penangkapan ikan jaring insang (gillnets) di zona ekonomi

eksklusif Indonesia, jaring insang hanyut adalah jaring insang yang memiliki daya apung

lebih besar daripada daya tenggelamnya, dan dioperasikan dengan cara dihanyutkan di

suatu di permukaan dan atau pertengahan perairan.

IV.2.2. Bahan dan Spesifikasinya

Berikut adalah gambar teknis Jaring insang hanyut (Drift gillnets)

berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI No. PER.08/MEN/2008:


1. Komponen utama jaring insang hanyut (drift gillnet) terdiri dari:

a. Jaring berbentuk empat persegi panjang;

b. Memiliki tali ris atas (seutas tali yang dipergunakan untuk menggantungkan badan

jaring) dengan dan/atau tanpa tali ris bawah;

c. Pada tali ris atas dilengkapi pelampung (sesuatu benda yang mempunyai daya

apung dan dipasang pada jaring bagian atas dan berfungsi sebagai pengapung

jaring);

d. Pada bagian tali ris bawah (seutas tali yang dipergunakan untuk membatasi

gerakan jaring ke bawah) dilengkapi dengan dan/atau tanpa pemberat (benda yang

mempunyai daya tenggelam dan dipasang di jaring bagian bawah, berfungsi

sebagai penenggelam jaring)

2. Panjang jaring insang hanyut tidak lebih dari 10000 meter

3. Lebar jaring (mesh depth) jaring insang hanyut tidak lebih dari 30 meter

4. Ukuran mata jaring (mesh size) jaring insang hanyut tidak kurang dari 10 cm.

4.2.3. Hasil tangkapan

Alat tangkap ini menangkap ikan-ikan pelagis yang berenang secara

bergerombol maupun satu persatu. Jenis ikan yang tertangkap antara lain kembung,

layang, lemuru, tongkol, herring, cod, flat fish, halibut, mackarel, yellow tail, sea bream,

udang, lobster, dll.


Jenis-jenis ikan seperti cucut, tuna, yang mempunyai tubuh sangat besar sehingga tak

mungkin terjerat pada mata jaring ataupun ikan-ikan seperti flat fish yang mempunyai

tubuh gepeng lebar, yang bentuk tubuhnya sukar terjerat pada mata jaring, ikan-ikan

seperti ini akan tertangkap dengan cara terbelit-belit (entangled).

IV.2.3. Daerah Penangkapan

Jaring insang hanyut dapat dioperasikan pada fishing ground dengan kondisi sebagai

berikut:

a. Permukaan laut yang tenang

b. Jumlah ikan yang berlimpah dan bergerombol di permukaan/pertengahan perairan

c. Kondisi cuaca di perairan bagus

4.3. Jaring insang tetap (Set gillnets)

4.3.1. Karakteristik

Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI No. PER.08/MEN/2008

tentang penggunaan alat penangkapan ikan jaring insang (gillnets) di zona ekonomi

eksklusif Indonesia, jaring insang tetap adalah jaring insang yang dilengkapi jangkar, dan

dioperasikan secara menetap di suatu perairan.

4.3.2. Bahan dan Spesifikasinya

Berikut adalah gambar teknis Jaring insang tetap (Set gillnets) berdasarkan Peraturan

Menteri Kelautan dan Perikanan RI No. PER.08/MEN/2008:


1. Komponen utama jaring insang tetap (set gillnet) terdiri dari:

a. Jaring berbentuk empat persegi panjang;

b. Memiliki tali ris atas dengan dan/atau tanpa tali ris bawah

c. Pada tali ris atas dilengkapi dengan pelampung;

d. Pada bagian tali ris bawah dilengkapi dengan dan/atau tanpa pemberat

2. Panjang jaring insang tetap tidak lebih dari 10000 meter

3. Lebar jaring insang tetap tidak lebih dari 30 meter

4. Ukuran mata jaring insang tetap tidak kurang dari 20 cm.

4.3.3. Hasil Tangkapan

Alat tangkap gill net dasar monofilament ini menangkap ikan-ikan dasar / demersal /

bottom fish yang berenang secara bergerombol maupun satu persatu. Jenis ikan yang

tertangkap antara lain manyung, herring, cod, flat fish, halibut, mackarel, yellow tail, sea

bream, udang, lobster, dll. Pada umumnya sifat dari ikan-ikan dasar antara lain

pergerakannnya lamban, biasanya menempati daerah dasar laut, meskipun ada beberapa

jenis diantaranya berada di lapisan yang lebih atas.


4.3.4. Daerah Penangkapan

Pada umumnya yang menjadi fishing ground dari gill net dasar ini adalah pantai, teluk,

muara sungai. Daerah penangkapan yang baik untuk penangkapan ikan dengan

menggunakan gill net dasar adalah bukan daerah pelayaran umum dan dasar perairan

yang tidak berkarang.

4.4. Alat Bantu Penangkapan

Alat bantu penangkapan merupakan faktor penting untuk mengumpulkan ikan pada

suatu tempat yang kemudian dilakukan operasi penangkapan. Alat bantu yang digunakan

dalam operasi penangkapan ikan dengan menggunakan bottom gill net adalah

4.4.1. LAMPU / LIGHT FISHING


Kegunaan lampu untuk alat penangkapan adalah untuk mengumpulkan kawanan ikan

kemudian melakukan operasi penangkapan dengan menggunakan gill net. Jenis-jenis

lampu yang digunakan bermacam-macam antara lain :

- Ancor / obor

- Lampu petromak / starmking

- Lampu listrk ( penggunaannya masih terbetas )

Faktor yang paling berpengaruh dalam penggunaan lampu adalah kekuatan cahaya

lampu yang digunakan, selain itu juga ada beberapa faktor lain :
o Kecerahan : Jika kecerahan kecil, berarti banyak partikel-partikel dalam air maka

pembiasan cahaya terserap dan akhirnya tidak menarik perhatian dari ikan yang ada

disekitarnya. Jadi kecerahan menentukan kekuatan lampu.

o Gelombang, angin, arus : Akan mempengaruhi kedudukan lampu. Adanya faktor-

fakttor itu menyebabkan kondisi sinar yang semula lurus menjadi bengkok.

o Sinar bulan : Pada waktu bulan purnama sukar sekali mengadakan penangkapan

menggunakan lampu karena cahaya terbagi rata, sadangkan penangkapan

menggunakan lampu diperlukan keadaan gelap agar cahaya lampu terbias sempurna

dalam air.

4.4.2. PAYAOS atau Rumpon Laut Dalam

Payaos merupakan rumpon laut dalam yang berperan dalam pengumpulan ikan pada

tempat tertentu dan dilakukan operasi penangkapan. Payaos pelampungnya terdiri dari

60-100 batang bambu yang disusun dan diikat menjadi satu sehingga membentuk rakit

(raft), selain dari bambu pelampung juga terbuat dari alumunium. Tali pemberat (tali

yang menghubungkan antara pelampung dan pemberat) mencapai 1000-1500 m, terbuat

dari puntalan rotan, bahan syntetik seperti polyethylene, nylon, polyester, polypropylene.

Sedangkan pemberat berkisar 1000-3500 kg yang terbuat dari batu dimasukkan dalam

keranjang rotan dan cor-coran semen. Dan untuk rumbai-rumbainya digunakan daun

nyiur dan bekas tali polyethylene dan ban bekas.


4.5. Teknik Penangkapan (Setting and Hauling)

4.5.1. Setting

Pada saat melakukan setting, kapal diarahkan ke tengah kemudian dilakukan

pemasangan jaring insang oleh Anak Buah Kapal (ABK). Jaring dipasang tegak lurus

terhadap arus sehingga nantinya akan dapat menghadang gerombolan ikan yang

sebelumnya telah dipasangi rumpon, dan gerombolan ikan tertarik lalu mengumpul di

sekitar rumpon maupun light fishing dan akhirnya tertangkap karena terjerat pada bagian

operculum (penutup insang) atau dengan cara terpuntal.

4.5.2. Hauling

Setelah dilakukan setting dan ikan yang telah terkumpul dirasa sudah cukup banyak,

maka dilakukan hauling dengan menarik jaring dari dasar perairan ke permukaan ( jaring

ditarik keatas kapal ). Lama penarikan jaring ditentukan oleh banyaknya hasil tangkapan

yang diperoleh. Waktu penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap ini umumnya

dilakukan pada waktu malam hari terutama pada waktu bulan gelap. Setelah semua hasil

tangkap dan jaring ditarik ke atas kemudian baru dilakukan kegiatan penyortiran.
4.6. Hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan penangkapan

4.6.1. Bahan Jaring

Supaya ikan mudah dapat terjerat pada mata jaring, maka bahan jaring harus dibuat

sebaik mungkin. Bahan atau pilinan yang paling banyak digunakan adalah yang terbuat

dari syntetis. Pilinan yang digunakan adalah cotton, hennep, linen, amylan, nylon,

kremona, dan lain-lain sebagainya, dimana pilinan ini mempunyai serat yang lembut.

Bahan-bahan dari manila hennep, sisal, jerami dan lain-lain yang serat-nya keras tidak

digunakan. Untuk mendapatkan pilinan yang lembut, ditempuh cara yang antara lain

dengan memperkecil diameter pilinan ataupun jumlah pilin per-satuan panjang dikurangi,

ataupun bahan-bahan celup pemberi warna ditiadakan.

4.6.2. Ketegangan rentangan tubuh jaring

Yang dimaksud rentangan disini ialah baik rentangan ke arah lebar demikian pula

rentangan ke arah panjang. Ketegangan rentangan ini, akan mengakibatkan terjadinya

tension baik pada pelampung line ataupun pada tubuh jaring. Dengan perkataan lain, jika

jaring direntang terlalu tegang maka ikan akan sukar terjerat, dan ikan yang telah

terjeratpun akan mudah lepas. Ketegangan rentangan tubuh jaring akan ditentukan

terutama oleh bouyancy dari pelampung, berat tubuh jaring, tali temali, sinking force dari

pemberat dan juga shortening yang digunakan.

4.6.3. Shortening atau shrinkage

Supaya ikan-ikan mudah terjerat (gilled) pada mata jaring dan juga supaya ikan-ikan

tersebut setelah sekali terjerat pada jaring tidak akan mudah terlepas, maka pada jaring

perlulah diberikan shortening yang cukup.


4.6.4. Tinggi Jaring

Yang dimaksud dengan istilah tinggi jaring disini ialah jarak antara pelampung line ke

pemberat line pada saat jaring tersebut terpasang di perairan. Jenis jaring yang

tertangkapnya ikan secara gilled, lebih lebar jika dibandingkan dengan jaring yang

tertangkapnya ikan secara entangled. Hal ini tergantung pada swimming layer dari pada

jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan.

4.6.5. Mesh size

Dari percobaan-percobaan terdapat kecenderungan bahwa sesuatu mesh size

mempunyai sifat untuk menjerat ikan hanya pada ikan-ikan yang besarnya tertentu batas-

batasnya. Dengan perkataan lain, gill net akan bersikap selektif terhadap besar ukuran dari

catch yang diperoleh. Oleh sebab itu untuk mendapatkan catch yang besar jumlahnya pada

pada suatu fishing ground, hendaklah mesh size disesuaikan besarnya dengan besar badan

ikan yang jumlahnya terbanyak pada fishing ground tersebut.


V. KESIMPULAN

V.1. Kesimpulan

Gillnet adalah dinding jaring yang digantung di kolom air, biasanya terbuat dari nilon

monofilamen atau multifilamen.

Ukuran mata jaring dirancang agar ikan hanya bisa memasukkan kepalanya ke dalam

jaring, tetapi tidak ke badannya. Insang ikan kemudian tersangkut di jaring saat ikan

mencoba keluar dari jaring. Saat ikan berjuang untuk melepaskan diri, ia menjadi

semakin terjerat. Berbagai peraturan dan faktor menentukan ukuran mata jaring, panjang,

dan tinggi jaring insang komersial, termasuk wilayah penangkapan ikan dan spesies

target. Ada dua jenis utama jaring insang:

- Jaring insang dipasang pada tiang yang dipasang pada substrat atau pada sistem

jangkar untuk mencegah pergerakan jaring.

- Jaring insang hanyut dipelihara pada kedalaman yang sesuai dengan menggunakan

sistem pemberat dan pelampung yang dipasang pada tali kepala, tali kaki, atau tali

pelampung.
VI. DAFTAR PUSTAKA

Anonymous,1976, Fisherman’s Manual, World Fishing, England.


Anonymous,1975, FAO Catalogue of Smail Scale Fishing Gier, FAO of UN.
Ayodyoa, A.U., 1972, Kapal Perikanan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Anonymous, 1975, Fishing Methods Diktat Kuliah Ilmu Tekhnik Penangkapan Ikan,
Bagian Penangkapan Fakultas Perikanan IPB, Bogor.
Anonymous, 1983, Metode Penangkapan Ikan. Cetakan pertama. Fakultas Perikanan. IPB.
Bogor.
Damanhuri, 1980, Diktat Fishing Ground Bagian Tehnik Penangkapan Ikan, Fakultas
Perikanan Universitas Brawijaya, Malang.
Fridman, !988, Perhitungan Dalam Merancang Alat Tangkap Ikan, Balai Pengembangan
Penangkapan Ikan, Semarang.
Martosubroto, 1987, Penyebaran Beberapa Sumber Perikanan Di Indonesia, Direktorat Bina
Sumberdaya Hayati, Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta.

Muhammad, S. Sumartoyo, M. Mahmudi, Sukandar dan Agus Cahyono, 1997, Studi


Pengembangan Paket Teknologi Alat Tangkap Jaring Dogol (Danish Seine) Dalam
Rangka Pemanfaatan Sumberdaya Ikan-Ikan Demersal Di Perairan Lepas Pantai
Utara Jawa Timur, Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya, Malang.

Nedelec W., 2000, Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap Ikan, Balai Pengembangan
Penangkapan Ikan, Semarang.
Schmidt, Peter G.Jr., 1989, Fish Boats 2, Mc hills, London.
Subani, W., 1978, Alat dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia, jilid I, LPPL, Jakarta.
Subani, W dan H.R. Barus, 1989, Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia, Balai
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta.
Ward, george, ed., 1964. Stern trawling
Widodo, S., 2002, Identifikasi, Klasifikasi dan Inventarisasi Alat Penangkapan dan Armada
Perikanan di Kabupaten Jember, Fakultas Perikanan Unibraw, Malang.

http://infohukum.kkp.go.id/files_permen/PER%2008%20MEN%202008.pdf

Anda mungkin juga menyukai