Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTIKUM

STATUS KEBERLANJUTAN PERIKANAN TANGKAP SKALA


KECIL BERDASARKAN DIMENSI EKONOMI DI PPI DUMAI

EKSPLORASI PENANGKAPAN IKAN

OLEH :
ANDIKA ABIMANYU 1904124543
DEA APRIDILYA TAMPUBOLON 1904112995
FERI KURNIAWAN 1904112514
INTANI WAHIDA 1904112672
NANDA AYU VERONICA 1904112342
SUKMA RANUM SARI 1904112945

JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat

dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan hasil praktikum Eksplorasi

Penangkapan Ikan ini yang berjudul “Status Perikanan Tangkap Skala Kecil

Berdasarkan Dimensi Ekonomi Di PPI Dumai”. Adapun tujuan kami menulis

laporan ini yang utama adalah untuk memenuhi tugas Eksplorasi Penangkapan

Ikan.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada asisten Laboratorium

Teknologi Penangkapam Ikan yang telah banyak membantu kami dalam

menyelesaikan dan membantu saya dalam praktikum sehingga laporan ini dapat

selesai.

Kami menyadari laporan ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan

saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan

laporan kami untuk kedepannya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua

terutama bagi mahasiswa/mahasiswi yang mengikuti mata kuliah eksplorasi

penangkapan ikan ini.

Pekanbaru, Juni 2022

Kelompok 2
DAFTAR ISI

Isi Halaman

KATA PENGANTAR............................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................ iii

DAFTAR TABEL.................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR............................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... vii

I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1
1.1.1. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Dumai ....................... 1
1.1.2. Kondisi Perikanan Tangkap Dumai................................ 2
1.1.3. Alat Tangkap Sondong ................................................... 3
1.1.4 Keberlanjutan Perikanan Tangkap Dimensi Ekonomi ... 4
1.1.5. Rapfish............................................................................ 4
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 5
1.3. Tujuan dan Manfaat .................................................................. 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 6


2.1. Pelabuhan Perikanan ................................................................. 6
2.2. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI).............................................. 7
2.3. Peran Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI).................................... 8
2.4. Kapal Perikanan ........................................................................ 10

III. METODOLOGI PRAKTIKUM LAPANGAN........................... 11


3.1. Waktu dan Tempat .................................................................... 11
3.2. Alat dan Bahan.......................................................................... 11
3.3. Metode Praktikum..................................................................... 11
3.4. Analisis Data ............................................................................. 11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... 14


4.1. Hasil Pengambilan Data............................................................ 14
4.1.1.Alat Tangkap Sondong .................................................... 14
4.1.2.Pengoperasian Alat Tangkap Sondong............................ 16
4.1.3.Produksi Perikanan Sondong........................................... 16
4.1.4.Analisis Keberlanjutan Ekonomi Perikanan Tangkap
Sondong ........................................................................... 17
4.1.5.Pengambilan Data Topografi........................................... 19
4.2. Pengolahan Data ....................................................................... 20
4.2.1.Tabulasi Data Alat Tangkap Sondong............................. 20
4.2.2.Pengolahan Peta Topografi.............................................. 24

V. KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 28


5.1. Kesimpulan ............................................................................... 28
5.2. Saran.......................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 29

LAMPIRAN............................................................................................. 30
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Alat dan Bahan Praktikum Lapangan ................................................... 11

2. Skor Atribut Pada Dimensi Ekonomi.................................................... 20

3. Kriteria Keberlanjutan........................................................................... 22

4. Nilai Statistik yang Diperoleh dari MDS dalam Rapfish pada Dimensi
Ekonomi ................................................................................................ 23

5. Pengumpulan Data Topografi ............................................................... 24


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hasil Analisis Rapfish Dimensi Ekonomi............................................. 21

2. Laverage Dimensi Ekonomi ................................................................. 23

3. Tampilan Awal Aplikasi Surfer ............................................................ 25

4. Peta Topografi 2D ................................................................................. 26

5. Peta Topografi 3D ................................................................................. 27


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pelepasan Peserta Praktikum Lapangan Tahun 2022............................ 31

2. Pembukaan dan Pengarahan Pelaksanaan Praktikum Lapangan .......... 31

3. Crosschek Modul Praktikum Lapangan ................................................ 32

4. Penutupan Kegiatan Praktikum Lapangan Tahun 2022........................ 32


I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Dumai

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kota Dumai yang kini berada di daerah

Batu Bintang, Kelurahan Pangkalan Sesai, Kecamatan Dumai Barat merupakan

satu-satunya pelabuhan perikanan tipe D yang oleh masyarakat setempat lebih

dikenal dengan sebutan TPI (Tempat Pelelangan Ikan). PPI Kota Dumai

merupakan pindahan dari Pangkalan Pendaratan Ikan yang sebelumnya berada di

daerah Patimura, Kecamatan Dumai Timur. PPI sebelumnya diambil alih oleh

Persero Pelindo dan dijadikan sebagai pelabuhan umum yaitu Pelabuhan Dumai.

Tujuan dibangunnya PPI Kota Dumai adalah untuk memperlancar kegiatan

produksi perikanan, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan serta sebagai

pusat pengembangan masyarakat nelayan di Kota Dumai. Selain itu, PPI Kota

Dumai juga diharapkan dapat mendarat ikan baik dari lokal, Sumatera Barat

maupun Sumatera Utara untuk memenuhi konsumsi masyarakat setempat dan

untuk keperluan ekspor.

PPI Kota Dumai berada dalam kewenangan pengelolaan Dinas Perikanan

Daerah Tingkat II. Pelabuhan perikanan ini berdiri diatas tanah milik PT.

Pertamina dengan luas daerah kurang lebih 1 Ha. Walaupun luas lahan yang

dimiliki tidak terlalu luas namun fasilitas-fasilitas yang terdapat di PPI Kota

Dumai terbilang cukup lengkap. PPI Kota Dumai memiliki fasilitas pokok yaitu

dermaga, jembatan dan kolam pelabuhan. Fasilitas fungsional meliputi tempat

pelelangan ikan (TPI), pabrik es, tanki bahan bakar dan instalasi air bersih.
2

Sementara fasilitas penunjang berupa cold stronge, mess, kantin, rumah dinas,

koperasi, kapal pengawas, los penjualan ikan, laboratorium pembinaan dan

pengujian mutu hasil perikanan, kantor pengelola pelabuhan dan kantor

syahbandar.

Pemanfaatan fasilitas-fasilitas di PPI Kota Dumai belum termanfaatkan

secara optimal. Contohnya pada penyediaan fasilitas perbekalan, fasilitas

penyediaan air bersih belum dimanfaatkan oleh nelayan karena masih banyak

nelayan yang membawa persediaan air bersih dari rumah mereka masing-masing

daripada membawa dari PPI. Penyediaan es pun belum sepenuhnya dapat

memenuhi permintaan nelayan. Dumai dalam angka tahun 2020 menyebutkan

bahwa produksi perikanan di Kota Dumai sebagian besar berasal dari perikanan

laut.

Kondisi Perikanan Tangkap Dumai

Kondisi perikanan Kota Dumai hampir keseluruhan produksinya berasal

dari usaha perikanan laut dengan presentase sekitar 93% dan sisanya pada

perikanan budidaya dan lainnya. Dimana produksi perikanan yang diperoleh dari

hasil tangkapan tahun 2015-2019 mengalami peningkatan dari 249 ton menjadi

660 ton pada tahun 2019 (BPS, 2021). Berdasarkan data tersebut, potensi yang

besar ini tentu menjadikan sektor perikanan sebagai sektor penting yang harus

mendapat perhatian lebih dari pemerintah. Sektor perikanan tangkap laut

memberikan konstribusi yang besar bagi masyarakat, karena hampir 300 rumah

tangga yang bergantung pada sektor ini. Jumlah rumah tangga nelayan di Kota

Dumai mengalami penurunan dan peningkatan setiap tahunnya. Diduga hal

tersebut terjadi karena ketidakpastian penghasilan yang didapatkan oleh nelayan.


3

Hal ini mengindikasikan bahwa ada sektor usaha lain yang dirasakan lebih baik.

Sehingga banyak rumah tangga yang beralih ke sektor lain.

Dumai dalam angka tahun 2020 menyebutkan bahwa produksi perikanan

di Kota Dumai sebagian besar berasal dari perikanan laut. Data produksi dan nilai

perikanan dikumpulkan dari Dinas Perikanan Kota Dumai. Pada tahun 2020 data

yang bersumber Dinas Perikanan Kota Dumai tersebut menunjukkan bahwa dari

sejumlah 774.791 kg total produksi ikan, sebanyak 585.791 kg atau 75.61 %

merupakan hasil perikanan laut dan 189.000 kg (24,39%) adalah hasil perikanan

kolam, tambak, dan keramba.

Sebagaimana yang telah diterangkan sebelumnya, bahwa hasil perikanan

di Kota Dumai sebagian besar bersumber dari sektor perikanan tangkap atau

perikanan laut. Hasil perikanan laut Kota Dumai didapatkan dari masyarakat

nelayan yang tersebar di seluruh kecamatan se Kota Dumai. Adapun jenis ikan

yang merupakan hasil tangkapan masyarakat nelayan Kota Dumai antara lain

adalah tenggiri, parang-parang, senangin, kakap, gulma, lomek, biang, pari,

bawal, gonjeng, dan udang.

Alat Tangkap Sondong

Sondong merupakan jenis alat tangkap aktif berbentuk kerucut yang

memiliki satu buah kantong yang dioperasikan di bagian haluan kapal dengan cara

didorong menggunakan kapal motor. Konstruksi alat tangkap sondong yang

digunakan oleh nelayan Kota Dumai yaitu kaki jaring sondong, kaki jaring

tersebut dari kayu tepis (Polyalthia glauca) yang berbentuk bulat dengan panjang

kayu 8 m, diameter 6-10 cm, kayu tersebut terdiri dari dua batang yang diikat

menggunakan baut dan tali di bagian haluan kapal sehingga berbentuk seperti
4

segitiga, 4-6 pelampung, 2 tapak sondong dan jaring yang besarnya 1,5 inchi.

Ukuran mata jaring yang digunakan nelayan adalah 1,5 inchi. Sebenarnya ukuran

ini tidak direkomendasikan karena terlalu kecil akan tetapi karena perairan Dumai

termasuk kedalaman wilayah WPPNRI 751 dimana alat tangkap aktif seperti

sondong yang diperbolehkan ≥ 1 inchi dengan wilayah pengoperasian

penangkapan sejauh 2 mil yang diukur dari permukaan air laut pada surut

terendah.

1.1.4 Keberlanjutan Perikanan Tangkap Dimensi Ekonomi

Keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil dimensi ekonomi ditentukan

berdasarkan 10 atribut ekonomi yaitu keuntungan usaha penangkapan, konstribusi

perikanan terhadap PDRB, pendapatan per kapita, kepemilikan (penerima

keuntungan dari kepemilikan), tingkat subsidi terhadap perikanan, alternatif

pekerjaan dan pendapatan, lokasi tujuan atau orientasi pemasaran perikanan,

penerimaan relatif nelayan setiap alat tangkap terhadap waktu bekerja, penyerapan

tenaga kerja, dan transfer keuntungan antara nelayan dan pelaku ekonomi

lokal/orang luar ekonomi luar lokal. Atribut-atribut ekonomi yang digunakan

tersebut perlu dianalisis atribut mana yang paling sensitif mempengaruhi tingkat

keberlanjutan perikanan tangkap dimensi ekonomi.

1.1.5. Rapfish

Rapfish merupakan salah satu metode dalam menganalisis kebelanjutan

perikanan dan termasuk baru dalam penerapan multidimentional scaling di bidang

perikanan. Metode Rapfish pada dasarnya menggunakan pendekatan Multi

Dimentional Scaling (MDS). Seluruh atribut yang diperoleh dari hasil penelitian

ini dianalisis secara multidimensi. Analisis multidimensi ini untuk menentukan


5

titik-titik dalam rapfish yang dikaji relatif terhadap dua titik yang menjadi acuan.

Titik yang menjadi acuan tersebut adalah baik (good) dan buruk (bad), dimana

ada titik ekstrem good dan titik ekstream bad. Nilai indeks keberlanjutan

perikanan skala kecil ini pada metode rapfish diketahui (baik) dalam selang 0-100.

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dirumuskan pada praktikum ini adalah

bagaimana status keberlanjutan perikanan tangkap yang ada di PPI Dumai

berdasarkan dimensi ekonomi.

Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan status keberlanjutan

perikanan sondong menurut dimensi ekonomi di PPI Dumai. Sedangkan manfaat

dari praktikum ini adalah mahasiswa/i langsung memperoleh pengalaman dan

keterampilan dalam melakukan praktikum serta dapat menjadi acuan untuk

penelitian.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Pelabuhan Perikanan

Pelabuhan perikanan merupakan adalah tempat yang terdiri dari daratan

dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan

pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sbagai

tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan atau bongkar muat ikan yang

dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang

perikanan (Perda Provinsi DI Yogyakarta No. 7 Tahun 2005).

Pelabuhan perikanan adalah tempat pelayan umum bagi masyarakat

nelayan dan usaha perikanan, sebagai pusat pembinaan dan peningkatan kegiatan

ekonomi perikanan yang dilengkapi dengan fasilitas di darat dan di perairan

sekitarnya untuk digunakan sebagai pangkalan operasional tempat berlabuh,

bertambat, mendaratkan hasil, penanganan, pengolahan, distribusi dan pemasaran

hasil perikanan (Deptan dan Dephub, 1996). Pelabuhan perikanan dapat diartikan

sebagai suatu panduan dari wilayah perairan, wilayah daratan dan sarana-sarana

yang ada di basis penangkapan baik alamiah maupun buatan, dan merupakan

pusat pengembangan ekonomi perikanan baik dilihat dari aspek produksi,

pengolahan maupun pemasarannya (Ikhsan S, 2005).

PPI Kota Dumai memiliki fasilitas pokok yaitu dermaga, jembatan dan

kolam pelabuhan. Fasilitas fungsional meliputi tempat pelelangan ikan (TPI),

pabrik es, tanki bahan bakar dan instalasi air bersih. Sementara fasilitas penunjang

berupa cold stronge, mess, kantin, rumah dinas, koperasi, kapal pengawas, los

penjualan ikan, laboratorium pembinaan dan pengujian mutu hasil perikanan,


7

kantor pengelola pelabuhan dan kantor syahbandar. Pemanfaatan fasilitas-fasilitas

di PPI Kota Dumai belum termanfaatkan secara optimal. Contohnya pada

penyediaan fasilitas perbekalan, fasilitas penyediaan air bersih belum

dimanfaatkan oleh nelayan karena masih banyak nelayan yang membawa

persediaan air bersih dari rumah mereka masing-masing daripada membawa dari

PPI. Penyediaan es pun belum sepenuhnya dapat memenuhi permintaan nelayan.

Sesuai bobot kerja, produktivitas, kapasitas sarana pokok, fungsional dan

penunjang serta rencana pengembangannya, maka Direktorat Jenderal Perikanan

(1994) mengklasifikasikan Pelabuhan Perikanan ke dalam 4 (Empat) kelas yaitu :

a. Pelabuhan Perikanan Samudera (Type A)

b. Pelabuhan Perikanan Nusantara (Type B)

c. Pelabuhan Perikanan Pantai (Type C)

d. Pangkalan Pendaratan Ikan (Type D)

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) merupakan istilah dari pelabuhan

perikanan tipe D. dilihat dari konstruksi bangunannya, sebagian besar PPI

termasuk dalam pelabuhan alam dan atau semi alam. Artinya PPI umumnya

terdapat di muara atau tepi sungai, di daerah yang menjorok ke dalam atau terletak

di suatu teluk bukan bentukan manusia atau sebagian hasil bentukan manusia.

Secara umum PPI memiliki fungsi yang sama dengan pelabuhan perikanan tipe A

(Samudera), tipe B (Nusantara), tipe C (Pantai) yang membedakan

pengklasifikasian tersebut adalah kapasitas layanan fasilitasnya (Lubis, 2006). PPI

umumnya diajukan untuk melayani perahu-perahu penangkapan ikan tradisional

yang berukuran lebih kecil dari 5 GT atau perahu-perahu layar tanpa motor. Dan
8

hasil tangkapan yang didaratkan kurang atau sama dengan 20 ton per hari dan

ditujukan terutama untuk pemasaran lokal. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

adalah tempat kegiatan tambat labuh perahu/kapal perikanan guna mendaratkan

hasil tangkapan, atau melakukan persiapan untuk melaut kembali (memuat

logistik perahu dan awak perahu). Selain itu, juga sebagai pusat kegiatan

produksi, pemasaran, pengolahan hasil dan pembinaan masyarakat perikanan.

Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI ) menurut Peraturan Menteri

Kelautan dan Perikanan Nomor : PER.08/MEN.2012 Tentang Kepelabuhan

Perikanan adalah sebagai berikut.

a. Kriteria teknis terdiri dari :

1) mampu melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di

perairan Indonesia;

2) memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-

kurangnya 5 GT;

3) panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m, dengan kedalaman kolam

sekurang-kurangnya minus 1 m;

4) mampu menampung kapal perikanan sekurang-kurangnya 15 unit atau

jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 75 GT; dan

5) memanfaatkan dam mengelola lahan sekurang-kurangnya 1 ha.

b. Kriteria operasional yaitu terdapat aktivitas bongkar muat ikan dan

pemasaran perikanan rata-rata 2 ton per hari.

Peran Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

Peran Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) berdasarkan Direktorat Bina

Prasarana Perikanan (1982) dalam Novianti (2018) adalah sebagai berikut.


9

1. Pusat Aktivitas Produksi

a. Tempat mendaratkan ikan hasil tangkapan; dan

b. Tempat untuk mempersiapkan operasi penangkapan ikan (mempersiapkan

alat tangkap, bahan bakar, air, perbaikan kapal dan tempat istirahat untuk

anak buah kapal).

2. Pusat Distribusi

a. Tempat transaksi jual beli ikan;

b. Terminal untuk mendistribusikan ikan; dan

c. Pusat pengelolaan hasil laut.

3. Pusat Kegiatan Masyarakat Nelayan

a. Pusat kehidupan masyarakat nelayan;

b. Pusat pembangunan ekonomi nelayan; dan

c. Pusat lalu lintas dan jaringan informasi antar nelayan maupun antara

nelayan dengan masyarakat luas.

Peranan tersebut dikatakan baik apabila dalam penyediaan fasilitas,

pemanfaatan fasilitas serta pengelolaan fasilitas yang dilakukan oleh UPT

pelabuhan perikanan (PPI) telah optimal. Peran pelabuhan perikanan PPI dalam

menujang kegiatan perikanan tangkap dapat diketahui dengan melihat seberapa

besar keberhasilan pelabuhan perikanan (PPI) dalam menyediakan, memanfaatkan

dan mengelola fasilitas-fasilitas yang menunjang kegiatan penangkapan ikan

antara lain yang berkaitan dengan persiapan operasi penangkapan ikan,

penyediaan bahan perbekalan, tempat berlabuh dan mendaratkan ikan hasil

tangkapan (Simanjuntak, 2005).


10

Kapal Perikanan

Kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang digunakan

untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan,

pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan,

dan penelitian/eksplorasi perikanan (UU RI No. 45 Tahun 2009).

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 31 Tahun 2004 tentang

Perikanan, definisi kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lainnya

yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, pengolahan ikan,

pelatihan-pelatihan perikanan dan penelitian/eksplorasi perikanan. Selain itu

menurut Nomura dan Yamazaki (1977) kapal merupakan unit penangkap ikan

yang paling penting dalam usaha perikanan, sehingga sebagian besar modal

diinvestasikan untuk kapal. Oleh sebab itu, perencanaan kapal ikan sangat penting

dalam memulai usaha perikanan yang menguntungkan.


III. METODOLOGI PRAKTIKUM LAPANGAN

Waktu dan Tempat

Praktikum lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 16 - 17 April 2022 di

PPI Kota Dumai, Provinsi Riau.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum lapangan ini dapat dilihat

pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan Bahan Praktikum Lapangan


No. Alat dan Bahan Kegunaan
(1) (2) (3)
1 Kuisioner Panduan wawancara dan praktikum
2 Alat tulis Mencatat hasil wawancara di kuisioner
3 Kamera digital Mengambil gambar dokumentasi intrumentasi
yang digunakan
4 Laptop Mengolah data dan membuat laporan praktikum
lapangan

Metode Praktikum

Dalam praktikum ini menggunakan metode survey, yang dianalisis secara

deskriptif. Dan data yang diambil adalah berupa data perimer dan sekunder.

Analisis Data

Menggunakan M.S Excel 2010 yang di dalamnya sudah terinstal software

rapfish.

Cara pengerjaan Rapfish adalah sebagai berikut :

a. Kumpulkan data yang telah diambil melalui wawancara dengan nelayan

Sondong di PPI Dumai.

b. Buat data tabulasi berdasarkan alat tangkap yang didapat, kemudian dari

data tersebut tentukan median berdasarkan atribut yang ada.


12

c. Masukkan median kedalam template yang telah disediakan sesuai dengan

banyaknya atribut.

d. Masukkan nilai good dan bad, yang ada pada kuisioner ke dalam template.

Beri warna pada bagian good agar nanti data yang dimasukkan ke anchor’s

tidak salah.

e. Untuk nilai up, banyaknya nilai good dibagi menjadi dua. Pembagian

pertama masukkan nilai good dan pembagian kedua masukkan nilai bad.

f. Untuk nilai down, banyaknya nilai bad dibagi menjadi dua. Pembagian

pertama masukkan nilai bad dan pembagian kedua masukkan nilai good.

g. Untuk nilai anchor’s, untuk anchor’s 1 masukkan nilai good dari 1- 10,

kemudian anchor’2 masukkan nilai 1-9 dst sampai anchors 10. Begitu juga

dengan anchor’s 11 masukkan nilai bad dari 1-10, anchor’s 11 nilai bad 1-9

dst sampai dengan anchor’s 20.

h. Untuk data anchor’s 1-10 yang masih kosong, isi kolom kosong tersebut

menggunakan nilai bad, misalnya anchor’s 10 hanya terisi 1 good, maka

untuk mengisi 9 kolom lagi yang kosong, ambil nilai bad dari kolom kedua

hingga kolom 10 begitu juga seterusnya.

i. Untuk data anchor’s 11-20 yang masih kosong, isi kolom kosong tersebut

menggunakan nilai good, misalnya anchor’s 20 hanya terisi 1 bad, maka

untuk mengisi 9 kolom lagi yang kosong, ambil nilai good dari kolom kedua

hingga kolom 10 begitu juga seterusnya.

j. Pastikan semua data telah terisi, setelah data terisi semua, masuk ke bagian

view, klik macros kemudian klik c kecil, klik create, setelah itu keluar
13

tampilan seperti bahasa pemograman klik close, lanjut klik bagian run

macro pilih menu rapfish (xla), klik main intalize dan terakhir klik run.

k. Selanjutnya muncul rapfish, isi data sesuai dengan data yang ada pada

tamplete seperti good pada tabel 30, bad 31, up 32, down 33 dan seterusnya.

Setelah data terisi semua pastikan data yang diisi sudah sesuai dengan data

pada tamplet.

l. Setelah data sudah terisi semua klik rap Analysis, leveraging dan

montecarlo. Setelah itu lihat secara detail data yang muncul, ubah data rap

analysis dari sumbu y menjadi sumbu x dan add data lebel untuk

mendapatkan keterangan angka.

m. Lihat nilai stress yang muncul pada data, jika nilai stress mendekati 0 maka

penelitian praktikum lapangan bisa dikatakan benar.

n. Bagian laveraging lihat nilai tertinggi kemudian dibagi menjadi 2, angka

yang lebih besar dari hasil pembagian tersebut dijadikan sebagai atribut

pengungkit untuk keberlanjutan berdasarkan dimensi yang dipilih.

o. Monte carlo bertujuan untuk memvalidasi bagian dari rap analysis yang

bedanya tidak lebih dari 5%.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengambilan Data

Alat Tangkap Sondong

Sondong merupakan jenis alat tangkap aktif berbentuk kerucut yang

memiliki satu buah kantong yang dioperasikan di bagian haluan kapal dengan cara

didorong menggunakan kapal motor. Konstruksi alat tangkap sondong yang

digunakan oleh nelayan Kota Dumai yaitu kaki jaring sondong, kaki jaring

tersebut dari kayu tepis (Polyalthia glauca) yang berbentuk, kayu tersebut terdiri

dari dua batang yang diikat menggunakan baut dan tali di bagian haluan kapal

sehingga berbentuk seperti segitiga, 4-6 pelampung, 2 tapak sondong dan jaring

yang besarnya 1,5 inchi. Ukuran mata jaring yang digunakan nelayan adalah 1,5

inchi. Sondong termasuk kelompok jaring angkat. Jaring angkat adalah jaring

yang berbentuk empat persegi panjang atau kerucut atau kantong dalam

operasinya jaring dibentangkan dalam air sedemikian dengan menggunakan

kerangka bamboo atau kayu atau metal.

Konstruksi sondong :

1. Kaki Sondong

Alat tangkap sondong memiliki kaki yang berfungsi sebagai kerangka dari

jaring sondong serta untuk membuka dari badan jaring pada saat jaring

dioperasikan. Kaki sondong terbuat dari kayu tepis dan kayu liat. Kaki sondong

berjumlah dua batang serta dihubungkan dengan menggunakan baut yang terbuat

dari besi dan disusun sehingga pada saat dioperasikan jaring berbentuk segitiga.

2. Badan Sondong
15

Badan jaring sondong terbuat dari bahan multifilament dengan panjang

badan jaring 200 cm dan mempunyai kantong yang terbagi menjadi dua. Warna

jaring pada alat tangkap sondong ini pada umunya berwarna hitam yang berbentuk

kerucut. Fungsi dari kantong pada alat tangkap sondong ini sebagai tempat

berkumpulnya ikan yang tertangkap, sehingga ikan-ikan yang tertangkap akan

berkumpul pada bagian kantong.

3. Tapak Sondong

Tapak pada alat tangkap sondong terbuat dari bahan kayu bakau yang

berbentuk melengkung pada bagian ujungnya. Tapak sondong ini berjumlah 2

buah yang terletak pada sisi ujung bagian bawah dari kaki sondong sebelah kiri

dan kanan yang dihubungkan dengan menggunakan baut. Tapak pada alat tangkap

sondong ini berfungsi untuk memudahkan pada saat pengoperasiannya dan

dengan adanya tapak, jaring dan kaki sondong tidak tenggelam ke dasar perairan.

4. Pelampung

Pada bagian penyambung kaki sondong dengan tapak sondong terdapat

pelampung yang berjumlah 2 buah, sebelah kiri dan sebelah kanan yang berbentuk

silinder yang terbuat dari bahan plastik jerigen minyak. Fungsi dari pelampung ini

untuk membantu mengangkat tapak agar tetap stabil.

5. Pemberat

Pemberat yang digunakan berbentuk panjang yang terbuat dari besi dengan

ukuran panjang 4 cm yang berjumlah 5 buah batu pemberat yang terdapat di

bagian tali ris mulut sondong.

6. Tali Temali
16

Tali temali yang digunakan pada alat tangkap sondong ini memiliki

diameter tali yang berbeda. Arah pintalan yang digunakan pada tali temali sama

yaitu pintalan Z (pintalan kiri) dan bahan yang digunakan bahan multifilament.

Tali ris mulut sondong terdapat pada bagian bukaan mulut sondong.

Pengoperasian Alat Tangkap Sondong

Operasi penangkapan sondong dapat dilakukan tanpa perahu. Bila

menggunakan perahu atau perahu/kapal motor alat ini didorong dengan

menggerakkan perahu atau perahu/kapal motor. Sehingga metode penangkapan

dengan cara disorong dengan parahu atau kapal motor. Alat tangkap sondong ini

dioperasikan pada daerah perairan yang berlumpur atau berpasir dan arahnya

berlawanan dengan arah arus.

Produksi Perikanan Sondong

Nelayan di Kota Dumai menggunakan beberapa alat tangkap seperti

rawai, jaring insang permukaan (Surface gillnet), jaring kurau (bottom drift

gillnet), belat dan sondong. Salah satu alat tangkap yang banyak digunakan oleh

nelayan di Kota Dumai adalah alat tangkap sondong. Sondong merupakan jenis

alat tangkap aktif berbentuk kerucut yang memiliki satu buah kantong,

dioperasikan dibagian haluan kapal didorong menggunakan kapal motor dengan

tujuan penangkapan yaitu udang. Berdasarkan tujuan penangkapannya, yang

menjadi target tangkapan utama adalah udang. Udang adalah hewan yang hidup

diperairan, khususnya sungai laut, atau danau. Udang dapat ditemukan hampir

disemua genangan air yang berukuran besar baik air tawar, payau, maupun

air asin yang kedalamannya bervariasi.


17

Nelayan jaring sondong mendaratkan hasil tangkapannya di Pangkalan

Pendaratan Ikan (PPI) Kota Dumai dan langsung memasarkan hasil tangkapan

kepada toke/penampung yang ada di PPI. Nelayan tidak langsung menjual hasil

tangkapannya kepada konsumen melainkan kepada toke, kemudian toke

mendistribusikan hasil tangkapan tersebut kepada pedagang pasar dan

kemudian sampai kepada konsumen. Hal ini sesuaidengan pendapat (Hanafiah,

1983) bahwa pola pemasaran hasil tangkapan di Indonesia ditandai dengan

banyaknya perdagangan seperti pedagang pengumpul, agen dan pengecer. Hal

inilah yang menyebabkan rendahnya tingkat efesiensi pemasaran pada tingkat

produsen dan kosumen.

Analisis Keberlanjutan Ekonomi Perikanan Tangkap Sondong

Kajian ekonomi sangat penting mengingat berbagai interaksi dalam

kegiatan perikanan tangkap seperti interaksi teknologi dan sosial selalu terkait

dengan alasan dan tujuan ekonomi atau keuntungan ekonomi secara maksimal

dalam waktu yang relatif lama. Keberlanjutan ekonomi terwujud jika aktivitas

perikanan tangkap mempunyai daya saing yang tinggi dan mampu bersaing secara

kompetitif di pasaran sehingga akan memberikan manfaat bagi masyarakat

nelayan. Penentuan atribut pada dimensi ekonomi dalam praktikum ini

menggunakan indikator yang diberikan oleh asisten untuk selanjutnya dicari serta

ditanyakan kepada nelayan yang ada di ppi Dumai. Atribut-atribut pada dimensi

ekonomi pada praktikum ini adalah Keuntungan Usaha Penangkapan, Kontribusi

Perikanan Terhadap PDRB, Pendapatan Per Kapita, Kepemilikan (Penerima

Keuntungan Dari Kepemilikan), Tingkat Subsidi Terhadap Perikanan, Alternatif

Pekerjaan dan Pendapatan, Lokasi Tujuan Atau Orientasi Pemasaran Ikan,


18

Penerimaan Relatif Nelayan Setiap Alat Tangkap Terhadap Waktu Bekerja,

Penyerapan Tenaga Kerja, dan Transfer Keuntungan antara nelayan dan pelaku

ekonomi lokal / orang luar ekonomi luar lokal.

Dalam atribut dimensi ekonomi, keuntungan adalah faktor yang paling

penting. Faktor keuntungan inilah yang akan menentukan apakah seseorang akan

bertahan atau berhenti dari usaha perikanan tangkap. Jika tingkat keuntungan hasil

tangkapan per trip dalam volume dan jenis tangkapan yang sama semakin tinggi

maka tingkat eksploitasi per trip akan cenderung menurun sehingga berakibat

pada semakin kecilnya ancaman terhadap keberlanjutan usaha perikanan tangkap

(Hartono et al 2005). Penilaian skor pada atribut keuntungan didasarkan pada

analisis kelayakan investasi pada setiap jenis alat tangkap dan hasil perhitungan

keuntungan pada analisis bioekonomi. Pendapatan regional pada dasarnya

merupakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dikurangi penyusutan

pajak tak langsung dan ditambah pendapatan netto yang mengalir dari daerah lain.

Aspek yang perlu diperhatikan dalam PDRB adalah struktur (sebaran sektor)

ekonominya. Struktur ekonomi dipandang sangat penting karena bisa melihat

seberapa besar tiap sektor berperan dalam menghasilkan total nilai tambah, sektor-

sektor mana yang tumbuh dan sektor apa saja yang mempunyai peluang untuk

dikembangkan.

Sifat kepemilikan sarana penangkapan berhubungan dengan penerimaan

keuntungan dari usaha perikanan. Kepemilikan sarana penangkapan ada yang

dimiliki pemilik lokal, campuran antara pemilik lokal dan non lokal maupun

pemilik non lokal yang menanamkan modalnya di usaha perikanan pada suatu

wilayah. Sifat kepemilikan sarana penangkapan ini selain menunjukkan


19

penerimaan keuntungan juga menunjukkan tingkat kemandirian penduduk sekitar

terhadap kepemilikan aset usaha perikanan yang tidak tergantung pada pihak luar.

Jika keuntungan lebih banyak dinikmati oleh penduduk lokal maka

kecenderungan penduduk lokal akan lebih mendukung keberlanjutan usaha

perikanan tangkap (risiko/ancaman terhadap kelestarian sumberdaya perikanan

tangkap akan semakin kecil) (Hartono et.al 2005). Penyerapan tenaga kerja dalam

kegiatan perikanan tangkap tergantung dari ukuran perahu atau perahu, jenis alat

tangkap dan jumlah waktu penangkapan dalam satu trip penangkapan. Penilaian

pada atribut ini didasarkan pada hasil wawancara dengan responden terpilih

mengenai rata-rata jumlah tenaga kerja yang digunakan per trip.

Pengambilan Data Topografi

Peta topografi adalah salah satu jenis peta yang mempunyai ciri-ciri

khusus yang memperlihatkan keadaan bentuk, penyebaran roman muka bumi dan

dimensinya dengan ditandai dengan adanya skala besar dan lebih detail. Sebuah

peta topografi biasanya terdiri dari dua atau lebih peta yang tergabung untuk

membentuk keseluruhan peta. Sebuah garis kontur merupakan kombinasi dari dua

segmen garis yang berhubungan namun tidak berpotongan, ini merupakan titik

elevasi pada peta topografi. Peta topografi biasanya menggunakan garis kontur

dalam pemetaan modern.

Peta topografi atau peta kontur ini dibuat untuk memberikan informasi

tentang keberadaan, lokasi, dan jarak, seperti lokasi penduduk, rute perjalanan dan

komunikasi. Peta topografi juga menampilkan variasi daerah, ketinggian kontur,

dan tingkat tutupan vegetasi. Dengan kekuatan militer yang tersebar di seluruh

dunia, maka militer bergantung pada peta untuk memberikan informasi terhadap
20

unsur-unsur tempur dan untuk menyelesaikan operasi logistik. Mobilitas tentara

dan material yang harus diangkut, disimpan, dan ditempatkan ke dalam operasi

pada waktu dan tempat yang tepat. Banyak dari perencanaan ini harus dilakukan

dengan menggunakan peta. Oleh karena itu, setiap operasi memerlukan pasokan

peta, tetapi meskipun kita memiliki peta terbaik, peta tidak akan berharga kecuali

pengguna peta tahu bagaimana cara membacanya.

Pengolahan Data

Tabulasi Data Alat Tangkap Sondong

Dimensi ekonomi pada praktikum lapangan yang dilakukan di PPI Dumai

kali ini berfokus pada 10 pertanyaan yaitu Keuntungan usaha penangkapan,

Kontribusi perikanan terhadap PDRB, Pendapatan per kapita, Kepemilikan

(penerima keuntungan dari kepemilikan), Tingkat subsidi terhadap perikanan,

alternatif pekerjaan dan pendapatan, Lokasi tujuan atau orientasi pemasaran ikan,

penerimaan relative nelayan setiap alat tangkap terhadap waktu bekerja,

penyerapan tenaga kerja, transfer keuntungan antara nelayan dan pelaku ekonomi

lokal/orang luar ekonomi luar lokal. Hasil scorings bisa dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Skor Atribut Pada Dimensi Ekonomi


SKOR
NO ATRIBUT N N N N N N N N MEDI
1 2 3 4 5 6 7 8 AN
Keuntungan Usaha
1 2 3 2 2 3 2 2 3 2
Penangkapan
Kontribusi Perikanan
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Terhadap PDRB
3 Pendapatan Per Kapita 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Kepemilikan (Penerima
4 Keuntungan Dari 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kepemilikan)
Tingkat Subsidi
5 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Terhadap Perikanan
Alternatif Pekerjaan
6 0 0 1 0 0 1 0 0 0
dan Pendapatan
21

Lokasi Tujuan Atau


7 Orientasi Pemasaran 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ikan
Penerimaan Relatif
Nelayan Setiap Alat
8 1 0 1 1 0 1 1 0 1
Tangkap Terhadap
Waktu Bekerja
Penyerapan Tenaga
9 0 0 1 0 0 1 0 0 0
Kerja
Transfer Keuntungan
antara nelayan dan
10 pelaku ekonomi lokal / 0 0 0 0 0 0 0 0 0
orang luar ekonomi luar
lokal

Hasil analisis menggunakan Rapfish (Gambar 1) menunjukkan indeks nilai

dimensi Ekonomi Sebesar 41.44. Kondisi demikian menunjukkan indeks

keberlanjutan perikanan sondong pada dimensi Ekonomi berada pada kategori

kurang berkelanjutan.

RAPFISH Ordination
60,00

UP

40,00

20,00
Other Distingishing

Real Fisheries
0,00BAD 41,44 GOOD
0,00 20,0040,0060,0080,00 100,00References
Anchors
-20,00

-40,00

DOWN

-60,00
Fisheries Sustainability

Gambar 1. Hasil Analisis Rapfish Dimensi Ekonomi


22

Indeks keberlanjutan yang dihasilkan kemudian dicocokkan dengan

kategori keberlanjutan sebagai ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Kriteria Keberlanjutan


Nilai Indeks Kategori
0,00-25,00 Tidak bekelanjutan
>25,01-50,00 Kurang bekelanjutan
>50,01-75,00 Cukup berlanjutan
>75,01-100,00 Berkelanjutan

Nilai stress yang dihasilkan dari ordinasi tersebut menunjukkan nilai yang

cukup baik karena tergolong dalam kriteria fair, yaitu sebesar 14,01%. Nilai stress

tersebut mencerminkan Goodness of fit dalam MDS (Pitcher and Preikshot, 2001

dalam Aghata, dkk (2021)). Nilai stress menunjukkan proporsi varians yang tidak

dijelaskan oleh model. Semakin tinggi nilai stress maka semakin buruk model

MDS dan sebaliknya. Kriteria nilai stress dalam penelitian ini meliputi, > 20%

(poor), 10%-20% (fair), 5%-10% (good), 2,5-5% (excellent), serta< 2,5%

(perfect) (Simamora, 2005 2001 dalam Aghata, dkk (2021)). Sedangkan validitas

model ditunjukkan dengan besaran nilai koefisien diterminasi (R2). Hasil analisis

yang dapat mempresentasikan model dengan baik ditunjukkan oleh nilai R2 yang

mendekati 1 atau 100%. Pada penelitian ini, nilai R2 yang diperoleh adalah 0,929

atau mendekati angka 1. Nilai stress dan koefisiensi determinasi (R2) digunakan

untuk mengkaji perlu tidak nya penambahan atribut untuk meningkatkan

keakuratan dalam pengkajian masing-masing dimensi. Nilai stress dan R2 yang

dihasilkan dalam praktikum lapangan ini menunjukkan bahwa keseluruhan atribut

yang digunakan dapat mengkaji dengan cukupbaik status keberlanjutan alat

tangkap Sondong dalam dimensi eknomi. Beberapa nilai statistik yang diperoleh
23

dari multidimensional scaling dalam Rapfish pada dimensi Ekonomi dapat dilihat

pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai Statistik yang diperolehdari MDS dalam Rapfish pada dimensi
Ekonomi
No Atribut Statistik Nilai Persentase
1 Stress 0.140155107 14.01%
2 𝑅2 0.929037988 92.90%
3 Jumlah Iterasi 2

Atribut yang berpengaruh atau hasil analisis Leverage pada dimensi

ekonomi (Gambar 2) menunjukkan 4 atribut sensitive yaitu kepemilikan

(penerima keuntungan dari kepemilikan), tingkat subsidi terhadap perikanan,

alternatif pekerjaan dan pendapatan, Lokasi tujuan atau orientasi pemasaran ikan.

Secara keseluruhan laverage dimensi ekonomi dapat dilihat pada Gambar 2.

Leverage of Attributes
Transfer Keuntungan Antara Nelayan… 3,892009688
Penyerapan Tenaga Kerja 7,681632928
Penerimaan Relatif Nelayan Setiap Alat… 4,579704351
Lokasi Tujuan atau Orientasi Pemasaran… 12,25
Attribu

Alternatif Pekerjaan Dan Pendapatan 13,49


Tingkat Subsidi Terhadap Perikanan 17,63
Kepemilikan (Penerima Keuntungan Dari… 11,34
Pendapatan Per Kapita 2,28
Kontribusi Perikanan Terhadap PDRB 7,70
Keuntungan Usaha Penangkapan 1,80

0,00 5,00 10,0015,0020,00

Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute


Removed (on Sustainability scale 0 to 100)
Gambar 2. Laverage dimensi Ekonomi
24

Ditinjau dari status keberlanjutan perikanan tangkap dengan menggunakan

teknik Rapfish pada dimensi ekonomi, dapat dilihat bahwa status perikanan

sondong dimensi ekonomi memiliki nilai sebesar 41.44 yang berada di selang

25.01-50 yang artinya kondisi perikanan sondong dari dimensi ekonomi berada

pada status kurang berkelanjutan.

Pengolahan Peta Topografi

Peta topografi meiliki ciri khusus yang barangkali tidak dimiliki oleh jenis

peta lainnya. Ciri khusus ini adalah adanya garis- garis halus namun tegas di

dalam peta tersebut. Garis- garis tersebut merupakan garis kontur. Garus kontur

ini jumlahnya ada danyak dan memenuhi peta. Garis kontur merupakan kombinasi

dari dua segmen garis yang saling berhubungan namun tidak saling berpotongan.

Ini merupakan titik elevasi pada peta topografi supaya kita mengetahui dengan

jelas keadaan pada wilayah yang dimaksud.

Langkah yang harus diambil untuk membuat peta topografi adalah

mengumpulkan titik koordinat dan elevasi suatu tempat. Data tersebut kemudian

diurutkan dan dibuat menggunakan Microsoft Excel.

Tabel 5. Pengumpulan Data Topografi


BUJUR TIMUR LINTANG UTARA ELEVASI
101,24571 1,41513 7
101,2457 1,41513 8
101,2457 1,41512 9
101,2457 1,41512 9
101,24571 1,41513 9
101,24571 1,41513 9
101,24572 1,41512 9
101,24572 1,41512 9
101,24571 1,41511 10
101,24572 1,41511 10
101,24572 1,41511 10
101,24572 1,41512 9
25

101,24574 1,41511 10
101,24573 1,41511 9
101,24573 1,4151 10

Selanjutnya ada pengolahan data diatas dengan menggunakan aplikasi

Surfer untuk menghasilkan output berupa layout peta topografi suatu wilayah.

Aplikasi Surfer yang digunakan pada pengolahan data ini adalah Surfer 22.1 yang

merupakan perbaharuan atau hasil update dari seri sebelumnya. Tampilan awal

software tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 3. Tampilan Awal Aplikasi Surfer


Kemudian data yang sudah ada diolah menjadi data kontur. Data kontur

dapat dibuat menjadi Gambar 2D atau Gambar 3D. Gambar 2D pada peta

topografi TPI Dumai dapat dilihat dibawah ini.


26

Gambar 4. Peta Topografi 2D

Untuk Gambar 3D dapat dilihat dibawah ini. Peta 3D adalah bentuk kecil

dari suatu wilayah di permukaan bumi yang bentuk bendanya yang memiliki

panjang, lebar, dan tinggi. Berbeda dengan peta 2D yang datar, peta 3D dapat

menunjukkan tingginya bukit dan curamnya lembah.


27

Gambar 5. Peta Topografi 3D


V. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan dari kegiatan praktikum lapangan yang sudah dilakukan

adalah praktikan atau mahasiswa sudah dapat menentukan status keberlanjutan

perikanan sondong menurut dimensi ekonomi di PPI Dumai.

Saran

Saran yang dapat penulis berikan untuk melakukan perbaikan pada proses

praktikum lapangan yaitu diharapkan agar praktikum yang dilakukan dapat lebih

teratur dan juga untuk memperbanyak asisten pendamping untuk membimbing

para praktikan agar lebih terarah dalam melakukan pengambilan data.


DAFTAR PUSTAKA

Lubis, E. 2006. Buku I Pengantar Pelabuhan Perikanan. Bogor : Departemen


Pemanfaatn Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Novianti. 2008. Keberadaan Fasilitas dalam Menunjang Aktivitas Pangkalan


Pendaratan Ikan (PPI) Tanjung Sari, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah.
Bogor : Departemen Pemanfaatn Sumberdaya Perikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Pelabuhan


Perikanan Pantai.

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor :


PER.08/MEN/2012 Tentang Kepelabuhan Perikanan.

Syafei, Muhammad Nur Ikhsan. 2005. Kajian Pengembangan Fasilitas Pangkalan


Pedaratan Ikan (PPI) Jetis Kabupaten Cilacap. Skripsi. Universitas Negeri
Semarang.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan


Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 204 Tentang Perikanan

Megawati. 2016. Analysis of Sondong Fishing and Development at Kota Dumai.


Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau.

Mulyani, Ayu Tri. 2013. Kebijakan Pengembangan Ekonomi Perikanan Tangkap


Berkelanjutan di Provinsi DKI Jakarta. Tesis. Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
31

Lampiran 1. Pelepasan Peserta Praktikum Lapangan Tahun 2022

Lampiran 2. Pembukaan dan Pengarahan Pelaksanaan Praktikum Lapangan


32

Lampiran 3. Crosschek Modul Praktikum Lapangan

Lampiran 4. Penutupan Kegiatan Praktikum Lapangan Tahun 2022


33

Anda mungkin juga menyukai